iv
Febby Thannia, 2010 ; Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dra. Rosnaeni, Apt
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang sering ditemukan di daerah tropis. Vektor penyebab DBD adalah nyamuk Aedes sp. Pengendalian vektor DBD salah satunya dengan menggunakan larvisida sintetis, yang banyak menimbulkan kerugian. Hal ini mendorong dilakukan penelitian untuk mencari larvisida alternatif yang diharapkan efektif dan ramah lingkungan, salah satunya cabai rawit (Capsicum frutescens L). Tujuan penelitian untuk mengetahui efek dan potensi larvisida Ekstrak Etanol Cabai Rawit (EECR) terhadap Aedes sp. Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan, dengan Rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Larva Aedes sp dibagi 6 kelompok yaitu I, II, III dan IV berturut turut diberi EECR 0.8%, 1.6%, 3.2% dan 6.4%, kelompok V kontrol (CMC) dan Kelompok VI Abate (pambanding). Data yang dihitung jumlah larva mati setelah pengamatan 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, Apabila terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan α 0.05.
v ABSTRACT
EFFECT OF ETHANOL EXTRACT CAYENNE PEPPER (Capsicum
frutescens Linn. Var. Kathur) AS LARVISIDE AGAINST Aedes sp.
Febby Thannia, 2010 ; Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dra. Rosnaeni, Apt
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease most often finding in tropical area .Vektor cause of DHF is a mosquito Aedes sp. One of dengue vector control is using synthetic larvicide, which generated a lot of disadvantage. This prompted research to find alternatives that are expected larvicide effective and environmentally friendly, one cayenne pepper (Capsicum frutescens L). The purpose of the study to determine the effects and potential of Ethanol Extract Of Cayenne Pepper as larviside (EECR) against Aedes sp. Real experimental prospective study design, with a completely randomized design (CRD) is comparative. Larvae of Aedes sp divided into six groups: I, II, III and IV were given consecutive EECR 0.8%, 1.6%, 3.2% and 6.4%, group V controls (CMC) and Group VI Abate (comparator). The data that measured the number of larvae died after 24 hours of observation. Data analysis using one-way ANOVA, if there is a difference followed by Tuckey HSD test with α 0.05. The results mean the larvae died in group I, II, III and IV differed significantly by group V (p = .000). When compared to abate (Appellant) group I potentials are weaker (p = 0.000), group II and III potency equivalent (p = 0971) and (p = 0113) while its potency is stronger group VI (p = .000). Conclusion EECR has effect as larvacide with varying.potential.
viii
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
ix BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN... 23
x
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 33
5. 1 Simpulan ... 33
5. 2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
LAMPIRAN ... 37
xi
DAFTAR TABEL
xii
2.2 Gambar Telur Aedes sp. ... 11
2.3 Gambar Larva Aedes sp. ... 12
2.4 Gambar Pupa Aedes sp. ... 13
2.5 Gambar Nyamuk Aedes sp. ... 13
2.6 Gambar Morfologi Nyamuk Aedes sp. ... 14
2.7 Gambar Cabai Rawit ... 20
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit ... 37
Lampiran 2. Prosedur Pembuatan Supensi CMC ... 38
Lampiran 3. Prosedur Pembuatan Suspense Abate ... 39
Lampiran 4. Prosedur Perhitungan Dosis ... 40
Lampiran 5. Varietas Cabai Rawit ... 41
Lampiran 6. Hasil ANAVA dan Post Hoc Test... 46
Lampiran 7. Analisis Probit ... 49
Lampiran 8. Gambar Penelitian ... 53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Pembuatan Ekstrak Cabai Rawit
Pembuatan ektrak dilakukan di Laboratorium Farmasi Institut Teknologi Bandung Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cabai rawit (Varietas Kathur) yang diperoleh dari Ciwidey
Cabai rawit yang didapat diseleksi, dipilih dengan kematangan yang sama, tidak ada yang busuk dan tangkainya dibuang
Cabai rawit yang sudah diseleksi, ditimbang berat basahnya kemudian diperoleh 1 kg
1 kg cabai rawit dan dikeringkan dengan oven dan diperoleh 75 gram bubuk kering Cabai rawit
Cabai rawit yang sudah kering diblender dengan blender listrik hingga derajat kehalusan tertentu
75 gram bubuk kering diekstraksi dengan cara panas menggunakan pelarut etanol 95%
Disaring dengan menggunakan kertas Whatmann No.1
Filtrat dipekatkan dengan evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental cabai rawit seberat 25 gram
Ekstrak disimpan dalam botol pada suhu ruangan
38
Lampiran 2. Prosedur Pembuatan Suspensi CMC
o Suspensi yang akan digunakan adalah suspensi CMC 1%
o 1% CMC adalah 1gram dalam 100 ml, maka untuk 1 liter CMC diperlukan
10gram CMC bubuk.
