• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L. ) Pada Beberapa Tingkat Salinitas"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT

(

Capsicum frutescens

L.) PADA BEBERAPA TINGKAT

SALINITAS

SKRIPSI

RINI SUSANTI

080805063

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETASCABAI RAWIT

(

Capsicum frutescens

L.) PADA BEBERAPA TINGKAT

SALINITAS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

RINI SUSANTI

080805063

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS

CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L. )

PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

Kategori : SKRIPSI

Nama : RINI SUSANTI

Nomor Induk Mahasiswa : 080805063

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan,

Komisi Pembimbing:

Pembimbing 2, Pembimbing 1,

Dr. Suci Rahayu M.Si Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si

NIP 19650629 199203 2 002 NIP 19710831 199702 1 002

Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L. ) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, 2013

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Respon Pertumbuhan Tiga Varietas Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) Pada Beberapa Tingkat Salinitas” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Riyanto Sinaga, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Suci Rahayu, M.Si selaku Dosen Pembimbing II, Bapak Drs. M. Zaidun Sofyan, M.Si selaku Dosen Penguji I dan Ibu Masitta Tanjung, S.Si, M.Si selaku Dosen Penguji II atas segala masukan, motivasi dan arahan yang telah diberikan sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nursahara Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen Biologi FMIPA USU, Bapak Drs. Kiki Nurtjahja, M.Sc selaku Sekretaris Departemen Biologi FMIPA USU serta Dosen Penasehat Akademik yang telah banyak memberikan arahan dan motivasi mulai awal perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, Ibu Nurhasni Muluk selaku laboran Departemen Biologi, Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku staff pegawai di Departemen Biologi, dan kepada seluruh dosen di Departemen Biologi atas segala ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat sebagai bekal hidup di masa depan.

Terima kasih penulis sampaikan yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda H. Nasril dan Ibunda Zayarnis, abang penulis Muhammad Ichsan Aditya Zaron, SE., adik penulis Adinda Novriyanti, kakak ipar penulis Tuti Handayani, SS. serta seluruh sekeluarga yang memberi dukungan serta mengajarkan sifat rendah hati, ikhlas dan sabar dalam menjalani hidup, yang meluangkan waktu, pikiran, tenaga dan materi dalam penyempurnaan skripsi ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada sahabat-sahabat penulis khusunya Dina Fadhilah, Lidia Sari Ulfa, Fatrya Nurul Husna, Mayang Syahfitri, Hazroel Yafis, Mirnawati, Rahmat Fahlevy dan Mirna Sari atas dukungan dan semangat yang diberikan pada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua sahabat di Biologi USU Stambuk 2008 khususnya Dwi Intan Hardila, Eka Prasetiawan, Novia Wulandari Tarigan, Pinta Omas Pasaribu, dan Mai Sarah. Terima kasih kepada kakak-abang stambuk 2005, 2006 dan 2007 atas segala bantuan dan motivasinya. Terima kasih kepada adik stambuk 2009 dan 2010 khususnya asisten Laboratorium Biologi Dasar, Fisiologi Tumbuhan dan Anatomi Morfologi Tumbuhan, Imam, Boby, Sofhiya, Nuri, Novi, Willy, Sepwin, Icip, Putri dan Zulfan. Terima kasih kepada adik stambuk 2010 khususnya Nurhayati dan Nurul Fadhillah, serta seluruh adik-adik praktikan stambuk 2011 dan 2012.

(6)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L.) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada beberapa tingkat salinitas dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan enam tingkat salinitas (0, 2000, 4000, 6000, 8000 dan 10000 ppm NaCl) dan tiga varietas cabai rawit (Lokal, Genie dan Bhaskara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi salinitas dan varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, jumlah klorofil b dan jumlah total klorofil. Seluruh varietas cabai rawit menunjukkan respon penurunan tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial namun tebal daun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Genie adalah varietas yang paling rendah penurunan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tajuk, berat kering akar, dan kerapatan stomata adaksialnya dibanding dengan varietas Lokal dan Bhaskara untuk setiap peningkatan salinitas.

(7)

GROWTH RESPONSES OF THREE VARIETIES OF CHILI PEPPERS

(Capsicum frutescens L.) TO SALINITY TREAMENT

ABSTRACT

The research to observe growth responses of three varieties of chili peppers (Capsicum frutescens L.) to salinity treatment was conducted at The Plant Physiology Laboratory of Faculty Mathematics and Science, University of Sumatera Utara, Medan. Experiment was arranged in a Complete Randomized Factorial Design of six treatments of salinity (0, 2000, 4000, 6000, 8000, and 10000 ppm of NaCl) and three variety of chili peppers (Local, Genie and Bhaskara). The result showed that interaction between salinity and varieties of chili peppers affect diameter of stem, diameter of root, leaf thickness, density of adaxial and abaxial stomata, and content of chlorophyl a significantly, but does not affect plant height, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, content of chlorophyl b, and content of total chlorophyl significantly. All of variety show responses to decrease plant height, diameter of stem, diameter of root, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, density of adaxial and abaxial stomata but leaf thickness increase as well as increasing of NaCl until 10000 ppm. Genie is the variety with the lowest decrease plant height, diameter of stem, shoot dry weight, root dry weight, and density of adaxial stomata compared with Local and Bhaskara for every increase of salinity.

(8)

DAFTAR ISI

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Karakteristik Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) 5

Bab 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Tinggi Tanaman 15

4.2 Diameter Batang 17

4.3 Diameter Akar 19

4.4 Berat Kering Tajuk 21

(9)

4.6 Rasio Tajuk Akar 25 4.7 Kandungan Klorofil 28

4.8 Tebal Daun 33

4.9 Kerapatan Stomata 35

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan 39

5.2 Saran 39

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman (cm) tiga varietas cabai rawit pada 15 berbagai tingkat salinitas Tabel 2. Rata-rata diameter batang (cm) tiga varietas cabai rawit pada 17 berbagai tingkat salinitas

Tabel 3. Rata-rata diameter akar (cm) tiga varietas cabai rawit pada 19 berbagai tingkat salinitas

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk (g) tiga varietas cabai rawit pada 21 berbagai tingkat salinitas

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar (g) tiga varietas cabai rawit pada 23 berbagai tingkat salinitas

Tabel 6. Rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada 25 berbagai tingkat salinitas

Tabel 7. Rata-rata kandungan klorofil (mg/l) tiga varietas cabai rawit

pada berbagai tingkat salinitas 28 Tabel 8. Rata-rata tebal daun (mm) tiga varietas cabai rawit pada 33 berbagai tingkat salinitas

Tabel 9. Rata-rata kerapatan stomata adaksial dan abaksial (n/mm) tiga

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman

tiga varietas cabai rawit 16 Gambar 2. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang

tiga varietas cabai rawit 18 Gambar 3. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar

tiga varietas cabai rawit 20 Gambar 4. Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit 22 Gambar 5. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar tiga varietas cabai rawit 24 Gambar 6. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar

tiga varietas cabai rawit 26 Gambar 7. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a

tiga varietas cabai rawit 30 Gambar 8. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil b

tiga varietas cabai rawit 30 Gambar 9. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total

tiga varietas cabai rawit 31 Gambar 10. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun

tiga varietas cabai rawit 34 Gambar 11. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata adaksial

tiga varietas cabai rawit 36 Gambar 12. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata abaksial

