• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Larvisida Ekstrak Etanol Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.var Kathur) Terhadap Culex.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Larvisida Ekstrak Etanol Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.var Kathur) Terhadap Culex."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEK LARVISIDA EKSTRAK ETANOL CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L. var Kathur) TERHADAP Culex

Caroline Wiraatmaja, 2010, Pembimbing I : Dr. Susy Tjahjani, dr, M.Kes. Pembimbing II: Dra. Rosnaeni, Apt.

Pengendalian terhadap nyamuk Culex quinquefasciatus sebagai vektor filariasis dapat dengan menurunkan jumlah populasi nyamuk dewasa atau dengan memutus siklus hidupnya menggunakan larvisida sintetis. Penggunaan larvisida sintetis secara terus menerus dapat menimbulkan dampak yang merugikan, sehingga perlu dilakukan penelitian penggunaan bahan alami yang mempunyai kemampuan larvisida, salah satunya adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L.). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek larvisida ekstrak etanol cabai rawit (EECR) terhadap Culex. Desain penelitian prospektif eksperimental sungguhan, dengan rancangan acak lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida EECR terhadap Culex menggunakan dosis EECR 3.6 %, 7.2 %, 14.4 % dan 28.8 %, sebagai kontrol CMC 1% dan pembanding Temephos 0.01%. Data yang diukur jumlah larva mati setelah pengamatan 24 jam.

Analisis data menggunakan ANAVA satu arah, apabila terdapat perbedaan dilanjutkan uji Tukey HSD, dengan α=0.05. Hasil penelitian rerata jumlah larva mati pada kelompok yang diberi EECR 3.6 % (2.88), 7.2 % (3.20), 14.4 % (3.35) dan 28.8 % (3.38) berbeda sangat signifikan (p=.000) dengan kelompok kontrol (CMC 1%). Potensi larvisida EECR 3.6 % (2.88), 7.2 % (3.20), dan 14.4 % (3.35) lebih lemah (p=.000) dari Temephos (3.43), sedangkan potensi larvisida EECR 28.8 % (3.38) setara dengan Temephos (p=0.064). Simpulan penelitian ini adalah EECR berefek larvisida terhadap Culex dengan potensi yang bervariasi.

(2)

ABSTRACT

LARVISIDAL EFFECT OF CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L. var Kathur ) ETANOL EXTRACT TO Culex

Caroline Wiraatmaja, 2010, Tutor I : Dr. Susy Tjahjani, dr, M.Kes. Tutor II : Dra. Rosnaeni, Apt.

To control Culex quinquefasciatus mosquito, we can use synthetic larvicide, but the synthetic larvicide can give bad effect for environment. Because of that, we need nature larvicide which is toxic effect for insect and have larvisidal effect, such as cabai rawit (Capsicum frutescens Linn).

The purpose of this research is know larvisidal effect of cabai rawit (Capsicum frutescens L.) in the form of etanol extract to Culex. The experimental course used the comparative Completely Randomized Design (CRD). Larvicidal effect of cabai rawit etanol extract to Culex use 3.6 %, 7.2 %, 14.4 % and 28.8 % dose, CMC 1% as control and Temephos 0.01%. The measured data was sum of death larva in 24 hours.

The data was analysed using one way ANOVA and Tukey HSD α = 0,05. The result show that average of death larva in group I (3.6 %) is 2.88, II (7.2 %) is 3.20, III (14.4 %) is 3.35 and IV (28.8 %) is 3.38 compare with group V (CMC 1%), have significant difference (p=.000). Larvisidal potential of cabai rawit etanol extract 3.6 %, 7.2 % and 14.4 % dose is lower than Temephos, but 28.8 % dose as same effect as with Temephos (p=0.064). The conclusions of this research is that all dose of cabai rawit etanol extract have larvisidal effect and have different larvisidal potential to Culex.

