• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Bogor, 10 Januari 1968, sebagai anak tunggal dari Bapak Dr.H. Hermana, MSc (Alm) dan Ibu Fatma Tola (Alm). Sejak tahun 1979, penulis dibesarkan oleh Ibu Hj. Herawati dan mendapat 2 orang adik: Maya Fitria Hermana, S.Sos dan Andina Hermana, S.Pi. Penulis menikah dengan Tedjo Soebowo pada 1993 dan dikaruniai 3 orang anak: Reiza Respati Ariowirogo (19 tahun), Vanya Azalia Widayanti (18 tahun) dan Febrina Maharani Larasati (12 tahun).

Pendidikan dasar, menengah dan atas ditempuh penulis di SD Pengadilan 2, SMP Negeri 4 dan SMA Negeri 5 di Kota Bogor. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana peternakan (1991) dan magister sains Ilmu Ternak (2001) di Institut Pertanian Bogor, Bogor. Pendidikan program doktor, ditempuh sejak tahun 2008. Selama menempuh pendidikan program magister sains dan doktor, penulis menerima beasiswa dari Kementrian Pendidikan Republik Indonesia.

Penulis bekerja sebagai tenaga pengajar di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, sejak tahun 1992. Sejak tahun 2006 penulis juga mengajar pada PK. Manajemen Ternak (TNK) dan tahun 2012 juga mengajar pada PK. Paramedik Veteriner (PVT), Program Diploma, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengajar pada beberapa mata kuliah (MK), diantaranya: MK Pengantar Ilmu Nutrisi, MK Nutrisi Unggas, MK Formulasi dan Pemberian Pakan; MK Manajemen Pemberian Pakan Unggas, MK Nutrisi Ternak, MK Nutrisi dan Pakan Hewan.

Hasil penelitian yang dilakukan penulis selama menempuh pendidikan program doktor, telah dan akan dipublikasikan pada: Prosiding Seminar Hasil- hasil Penelitian IPB 2009 dengan judul Pengkayaaan Produk Puyuh Melalui Pemanfaatan Pakan Lokal yang Mengandung Antioksidan dan Mineral Sebagai Alternatif Penyediaan Protein Hewani Bergizi Tinggi; pada International Journal of Poultry Science 2013 dengan judul Performances and Egg Quality of Quail Offered Feed Containing Sterol from Katuk (Sauropus androgynus) and Mulberry (Morus alba) Leaf Meal; pada Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner dengan judulPemberian Tepung Daun Katuk dan Murbei Dalam Pakan Terhadap Ukuran dan Kandungan Mineral Tulang Tibia serta Profil Darah Puyuh Petelur.

Bogor, Agustus 2013 Widya Hermana D162080031

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Puyuh merupakan salah satu jenis unggas yang potensial sebagai sumber protein hewani, dalam bentuk telur maupun dagingnya. Populasi puyuh semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan akan produknya. Populasi puyuh di Indonesia mencapai 7 053 576 ekor (Ditjennak, 2010), sementara produksi telur burung puyuh 15.8 dan daging burung puyuh 6.9 (Deptan, 2012). Pemeliharaan yang mudah dan tidak memerlukan lahan yang luas, merupakan keunggulan puyuh. Kebutuhan pakan yang lebih sedikit dibandingkan ayam atau itik, namun produktivitas yang setara, merupakan keunggulan puyuh lainnya. Pakan puyuh dapat disusun dari bahan pakan yang memiliki kandungan nutrien yang potensial untuk meningkatkan produktivitas puyuh.

Produktivitas puyuh dipengaruhi oleh kandungan nutrien pakan yang diberikan selama pemeliharaan. Kandungan nutrien pakan harus dapat memenuhi kebutuhan puyuh dan dapat dicerna dengan baik. Kandungan nutrien bahan pakan penyusun pakan perlu diperhatikan, agar menghasilkan nutrien pakan yang seimbang. Penggunaan tepung daun-daunan dalam pakan, sebagai bahan pakan sumber vitamin, perlu memperhitungkan kandungan serat kasar di dalamnya, agar optimal pemanfaatannnya. Tepung daun katuk dan daun murbei merupakan bahan pakan yang dapat digunakan sebagai sumber vitamin A yang potensial digunakan dalam pakan unggas.