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Foto tanaman cabai rawit umur satu bulan, foto pengukuran tinggi tanaman, diameter batang

dan diameter akar 43 Lampiran 2. Foto tiga varietas cabai rawit 44 Lampiran 3. Foto perbandingan tinggi tanaman tiga varietas 45

cabai rawit

Lampiran 4. Foto tebal daun, kerapatan stomata adaksial dan

abaksial tiga varietas cabai rawit tiga varietas cabai rawit 46 Lampiran 5. Daftar sidik ragam respon tinggi tanaman,

diameter batang dan diameter akar tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 47 Lampiran 6. Daftar sidik ragam respon berat kering tajuk,

Berat kering akar dan rasio tajuk akar tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 48 Lampiran 7. Daftar sidik ragam respon jumlah klorofil a,

jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 49 Lampiran 8. Daftar sidik ragam respon kerapatan stomata adaksial,

Kerapatan stomata abaksial dan tebal daun tiga varietas

cabai rawit terhadap peningkatan salinitas 50

(13)

RESPON PERTUMBUHAN TIGA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum

frutescens L.) PADA BEBERAPA TINGKAT SALINITAS

ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) pada beberapa tingkat salinitas dilakukan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan enam tingkat salinitas (0, 2000, 4000, 6000, 8000 dan 10000 ppm NaCl) dan tiga varietas cabai rawit (Lokal, Genie dan Bhaskara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi salinitas dan varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, jumlah klorofil b dan jumlah total klorofil. Seluruh varietas cabai rawit menunjukkan respon penurunan tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial namun tebal daun cenderung meningkat seiring dengan peningkatan NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Genie adalah varietas yang paling rendah penurunan tinggi tanaman, diameter batang, berat kering tajuk, berat kering akar, dan kerapatan stomata adaksialnya dibanding dengan varietas Lokal dan Bhaskara untuk setiap peningkatan salinitas.

(14)

GROWTH RESPONSES OF THREE VARIETIES OF CHILI PEPPERS

(Capsicum frutescens L.) TO SALINITY TREAMENT

ABSTRACT

The research to observe growth responses of three varieties of chili peppers (Capsicum frutescens L.) to salinity treatment was conducted at The Plant Physiology Laboratory of Faculty Mathematics and Science, University of Sumatera Utara, Medan. Experiment was arranged in a Complete Randomized Factorial Design of six treatments of salinity (0, 2000, 4000, 6000, 8000, and 10000 ppm of NaCl) and three variety of chili peppers (Local, Genie and Bhaskara). The result showed that interaction between salinity and varieties of chili peppers affect diameter of stem, diameter of root, leaf thickness, density of adaxial and abaxial stomata, and content of chlorophyl a significantly, but does not affect plant height, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, content of chlorophyl b, and content of total chlorophyl significantly. All of variety show responses to decrease plant height, diameter of stem, diameter of root, shoot dry weight, root dry weight, root-shoot ratio, density of adaxial and abaxial stomata but leaf thickness increase as well as increasing of NaCl until 10000 ppm. Genie is the variety with the lowest decrease plant height, diameter of stem, shoot dry weight, root dry weight, and density of adaxial stomata compared with Local and Bhaskara for every increase of salinity.

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Cabai (Capsicum sp.) merupakan tanaman sayuran buah semusim yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat sebagai penyedap masakan sehingga cabai lebih dikenal sebagai sayuran rempah atau bumbu dapur. Kebutuhan cabai semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan konsumen. Tanaman cabai bila dibandingkan dengan tanaman lain jumlahnya paling kecil, tetapi karena begitu besar diperlukannya sehari-hari sebagai bumbu dapur, maka pengaruhnya terhadap stabilitas harga-harga di pasar sangat dirasakan terutama ketika menjelang hari besar (hari raya). Harga cabai bisa naik sampai beberapa kali lipat dari harga biasa pada hari-hari besar, sedangkan pada hari-hari panen harganya merosot jauh dibawah harga rata-rata pasar (Heni, 2003).

Konsumsi cabai rawit di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan produksinya cenderung berfluktuatif. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Holtikultura (2012), rata-rata konsumsi cabai rawit di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2011 berturut-turut adalah 1,288 kg/kapita/tahun; 1,298 kg/kapita/tahun dan 1,307 kg/kapita/tahun, sedangkan produksi cabai rawit di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2011 berturut-turut adalah 591.294 kg/ ha, 521.704 kg/ha dan 594.227 kg/ha.

(16)

berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah cukup baik dan air tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tingkat keasaman (pH) tanah yang sesuai adalah enam sampai tujuh (Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2007).

Menurut Sari et al. (2006), Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai daerah pantai sangat luas dan belum dimanfaatkan secara optimal. Daerah pantai mengandung senyawa garam yang berasal dari air laut dengan cara merembes ke daratan, baik lewat saluran bawah tanah maupun permukaan tanah. Senyawa garam yang dominan pada tanah salin di daerah pantai adalah natrium klorida (NaCl). Kandungan NaCl yang tinggi di daerah pantai menyebabkan tanah menjadi salin sehingga hanya tanaman tertentu yang dapat tumbuh normal. Kandungan garam di dalam tanah akan mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Sutedjo dan Kartasapoetra (1988), salinitas menyebabkan larutan tanah hipertonik terhadap cairan sel, yang selanjutnya akan terjadi pengaliran cairan sel ke tanah di sekitar akar, yang akibatnya akar tidak dapat menghisap larutan yang mengandung hara dan sel-sel tanaman pada akhirnya akan mati disebabkan kekurangan air. Secara tidak langsung, kandungan garam tinggi dalam tanah dapat menyebabkan berkurangnya air tanah yang mampu diserap oleh tanaman dan kejadian ini akan mengakibatkan tanaman layu secara fisiologis.

(17)

Ditinjau dari segi luasan lahan, daerah pasang surut memiliki potensi yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian walaupun mempunyai beberapa kendala, salah satunya adalah tanah yang bersifat salin. Menurut Donahue et al. (1977) dalam Harahap (1995), keadaan salinitas ini dapat diatasi dengan cara pengaturan irigasi terhadap lahan, drainase dan penambahan zat-zat kimia tertentu pada air irigasi, namun teknik-teknik tersebut memerlukan biaya yang sangat besar. Salah satu cara yang paling mudah dan efektif untuk mengatasi masalah salinitas adalah dengan menanam varietas atau jenis yang toleran terhadap salinitas, oleh karena itu perlu diteliti jenis-jenis tanaman yang toleran terhadap kondisi salin.

1.2 Permasalahan

Lahan yang baik untuk sektor pertanian pada saat ini semakin berkurang. Menurut Harahap (1995), ekstensifikasi pertanian mengarah pada penggunaan lahan bermasalah, antara lain lahan yang mempunyai salinitas tinggi yang banyak terdapat di Indonesia berupa daerah pantai, muara sungai dan lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut.

