• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Garut, Jawa Barat pada tanggal 23 Oktober 1986 sebagai putri dari pasangan Yayan Sopian dan Siti Tarwaty. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pada tahun 2004, penulis lulus dari SMU Negeri 1 Malangbong dimana pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Program Studi Budidaya Hutan, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, kemudian lulus pada tahun 2008. Setahun kemudian, penulis melanjutkan pendidikan ke Program Magister Pascasarjana di perguruan tinggi yang sama pada Program Studi Silvikultur Tropika.

Selama mengikuti program S2, penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana, serta asisten praktikum mata kuliah Ekologi Hutan dan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan tahun ajaran 2009/2010. Pada tahun 2009, penulis menjadi asisten peneliti serta panitia penyelenggara workshop Program Pelestarian dan Pengembangan Pohon Asli Bernilai Tinggi Palahlar (Dipterocarpus spp.) di Jawa Barat. Pada tahun 2010, penulis juga menjadi anggota panitia Workshop JPSS International Training Program to Protect Diversity of Bioresources in the Tropical Forest, dan mendapatkan program beasiswa pendidikan Bakrie Graduate Fellowship dari Bakrie Center Foundation, serta tahun berikutnya mengikuti program pertukaran pelajar (Scholarship for Short-term Study in Japan) yang diselenggarakan oleh JASSO (Japan Student Service Organization) di Fakultas Pertanian Ehime University, Matsuyama.

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai berbagai fungsi ekologis dan ekonomis yang memegang peranan sangat vital dalam menopang kehidupan terutama masyarakat pesisir. Karena fungsi tersebut, terutama fungi ekonomisnya, sebagian masyarakat untuk memenuhi keperluan hidupnya melakukan intervensi terhadap ekosistem mangrove. Hal ini dapat dilihat dari adanya alih fungsi lahan (mangrove) menjadi tambak, pemukiman, industri, dan sebagainya maupun penebangan oleh masyarakat untuk berbagai keperluan.

Dampak ekologis akibat berkurang dan rusaknya ekosistem mangrove adalah hilangnya berbagai spesies flora dan fauna yang berasosiasi, yang dalam jangka panjang akan mengganggu keseimbangan ekosistem mangrove pada khususnya dan ekosistem pesisir pada umumnya. Hal ini menyebabkan diperlukannya suatu upaya rehabilitasi hutan mangrove yang rusak dan pembangunan hutan tanaman mangrove di beberapa wilayah pesisir untuk memperkaya keanekaragaman hayati, meningkatkan produktivitas lahan, dan kualitas lingkungan ekosistemnya.

Menurut Kusmana (2009a), penanaman dengan tujuan rehabilitasi kawasan lindung/konservasi mangrove seyogyanya menggunakan jarak tanam yang lebih rapat dibandingkan dengan tujuan penanaman untuk menghasilkan hasil hutan tertentu (kayu, chip, arang, dsb). Selain itu, penanaman untuk rehabilitasi lahan yang rusak, cenderung menggunakan spesies yang bersifat pionir, seperti Avicennia marina dan Sonneratia alba, sedang untuk produksi kayu pertukangan atau kayu bakar, cenderung menggunakan spesies yang memiliki kualitas kayu lebih baik seperti Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora mucronata, R. stylosa, atau R. apiculata.

Beberapa tahun terakhir ini telah dikembangkan dan diujicobakan suatu teknik penanaman mangrove untuk tujuan rehabilitasi lahan yang dinamakan teknik guludan (Kusmana et al. 2005a). Teknik guludan ini merupakan teknik penanaman anakan mangrove pada lahan yang tergenang dengan air yang dalam (kedalaman air 1 m atau lebih) dengan menggunakan guludan yang diisi dengan karung-karung yang berisi tanah pada bagian bawahnya yang ditutupi dengan lapisan tanah curah di bagian atasnya sebagai media tempat tumbuh anakan mangrove tersebut. Dalam teknik ini telah diujicobakan penanaman bibit A. marina dan R. mucronata dengan berbagai jarak tanam (0.25 x 0.25 m, 0.5 x 0.5 m, dan 1 x 1 m) dan dilakukan beberapa kegiatan pengukuran yang meliputi pertumbuhan diameter batang dan tinggi anakan, kandungan klorofil a dan b daun, biomassa anakan, luas dan berat daun, serta sistem perakaran dan pengamatan kualitas anakan.

Belum banyak penelitian yang dilakukan di dalam sistem ini terutama yang berkenaan dengan model pertumbuhan dan riap dari anakan yang ditanam. Informasi mengenai model pertumbuhan dan riap cukup penting sehubungan dengan penilaian performa serta keberhasilan teknik penanaman ini serta penentuan jarak tanam berapakah yang menghasilkan pertumbuhan optimal.