o Timbang serbuk CMC sebanyak 10 gram o Didhkan 1 liter air dalam wadah
o CMC dikembangkan dengan menambahkan air panas sedikit demi sedikit
hingga mencapai 1 liter, sambil digerus perlahan hingga homogen / larut dalam air panas
Lampiran 3 . Pembuatan supensi Abate
Dosis Abate yang digunakan untuk percobaan adalah 0.01%
Pada label tertera 1- gram untuk 100 liter air, sedangkan percobaan menggunakan 100 ml air maka
10 gram untuk 100 L air
1 L = 1L air/ 100L air x10 gram = 0.1 0.1 untuk 1 Liter air sedangkan untuk 100 ml air
100ml = 100ml air/ 1000ml air x 0.1 gram = 0.01 gram abate Berdasarkan perhitungan dosis untuk abate yang digunakan adalah 0.01 gram
o Timbang abate sebanyak 0.01 gram
o Gerus perlahan hingga abate menjadi halus
40
Lampiran 4. Prosedur Perhitungan Dosis
Dosis untuk Aedes sp 0,8 %; 1,6 %; 3,2 %; 6,4 % dalam 100 ml CMC 1% 6400 ppm : 6400 mg / 1000 ml
640 mg / 100 ml
6400 mg EECR dalam 1000 ml CMC 1% 640 mg EECR dalam 100 ml CMC 1%
1280 mg EECR dalam 200 ml CMC 1% 1,28 gram EECR dalam 200 ml CMC 1%
Hasil 200 ml → 100 ml EECR 6,4 % + 100 ml EECR 6,4 %
Kemudian 100 ml EECR 6,4 % + 100 ml CMC 1%
Hasil 200 ml → 100 ml EECR 3,2 % + 100 ml EECR 3,2 %
Kemudian 100 ml EECR 3,2 % + 100 ml CMC 1%
Hasil 200 ml → 100 ml EECR 1,6 % + 100 ml EECR 1,6 %
Kemudian 100 ml EECR 1,6 % + 100 ml CMC 1%
Lampiran 5. Varietas Cabai Rawit
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 343/Kpts/TP.240/6/2003
Tanggal : 23 Juni 2003
DESKRIPSI CABE RAWIT VARIETAS KATHUR
Asal tanaman : Blitar Warna mahkota bunga : putih Warna kotak sari : ungu
42
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005
TANGGAL: 14 September 2005
DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS DEWATA
Asal : PT. East West Seed Indonesia
Silsilah : 3045 (F) x 3045 (M)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal
Tinggi tanaman : ± 50 cm
Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam Umur mulai panen : 65 panen hari setelah tanam Kerapatan kanopi : kompak
Warna batang : hijau
Bentuk daun : oval
Tepi daun : rata/tidak bergerigi
Ujung daun : lancip
Permukaan daun : rata/tidak bergelombang
Ukuran daun : panjang ± 4,5 cm; lebar ± 2,0 cm Warna kotaksari : biru keunguan Jumlah kotaksari : 5 – 6 cm Warna kepala putik : kuning Bentuk buah : bulat panjang
Ukuran buah : panjang ± 4,6 cm; diameter ± 0,8 cm Permukaan kulit buah : halus mengkilap
Tebal kulit buah : ± 1 mm
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN
NOMOR : 346/Kpts/SR.120/9/2005 TANGGAL: 14 September 2005
DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS JUWITA
Asal : PT. East West Seed Indonesia Silsilah : 3049 (F) x 3049 (M)
Golongan varietas : hibrida silang tunggal Tinggi tanaman : ± 55 cm
Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam
Umur mulai panen : 65 panen hari setelah tanam Kerapatan kanopi : kompak
Warna batang : hijau
Bentuk daun : oval