(3)
(4)

2.2.5 Siklus Hidup Nyamuk Culex sp... 8

(5)

3.3 Prosedur Kerja... 29

3.3.1 Persiapan Hewan Coba... 29

3.3.2 Persiapan Bahan Uji... 30

3.3.3 Prosedur Penelitian... 30

3.4 Metode Penelitian... 31

3.4.1 Hipotesis Statistik... 31

3.4.2 Kriteria Uji... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Pembahasan... 32

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian... 36

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan... 37

5.2 Saran... 37

Daftar Pustaka ... 38

Lampiran ... 40

(6)

DAFTAR TABEL

(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Identifikasi Nyamuk Anopheles, Aedes dan Culex ... 5

Gambar 2.2 Anatomi Nyamuk ... 6

Gambar 2.3 Culex quinquefasciatus ... 7

Gambar 2.4 Culex quinquefasciatus ... 7

Gambar 2.5 Culex territans ... 8

Gambar 2.6 Culex pipiens ... 8

Gambar 2.7 Siklus Hidup Nyamuk Culex sp ... 8

Gambar 2.8 Metamorfosis Nyamuk Culex sp ... 9

Gambar 2.9 Telur Culex sp ... 9

Gambar 2.10 Larva Culex sp ... 10

Gambar 2.11 Pupa Culex sp ... 10

Gambar 2.12 Nyamuk Dewasa Culex sp ... 10

Gambar 2.13 Penderita Filariasis ... 12

Gambar 2.14 Penyebaran Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori ... 13

Gambar 2.15 Siklus Hidup Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi ... 16

Gambar 2.16 Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn) ... 24

(8)

Lampiran 1 : Prosedur Pembuatan Ekstraksi Prosedur pembuatan ekstrak etanol cabai rawit :

Simplisia yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cabai rawit yang diperoleh dari Ciwidey.

Cabai rawit yang didapat diseleksi, dipilih dengan kematangan yang sama, tidak ada yang busuk dan tangkainya dibuang.

Cabai rawit yang sudah diseleksi, ditimbang berat basahnya kemudian diperoleh 1 kg Cabai rawit.

1 kg Cabai rawit ini dikeringkan dengan oven dan diperoleh 75 gram bubuk kering Cabai rawit.

Cabai rawit yang sudah kering diblender dengan blender listrik hingga derajat kehalusan tertentu.

75 gram bubuk kering Cabai rawit yang digunakan untuk penelitian ini diekstraksi menggunakan pelarut etanol 95% dengan cara dipanaskan sampai mendidih selama 1 jam.

Disaring dengan menggunakan Whatmann No 1.

Filtrat dipekatkan dengan evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental Cabai rawit seberat 25 gram.

(9)

Lampiran 2 : Pehitungan Dosis Ekstrak Etanol Cabai Rawit Pehitungan dosis ekstrak etanol cabai rawit (EECR) :

Penelitian ini menggunakan dosis EECR 3.6 %, 7.2 %, 14.4 % dan 28.8 % dalam 100 ml CMC 1%.

Pembuatan dosis EECR 28.8 % :

28800 mg EECR dalam 1000 ml CMC 1% Pembuatan dosis EECR 14.4 % :

(10)

Lampiran 3 : Perhitungan Dosis Temephos Perhitungan dosis Temephos (Abate® 0.01%) :

Abate® sebanyak 10 gram digunakan untuk 100 liter air. Berarti :

10 gram Abate® untuk 100 L air 0,1 gram Abate® untuk 1 L air

0,01 gram Abate® untuk 100 ml air

(11)

Lampiran 4 : Pembuatan Suspensi CMC Pembuatan suspensi CMC 1% :

Untuk membuat suspensi CMC 1% diperlukan serbuk CMC sebanyak 1 gram dilarutkan dalam 100 ml air. Dalam penelitian ini diperlukan suspensi CMC 1% sebanyak 1 liter.

Panaskan 1 liter air hingga mendidih.

Masukan air panas ke dalam sebuah wadah tahan panas.

Kemudian masukan serbuk CMC sebanyak 10 gram ke dalam air panas. Serbuk CMC digerus sampai larut dalam air panas.

Diamkan suspensi selama 24 jam.