(18)

1.3 Hipotesis

Pertumbuhan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dipengaruhi oleh tingkatan salinitas dan respon pertumbuhan antara tiga varietas cabai rawit tersebut berbeda. Interaksi antara tingkatan salinitas dan varietas mempengaruhi pertumbuhan cabai rawit.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui pengaruh tingkat salinitas terhadap pertumbuhan tiga varietas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.).

b. Mengetahui interaksi antara tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dan tingkat salinitas yang memberikan pertumbuhan optimum.

c. Membandingkan respon tiga varietas tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap tingkat salinitas.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi semua pihak yang membutuhkan tentang pengembangan tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) toleran terhadap salinitas.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Menurut Steenis et al. (2005), tanaman cabai rawit diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Class : Dicotyledonae Famili : Solanaceae Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum frutescens L.

Tanaman cabai rawit merupakan tanaman herba yang hidup lama, tegak, bercabang lebar, tinggi 0,5-1,5 meter. Daun tersebar, sering juga 2-3 bersama-sama dan selanjutnya tidak bersama-sama besarnya, tangkai 0,5-3,5 cm; helaian daun bulat telur memanjang atau bulat telur bentuk lanset, dengan pangkal runcing dan ujung yang menyempit, 1,5-10 kali 0,5-5,5 cm. Bunga diujung atau di ketiak; tangkai tegak dengan ujung yang mengangguk 1,5-2,5 cm. Kelopak bentuk lonceng, dengan 5 gigi kecil, di bawah buah membesar. Mahkota bentuk roda, berbagi 5 dalam, taju runcing. Kepala sari ungu. Bakal buah beruang 2 (jarang 3). Buah buni bulat telur memanjang, merah rasanya sangat pedas (Steenis et al. 2005).

Cabai ditanami di areal paling luas diantara sayuran yang dibudidayakan di Indonesia. Terdapat lima spesies cabai yang didomestikasi, yaitu C.annuum,

(20)

Buah cabai rawit mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap yakni kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral (kalsium, fosfor, besi), vitamin, dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, misalnya oleoresin, capsaicin, bioflavonoid,

minyak atsiri, karotenoid (kapsantin, kapsorubin, karoten, dan lutein). Cabai rawit juga mengandung flavonoid, anti oksidan, abu dan serat kasar. Pada umumnya cabai mengandung 0,1-1 % rasa pedas, yang disebabkan oleh kandungan zat

capsaicin dan hidrocapsaicin. Dibandingkan dengan jenis cabai besar (termasuk paprika), kandungan capsaicin dan hidrocapsaicin pada cabai rawit cukup tinggi sehingga cabai rawit memiliki rasa lebih pedas daripada jenis cabai lainnya (Cahyono, 2003).

2.2 Pengaruh Salinitas Terhadap Tanaman

Salinitas merupakan tekanan lingkungan utama yang merugikan karena mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan metabolisme. Garam menghambat pertumbuhan tanaman karena dapat mengganggu tekanan osmotik, toksisitas ion spesifik dan menyebabkan ketidakseimbangan ion (Houimli et al. 2008). Sipayung (2003) menyatakan bahwa salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel serta menghambat produksi protein. Tanaman yang mengalami stress garam umumnya tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan yang terhambat.

(21)

proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Sipayung (2003) menyatakan bahwa penyerapan natrium oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas. Dalam proses fisiologi tanaman, natrium dan klorida diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan.

Banyak tanaman yang tidak dapat bertahan dalam kondisi salinitas yang tinggi atau dapat bertahan hidup tetapi dengan penurunan hasil panen. Telah banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman. Tanaman paprika (Capsicum annuum) mampu bertahan hidup pada kondisi salin namun mengalami penurunan hasil panen (Houimli et al.

2008), demikian juga pada tanaman jawan (Echinochola cruss-galii) yang pertumbuhannya terhambat seiring dengan meningkatnya salinitas (Darmanti, 1996). Hasil penelitian Yuniati (2004) menyatakan bahwa peningkatan kadar NaCl pada media tanam menghambat pertumbuhan kacang kedelai (Glycine max) meliputi penurunan tinggi tanaman dan berat kering akar. Menurut Sari et al.

(22)

BAB 3

BAHAN DAN METODA

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai Januari 2013 di Rumah Kaca Fakultas Pertanian USU Medan, Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Departemen Biologi FMIPA USU Medan, dan Laboratorium Biologi Dasar LIDA USU Medan.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah oven, polibag ukuran 30x25 cm, bak plastik, sendok semen, ayakan tanah, sprayer, timbangan digital, spektrofotometer, mikroskop, meteran, silet, objek glass, cover glass, alu, mortar, corong, propipet, pipet serologi, gelas ukur, beaker glass, erlenmeyer, labu takar, tisu, sterofoam, alumunium foil, refraktometer dan kamera digital. Bahan penelitian yang digunakan adalah benih cabai varietas Lokal, Genie dan Bhaskara, air, NaCl, tanah humus, fungisida, insektisida, Borer, pemutih Bayclin, pupuk kompos, dan aseton 80%, alkohol 70% dan aquadest.

3.3 Metodologi Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari tiga varietas cabai rawit (Capsicum frutescens

(23)

Varietas cabai rawit:

V1 = varietas Lokal

V2 = varietas Genie

V3 = varietas Bhaskara

Tingkatan salinitas (ppm):

S0 = 0 ppm pemberian NaCl (kontrol)

S1 = 2000 ppm pemberian NaCl

S2 = 4000 ppm pemberian NaCl

S3 = 6000 ppm pemberian NaCl

S4 = 8000 ppm pemberian NaCl

S5 = 10000 ppm pemberian NaCl

Jumlah seluruh perlakuan adalah 6 x 3 = 18 dengan 3 kali ulangan. Jumlah seluruh plot penelitian adalah 6 x 3 x 3 = 54 plot penelitian.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Analisis Fisik dan Kimia Tanah

(24)

Analisis kimia tanah dilakukan dengan mengukur parameter-parameter yang dinyatakan dalam bentuk daya hantar listrik (DHL), persentase Na-tukar dan Kapasitas Tukar Kation (KTK). Juga dilakukan pengukuran C-organik, N-total, P-tersedia (Hasibuan, 2008).

3.4.2 Persiapan Media Tanam

Media tanam berupa tanah humus yang telah dikering anginkan dan diayak terlebih dahulu untuk memperoleh tekstur tanah yang baik, kemudian tanah dimasukkan ke dalam polibag sebanyak 5 kg. Tanah humus yang digunakan sebelumnya telah diketahui nilai kapasitas lapangnya dengan menggunakan metode gravimetri.