Penggunaan tepung daun katuk dalam pakan unggas (ayam, itik dan puyuh) dapat meningkatkan skor warna kuning telur. Sama halnya dengan tepung daun murbei yang juga meningkatkan warna kuning telur Penggunaan tepung daun katuk 9% dalam pakan dapat meningkatkan fertilitas puyuh petelur (Subekti et al. 2008), sementara penggunaan tepung daun murbei (10% dalam pakan) tidak berpengaruh negatif terhadap performa dan kualitas ayam petelur (AL-kirshi, 2010). Penggunaan tepung daun katuk dan murbei dalam pakan diharapkan memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan pemberian tepung daun secara tunggal.

Daun katuk (Sauropus androgynus) merupakan sayuran yang biasa dikonsumsi masyarakat Asia dan digunakan sebagai pelancar ASI, obat demam, diuretika, obat frambusia dan pewarna makanan. Malik (1997) menyatakan tanaman ini mengandung minyak atsiri, sterol, saponin, flavonoid, asam-asam organik, asam-asam amino, alkaloid, dan tanin. Daun katuk merupakan sumber vitamin A dalam bentuk karoten (provitamin A). Karoten yang penting untuk manusia adalah β-karoten karena memiliki aktivitas provitamin A yang terbesar (Yuliani dan Marwati, 1997). Kandungan karoten dalam daun katuk adalah 10.020 µg per 100 gram (Azis dan Muktiningsih, 2006). Daun murbei (Morus alba ) juga kaya akan berbagai senyawa kimia diantaranya alkaloid, polyphenols, flavonoid, dan anthocyanins (Song et al. 2009) dan sterol (kolesterol, campesterol, stigmasterol, sitosterol dan dua 4α-methylsterol ( Zambakhidze et al. 2005).

2

Perumusan Masalah

Tepung daun katuk dan tepung daun murbei memiliki kandungan protein dan mineral yang tinggi, juga karoten serta senyawa sterol (phytosterol). Karoten yang dapat diubah menjadi vitamin A, dapat dideposit pada produk puyuh (telur dan daging), sehingga memperkaya kandungan vitamin A produk. Senyawa sterol dapat berperan sebagai pengganti hormon estrogen, yang dapat membantu proses pembentukan telur. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki kedua jenis tepung daun katuk dan murbei tersebut, menjadikan pertimbangan dalam penggunaannya dalam pakan puyuh yang sedang bertelur. Evaluasi terhadap penggunaan tepung daun katuk, tepung daun murbei dan kombinasinya dalam pakan perlu dievalusi terhadap produktivitas dan status fisiologis puyuh yang sedang bertelur.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan tepung daun katuk, tepung daun murbei dan campurannya dalam pakan puyuh petelur terhadap produktivitas dan status fisiologis puyuh yang sedang bertelur.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini akan memberi informasi tentang pengaruh pemberian tepung daun katuk, tepung daun murbei dan kombinasinya, terhadap produktivitas dan status fisiologis puyuh yang sedang bertelur.

3

2 PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KATUK DAN MURBEI

DALAM PAKAN BERBASIS DEDAK PADI PADA

PUYUH PERIODE PETELUR

ABSTRACT

Herbal or plant medicines have been utilized and consumed by humans as well as by animal farm. Some of the herbal medicines such as katuk leaf (Sauropus androgynous) have been used to increase lactation, increase egg production and increase some micronutrients such as vitamin A, mineral Fe and some other antioxidants. Murbei leaf (Morus Sp.) is also considered as herbal medicine. Six hundred Japanese quails strated at 3 weeks old were divided into 4 treatment groups with 5 replications and 30 quails in each replicate. The quails were raired up to 12 weeks old. The treatment groups were a control diet with no herbal medicines (R0), a diet with 10% of katuk leaf meal (R1), a diet with 10% of murbei leaf meal (R2) and diet with 5% katuk leaf meal and 5% murbei leaf meal (R3). Contol diet composed based on rice bran, without used yellow corn. The parameters observed were quail’s performances, vitamin A and mineral Fe content in egg, meat, liver, and egg qualities. A completely randomized design was used in this experiment. The result of the experiment showed that the quails fed diet containing the combination of katuk leaf meal and murbei leaf meal gave the best egg yolk color, the lowest cholesterol level in egg yolk, meat and liver, and the highest vitamin A content. In conclusion the combination of these two herbal medicines is recommended to be part of quails’ ingredient.