Menurut Devoe dan Cole (1998) juga Bosire et al. (2008), anakan mangrove terutama R. mucronata hasil penanaman memiliki MAI (Mean Annual Increment) yang cukup besar bila dibandingkan dengan jenis yang sama di hutan alam dan jarak tanam optimal berperan penting dalam mempengaruhi riap dari jenis ini. Rata-rata pertumbuhan dari setiap jenis pohon pun sangat beragam sehingga suatu tindakan silvikultur termasuk jarak tanam akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap produktivitas masing-masing jenis.

Perumusan Masalah

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Rhizophora dan Avicennia merupakan 2 dari 12 genus utama yang terdapat pada ekosistem mangrove. Kedua genus ini cocok untuk diterapkan dalam kegiatan rehabilitasi karena sifat dari jenis Avicennia spp. yang merupakan pionir dan Rhizophora spp. yang memiliki performa kayu yang baik.

Salah satu bentuk interaksi antara satu populasi dengan populasi lain atau antara satu individu dengan individu lain adalah bersifat persaingan (kompetisi). Persaingan terjadi bila kedua individu mempunyai kebutuhan sarana pertumbuhan yang sama sedangkan lingkungan tidak menyediakan kebutuhan tersebut dalam jumlah yang cukup. Faktor-faktor yang mempengaruhi persaingan diantaranya air, nutrisi, cahaya, karbon dioksida, dan ruang. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi pertumbuhan tinggi batang, diameter batang, kandungan klorofil, dan daya hasil dari tanaman tersebut berkaitan dengan proses fisiologis (fotosintesis dan respirasi) yang terjadi.

Persaingan dapat terjadi di antara sesama individu dalam spesies yang sama (intraspesific competition), dan dapat pula terjadi diantara individu-individu dari jenis-jenis yang berbeda (interspesific competition). Persaingan sesama jenis pada umumnya terjadi lebih awal dan menimbulkan pengaruh yang lebih buruk dibandingkan persaingan yang terjadi antar jenis yang berbeda.

Sarana pertumbuhan yang sering menjadi pembatas dan menyebabkan terjadinya persaingan diantaranya adalah ruang. Ruang merupakan faktor penting dalam persaingan karena berperan sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang mempengaruhi persaingan antar individu dalam suatu jenis tanaman yang sama diantaranya adalah kerapatan.

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan interaksi antara faktor genetika dan lingkungan. Pengelolaan sistem budidaya suatu tanaman merupakan suatu sistem manipulasi yang dilakukan agar faktor genetika melalui pemilihan varietas dan pengelolaan lingkungan melalui perbaikan teknik penanaman untuk menghasilkan produktivitas serta pertumbuhan baik diameter batang maupun tinggi anakan yang optimal. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, dalam beberapa tahun terakhir ini, telah dikembangkan dan diujicobakan suatu teknik penanaman mangrove untuk tujuan rehabilitasi lahan yang dinamakan sistem guludan. Dalam teknik penanaman ini telah diujicobakan

berbagai jarak tanam (0.25 x 0.25 m, 0.5 x 0.5 m, dan 1 x 1 m). Sejauh ini belum ada data mengenai ruang tumbuh (jarak tanam) optimal untuk menghasilkan tingkat produktivitas dan pertumbuhan tanaman yang maksimal.

Dari penjelasan di atas, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah model pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi untuk anakan A. marina dan R. mucronata pada berbagai jarak tanam? 2. Jarak tanam berapakah yang menghasilkan pertumbuhan dan riap diameter

batang dan tinggi yang paling besar untuk anakan A. marina dan R. mucronata?

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Memformulasikan model pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi untuk anakan A. marina dan R. mucronata pada berbagai jarak tanam.

2. Menentukan jarak tanam yang menghasilkan pertumbuhan dan riap diameter batang dan tinggi yang paling besar untuk anakan A. marina dan R. mucronata.

Manfaat

Model pertumbuhan dan riap yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk menduga besarnya diameter batang dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata yang ditanam dengan teknik guludan. Informasi mengenai hal ini bermanfaat untuk melakukan evaluasi kelayakan rehabilitasi mangrove dengan menggunakan teknik guludan tersebut.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pengukuran dimensi diameter batang dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata.

2. Penyusunan dan pemillihan model pertumbuhan dan riap dan tinggi anakan A. marina dan R. mucronata.

3. Penentuan jarak tanam yang optimal untuk pertumbuhan dan riap anakan A. marina dan R. mucronata.

Dokumen terkait