3.4.3 Persiapan Bahan Tanaman

Bahan tanam yang digunakan berupa benih tiga varietas cabai rawit, yaitu varietas Lokal yang diperoleh dari Naga Timbul Dusun I Tanjung Morawa, varietas Genie dan varietas Bhaskara diperoleh dari Balai Benih Jalan Bintang No. 38C/46B. Benih cabai rawit diseleksi yaitu berwarna kuning, bentuknya tidak keriput dan tenggelam ketika direndam dalam air.

a. Cabai Rawit Varietas Lokal

(25)

b. Cabai Rawit Varietas Genie

Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,8-1 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1,5-4 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 2,5-4,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, bulat telur memanjang. Buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna merah cerah. Permukaan buah mengkilap. Panjang buah sekitar 3-4 cm dan diameter buah sekitar 0,6 cm. Buah lebat dan rasa sangat pedas. Umur panen 50-55 hari setelah tanam. Tumbuh di dataran rendah dan tinggi. Produksi per pohon mencapai 1 kg dan perkecambahan 85%.

c. Cabai Rawit Varietas Bhaskara

Tanaman herba, tegak, bercabang. Tinggi tanaman 0,9-1,1 meter. Daun tersebar, sama besar atau tidak sama besar. Tangkai 1-5 cm, helaian daun berbentuk lanset dengan pangkal meruncing dan ujung menyempit. Lebar daun 3-6,5 cm. Bunga di ujung atau diketiak, tangkai bunga tegak dengan ujung yang mengangguk. Bunga bentuk lonceng berwarna putuh keruh. Kelopak 5 helai, mahkota 5 helai. Buah buni, Buah muda berwarna putih kekuningan, buah tua berwarna oranye kemerahan atau merah cerah. Panjang buah 3-6 cm, diameter 0,7 cm. rasa yang sangat pedas. Umur panen 64 hari setelah pindah tanam,potensi hasil sekitar 0.8 kg/ tanaman.

3.4.4 Penyemaian Benih

(26)

3.4.5 Penanaman

Tanaman cabai yang telah berumur satu bulan dan memiliki ukuran yang seragam (meliputi tinggi tanaman dan diameter batang) untuk tiap perlakuan dipindahkan dan di tanam ke dalam polibag yang telah berisi tanah yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.6 Pemeliharaan

Tanaman disiram dengan air tanpa perlakuan selama satu minggu pertama pertumbuhan di polibag agar tanaman beradaptasi dengan lingkungan di polibag dan pertumbuhannya seragam. Penyemprotan pestisida, fungisida, dan insektisida dilakukan jika terjadi serangan penyakit dan dilakukan penyiangan jika terdapat gulma.

3.4.7 Perlakuan

Tanaman yang telah berumur empat minggu setelah tanam diberi perlakuan dengan penyiraman NaCl sesuai dengan tingkatan konsentrasi yang sudah ditentukan yakni 0 ppm sebagai kontrol, 2000 ppm, 4000 ppm, 6000 ppm, 8000 ppm, dan 10000 ppm. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kapasitas lapang yang telah ditentukan Pengukuran besar konsentrasi NaCl dilakukan dengan menggunakan alat refraktometer. Penyiraman dengan NaCl dilakukan sekali diawal. Perlakuan pada masing-masing varietas dihentikan sampai akhir fase vegetatif tanaman yang ditandai dengan munculnya bunga.

3.4.8 Pengamatan/ Variabel yang Diamati

(27)

b. Diameter batang (cm), diukur setiap minggunya dengan menggunakan jangka sorong. Diameter batang yang dianalisa adalah diameter batang pada minggu terakhir fase pertumbuhan vegetatif.

c. Bobot kering tajuk (g), setelah dilakukan pemanenan, tanaman dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70o C selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan.

d. Bobot kering akar (g), akar dikeringkan di dalam oven dengan suhu 70oC selama 48 jam atau sampai didapatkan bobot yang konstan. Dilakukan setelah pemanenan.

e. Rasio tajuk dan akar, dihitung pada akhir penelitian dengan cara membandingkan berat kering tajuk dengan berat kering akar.

f. Jumlah Klorofil (mg/l), dihitung pada akhir percobaan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Menurut Yoshida et al (1971), penghitungan jumlah klorofil dapat dilakukan sebagai berikut yaitu daun cabai rawit segar sebanyak 0,5 gram disayat dan diletakkan ke dalam mortar, lalu kemudian digerus, dan ditambahkan aseton 80% sebanyak 20 ml dan digerus kembali hingga klorofil meluruh pada aseton. Hasil gerusan disaring ke dalam labu takar, ditambahkan aseton 80% kembali hingga garis batas pada labu takar yang menunjukkan 50 ml, kemudian dihomogenkan dengan cara diaduk. Pengenceran dilakukan dengan cara mengambil 2,5 ml larutan ke dalam 25 ml aseton 80% dan dihomogenkan kembali. Kemudian dimasukkan ke dalam kuvet spektrofotometer dan dihitung jumlah klorofilnya. Rumus menghitung jumlah klorofil adalah sebagai berikut:

Menghitung jumlah klorofil a = 0,0127 x A663-0,00269 x A645 (mg/l) Menghitung jumlah klorofil b = 0,0229 x A645-0,00468 x A663 (mg/l)

(Yoshida et al. 1971) Dimana, A645 = nilai absorbansi pada panjang gelombang 645 nm

(28)

34,5 = koefisien absorbsi spesifik untuk pigmen klorofil a dan b pada panjang gelombang 652

g. Diameter akar (cm), diukur setelah pemanenan dengan menggunakan jangka sorong.

h. Kerapatan stomata (n/mm) bagian atas daun (adaksial) dan bawah daun (abaksial), dihitung setelah pemanenan dengan menggunakan mikroskop. Sayatan daun adaksial dan abaksial dibuat membujur, diusahakan setipis mungkin, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit air dan ditutup dengan cover glass. Sayatan tersebut diamati di bawah mikroskop dan dihitung kerapatan stomatanya dengan membandingkan jumlah stomata dengan satuan luas pandang. Mikroskop yang digunakan adalah mikroskop biokamera merk Axio Carl Zeiss dan luas pandang diukur dengan mikrometer yang telah tersedia pada mikroskop sebesar 0,056 mm.

i. Tebal daun (mm), diukur setelah pemanenan dengan menggunakan mikrometer dan mikroskop. Dibuat sayatan melintang daun, diusahakan setipis mungkin, dijernihkan dengan pemutih selama 10 menit, dibilas dengan aquadest, lalu diletakkan di atas object glass, kemudian tetesi dengan sedikit air dan ditutup dengan cover glass. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 10 x 10.

3.4.8 Analisis data

(29)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tinggi Tanaman (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.a) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, namun interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata- rata tinggi tanaman (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

(30)

Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman (V1 = -4.95x + 91.61 dan R2 = 0.95; V2 = -4.90x + 74.12 dan R2 = 0.89; V3 = -6.60x + 61.82 dan R2 = 0.97)

Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi tanaman ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan tinggi tanaman varietas Bhaskara (V3) adalah 6,6 cm, varietas Lokal (V1) adalah 4,95 cm dan varietas Genie (V2) adalah 4,9 cm setiap ppm peningkatan salinitas. Hal ini disebabkan karena kadar garam yang tinggi di tanah dapat menghambat penyerapan air oleh tumbuhan sehingga akan mengganggu pembelahan sel tumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Neto et al. (2004) bahwa salinitas menyebabkan perubahan pada parameter morfologi seperti tinggi tanaman. Hal ini didukung oleh Chartzoulakis dan Klapaki (2000) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl diatas 1500 ppm dapat menghambat pertumbuhan tinggi tanaman cabai merah. Sedangkan hasil penelitian Yuniati (2004) menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi NaCl diatas 4000 ppm mampu mengurangi tinggi pada tanaman jagung.