Keywords: herbal medicines, quails, performances, cholesterol, vitamin A, Fe

ABSTRAK

Tanaman obat seperti daun katuk (Sauropus androgynous) digunakan untuk meningkatkan produksi air susu, telur dan mikronutrien seperti vitamin A, mineral Fe dan antioksidan lainnya. Daun katuk (Morus alba) juga dikenal sebagai tanaman obat. Enam ratus puyuh jepang berumur 3 minggu ditempatkan kedalam 4 perlakuan, 5 ulangan dengan 30 ekor puyuh setiap ulangan. Puyuh dipelihara sampai umur 12 minggu. Perlakuan yang diberikan adalah pakan kontrol tanpa tepung daun (R0), pakan dengan 10% tepung daun katuk (R1), pakan dengan 10% tepung daun murbei (R2) dan pakan dengan 5% tepung daun katuk+5% tepung daun murbei (R3). Pakan kontrol disusun berbasis dedak padi, tanpa menggunakan jagung kuning. Peubah yang diamati adalah performa puyuh, kandungan vitamin A dan mineral Fe telur, daging dan hati, serta kualitas telur. Rancangan acak lengkap digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, puyuh yang diberi pakan mengandung kombinasi tepung daun katuk dan murbei menghasilkan skor warna kuning telur tertinggi, kandungan kolesterol kuning telur, daging dan hati terendah, kandungan vitamin A kuning telur, daging dan hati yang tertinggi. Kombinasi penggunaan tepung daun katuk dan murbei digunakan dalam pakan puyuh

4

PENDAHULUAN

Alternatif penyediaan bahan pangan sebagai sumber protein hewani adalah puyuh, yang merupakan unggas 'dual porpose', yaitu hewan dengan manfaat ganda, sebagai ternak penghasil daging dan telur. Kandungan protein yang tinggi pada daging dan telur, lama pemeliharaan yang relatif singkat sampai masa 'panen' dibandingkan dengan ternak unggas lain, biaya pemeliharaan yang relatif rendah, serta upaya penetapan harga produk (daging dan telur) yang relatif lebih murah, memungkinkan peningkatan konsumsi protein hewani seluruh lapisan masyarakat dengan kualitas gizi tinggi.

Penyediaan bahan pakan untuk menunjang pemeliharaan puyuh, merupakan hal yang penting, terutama karena sebagian besar bahan pakan tersebut, seperti jagung kuning, bungkil kedele dan tepung ikan, masih diimpor, sehingga menyebabkan harga pakan mahal. Oleh karena itu, perlu pengoptimalan penggunaan bahan pakan lokal, seperti dedak padi, untuk dapat mengurangi penggunaan bahan pakan impor, dan menurunkan harga pakan. Penggunaan dedak padi perlu diikuti oleh penggunaan bahan pakan yang mengandung xantophyl, untuk menutupi ketiadaan zat tersebut pada dedak padi. Daun-daunan merupakan bahan yang potensial sebagai sumber xantophyl, diantaranya daun katuk dan daun murbei. Pemanfaatan bahan pakan lokal yang tidak bersaing dengan bahan pangan manusia, berupa limbah daun katuk, dan daun murbei, merupakan suplementasi bahan penyusun pakan puyuh yang kaya antioksidan, tinggi protein dan mineral besi (Fe)

Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pemberian pakan yang disusun dengan berbasis dedak padi, tanpa menggunakan jagung kuning, dengan penggunaan tepung daun katuk, tepung daun murbei dan kombinasi kedua jenis tepung tersebut, terhadap performa dan kualitas telur, daging dan hati puyuh.

MATERI DAN METODE

Penelitian menggunakan 600 ekor puyuh mulai umur satu hari (day old quail/ DOQ). Puyuh diberi pakan komersial dari umur 1 hari sampai 4 minggu. Pakan perlakuan mulai diberikan pada umur 4 minggu.

