• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ritual Bakar Batu di Kota Semarang

Dalam dokumen T1 712010040 Full text (Halaman 37-41)

3. Gambaran umum Masyarakat Suku Dani

3.4 Ritual Bakar Batu di Kota Semarang

Ritual bakar batu pertama kali dilakukan di Kota Semarang kira-kira tahun 2004, tepatnya di Tinjomoyo area itu masih ada sisa lahan kosong.66 Ritual bakar batu dilakukan pertama kali oleh beberapa anggota suku Dani dikarenakan adanya konflik diantara mereka. Kubu A dan kubu B yang mempunyai masalah tertentu sehingga kedua kubu tersebut saling bermusuhan Akan tetapi ada inisiatif dari beberapa orang anggota suku Dani yang ingin mendamaikan kedua kubu sehingga satu-satunya cara agar kedua kubu dapat duduk bersama dan membicarakan masalah mereka tanpa ada pertikaian maka beberapa orang tadi membuat ritual bakar batu dan mengundang kedua pihak yang berselisih paham

65

LK (Inisial), Ketua Persekutuan Pondok Daud, Wawancara ( Semarang ,15 april 2015, pukul 11.00 WIB)

66 WK (inisial), Ketua Paguyuban Lanny Jaya, wawancara, (Semarang, 14 April 2015, pukul 10.00 WIB)

26

untuk bersama-sama mencari solusi yang tepat.67 Sejak saat itu lahan di daerah Tinjomoyo menjadi tempat diadakannya ritual bakar batu bahkan dari tahun 2004 hingga sekarang Ritual bakar batu masih dilakukan pada acara-acara wisuda, HUT paguyuban, hari raya gerejawi dan acara-acara yang kami anggap penting dalam kehidupan kelompok kami.68

Ritual bakar batu yang dilakukan di kota Semarang tidak sama persis dengan yang dilakukan di daerah asal suku Dani. Menurut seorang narasumber, proses bakar batu yang terjadi di daerah asal mereka sering diiringi oleh tarian-tarian dari para wanita dan para pria, para anggota suku Dani juga melantunkan nyanyi dan teriakan-teriakan dalam bahasa Dani yang menceritakan kehidupan suka, duka yang alami oleh masyarakat. Ritual bakar batu terjadi ketika ada konflik dan untuk mendamaikan pihak-pihak yang bertikai maka diadakan ritual bakar batu.dalam suasana seperti ini yang dapat mengikuti ritual ini hanyalah pihak-pihak yang bertikai, karena dalam ritual bakar batu ini kepala suku dan kepala perang serta pihak keluarga korban membuat sebuah kesepakatan perdamaian.69

Ritual bakar batu yang dilakukan di kota Semarang juga tidak menggunakan batu-batu khusus sebagai ciri dari masing-masing kelompok, sebagian orang juga tidak memakai pakaian tradisonal seperti yang terjadi di kampung.70 Ritual bakar batu di Kota Semarang lebih bersifat terbuka kepada lingkungan sekitar,semua orang dapat mengambil bagian didalam ritual ini akan tetapi hal terpenting adalah orang-orang tersebut datang sebagai tamu undangan dan mereka akan membentuk kelompok mereka sendiri. Dalam proses bakar batu biasanya setiap kelompok akan membuat lingkaran berdasarkan klen-klennyaatau di kota Semarang lebih sering disebut paguyuban, jadi paguyuban Tolikara, paguyuban Wamena, paguyuban Lanny Jaya, paguyuban Nduga, dan Paguyuban Puncak Papua. Setiap paguyuban ini duduk dan membentuk sebuah lingkaran dalam

67

DW (inisial), Senioritas Paguyuban Lanny Jaya, wawancara, (Semarang, 16 april 2015, pukul 14.00 WIB)

68RK (inisial), Anggota paguyuban Nduga,Wawancara, (semarang, 17 april 2015, pukul 19.00 WIB)

69 LH (inisial), Senioritas dan Penasehat Komunitas Mayarakat Suku Dani Kota, Wawancara, (Solo,17 April 2015, pukul 10.00 WIB)

70 AD (Inisial), Ketua Paguyuban Wamena, wawancara , (Semarang, 18 April 2015, pukul 13.00 WIB)

27

kelompok itulah hasil bakar batu akan di bagikan, siapa saja boleh ambil bagian dalam proses bakar batu. Apabila ia datang sebagai tamu undangan dalam sebuah acara yang kami selenggarakan maka orang-orang tersebut duduk dan membuat lingkaran sendiri. Lingkaran itu akan disebut lingkaran tamu, karena orang-orang itu tidak termasuk dalam anggota paguyuban yang ada. Masyarakat Papua yang berada di kota Semarang juga tidak ketinggal mengambil bagian dalam ritual bakar batu. Masyarakat Papua yang berada di kota Semarang dihimpun dalam satu organisasi khusus yanitu Himpunan Masyarakat Papua Kota Semarang yang mengatur masyarakat Papua yang berada di kota Semarang. Berikut adalah data Masyarakat Papua kota Semarang berdasarakn penuturan ketua HIPMAPAS.71