(31)

pertumbuhan tinggi tanaman. Menurut Follet et al. (1981), peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Semakin tinggi kadar garam yang diberikan, maka pertumbuhan dan pembesaran sel akan terhambat. Akibatnya pertumbuhan tanaman menjadi terganggu dan tertekan serta menjadi lebih kecil bila dibandingkan dengan tanaman pada kondisi normal

4.2 Diameter Batang (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata diameter batang tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.b) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap diameter batang dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap diameter batang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata- rata diameter batang (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

(32)

seluruh diameter batang kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata diameter batang paling kecil yaitu pada kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 8000 dan 10000 ppm, diameter batang tersebut berbeda nyata dengan diameter batang seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang (V1 = -0,044x + 0,61 dan R2 = 0.95; V2 = -0,043x + 0,54 dan R2 = 0.99; V3 = -0,063x + 0,52 dan R2 = 0.97)

(33)

4.3 Diameter Akar (cm)

Analisis sidik ragam rata-rata diameter akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 5.c) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap diameter akar dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap diameter akar dapat dilihat pada Tabel 3.

.Tabel 3. Rata-rata diameter akar (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

(34)

varietas Bhaskara pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Pengaruh salinitas terhadap diameter akar (V1 = -0,030x + 0,34 dan R2 = 0.99; V2 = -0,028x + 0,32 dan R2 = 0.81; V3 = -0,027x + 0,25 dan R2 = 0.94)

Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa diameter akar ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan diameter akar varietas Lokal (V1) adalah 0,03 cm, varietas Genie (V2) adalah 0,028 cm dan varietas Bhaskara (V3) adalah 0,027 cm setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan ukuran diameter akar ini berhubungan dengan kondisi salinitas yang diperlakukan pada tanaman dapat mengganggu pertumbuhan dan pembesaran sel.

(35)

mempengaruhi pembesaran akar sehingga diameter akar mengecil. Menurut Sari

et al. (2006), perlakuan larutan NaCl menurunkan penyerapan fosfor yang berperan penting dalam perkembangan akar. Defisiensi fosfor menyebabkan perkembangan akar tanaman terhambat.

4.4 Berat Kering Tajuk (g)

Analisis sidik ragam rata-rata berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.a) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk namun interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap berat kering tajuk dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata berat kering tajuk (g) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

(36)

Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Pengaruh salinitas terhadap berat kering tajuk (V1 = -1,13x + 9,11 dan R2 = 0,95; V2 = -0,46x + 4,48 dan R2 = 0,99; V3 = -0,80x + 4,51 dan R2 = 0,95)

Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa berat kering tajuk ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan berat kering tajuk varietas Lokal (V1) adalah 1,13 g, varietas Bhaskara (V3) adalah 0,80 g dan varietas Genie (V2) adalah 0,46 g setiap setiap ppm peningkatan salinitas. Semakin tinggi Konsentrasi NaCl yang diberikan maka berat kering tajuk tiga varietas cabai rawit akan semakin berkurang. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Neto et al. (2004), pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin, terjadi penurunan berat kering tajuk. Menurut Kurniasari et al. (2010), pemberian NaCl mulai dari 2000 ppm pada media tanam dapat menurunkan bobot kering tanaman nilam.

(37)

Menurut Sipayung (2003), mekanisme morfologi tanaman terhadap cekaman salinitas antara lain yaitu mengecilkan ukuran daun. Ukuran daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Ukuran daun yang lebih kecil secara langsung akan mempengaruhi berat kering tanaman bagian atas (tajuk).

4.5 Berat Kering Akar (g)

Analisis sidik ragam rata-rata berat kering akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.b) menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh nyata terhadap berat kering akar sedangkan varietas dan interaksinya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata berat kering akar (g) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

Ket: Angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata setelah uji Duncan pada taraf 5%

(38)

berat kering akar pada tingkat pemberian NaCl 6000 ppm dan 8000 ppm yaitu berturut- turut 1,61 g dan 1,42 g.

Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Pengaruh salinitas terhadap berat kering akar (V1 = -0,27x + 2,35 dan R2 = 0,99; V2 = -0,19x + 2,39 dan R2 = 0.84; V3 = -0,51x + 3,24 dan R2 = 0.91)

Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa berat kering akar ketiga varietas cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan berat kering akar varietas Bhaskara (V3) adalah 0,51 g, varietas Lokal (V1) adalah 0,27 g cm dan varietas Genie (V2) adalah 0,19 g setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan berat kering akar ini di sebabkan karena penurunan tekanan turgor yang terjadi akibat adanya garam NaCl yang menyebabkan tingginya tekanan osmotik larutan tanah sehingga akar tanaman sulit menyerap air, sehingga berat kering akar semakin menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi NaCl.

(39)

ppm menyebabkan pertumbuhan tanaman mulai terhambat dan kecenderungan penurunan berat kering akar .

Menurut Fitter dan Hay (1981), peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air sehingga jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang yang mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Menurut Sari et al. (2006), perlakuan larutan NaCl menurunkan penyerapan fosfor yang berperan penting dalam perkembangan akar. Defisiensi fosfor menyebabkan perkembangan akar tanaman terhambat sehingga akar yang terbentuk jumlahnya sedikit.

4.6 Rasio Tajuk Akar

Analisis sidik ragam rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 6.c) menunjukkan bahwa salinitas tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering akar ketiga varietas cabai rawit namun varietas berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat kering akar ketiga varietas cabai rawit, sedangkan interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

(40)

Dari Tabel 6 dapat dilihat rata-rata rasio tajuk akar paling besar pada varietas Lokal (V1) yaitu 3,81 berbeda nyata dengan rata-rata rasio tajuk akar varietas lainnya namun rata-rata rasio tajuk akar antara Varietas Genie (V2) dan varietas Bhaskara (V3) tidak berbeda nyata. Rata- rata rasio tajuk akar paling kecil pada V3 yaitu 1,29. Rasio tajuk akar merupakan perbandingan antara berat kering tajuk dan berat kering akar dan menurunnya rasio tajuk akar untuk setiap tanaman akan berbeda- beda disebabkan oleh tanggap masing-masing tanaman. Penurunan rasio tajuk akar pada tanaman menunjukkan bahwa tanaman yang terkena stress garam cenderung mengalokasikan hasil fotosintatnya pada bagian tajuk sehingga biomassa tanaman lebih besar pada bagian tajuk dibanding akar, namun varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm dan 10000 ppm menunjukkan rasio tajuk akar yang amat kecil yaitu 0,81 dan 0,82 yang artinya bahwa pada tingkat salinitas tersebut, berat kering akar varietas Bhaskara jauh lebih besar daripada berat kering tajuknya. Hal ini terjadi karena tanggap setiap tanaman terhadap suatu cekaman seperti salinitas akan berbeda-beda. Menurut Sipayung (2003), tingkat stres yang dialami tanaman akibat salinitas berbeda-beda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang berbeda.

Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Pengaruh salinitas terhadap rasio tajuk akar (V1 = -0,086x + 4,03 dan R2 = 0,22; V2 = -0,038x + 1,83 dan R2 = 0,048; V3 = -0,16x + 1,69 dan R2 = 0,64)

V2 V1

(41)

Walaupun pengujian secara statistik menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata, dari Gambar 6 dapat diketahui laju penurunan rasio tajuk akar yang berbeda-beda pada masing- masing varietas seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Varietas Bhaskara (V3) memiliki laju penurunan rasio tajuk akar terbesar yaitu 0,16,varietas Lokal (V1) sebesar 0,086 dan varietas Genie (V2) sebesar 0,038 setiap ppm peningkatan salinitas.