Daun katuk dan daun murbei dikeringkan di bawah sinar matahari, kemudian digiling menjadi tepung. Tepung daun katuk (TDK) dan tepung daun murbei (TDM) dicampurkan dalam pakan puyuh perlakuan. Pakan puyuh perlakuan disusun dengan memenuhi kebutuhan nutrien untuk puyuh berdasarkan rekomendasi NRC (1994), dengan kandungan protein kasar 24% dan energi metabolis 2900 kkal/kg (untuk periode pertumbuhan); protein kasar 20% dan energi metabolis 2900 kkal.kg (untuk eperiode petelur). Susunan pakan puyuh perlakuan diperlihatkan pada Tabel 2.1 dan 2.2.

Perlakuan yang digunakan adalah :

R0 = Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei R1 = Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK)

R2 = Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM) R3= Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

5 Tabel 2.1. Susunan pakan puyuh periode pertumbuhan

BahanMakanan R0 R1 R2 R3 Dedak Padi 50 40 40 40 Polar 6 5 5 5 Tepung Ikan 10 10 10 10 Bungkil Kedele 28 28 28 28 Minyak kelapa 5 6 6 6 CaCO3 0.5 0.5 0.5 0.5 TDK 0 10 0 5 TDM 0 0 10 5 Premix 0.5 0.5 0.5 0.5 Jumlah 100 100 100 100

Kandungan nutrien berdasarkan perhitungan

Bahan kering (%) 90,00 90.00 90.00 90.00 Abu(%) 18.60 16.67 16.90 16.78 Protein kasar(%) 25.62 28.06 27.09 27.58 Lemak kasar (%) 9.86 10.96 10.71 10.83 Serat kasar (%) 16.03 14.98 14.98 14.98 BETN (%) 25.37 25.53 27.00 26.26

Energi Bruto (kkal/kg) 4046.39 4176.73 4137.39 4157.10

Ca (%) 3.94 3.37 3.34 3.35

Ptotal (%) 1.36 1.25 1.20 1.22

Ket: R0: Pakan kontrol. tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan, 5 ulangan yang masing-masing ulangan terdiri dari 30 ekor (Steel dan Torrie, 1995).

Peubah yang diamati adalah: 1) Performa puyuh, yang meliputi konsumsi pakan, bobot badan, produksi telur, kualitas telur; 2) Profil darah meliputi : nilai hematologi (Eritrosit, Hb, hematokrit, lekosit, limfosit, heterofil), kolesterol darah; 3) Profil daging, hati dan telur, meliputi kadar kolesterol, vitamin A, mineral Fe.

Puyuh dipelihara dari umur 1 hari sampai 4 minggu dengan diberi pakan komersial. Perlakuan mulai diberikan setelah puyuh berumur 4 minggu sampai umur 12 minggu. Pakan perlakuan terdiri atas pakan periode pertumbuhan (grower) dan pakan periode petelur (layer). Pakan dan air minum diberikan ad libitum. Konsumsi pakan diukur setiap minggu. Bobot badan puyuh ditimbang satu minggu sekali.

Pengambilan sampel darah, daging dan hati dan telur setelah puyuh berumur 8 minggu. Sampel darah dianalisa profil darah dan kadar kolesterol. Sampel daging, hati dan telur dianalisa kandungan kolesterol, vitamin A dan mineral Fe.

Kualitas telur puyuh dilakukan dengan menimbang bobot telur, bobot putih dan kuning telur; bobot dan tebal kerabang telur; dan warna kuning telur.

6

Tabel 2.2 Susunan pakan puyuh periode petelur

Bahan Makanan R0 R1 R2 R3 Dedak Padi 50 40 40 40 Polar 6 6 6 6 Tepung Ikan 7 7 7 7 Bungkil Kedele 24 23 23 23 Minyak kelapa 7 8 8 8 CaCO3 5.5 5.5 5.5 5.5 TDK 0 10 0 5 TDM 0 0 10 5 Premix 0.5 0.5 0.5 0.5 Jumlah 100 100 100 100

Kandungan nutrien berdasarkan perhitungan

Bahan kering (%) 90.00 90.00 90.00 90.00 Abu (%) 19.27 17.16 17.41 17.29 Protein kasar (%) 23.73 25.99 24.93 25.46 Lemak kasar (%) 12.78 14.00 13.74 13.87 Serat kasar (%) 17.11 16.00 16.00 16.00 BETN (%) 25.39 25.94 27.54 26.74 GE (kkal/kg) 4267.57 4412.41 4370.87 4391.69 Ca (%) 6.49 5.90 5.87 5.88 Ptotal (%) 1.42 1.29 1.23 1.26