(12)
(13)

Berat buah per tanaman : 0,5 – 0,8 kg

Produksi : 12,0 – 13,5 ton buah segar per hektar Keterangan : cocok untuk daratan rendah sampai tinggi

(5 – 600 m di atas permukaan laut)

(14)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 345/Kpts/SR.120/9/2005

TANGGAL: 14 September 2005

DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS DEWATA

Asal : PT. East West Seed Indonesia

Silsilah : 3045 (F) x 3045 (M)

Golongan varietas : hibrida silang tunggal

Tinggi tanaman : ± 50 cm

Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam Umur mulai panen : 65 panen hari setelah tanam Kerapatan kanopi : kompak

Warna batang : hijau

Bentuk daun : oval

Tepi daun : rata/tidak bergerigi

Ujung daun : lancip

Permukaan daun : rata/tidak bergelombang

Ukuran daun : panjang ± 4,5 cm; lebar ± 2,0 cm Warna kotaksari : biru keunguan Jumlah kotaksari : 5 – 6 cm Warna kepala putik : kuning Bentuk buah : bulat panjang

Ukuran buah : panjang ± 4,6 cm; diameter ± 0,8 cm Permukaan kulit buah : halus mengkilap

(15)

Warna buah muda : putih

Warna buah tua : oranye-merah Jumlah buah per pohon : ± 389 buah Berat per buah : ± 1,8 g Berat buah per tanaman : ± 700 g Berat 1.000 biji : 4,8 – 5,2 g

Rasa buah : pedas

Hasil : ± 14,0 ton/ha

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai tinggi dengan ketinggian 10 – 1.300 m dpl

(16)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 346/Kpts/SR.120/9/2005

TANGGAL: 14 September 2005

DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS JUWITA

Asal : PT. East West Seed Indonesia

Silsilah : 3049 (F) x 3049 (M)

Golongan varietas : hibrida silang tunggal

Tinggi tanaman : ± 55 cm

Umur mulai berbunga : 35 hari setelah tanam Umur mulai panen : 65 panen hari setelah tanam Kerapatan kanopi : kompak

Warna batang : hijau

Bentuk daun : oval

Tepi daun : rata/tidak bergerigi

Ujung daun : lancip

Permukaan daun : rata/tidak bergelombang

Ukuran daun : panjang ± 4,7cm; lebar ± 2,3 cm Warna kotaksari : biru keunguan Jumlah kotaksari : 5 – 6 cm Warna kepala putik : kuning Bentuk buah : bulat panjang

Ukuran buah : panjang ± 4,4 cm; diameter ± 0,9 cm Permukaan kulit buah : halus mengkilap

(17)

Warna buah muda : putih

Warna buah tua : oranye-merah Jumlah buah per pohon : ± 429 buah Berat per buah : ± 1,7 g Berat buah per tanaman : ± 730 g Berat 1.000 biji : 4,8 – 5,2 g

Rasa buah : pedas

Hasil : ± 14,6 ton/ha

Keterangan : beradaptasi dengan baik di dataran rendah sampai sedang dengan ketinggian 10 – 700 m dpl

(18)

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 2082/Kpts/SR.120/5/2009

TANGGAL: 7 Mei 2009

DESKRIPSI CABAI RAWIT HIBRIDA VARIETAS BHASKARA

(19)

Tipe buah : rawit

Bentuk buah : silindris

Bentuk ujung buah : lancip

Ukuran buah : panjang 5,2 – 6,9 cm, diameter 0,6 – 0,8 Warna buah muda : hijau terang

Warna buah tua : merah cerah

Permukaan kulit buah : halus

Tebal kulit buah : 0,9 – 1,1 mm

Rasa buah : pedas

Kandungan capsicin : 397.500 scoville unit Berat per buah : 2,1 – 3,3 g

Berat buah per tanaman : 443 – 756 g Berat 1.000 biji : 3,4 – 3,6 g Daya simpan buah pada suhu

kamar (25 – 270C)

: 6 – 7 hari setelah panen

(20)

Lampiran 6 : Oneway

ANOVA

Ln+1 Larva Mati 24 Jam

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 45,012 5 9,002 11319,632 ,000