Neto et al. (2004) menyatakan bahwa salinitas menyebabkan perubahan pada parameter morfologi seperti tinggi tanaman, dan juga rasio tajuk akar. Pada tanaman jagung yang diberi perlakuan cekaman salin, terjadi penurunan dalam analisis pertumbuhan seperti berat kering tajuk, berat kering akar, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan nisbi. Hal ini didukung oleh Yuniati (2004) yang menyatakan bahwa pemberian NaCl pada media tumbuh menyebabkan penurunan berat kering akar hingga 31%, sebab tanaman yang terkena stress garam cenderung mengalokasikan hasil fotosintatnya pada bagian tajuk yang secara langsung berakibat pada menurunnya rasio tajuk akar. Syakir et al. (2008) menambahkan pengaruh osmotik dari salinitas menyebabkan penurunan laju pertumbuhan tanaman dan perkembangan karakteristik seperti rasio tajuk akar.

Penurunan berat kering tajuk dan berat kering akar akibat perlakuan NaCl, secara langsung akan mempengaruhi rasio tajuk akar sehingga rasio tajuk akar mengalami penurunan seiring dengan peningkatan konsentrasi NaCl.

(42)

4.7 Kandungan Klorofil

Analisis sidik ragam rata-rata kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit (Lampiran 7.a, 7.b, 7.c) menunjukkan bahwa interaksi antara salinitas dan tiga varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil a namun tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total. Jumlah klorofil total berbeda nyata hanya antar varietas saja. Pengaruh tingkat salinitas terhadap kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit meliputi rata- rata jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total (mg/l) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-rata

klorofil a

(43)

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah klorofil a paling tinggi pada kombinasi perlakuan antara varietas Genie (V2) pada tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 0,59 mg/l, jumlah klorofil a tersebut tidak berbeda nyata dengan jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan antara V1, V2, V3 dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm, jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan V1 dan V2 pada tingkat pemberian NaCl 2000 ppm serta jumlah klorofil a pada kombinasi perlakuan V2 dan tingkat pemberian NaCl 6000 ppm. Rata-rata jumlah klorofil a paling rendah pada kombinasi perlakuan antara varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm serta kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm dan 10000 ppm yaitu 0,20 mg/l, jumlah klorofil a tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa salinitas, varietas maupun interaksi antar keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap rata- rata jumlah klorofil b ketiga varietas cabai rawit.

Pada Tabel 7 dapat dilihat pula bahwa rata-rata jumlah klorofil total varietas Genie (V2) adalah yang paling besar (1,22 mg/l) dan berbeda nyata dengan rata-rata jumlah klorofil total dua varietas lainnya namun rata-rata jumlah klorofil total antara varietas Lokal (V1) dan varietas Bhaskara (V3) tidak berbeda nyata. Rata-rata jumlah klorofil total paling rendah terdapat pada V1 yaitu 0,79 mg/l. Salinitas tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah klorofil total ketiga varietas tanaman cabai rawit. Hal ini disebabkan perlakuan NaCl yang diberikan memiliki konsentrasi yang kurang tinggi untuk menyebabkan perbedaan nyata jumlah klorofil total antara perlakuan. Menurut Haryadi dan Yahya (1988)

(44)

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil a (V1 = -0,055x + 0,501 dan R2 = 0,93 ; V2 = 0,0003x + 0,504; V3 = -0,061x + 0,47 dan R2 = 0.94)

Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa jumlah klorofil a varietas Lokal (V1) dan Bhaskara (V3) menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm namun pada varietas Genie (V2) jumlah klorofil a meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan jumlah klorofil a pada varietas Lokal adalah 0,055 mg/l dan varietas Bhaskara adalah 0,061 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil a pada varietas Genie adalah 0,0003 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas.

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil b tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 8.

(45)

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa jumlah klorofil b varietas Lokal (V1) dan Bhaskara (V3) menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm namun pada varietas Genie (V2) jumlah klorofil b meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan jumlah klorofil b pada varietas Lokal adalah 0,091 mg/l dan varietas Bhaskara adalah 0,054 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil b pada varietas Genie adalah 0,0001 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas. Penurunan dan peningkatan jumlah klorofil a dan b yang terjadi akibat pengaruh konsentrasi NaCl yang diberikan pada tanaman bergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan.

Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Pengaruh salinitas terhadap jumlah klorofil total (V1 = -0,11x + 1,06 dan R2 =0,85; V2 = 0,018x + 1,17 dan R2 = 0,11; V3 = -0,14x + 1,14 dan R2 = 0,89)

(46)

varietas Bhaskara adalah 0,14 mg/l sedangkan laju peningkatan jumlah klorofil total pada varietas Genie adalah 0,018 mg/l setiap ppm peningkatan salinitas.

Rata-rata jumlah kandungan klorofil tiga varietas cabai rawit yang meliputi rata-rata jumlah klorofil a, klorofil b dan klorofil total menunjukkan bahwa varietas Genie memberikan respon dengan meningkatkan jumlah klorofil a, b dan klorofil total yang berbeda dengan respon varietas Lokal dan Bhaskara yang justru menurunkan jumlah klorofil a, b dan jumlah klorofil totalnya. Penurunan dan peningkatan total klorofil yang terjadi akibat pengaruh konsentrasi NaCl yang diberikan pada tanaman bergantung pada jenis tanaman dan kondisi lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Sipayung (2003), tingkat stres yang dialami tanaman akibat salinitas berbeda-beda pada berbagai spesies dengan toleransi yang tidak sama terhadap konsentrasi garam yang berbeda. Menurut Yuniati (2004), respon pertumbuhan terhadap salinitas seringkali dianggap sebagai dasar evaluasi untuk toleransi. Individu yang berbeda akan memberikan respon yang berbeda terhadap cekaman salinitas yang diberikan.

Dapat dilihat bahwa varietas cabai rawit lebih banyak menunjukkan penurunan jumlah kandungan klorofil yaitu pada varietas Lokal (V1) dan varietas Bhaskara(V3). Penurunan jumlah kandungan klorofil ini disebabkan karena salinitas menyebabkan terhambatrnya penyerapan air dan unsur- unsur hara penting bagi tanaman karena akumulasi NaCl yang berlebihan pada tanah. Menurut Bintoro (1989) dalam Harahap (1995), proses sintesa klorofil pada tanaman memerlukan sejumlah enzim, fosfat, dan magnesium. Akumulasi ion-ion yang berlebihan dalam tanah akibat kondisi salin akan menghambat penyerapan fosfat dan magnesium yang mampu menghambat pembentukan asam amino yang berperan dalam pembentukan klorofil oleh tanaman. Pessarakli (1993) dalam Sari

(47)

Salinitas menyebabkan air yang dapat diserap oleh tanaman akan lebih sedikit dengan semakin tingginya konsentrasi garam NaCl tanah sehingga menurunkan kandungan air pada jaringan tanaman. Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting dalam pembentukan klorofil pada daun, kandungan air yang sedikit pada jaringan tanaman mengakibatkan menurunnya pembentukan klorofil (Kurniasari et al. 2010). Turan et al. (2009) menyatakan bahwa perlakuan peningkatan konsentrasi NaCl pada media tanam mampu menurunkan jumlah total klorofil pada tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Poljakoff (1975) yang menyatakan bahwa organel yang paling dipengaruhi oleh salinitas adalah kloroplas. Laju fotosintesis akan menurun dengan rusaknya kloroplas yang berakibat buruk terhadap klorofil. Laju fotosintesis yang menurun tersebut disebabkan pula oleh tertutupnya stomata akibat penurunan tekanan turgor. Penurunan tekanan turgor terjadi karena adanya garam NaCl yang menyebabkan tingginya tekanan osmotik larutan tanah sehingga akar tanaman sulit menyerap air.