Tepi daun : rata/tidak bergerigi Ujung daun : lancip
Permukaan daun : rata/tidak bergelombang
Ukuran daun : panjang ± 4,7cm; lebar ± 2,3 cm Warna kotaksari : biru keunguan Jumlah kotaksari : 5 – 6 cm Warna kepala putik : kuning
Bentuk buah : bulat panjang
Ukuran buah : panjang ± 4,4 cm; diameter ± 0,9 cm Permukaan kulit buah : halus mengkilap
Tebal kulit buah : ± 1 mm
Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan ketinggian 10 – 700 m dpl
254
44
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 2082/Kpts/SR.120/5/2009
TANGGAL: 7 Mei 2009
DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS BHASKARA
Kandungan capsicin : 397.500 scoville unit Berat per buah : 2,1 – 3,3 g
Berat buah per tanaman : 443 – 756 g Berat 1.000 biji : 3,4 – 3,6 g Daya simpan buah pada suhu
kamar (25 – 27 oC)
: 6 – 7 hari setelah panen
46
Lampiran 6. Hasil ANAVA dan Post Hoc Test
Descriptives
EECR 0,8% 5 3.0152 .02672 .01195 2.9821 3.0484 3.00 3.04
EECR 1,6% 5 3.3101 .03307 .01479 3.2691 3.3512 3.26 3.33
EECR 3,2% 5 3.3738 .02879 .01288 3.3381 3.4096 3.33 3.40
EECR 6,4% 5 3.4274 .01466 .00656 3.4092 3.4456 3.40 3.43
Kontrol 5 .0000 .00000 .00000 .0000 .0000 .00 .00
Pembanding 5 3.3241 .04731 .02116 3.2654 3.3829 3.26 3.37
Total 30 2.7418 1.25451 .22904 2.2734 3.2102 .00 3.43
48
Homogeneus Subsets
Ln+1 Larva Mati 24Jam
Tukey HSDa
Kelompok Perlakuan
N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4 5
dimension1 Kontrol 5 .0000
EECR 0,8% 5 3.0152
EECR 1,6% 5 3.3101
Pembanding 5 3.3241 3.3241
EECR 3,2% 5 3.3738 3.3738
EECR 6,4% 5 3.4274
Sig. 1.000 1.000 .971 .113 .074
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Lampiran 7
Lower Bound Upper Bound
PROBITa Dosis EECR .546 .050 10.965 .000 .448 .644
Intercept -.060 .064 -.935 .350 -.124 .004
a. PROBIT model: PROBIT(p) = Intercept + BX
Chi-Square Tests
Chi-Square dfa Sig.
PROBIT Pearson Goodness-of-Fit
Test
362.114 28 .000b
a. Statistics based on individual cases differ from statistics based on aggregated
cases.
b. Since the significance level is less than .150, a heterogeneity factor is used in
Lampiran 8. Gambar Penelitian
Gambar 1. EECR dalam Berbagai Dosis
54
Lampiran 9. Gambar Cabai Rawit
Gambar 3. Cabai Rawit Berbagai tingkat Kematangan Buah
A. Cabai Rawit Muda B. Cabai Rawit Setengah Matang C. Cabai Rawit Matang
Gambar 4. Cabai Rawit Varietas Lain
69
RIWAYAT HIDUP
Nama : Febby Thannia
NRP : 0710116
Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 6 Februari 1989
Alamat : Jati Indah Raya No. 11
Bandung Riwayat pendidikan :
SD Negeri Pelita, Bandung, lulus tahun 2001 SMP Negeri 34, Bandung, lulus tahun 2004 SMU Negeri 22, Bandung, lulus tahun 2007
1 perkotaan yang berpenduduk padat, seperti Jakarta dan Surabaya, kemudian penyebarannya berlanjut ke kota-kota lain seperti Semarang, Yogyakarta dan lainnya. Pada tahun 1985, DBD dilaporkan telah tersebar meluas di seluruh Provinsi Indonesia (Soemarno , 1987).
