• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama : Febby Thannia

NRP : 0710116

Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 6 Februari 1989

Alamat : Jati Indah Raya No. 11

Bandung Riwayat pendidikan :

SD Negeri Pelita, Bandung, lulus tahun 2001 SMP Negeri 34, Bandung, lulus tahun 2004 SMU Negeri 22, Bandung, lulus tahun 2007

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis, secara global 2,5 juta manusia hidup di daerah transmisi virus tersebut (WHO, 2005). Penyakit DBD pada awalnya hanya menyerang daerah perkotaan yang berpenduduk padat, seperti Jakarta dan Surabaya, kemudian penyebarannya berlanjut ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta dan lainnya. Pada tahun 1985, DBD dilaporkan telah tersebar meluas di seluruh Provinsi Indonesia (Soemarno , 1987).

Nyamuk Aedes sp. berperan sebagai vektor penyakit DBD yang berkembang biak pada tempat penampungan air bersih, di dalam maupun luar rumah, hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, sehingga populasi nyamuk perlu di kendalikan. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk, terutama pada stadium larva dengan menggunakan larvisida sintetis (Aji Bau, 1999).

Larvisida sintetis yang paling banyak digunakan adalah temephos, yang penggunaannya sudah banyak menimbulkan resistensi, menyisakan produk metabolit dalam air dan dapat merusak lingkungan hingga menyebabkan kematian hewan peliharaan. Hal ini mendorong untuk mencari bahan alternatif larvisida alami yang efektif, selain toksis terhadap larva juga mudah mengalami biodegradasi di alam, karena itu bahan larvisida alami relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan (Dadang Prijono. 2008).

Larvisida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti buah, daun, batang ataupun akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri. Salah satu tanaman yang berpotensi dan dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati, adalah cabai rawit (Capsicum frutescens Linn) (M, Blumenthal, 1998).

yang bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin adalah merusak membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman Naim, 2004).

Ekstrak cabai rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang merupaka spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran pernapasan (bronkokandidiasis) (Setiawan Dalimartha, 2004). Dengan menganalogkan capsaicin dapat bersifat bakterisida dan fungistatik kemungkinan diduga capsaicin dapat berefek sebagai larvisida. Dengan pertimbangan capsaicin merupakan senyawa minyak atsiri yang mudah larut dalam etanol, maka akan dilakukan penelitian efek ekstrak etanol cabai rawit (EECR) terhadap larva Aedes sp.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah ekstrak etanol cabai rawit (EECR) berefek larvisida terhadap Aedes sp.

2. Apakah ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos

1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud Penelitian

Mencari bahan alami terutama tumbuhan yang berefek sebagai larvisida

Tujuan Penelitian

Mengetahui efek dan potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.

3

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Akademis

Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang Parasitologi tentang tumbuhan yang berpotensi sebagai larvisida.

Manfaat Praktis

Untuk memberi informasi tentang efek larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.

1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Nyamuk Aedes sp., merupakan vektor penyakit DBD. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan menggunakan larvisida sintetis antara lain temephos.. Cara kerja temephos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase pada akhiran syaraf yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan (Kardinan,2001).

Pada penelitian ini akan digunakan cabai rawit sebagai bahan uji. Cabai rawit mengandung senyawa capsaicin, ascorbic acid, saponin, flavonoida dan tannin (Blumenthal M, 1998). Capsaicin bertindak sebagai penghambat reseptor rasa di daerah mulut larva, akibatnya larva gagal menstimulus rasa dan tidak mampu mengenali makanan. Selain itu capsaicin dapat pula menjadi racun perut (stomach poisoning) dengan penetrasi ke dalam sistem pencernaan (Dadang, Prijono D. 2008). Dengan adanya kandungan capsaicin dalam cabai rawit mengakibatkan kematian larva.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. Ekstrak etanol cabai rawit (EECR) berefek larvisida terhadap Aedes sp. 2. Ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos

1.6 Metodologi Penelitian

Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida terhadap Aedes sp. diuji dengan menggunakan ektrak etanol cabai rawit dengan berbagai dosis.

Data yang diukur adalah jumlah larva mati, selama pengamatan 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan α 0.05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0.05. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian : Ruang Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.

33 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang Ekstrak etanol cabai rawit (Capsicum frutescens Linn Var. Kathur) sebagai larvisida terhadap larva Aedes sp maka dapat disimpulkan:

1. Ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap larva Aedes sp. 2. Ekstrak etanol cabai rawit pada dosis 1.6% dan 3.2% memiliki potensi

larvisida setara dengan Temephos dan EECR dosis 6.4% memiliki potensi yang lebih baik bila dibandingkan dengan Temephos

5.2Saran

Penelitian efek ektrak etanol perlu dilanjutkan dengan menggunakan simplisia yang berwarna merah atau penelitian lanjutan untuk cabai varietas lainnya, perlunya dilakukan uji fitokimia, penelitian lanjutan tentang cara kerja larvisida, uji ketahanan dalam air dan uji lapangan yang sangat berguna untuk pengendalian wabah penyakit Demam Berdarah Dengue.