Ket: R0: Pakan kontrol. tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

HASIL DAN PEMBAHASAN Bobot Badan

Bobot badan puyuh dapat dilihat pada Tabel 2.3. Bobot badan tertinggi dicapai pada umur 9 minggu. Penurunan bobot badan pada minggu ke-10 disebabkan akibat awal produksi dari puyuh. Tidak ada perbedaan yang nyata pada bobot badan diakhir penelitian akibat perbedaan perlakuan.

Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan tertinggi untuk semua perlakuan terjadi pada umur puyuh 11 minggu. Fluktuasi konsumsi terjadi akibat peningkatan umur puyuh.

7 Tabel 2.3. Rataan bobot badan puyuh selama penelitian

Perlakuan

Bobot badan (gram ekor-1)

Umur puyuh (minggu)

4 5 6 7 8 9 10 11 12

R0 53.95 65.51 80.64 76.21 182.48 202.87 111.67 116.37 117.35 R1 53.43 65.08 79.13 75.74 182.37 200.97 113.70 116.98 111.15 R2 49.02 61.18 74.35 76.02 177.37 217.16 114.49 118.37 116.05 R3 48.82 57.98 72.77 71.25 174.77 204.76 111.20 114.24 105.66

Ket: R0: Pakan kontrol. tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Tabel 2.4. Konsumsi pakan puyuh umur 4 sampai 12 minggu

Perlakuan

Konsumsi pakan (g ekor-1)

Umur puyuh (minggu)

4 5 6 7 8 9 10 11 12

R0 9.64 10.15 11.56 7.38 11.30 13.10 10.31 15.53 12.03 R1 9.91 8.40 12.31 6.86 12.04 13.61 10.70 15.19 12.81 R2 8.75 8.32 12.52 7.21 11.10 12.04 12.98 13.92 12.74 R3 9.89 7.43 13.32 7.43 13.23 13.35 11.91 15.29 13.02

Ket: R0: Pakan kontrol. tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Kandungan Kolesterol Kuning Telur, Daging dan Hati

Analisis kolesterol pada kuning telur menggunakan metode’Liebermann- Buchard Color Reaction’. Hasil kolesterol kuning telur, daging dan hati puyuh dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Kandungan kolesterol kuning telur terendah diperoleh dari perlakuan pemberian pakan yang mengandung campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3). Terjadi penurunan kandungan kolesterol sebesar 41.9 mg 100 g-1 dibandingkan dengan kandungan kolesterol pada puyuh yang diberi pakan tanpa daun (R0). Hal ini membuktikan bahwa kombinasi tepung daun katuk dan tepung daun murbei memberikan kemampuan maksimal dalam menurunkan kandungan kolesterol. Dari kandungan hasil analisa serat kasar, pakan perlakuan kontrol (R0) mengandung serat kasar 16% dan 17%, sedangkan pakan perlakuan yang mengandung campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei mengandung serat kasar14.9% dan 16%. Menurunnya kandungan kolesterol pada kuning telur kemungkinan disebabkan pengaruh campuran senyawa aktif dari tepung daun katuk dan tepung daun murbei. Hal ini diperkuat dengan kenyataan bahwa pakan kontrol (R0) tidak mengandung hijauan (tepung daun katuk ataupun tepung daun murbei).

8

Tabel 2.5. Kandungan kolesterol kuning telur, daging dan hati puyuh Perlakuan Kandungan Kolesterol (mg 100 g

-1

sampel)

Telur Daging Hati

R0 391.506 45.917 168.423

R1 521.791 37.75 163.259

R2 548.18 36.921 198.536

R3 349.606 30.005 162.151

Ket: R0: Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Data memperlihatkan bahwa kombinasi tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3) memberikan kandungan kolesterol terendah pada daging. Dibandingkan dengan perlakuan pakan kontrol, kandungan kolesterol daging puyuh yang diberi pakan campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3) menurun sebesar 15.912 mg100g-1 (34.65%) dibandingkan dengan kandungan kolesterol daging puyuh yang mendapat pakan kontrol. Hal yang sama juga terjadi pada kandungan kolesterol pada hati, kandungan kolestrol terendah ditemukan pada puyuh yang mendapat perlakuan campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3), dengan penurunan sebesar 6.272 mg100 g-1 (3.72%) dibandingkan puyuh yang mendapat pakan kontrol..