Within Groups ,019 24 ,001

Total 45,031 29

Descriptives

Ln+1 Larva Mati 24 Jam

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound

EECR 3,6% 5 2,8783 ,04672 ,02089 2,8203 2,9363 2,83 2,94

EECR 7,2% 5 3,2022 ,03589 ,01605 3,1577 3,2468 3,18 3,26

EECR 14,4% 5 3,3530 ,03092 ,01383 3,3146 3,3914 3,33 3,40

EECR 28,8% 5 3,3809 ,01857 ,00830 3,3578 3,4039 3,37 3,40

Kontrol 5 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

Pembanding 5 3,4340 ,00000 ,00000 3,4340 3,4340 3,43 3,43

(21)

Lampiran 7 : Post Hoc Tests

Multiple Comparisons

Ln+1 Larva Mati 24 Jam

Tukey HSD

(I) Kelompok Perlakuan (J) Kelompok Perlakuan Mean Difference

(22)

Lampiran 8 : Homogeneous Subsets

Ln+1 Larva Mati 24 Jam

Tukey HSDa

Kelompok Perlakuan

N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4 5

dimension1

Kontrol 5 ,0000

EECR 3,6% 5 2,8783

EECR 7,2% 5 3,2022

EECR 14,4% 5 3,3530

EECR 28,8% 5 3,3809 3,3809

Pembanding 5 3,4340

Sig. 1,000 1,000 1,000 ,631 ,064

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(23)
(24)

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for Dosis EECR

Estimate Lower Bound Upper Bound

(25)

Confidence Limits

Probability 95% Confidence Limits for Dosis EECR

Estimate Lower Bound Upper Bound

(26)
(27)
(28)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Caroline Wiraatmaja

NRP : 0710122

Tempat, Tanggal Lahir: Bandung, 30 Juni 1989 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : JL. Mohammad Ali No 25 Cianjur Jawa Barat Riwayat Pendidikan : Lulus TKK BPK Penabur Cianjur, tahun 1995.

Lulus SDK BPK Penabur Cianjur, tahun 2001. Lulus SMPK BPK Penabur Cianjur, tahun 2004. Lulus SMAK 1 BPK Penabur Bandung, tahun 2007.

(29)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia yang termasuk negara tropis, merupakan daerah endemik untuk penyakit yang penyebarannya ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, malaria dan filariasis. Filariasis di Indonesia tersebar luas hampir di seluruh provinsi, berdasarkan laporan dari daerah dan hasil survei pada tahun 2009, diberitakan ada sekitar 980 orang penduduk Jawa Barat yang menderita penyakit kaki gajah dengan jumlah kasus terbanyak di kecamatan Banjaran, Soreang dan Majalaya serta kabupaten Bandung yang mencapai 450 orang (Sandjaja, 2007). Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria, yang mengakibatkan gejala akut dan kronis (kaki membesar seperti kaki gajah), ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Di Indonesia telah ditemukan sebanyak 27 jenis nyamuk dari genus Culex, Anopheles dan Aedes. Culex quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan penyakit kaki

gajah (filariasis) dengan cara mencucuk penderita filariasis sehingga larva cacing filaria masuk dan berkembang di dalam tubuh nyamuk, lalu nyamuk Culex menularkan larva infektif tersebut kepada orang lain melalui cucukannya (Schmidt, 2000).

(30)

2

residunya dapat mencemari lingkungan dan dapat menurunkan kualitas lingkungan (Jerry et al., 2006).

Masalah pencemaran lingkungan dapat dikurangi dengan menggunakan insektisida alami sebagai alternatif pengganti insektisida sintetik. Insektisida alami mengandung bahan-bahan alami yang bersifat toksik bagi serangga, mudah dan cepat terdegradasi di alam serta mempunyai dampak yang kecil terhadap lingkungan sehingga tidak berbahaya bagi manusia. Salah satu contoh insektisida alami adalah larvisida alami (Matsumura, 1996).

Larvisida alami terdapat pada bahan-bahan alami seperti buah, daun, batang ataupun akar dari tanaman. Salah satu tanaman yang mengandung larvisida alami adalah cabai merah (Capsicum annuum). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dr. V.A.Vijayan pada tahun 2007, ekstrak etanol cabai merah (Capsicum annuum) dapat berefek larvisida terhadap Culex. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) mengandung banyak senyawa yang sama dengan cabai

merah (Capsicum annuum).