Nyamuk Aedes sp. berperan sebagai vektor penyakit DBD yang berkembang biak pada tempat penampungan air bersih, di dalam maupun luar rumah, hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, sehingga populasi nyamuk perlu di kendalikan. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan memutus siklus hidup nyamuk, terutama pada stadium larva dengan menggunakan larvisida sintetis (Aji Bau, 1999).
Larvisida sintetis yang paling banyak digunakan adalah temephos, yang penggunaannya sudah banyak menimbulkan resistensi, menyisakan produk metabolit dalam air dan dapat merusak lingkungan hingga menyebabkan kematian hewan peliharaan. Hal ini mendorong untuk mencari bahan alternatif larvisida alami yang efektif, selain toksis terhadap larva juga mudah mengalami biodegradasi di alam, karena itu bahan larvisida alami relatif tidak berbahaya terhadap lingkungan (Dadang Prijono. 2008).
Larvisida alami dapat berasal dari bahan-bahan nabati seperti buah, daun, batang ataupun akar dari tanaman yang banyak mengandung minyak atsiri. Salah satu tanaman yang berpotensi dan dapat dikembangkan sebagai insektisida nabati, adalah cabai rawit (Capsicum frutescens Linn) (M, Blumenthal, 1998).
yang bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin adalah merusak membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman Naim, 2004).
Ekstrak cabai rawit dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans yang merupaka spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran pernapasan (bronkokandidiasis) (Setiawan Dalimartha, 2004). Dengan menganalogkan capsaicin dapat bersifat bakterisida dan fungistatik kemungkinan diduga capsaicin dapat berefek sebagai larvisida. Dengan pertimbangan capsaicin merupakan senyawa minyak atsiri yang mudah larut dalam etanol, maka akan dilakukan penelitian efek ekstrak etanol cabai rawit (EECR) terhadap larva Aedes sp.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apakah ekstrak etanol cabai rawit (EECR) berefek larvisida terhadap Aedes sp.
2. Apakah ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos
1. 3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud Penelitian
Mencari bahan alami terutama tumbuhan yang berefek sebagai larvisida
Tujuan Penelitian
3
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat Akademis
Menambah wawasan pengetahuan dalam bidang Parasitologi tentang tumbuhan yang berpotensi sebagai larvisida.
Manfaat Praktis
Untuk memberi informasi tentang efek larvisida ekstrak etanol cabai rawit terhadap Aedes sp.
1. 5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Nyamuk Aedes sp., merupakan vektor penyakit DBD. Salah satu cara pengendalian vektor DBD dilakukan dengan menggunakan larvisida sintetis antara lain temephos.. Cara kerja temephos adalah dengan mempengaruhi fosforilasi dari enzim asetilkolinesterase pada akhiran syaraf yang mengakibatkan organ efektor menjadi terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan tanda keracunan (Kardinan,2001).
1.5.2 Hipotesis Penelitian
1. Ekstrak etanol cabai rawit (EECR) berefek larvisida terhadap Aedes sp. 2. Ektrak etanol cabai rawit memiliki potensi setara dengan temephos
1.6 Metodologi Penelitian
Desain penelitian eksperimental laboratorium sungguhan, dengan Rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida terhadap Aedes sp. diuji dengan menggunakan ektrak etanol cabai rawit dengan berbagai dosis.
Data yang diukur adalah jumlah larva mati, selama pengamatan 24 jam. Analisis data menggunakan ANAVA satu arah dengan α 0.05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p ≤ 0.05. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian : Ruang Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung.
33 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang Ekstrak etanol cabai rawit (Capsicum frutescens Linn Var. Kathur) sebagai larvisida terhadap larva Aedes sp maka dapat disimpulkan:
1. Ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap larva Aedes sp. 2. Ekstrak etanol cabai rawit pada dosis 1.6% dan 3.2% memiliki potensi
larvisida setara dengan Temephos dan EECR dosis 6.4% memiliki potensi yang lebih baik bila dibandingkan dengan Temephos
5.2Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey) Terhadap Larva Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP : Semarang
Agoes, R; Oehadian,H dan Djaenudin. 2009. Penuntun Praktikum Parasitologi II (Entomologi Medik). Bagian Parasitologi FK UNPAD: Bandung
Blumenthal M., Ed., et al. 1998. The Complete German Commission E Monographs, Therapeutic Guide To Herbal Medicines. American Botanical Council. Austin.