Penurunan kandungan kolesterol daging dan hati berkaitan erat dengan kandungan serat kasar yang terdapat dalam pakan. Kandungan serat kasar pada pakan kontrol (R0).dan pakan yang mengandung campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3) sama-sama di atas 10%. Hal ini membuktikan bahwa komponen senyawa aktif dari campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei memberikan pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan pengaruh yang disebabkan karena kandungan serat kasar. Hal ini juga diperkuat dengan kenyataan bahwa pakan kontol tidak menggunakan hijauan (tepung daun katuk ataupun tepung daun murbei).

Profil Darah

Profil darah puyuh yang meliputi hemoglobin (Hb g%), pack cell volume (PCV %), butir darah merah (BDM juta/mm3), butir darah putih (ribu/mm3), dan diferensiasi BDP yang meliputi komponen leukosit, heterofil, dan monosit dapat dilihat pada Tabel 2.6.

Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan nilai profil darah puyuh yang disebabkan oleh perlakuan. Besarnya kisaran nilai dalam perlakuan menunjukkan bahwa puyuh secara individu bervariasi profil darahnya. Faktor yang mempengaruhi variasi profil darah antara lain, jenis kelamin, umur, spesies, status faal (sedang produksi), jenis makanan, tingkat stess, dan lingkungannya.

9 Tabel 2.6. Profil Darah Puyuh

R0 R1 R2 R3 Hb (g %) 14.10 ± 1.85 12.89 ± 0.71 14.07 ± 2.24 13.06 ± 1.56 PCV (%) 40.45 ± 4.25 40.95 ± 02.52 39.30 ± 2.84 40.20 ± 2.01 BDM (106 mm-3) 3.05 ± 0.21 2.52 ± 1.29 3.17 ± 0.56 3.10 ± 0.28 BDP (103/mm3) 14.32 ± 5.02 9.32 ± 6.29 14.00 ± 6.02 10.08 ± 3.45 Lymfosit (%) 45.20 ± 11.50 51.80 ± 8.84 44.00 ± 12.28 37.60 ± 17.16 Heterofil (%) 52.80 ± 11.89 45.80 ± 8.93 53.60 ± 12.18 60.00 ± 17.71 Monosit (%) 1.80 ± 0.75 2.20 ± 0.40 2.00 ± 0.89 2.40 ± 1.36 Rasio H/L 1.17 0.88 1.22 1.60

Ket: R0: Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Nilai HB, PCV, dan BDM pada puyuh penelitian ini menunjukkan angka yang normal antara 10-13 g %, 30-40%, 3.0-3.78 (Lucas, 1961). Profil Hb, PCV, dan BDM menggambarkan kondisi puyuh sehat, kecukupan oksigen untuk proses metabolisme yang ditandai dengan Hb yang cukup dan jumlah sel darah merah per total darah yang tinggi (rataan 40%). Jumlah BDM yang normal menunjukkan puyuh kecukupan protein dan asam amino sehingga proses metabolisme pembentukan telur juga lancar. Hal ini ditunjukkan adanya hubungan dengan produksi telur awal yang dicapai pada umur 10 minggu dengan produksi telur sebanyak 22.2 %, yang menunjukkan status faali yang optimum.

Nilai BDP pada puyuh ini menunjukkan nilai yang cukup rendah, walaupun dalam kisaran normal. Lucas (1961) melaporkan bahwa nilai BDP unggas berkisar antara 16.61 ribu/mm3.

Puyuh yang kecukupan gizi dengan lingkungan manajemen pemeliharaan yang nyaman akan menghasilkan hewan dengan nilai kekebalan yang tinggi. Leukosit (BDP) merupakan bagian darah yang betanggung jawab atas tanggap kekebalan, demikian pula dengan bagian-bagiannya seperti limfosit yang bertugas sebagai pembentuk antibodi dan monocyt serta heterofil yang berperan sebagai fagositosit pathogen.