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap Culex agar dapat diperoleh suatu produk insektisida alami yang berguna bagi masyarakat yang dapat digunakan sebagai alternatif pengendalian penyebaran penyakit filariasis dan pemberantasan vektor untuk menurunkan jumlah kasus filariasis.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap Culex.

2. Apakah potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit lebih lemah dibanding Temephos.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

(31)

3 terhadap Culex, sehingga ekstrak etanol cabai rawit berfungsi sebagai bahan alternatif bioinsektisida yang dapat digunakan untuk memberantas larva Culex. 1.4.2 Manfaat Akademis

Menambah pengetahuan tentang larvisida di bidang Entomologi dan Parasitologi.

1.5Kerangka Pemikiran

Larvisida dapat menggunakan zat-zat kimia organik sintetis seperti Temephos, Methoprene, Vetrazin dan Triflumuron. Larvisida yang sering digunakan oleh

masyarakat luas di Indonesia adalah Temephos. Cara kerja larvisida sintetik ini adalah dengan menghambat sintesis kolinesterase di sistem saraf pusat, sehingga menyebabkan kerusakan saraf yang berhubungan dengan saraf-saraf otot, akibatnya otot akan mengalami kontraksi terus menerus dan kelelahan otot, sampai kematian (Jerry et al., 2006).

(32)

4

1.6 Hipotesis

1. Ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap Culex.

2. Potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit lebih lemah dibanding Temephos.

1.7 Metode Penelitian

Desain penelitian eksperimental sungguhan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) bersifat komparatif. Efek larvisida terhadap Culex diuji dengan menggunakan ekstrak etanol cabai rawit berbagai dosis. Data yang diukur adalah jumlah larva mati dari berbagai perlakuan, setelah pengamatan 24 jam. Analisis data jumlah larva mati menggunakan ANAVA satu arah, bila bermakna dilanjutkan dengan uji Tukey HSD α = 0,05. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak komputer.

1.8Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi : Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha

(33)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

1. Ekstrak etanol cabai rawit berefek larvisida terhadap Culex.

2. Potensi larvisida ekstrak etanol cabai rawit lebih lemah dibanding Temephos.

3. Dari analisis probit setelah pengamatan 24 jam, diperkirakan LD90 pada penelitian ini, berada pada dosis ekstrak etanol cabai rawit 17.738 %. 5.2 Saran

Penelitian ini merupakan pendahuluan, perlu dilanjutkan dengan : 1. Penelitian efek larvisida cabai rawit varietas lain.

(34)

38

DAFTAR PUSTAKA

Bernardus, Sandjaja. 2007. Helmitologi Kedokteran. Prestasi Pustaka : Jakarta.

Bouchelta A, Boughdad A, Blenzar A. Biocide effects of alkaloids, saponins and flavinoids extracted from Capsicum frutescens L. (Solanaceae) on Bemisia tabaci (Gennidus) (Homoptera: Aleyrodidae). Biotechnol Agron Soc Environ 2005; 94: 259–69. Buck, A.A .1996. Wuchereria bancrofti: The causative agent of Bancroftian Filariasis

http://maven.smith.edu/~sawlab/fgn/pnb/wuch ban.html#bioandepid

Dalimartha, Setiawan. 2004. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:Trubus Agriwidya.

Darsie. 2005. Mosquito Morphology. http://www.nwmadil.com/mosquito%20biology.htm. 5 September 2008.

Departemen Kesehatan Indonesia. 2007. Filariasis.

http://www.depkes.go.id/index.php.option=articles&task. 23 November 2008. Ditjen PPM&PLP. 1992. Petunjuk Teknis Pemberantasan Nyamuk Penular.

FKUI. 2002. Parasitologi Kedokteran Edisi Ketiga. Balai Penerbit FKUI:Jakarta. German Commission E. 1992. http: //www.wrc.Net /wrcnet_content/herbalresources

/materiamedica/Cayenne.htm.

Hopkins, W. G. and N. P. A.HOner. 2004. Introduction to Plant Physiology. Third Edition. John Wiley and Sons, Inc. Ontario.