DAFTAR PUSTAKA

Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey) Terhadap Larva Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP : Semarang Agoes, R; Oehadian,H dan Djaenudin. 2009. Penuntun Praktikum Parasitologi II

(Entomologi Medik). Bagian Parasitologi FK UNPAD: Bandung

Blumenthal M., Ed., et al. 1998. The Complete German Commission E Monographs, Therapeutic Guide To Herbal Medicines. American Botanical Council. Austin. Bouchelta A, Boughdad A, Blenzar A. 2005. Biocide effects of alkaloids, saponins

and flavinoids extracted from Capsicum frutescens L. (Solanaceae) on Bemisia tabaci (Gennidus) (Homoptera: Aleyrodidae). Biotechnol Agron Soc Environ Sunaryo, Soemarno.1998. Demam Berdarah Pada Anak, FKUI . Jakarta.

Calisher, H.H., 2005. Persistent Emergence of Dengue Haemorhagic Fever. Journal of Clinical Emergency, 30 (3 ) : 545 – 551.

Dadang Prijono. 2008. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. IPB-Press. Bogor.

Dalimartha, S. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan XI. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Depkes. Waspada Demam Berdarah Dengue. 2009. Diunduh dari : http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3638 . Diakses 16 Juni 2010.

Dinkes DKI. 2003. Demam Berdarah. Diunduh dari: http://www.dinkesDKI.com. Diakses : 4 Juli 2010.

Ditjen PPM&PLP. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.

Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W, editor. 2004. Parasitologi kedokteran. 3rd ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta

Kardinan,A.2001.Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. PT.Penebar Swadaya. Jakarta.

35

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan Dan Perancangannya Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondiosional Bidangpertanaman, Peternakan, Perikanan, Industry Dan Hayati. Edisi 1. Jakarta. PT. Raya Grafindo Persada. Hal 10 – 12.

Keputusan Menteri Pertanian. 2003 . Deskripsi Cabe Rawit Varietas Kathur. Diunduh dari: www.deptan.go.id/bdd/admin/file/SK-343-03.pdf.

Diakses 1 Desember 2010.

Keputusan Menteri Pertanian. 2005 . Deskripsi Cabai Rawit Hibrida Varietas Juwita. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-346-05.pdf.

Diakses 1 Desember 2010.

Keputusan Menteri Pertanian. 2005 . Deskripsi Cabai Rawit Hibrida Varietas Dewata. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-120-05.pdf. Diakses 1 Desember 2010

Keputusan Menteri Pertanian. 2009 . Deskripsi Cabai Rawit Varietas Bhaskara. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-2082-09.pdf.

Diakses 1 Desember 2010

Nanda Febriansyah. (2008). Meningkatkan upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari: http://digilib.litbang.depkes.go.id.gdl.php?mod.

Diakses pada 15 Maret 2009

Rochman Naim. Senyawa Antimikroba dari Tanaman 2004. Diunduh dari: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm

Diakses 20 Agustus 2010.

Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi. UMM.Malang. Sardjito, R. 1994. Sindrom Klinik Umum Infeksi Virus dalam Staf Pengajar FKUI.

Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta. Sarpian, T. 2003. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. Penebar Swadaya.

Jakarta.

Setiadi. 1991. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan Dalimartha. 2004. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Trubus Agriwidya. Jakarta.

Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Soemarno, 1987. Penuntun Praktikum Bakteriologi. C.V. Karyono, Yogyakarta. Suhendro R, Nainggolan, Leonard. Chen, Khie. Pohan, Herdiman T.dkk. 2007. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.

Surosos & Umar, A. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia Saat Ini. Dalam S.R.Hadinegoro &II.I. Safari. Naskah lengkap Demam Berdarah Dengue, Pelatihan Bagi Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. FKUI. Jakarta.

Wakhyulianto . 2005. Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti . UNNES. Semarang.

WHO. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 2005. Diunduh dari : http://www.who.int/csr/disease/dengue/en/. Diakses 1 April 2010

_______. Aedes Aegypti Larvae. 2004. Diunduh dari : http://www.denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html.

Diakses 9 Agustus 2010

_______. Aedes Aegypti Pupa. 2004. Diunduh dari : http://denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html. Diakses 9 Agustus 2010

_______. Daur Hidup Aedes aegypti. 2010. Diunduh dari : http://dinkeskotapadang1.wordpress.com/2009/08/12/demam-chikungunya/. Diakses 2 Agustus 2010.

_______. Dengue Fever Mosquito Eggs. 2004. Diunduh dari : http://bepast.org/dataman.pl?c=flib&dir=docs/photos/dengue/.

Dokumen terkait