Nilai yang rendah pada perlakuan R1 dan R3 menunjukkan puyuh mengalami penurunan kekebalan. Rasio H/L menggambarkan tingkat stress lingkungan pada hewan. Semakin rendah nilai H/L, maka hewan semakin tidak stress. Faktor yang mempengaruhi stress lingkungan antara lain suhu, pakan, suara, dan perlakuan pengobatan (vaksin).

Efek perlakuan tepung daun katuk dan tepung daun murbei dengan kandungan protein kasar sekitar 24% sangat berkorelasi dengan nilai butir darah merah.

Produksi dan Kualitas Telur

Bobot telur, bobot putih dan kuning telur puyuh diperlihatkan pada Tabel 2.7. Bobot telur berkisar antara 8.80 g (R2) sampai 10.59 g (R1). Bobot telur tersebut masih berada dalam kisaran normal untuk telur puyuh. Puyuh yang

10

mendapat tepung daun katuk, menghasilkan bobot telur yang lebih tinggi daripada puyuh yang tidak mendapat tepung daun (R0). Hal yang sama terjadi pada bobot putih dan kuning telur, dimana bobot tertinggi diperoleh dari puyuh yang mendapat tepung daun katuk.

Tabel 2.7. Jumlah, bobot telur, bobot kuning dan putih serta tinggi putih telur puyuh Perlakuan Jumlah telur (butir) Bobot telur (g) Bobot kuning telur (g) Bobot putih telur (g) Tinggi putih telur (mm) R0 31 9.76 3.34 4.43 0.15 R1 13 10.59 3.72 5.16 0.12 R2 13 8.80 3.44 4.06 0.08 R3 6 10.15 3.63 4.97 0.08

Ket: R0: Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Tabel 2.8. Skor warna kuning telur, bobot dan tebal kerabang telur puyuh Perlakuan Skor Warna

Kuning Telur Bobot kerabang (g) Tebal kerabang (mm) R0 2.05 0.90 0.15 R1 5.87 0.93 0.13 R2 4.23 0.81 0.12 R3 7.00 0.93 0.14

Ket: R0: Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Skor warna kuning telur tertinggi diperoleh dari puyuh yang mendapat tepung daun katuk dan tepung daun murbei dalam pakannya (R3). Hal ini dapat disebabkan adanya zat aktif yang terdapat dalam kedua macam tepung daun tersebut.

Bobot kerabang telur yang sama dihasilkan dari puyuh yang mendapat pakan dengan tepung daun katuk (R1) dan campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3).

Tebal kerabang telur tertinggi dihasilkan oleh puyuh yang tidak mendapat tepung daun (R0), dan puyuh yang mendapat pakan dengan campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei, menghasilkan tebal kerabang yang lebih baik daripada puyuh yang mendapat tepung daun katuk saja (R1) maupun tepung daun murbei saja (R2). Hal ini menunjukan bahwa pemberian campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei dalam pakan puyuh menghasilkan tebal kerabang yang lebih baik daripada bila kedua macam tepung daun tersebut diberikan sendiri-sendiri.

11

Kandungan Vitamin A dalam Telur, Daging dan Hati

Kandungan vitamin A dalam telur, daging, dan hati dapat dilihat pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Kandungan Vitamin A dalam Telur, Daging, dan Hati Puyuh Perlakuan Kandungan Vitamin A (µg100g

-1

sampel)

Telur Daging Hati

R0 298.88 158.64 201.46

R1 285.36 172.06 248.82

R2 322.45 182.44 256.42

R3 336.65 186.28 262.86

Ket: R0: Pakan kontrol, tanpa tepung daun katuk dan tepung daun murbei; R1: Pakan mengandung 10 % tepung daun katuk (TDK); R2: Pakan mengandung 10 % tepung daun murbei (TDM); R3:Pakan mengandung 5% TDK dan 5% TDM

Kandungan vitamin A pada telur, daging, dan hati pada pakan perlakuan yang mengandung campuran tepung daun katuk dan tepung daun murbei (R3) memberikan kandungan vitamin A yang tertinggi dibandingkan dengan ketiga

Dokumen terkait