Jerry et al,. 2006. Source Reduction.

http://co.gaveston.tx.us/mosquito_control/source_reduction.htm. 1 Oktober 2008. Jill BP. Pesticidal compounds from higher plants. Pestic Sci 1993; 39: 95102.

Govindarajan VS, Sathyanarayana MN. Capsicum production, technology, chemistry and quality, pt V. Impact on physiology, nutrition and metabolism: critical review. Food Sci Nutr 1991; 29: 435–74.

Johsen, Mark. 2007. Mosquito Life Cycle.

http://www.aestamu.edu/mosquito%20life%20cycle. 5 Oktober 2008.

Kemas Ali Hanafiah. 2005. Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Rancangan Percobaan Aplikatif:Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Maizels, R.M. 2000. Lymphatic Filariasis. WHO Mediacentre.

(35)

39

Moser, Melanie. 2007. Genetic Code of Parasitic Worm That Causes Elephantiasis.

http://www.sciencedaily.com/releases/2007/09/0709145417.htm. 21 September 2008. Muchjidin, Rachmat. 2008. Tanaman Biofarmaka Sebagai Biopestisida.

http://ditsayur.holtikultura.deptan.go.id/index.php.option.com. 6 November 2008. North Dakota State University. 1991. Mosquitos. http: //www. ext. nodak. edu/extpubs/

ansci/horse/eb55-2.htm (Accested 7 Januari 2010).

Oqueka, T, T. Supali , I. I. Ismid , Purnomo, P. Ruckert, M. H Bradley and Peter Fischer. 2005. Impact of two rounds of mass drug administration using diethylcarbamazine combined with albendazole on the prevalence of Brugia timori and of intestinal helminths on Alor Island, Indonesia.

Rochman Naim. 2004. http://www.kompas.com/kompas-cetak /0409 /15 /sorotan/1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).

Rush J, et al, The impact of filariasis mass treatment using DEC, conducted in a long-term and short-term period on clearance of microfilaremia and it side effect. Cermin Dunia Kedokteran. 1980.

Schimdt, G.D., Roberts, L.S., 2000. Foundation of Parasitology. 6thed. The McGraw Hi Companies, Inc.

Soedarto. 2007. Entomologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Sri Sugati Syamsuhidayat, Johnny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat(I). Jakarta: Balitbangkes Depkes RI.

Tarumingkeng, R. C. 1992. Insektisida: Sifat, Mekanisme Kerja dan Dampak Penggunaannya. Universitas Kristen Krida Wacana. Jakarta.

Taylor, L. 2005. The healing power of rainforest herbs. http://www.raintree.nutrition.com 25 November 2008.

Waluyo et al,. 2004. Parasitologi Medik (Helmintologi). Pendekatan Aspek Identifikasi, Diagnosis dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta.

Wuvcd. 2006. Mosquito Life Cycle. http://wuvcd.org/mosquito.gif. 6 Maret 2008. Yoshida dan Toscano, 1994 dalam Nursal dan Pasaribu, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat komputer client akan menghubungkan diri dengan jaringan maka server Radius akan meminta identitas user (username dan password) untuk kemudian dicocokkan dengan data

Oda Nobunaga memimpin dengan cara yang kejam sehingga akhirnya ia tewas dibunuh oleh bawahannya sendiri. Toyotomi Hideyoshi mengambil alih melanjutkan visi menyatukan seluruh

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan kegiatan yang terkait dengan proses pembelajaran maupun kegiatan yang mendukung berlangsungnya pembelajaran. Adapun tujuan dari

– Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk – Menyiapkan dokumen tender, rancangan. kontrak,dan memilih calon

Skripsi Berjudul : Efektivitas Penggunaan Model Mind Mapping Dalam Meningkatkan Pemahaman Materi Tajwid Pada Siswa Kelas VII SMP Muhammadiyah Ajibarang Tahun

Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Jasa Konstruksi Unit Layanan Pengadaan (ULP) pada SKPD20 Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Banjar mengumumkan pemenang

Saat ada mahasiswi yang berbeda pendapat dengan kelompoknya maka hal tersebut akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dalam kelompok. Bila seorang mahasiswi sudah tidak

Penulis menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh antara suatu variabel dengan variabel yang lainnya.Data