Bouchelta A, Boughdad A, Blenzar A. 2005. Biocide effects of alkaloids, saponins and flavinoids extracted from Capsicum frutescens L. (Solanaceae) on Bemisia tabaci (Gennidus) (Homoptera: Aleyrodidae). Biotechnol Agron Soc Environ
Sunaryo, Soemarno.1998. Demam Berdarah Pada Anak, FKUI . Jakarta.
Calisher, H.H., 2005. Persistent Emergence of Dengue Haemorhagic Fever. Journal of Clinical Emergency, 30 (3 ) : 545 – 551.
Dadang Prijono. 2008. Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida Alami. IPB-Press. Bogor.
Dinkes DKI. 2003. Demam Berdarah. Diunduh dari: http://www.dinkesDKI.com. Diakses : 4 Juli 2010.
Ditjen PPM&PLP. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular Penyakit Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Depkes RI.
Gandahusada S, Ilahude HD, Pribadi W, editor. 2004. Parasitologi kedokteran. 3rd ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
35
Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan Dan Perancangannya Rancangan Percobaan Aplikatif : Aplikasi Kondiosional Bidangpertanaman, Peternakan, Perikanan, Industry Dan Hayati. Edisi 1. Jakarta. PT. Raya Grafindo Persada. Hal 10 – 12.
Keputusan Menteri Pertanian. 2003 . Deskripsi Cabe Rawit Varietas Kathur. Diunduh dari: www.deptan.go.id/bdd/admin/file/SK-343-03.pdf.
Diakses 1 Desember 2010.
Keputusan Menteri Pertanian. 2005 . Deskripsi Cabai Rawit Hibrida Varietas Juwita. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-346-05.pdf.
Diakses 1 Desember 2010.
Keputusan Menteri Pertanian. 2005 . Deskripsi Cabai Rawit Hibrida Varietas Dewata. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-120-05.pdf. Diakses 1 Desember 2010
Keputusan Menteri Pertanian. 2009 . Deskripsi Cabai Rawit Varietas Bhaskara. Diunduh dari www.deptan.go.id/bdd/admin/file/ SK-2082-09.pdf.
Diakses 1 Desember 2010
Nanda Febriansyah. (2008). Meningkatkan upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari: http://digilib.litbang.depkes.go.id.gdl.php?mod.
Diakses pada 15 Maret 2009
Rochman Naim. Senyawa Antimikroba dari Tanaman 2004. Diunduh dari: http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm
Diakses 20 Agustus 2010.
Saraswati.2004.Pengaruh Konsentrasi Filtrat Biji Bengkuang (Pachyrrhizus erosus L) Terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Aedes aegypti L. Skripsi. UMM.Malang.
Sardjito, R. 1994. Sindrom Klinik Umum Infeksi Virus dalam Staf Pengajar FKUI. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara. Jakarta.
Sarpian, T. 2003. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiadi. 1991. Bertanam Cabai. Penebar Swadaya. Jakarta.
Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Soemarno, 1987. Penuntun Praktikum Bakteriologi. C.V. Karyono, Yogyakarta.
Suhendro R, Nainggolan, Leonard. Chen, Khie. Pohan, Herdiman T.dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. Jakarta.
Surosos & Umar, A. 1999. Epidemiologi dan Penanggulangan Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia Saat Ini. Dalam S.R.Hadinegoro &II.I. Safari. Naskah lengkap Demam Berdarah Dengue, Pelatihan Bagi Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana Kasus DBD. FKUI. Jakarta.
Wakhyulianto . 2005. Uji Daya Bunuh Ekstrak Cabai Rawit (Capsicum Frutescens L) Terhadap Nyamuk Aedes Aegypti . UNNES. Semarang.
WHO. Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. 2005. Diunduh dari : http://www.who.int/csr/disease/dengue/en/. Diakses 1 April 2010
_______. Aedes Aegypti Larvae. 2004. Diunduh dari : http://www.denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html.
Diakses 9 Agustus 2010
_______. Aedes Aegypti Pupa. 2004. Diunduh dari : http://denguevirusnet.com/life-cycle-of-aedes-aegypti.html. Diakses 9 Agustus 2010