Tabel 2. Jumlah Masyarakat Papua Kota Semarang

NO Bekerja Mahasiswa Pelajar

L P L P L P

1 15 7 230 140 65 50

3 Jumlah Laki-Laki 310 (61%)

4 Jumlah Perempuan 197 (39%)

5 Total 507

Berdasarkan wawancara salah seorang anggota masyarakat suku Dani mengatakan bahwa Kehidupan berbudaya di kampung sangat kuat. Saya sendiri adalah orang yang datang dari kampung, dibesarkan di tengah-tengah budaya Dani, jadi saya melihat bagaimana orang tua saya di kampung bersama-sama menjaga kebudayaan yang mereka miliki. Oleh karena itu ketikaritual ini dilakukan di kota Semarang saya sangat antusias untuk terlibat dalam ritual tersebut karena hal ini merupakan bentuk penghormatan saya akan kebudayaan nenek moyong suku Dani.72 Ketika ritual bakar batu dilakukan semua orang dari suku Dani dengan penuh kegembiraan dan semangat kekeluargaan yang tinggi

71

BB (inisial), Ketua Himpunan Masyarakat Papua Kota Semarang, wawancara, (Semarang, 06 Mei 2015 pukul 10.00 WIB)

72MW (inisial), Ketua Paguyuban Tolikara, wawancara, (Semarang, 19 April 2015, pukul 11.00 WIB)

28

berkumpul dan saling menolong untuk melakukan ritual ini.Salah seorang anggota suku Dani mengatakan bahwa untuk melakukan ritual bakar batu memerlukan kerjasama yang baik karena peralatan-peralatan memasak yang diperlukan seperti batu, kayu, daun pisang tidak diperoleh semudah di desa kami.

Ritual bakar batu juga mampu menyatukan masyarakat suku Dani secara khusus yang ada di kota Semarang. Kalau ada kegiatan gerejawi atau kegiatanyang diselenggarakan oleh paguyuban-paguyuban, anggota kelompok yang menghadiri kegiatan tersebut dalam jumlah sedikit. Tetapi, ketika ritual bakar batu diadakan dalam kegiatan-kegiatan tersebut minat dari anggota kelompok untuk bergabungan lebih banyak.73Selain itu ritual bakar batu juga memiliki makna tersendiri bagi orang-orang yang merantau cukup lama serta bekerja dikota Semarang.Seorang narasumber mengatakan bahwa iasudah tinggal dikota semarang sejak tahun 2005 karena menjalankan tugas dinas. di kota Semarang saya datang bersama dengan keluarga yaitu istri dan dua orang anak. Dengan adanya ritual bakar batu anak-anak saya dapat mengetahui budaya dan juga komunitas mereka.74 Bagi para orang tua yang sudah lama menetap di kota Semarang diadakannya ritual bakar batu menolong mereka untuk memberikan pelajaran dan pemahaman akan budaya luluhur kepada anak-anak mereka. Hal serupa juga dikatakan oleh bapak JD (inisial) “Saya sudah cukup lama hidup di Jawa sekitar lima belas tahun. Saya bekerja di salah satu yayasan milik Papua yang memfasilitasi anak-anak yang sekolah dan kuliah di luar kota secara khusus di Semarang, istri saya bukan berasal dari Suku Dani dan anak saya dilahirkan di Semarang. Saya sering mengajak anak menghadiri setiap acara yang diadakan oleh komunitas orang Dani di Semarang karena di saat itu saya memperkenalkan kepada anak saya kebudayaan leluhurnya sehingga anak-anak mengetahui jati dirinya sebagai seorang Dani walaupun kini ia hidup di tengah-tengah lingkungan yang bukan orang Dani.

73

ZT (inisial), anggota paguyuban pegunungan bintang, wawancara ( Semarang, 24 April 2015, pukul 15.00 WIB

74TH (inisial), senioritas masyarkat suku Dani kota Semarang, wawancara, (Semarang, 26 april 2015, pukul 18.00 WIB)

29

4. Analisa Makna Bakar Batu Bagi kehidupan Masyarakar Kristen Suku

Dalam dokumen T1 712010040 Full text (Halaman 37-41)

Dokumen terkait