4.8 Tebal Daun (mm)

Analisis sidik ragam rata-rata tebal daun tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 8.a) menunjukkan bahawa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap tebal daun dan interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tebal daun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata tebal daun (mm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-

rata

(48)

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata tebal daun paling besar pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 8000-1000 ppm serta kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 8000-10000 ppm, rata-rata tebal daun tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata tebal daun paling kecil pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan varietas Genie (V2) pada tingkat pemberian NaCl 0 ppm namun tebal daun tersebut tidak berbeda nyata dengan tebal daun kombinasi perlakuan antara varietas Bhaskara dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm, tebal daun varietas Lokal dan varietas Bhaskara pada tingkat pemberian NaCl 2000 ppm serta tebal daun varietas Genie pada tingkat pemberian NaCl 4000 ppm dan 6000 ppm.

Pengaruh salinitas terhadap tebal daun tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengaruh salinitas terhadap tebal daun (mm) (V1 = 0,11x + 0,13 dan R2 = 0,96 ; V2 = 0,006x + 0,14 dan R2 = 0,84; V3 = 0,0097x +0,15 dan R2 = 0.95)

(49)

yang diberikan pada tanaman menyebabkan tanaman menjadi sukulen sebagai adaptasi terhadap cekaman garam. Longstreth dan Nobel (1979) menyatakan pemamparan tanaman dalam kondisi salin dapat memicu perubahan pada ketebalan daun. Daun menjadi lebih sukulen sebagai adapatasi terhadap cekaman NaCl. Hal ini dilakukan untuk menurunkan resistensi terhadap penyerapan CO2

serta meningkatkan laju fotosintesis dengan cara meningkatkan permukaan internal daun. Menurut Sipayung (2003), salinitas klorida umumnya menambah sukulensi pada banyak spesies tanaman. Dengan adaptasi struktural ini konduksi air akan berkurang dan mungkin akan menurunkan kehilangan air pada transpirasi.

4.9 Kerapatan Stomata (n/mm)

Analisis sidik ragam rata-rata kerapatan stomata tiga varietas cabai rawit pada beberapa tingkat salinitas (Lampiran 8.b, 8.c) menunjukkan bahwa salinitas dan varietas berpengaruh nyata terhadap kerapatan stomata adaksial dan abaksial, interaksi keduanya juga berpengaruh nyata. Pengaruh tingkat salinitas terhadap tebal daun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata kerapatan stomata adaksial dan abaksial (n/mm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai tingkat salinitas

Varietas Konsentrasi NaCl (ppm) Rata-rata kerapatan

stomata adaksial

(50)

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata kerapatan stomata adaksial paling besar pada kombinasi perlakuan varietas Bhaskara (V3) dan tingkat pemberian NaCl 0 ppm yaitu 110/mm, kerapatan stomata adaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata kerapatan stomata adaksial paling kecil pada kombinasi perlakuan Varietas Genie (V2) dan varietas Bhaskara (V3) pada tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 17,37/mm, rata-rata kerapatan stomata adaksial tersebut tidak berbeda nyata dengan kerapatan stomata adaksial pada kombinasi perlakuan V1 dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm, kerapatan stomata adaksial V2 dan V3 pada tingkat pemberian NaCl 8000 ppm, dan kerapatan stomata adaksial V2 pada tingkat pemberian NaCl 4000 ppm dan 6000 ppm. Rata- rata kerapatan stomata abaksial paling tinggi pada kombinasi perlakuan varietas Lokal (V1) dan tingkat pemberian NaCl 2000 ppm yaitu 277,97/mm, kerapatan stomata abaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya. Rata-rata kerapatan stomata abaksial paling kecil pada kombinasi perlakuan varietas Genie (V2) dan tingkat pemberian NaCl 10000 ppm yaitu 57,91/mm, kerapatan stomata abaksial tersebut berbeda nyata dengan seluruh kombinasi perlakuan lainnya.

Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata adaksial dan abaksial tiga varietas cabai rawit dapat dilihat pada Gambar 11 dan 12.

(51)

Gambar 12. Pengaruh salinitas terhadap kerapatan stomata abaksial (n/mm) (V1 = -18,53x + 270,2 dan R2 = 0,65; V2 = -21,34x + 168,2 dan R2 = 0,98; V3 =

-16,54x + 170,7 dan R2 = 0.99)

Berdasarkan Gambar 11 dan 12 dapat dilihat bahwa kerapatan stomata adaksial dan abaksial ketiga varietas tanaman cabai rawit menurun seiring dengan meningkatnya pemberian NaCl hingga 10000 ppm. Laju penurunan kerapatan stomata adaksial terbesar terdapat pada varietas Bhaskara yaitu 17,87/mm, varietas Lokal (V1) adalah 08,77/mm dan varietas Genie (V2) adalah 6,78/mm setiap ppm peningkatan salinitas. Kerapatan stomata abaksial mengalami laju penurunan terbesar pada varietas Genie yaitu adalah 21,34/mm, varietas Lokal adalah 18,53/mm dan varietas Bhaskara adalah 16,54/mm setiap ppm peningkatan salinitas.

(52)
(53)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Salinitas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a, namun tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar, jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total tiga varietas cabai rawit.

b. Interaksi antara salinitas dan tiga varietas cabai rawit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, diameter akar, kerapatan stomata adaksial dan abaksial, tebal daun dan jumlah klorofil a.

c. Peningkatan salinitas cenderung menyebabkan penurunan tinggi tanaman, diameter batang, diameter akar, berat kering tajuk, berat kering akar, rasio tajuk akar, kerapatan stomata abaksial dan adaksial ketiga varietas cabai rawit, jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total pada cabai rawit varietas Lokal dan Bhaskara. Peningkatan salinitas cenderung menyebabkan peningkatan tebal daun ketiga varietas cabai rawit, jumlah klorofil a, jumlah klorofil b dan jumlah klorofil total pada cabai rawit varietas Genie.

d. Cabai rawit varietas Lokal, Genie dan Bhaskara menunjukkan respon yang berbeda terhadap tingkatan salinitas.

5.2 Saran

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2008. Teknologi Budidaya Cabai Merah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

[BPS] Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Holtikultura, Produksi Cabe Rawit Menurut Provinsi, 2007–2011. Hlm. 1.

Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit, Teknik Budidaya dan Analisi Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius. Hlm 8.

Chartzoulakis, G and G. Klapaki. 2004. Response of two greenhouse pepper hybrids to NaCl salinity during different growth stages. Scientia Horticulturae. 86:250.

Darmanti, S. 1996. Pengaruh Salinitas Terhadap Pertumbuhan Jawan

(Echinochloa crus galli (L) Beauv.). SELULA . Edisi 9 . Semarang: Universitas Diponegoro.

Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka. 2007. Standar Operasional Prosedur Cabai Merah. Hlm. 1-2.

Fitter, A. H. dan R. K. M. Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: UGM Press. Hml. 246-247.

Follet, R. H., L. S. Murphy and R. L. Donahue 1981. Fertilizer and Soil Amandements. New Jersey: Prentice- Hall,Inc. Englewood Cliffs. pages. 424- 456.

Harahap, L. D. 1995. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Dua Varietas Lokal Tanaman Sawi (Brassica juncea L. Czern.). [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program Sarjana.

Hasibuan, B. E. 2008. Pengelolaan Tanah dan Air Lahan Marginal. Medan: USU Press.

Heni, T.W. 2003. Fluktuasi Harga Harian Cabai Merah Besar (Capsicum annuum

L.) dan Cabai Kecil (Capsicum frutescens L.) di Pasar Induk Gadang dan Pasar Besar Malang. [Skripsi]. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, Program Sarjana.

(55)

Irwan, A.W. 2000. Pengaruh Garam NaCl dan Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kedelai (Glycine max L.) Kultivar Wilis. [Tesis]. Bandung: Universitas Padjajaran, Program Pacasarjana.

Kurniasari, A. M., Adisyahputra dan R. Rosman. 2010. Pengaruh Kekeringan pada Tanah Bergaram NaCl Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nilam.

Buletin Littro. 21(1):18-27.

Kusmiyati, F., E. D. Purbajanti dan B. A. Kristanto. 2009. Karakter Fisiologis Pertumbuhan dan Produksi Legum Pakan pada Kondisi Salin. Prosiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan; Semarang, 20 Mei 2009. Semarang: Universitas Diponegoro. Hlm. 303.

Longstreth, D.J dan P.S, Nobel. 1979. Salinity effects on leaf anatomy consequences for photosynthesis. Plant Physiol. 63:700-703.

Neto, A. D. A., J. T. Prisco, J. Eneas-Filho, C. F. de Lacerda, J. V. Silva, P. H. A. da Costa, and E. Gomes-Filho. 2004. Effects of salt stress on plant growth, stomatal response and solute accumulation of different maize genotypes.

Braz. J. Plant Physiol. 16 (1): 31-38.

Ping-An., S.Inaga, X.Li., H. Shimizu dan E.Tanimoto. 2003. Root characteristics in salt tolerance. Root Research. 12(3):125-132.

Poljakoff, A. 1975. Morphological and Anatomical Changes in Plants as a Respons to Salinity Stress. London: Chapman & Hall Limited.

Rachmawati, R., M. R. Defiani, dan N. S. Suriani. 2009. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kandungan Vitamin C pada Cabai Rawit Putih (Capsicum frutescence). Jurnal Biologi. XIII (2) : 36.

Salisbury, F. B. Dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 3. Edisi Keempat. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Hlm. 298.

Sari, H. C., S. Darmanti dan E. D. Hastuti. 2006. Pertumbuhan Tanaman Jahe Emprit (Zingiber Officinale Var. Rubrum) pada Media Tanam Pasir dengan Salinitas yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. XIV( 2): 20- 21.

Sinaga, R. 2007. Analisis Model Ketahanan Rumput Gajah dan Rumput Raja Akibat Cekaman Kekeringan Berdasarkan Respon Anatomi Akar dan Daun. Jurnal Biologi Sumatera. 2(1): 12.

Sipayung, R. 2003. Stress Garam dan Mekanisme Toleransi Tanaman. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hlm. 3-6.

(56)

Staples, R.C and G.H Toennissen. 1984. Salinity Tolerance in Plants Strategies for Crop Improvement. Canada: John Wiley and Sons.

Steenis, C. G. G. J. van., G. den Hoed dan P. J. Eyma. 2005. Flora. Terjemahan Moeso Surjowinoto. Jakarta: Pradnya Paramita. Hlm. 369.

Sutedjo, M.M. dan A. G. Kartasapoetra. 1988. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta: PT. Bina Aksara.Hlm. 135.

Sutrian, Y. 2004. Pengantar Anatomi Tumbuh-Tumbuhan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 136.

Syakir, M., N. Maslahah dan M. Januwati. 2008. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Produksi dan Mutu Sambiloto (Andrographis paniculata

Nees). Buletin Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. XIX (2): 131.

Turan, M.A., A. H. A. Elkarim, N. Taban, and S. Taban. 2009. Effect of Salt Stress on Growth, Stomatal Resistance, Proline and Chlorophyll Concentrations on Maize Plant. African Journal of Agricultural Research. 4(9):896.

Yuniati, R. 2004. Penapisan Galur Kedelai Glycine max (L.) Merrill Toleran Terhadap NaCl Untuk Penanaman di Lahan Salin. Makara, Sains. 8(1): 22.

(57)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto tanaman cabai rawit umur satu bulan (a), foto pengukuran tinggi tanaman (b), diameter batang (c) dan diameter akar (d)

(a)

(58)

Lampiran 2. Foto tiga varietas cabai rawit (a) Lokal (b) Genie (c) Bhaskara

(59)

Lampiran 3. Foto perbandingan tinggi tanaman tiga varietas cabai rawit (a) Lokal (b) Genie (c) Bhaskara

(a)

(b)

(60)

Lampiran 4. Foto tebal daun, kerapatan stomata adaksial dan abaksial tiga varietas cabai rawit

Foto tebal daun tiga varietas cabai rawit (a) Lokal (b) Genie (c) Bhaskara

(a) (b) (c)

Foto Kerapatan Stomata Adaksial (a) Lokal (b) Genie (c)Bhaskara

(a) (b) (c)

Foto Kerapatan Stomata Abaksial (a) Lokal (b) Genie (c)Bhaskara

(61)

Lampiran 5. Daftar Sidik Ragam Respon Tinggi Tanaman, Diameter Batang dan Diameter Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Tinggi Tanaman Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK dB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 15473,77 910,22 12,88* 1,93 2,54 S(salinitas) 5 4946,73 989,35 13,95* 2,48 3,58 V(varietas) 2 10358,37 5179,19 73,08* 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 168,69 16,87 0,23tn 2,10 2,86

Galat 36 2551,61 70,88 Total 53 18025,37

Ket: tanda (*) menyatakan berbeda nyata setelah uji jarak Duncan 5% Tanda (tn) menyatakan berbeda tidak nyata

b. Daftar Sidik Ragam Respon Diameter Batang Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK dB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,595 0,035 51,59* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 0,413 0,082 121,68* 2,48 3,58

V(varietas) 2 0,118 0,059 87,17* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 0,063 0,0063 9,38* 2,10 2,86

Galat 36 0,024 0,00068

Total 53 0,619

c. Daftar Sidik Ragam Respon Diameter Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 0,222 0,013 12,62* 1,93 2,54 S(salinitas) 5 0,142 0,028 27,57* 2,48 3,58 V(varietas) 2 0,075 0,038 36,6* 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 0,042 0,0042 4,09* 2,10 2,86

Galat 36 0,037 0,001

(62)

Lampiran 6. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Tajuk Tiga, Berat Kering Akar dan Rasio Tajuk Akar Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

a. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Tajuk Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 264,18 15,54 8,89* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 106,24 21,25 12,15* 2,48 3,58

V(varietas) 2 142,22 71,11 40,68* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 15,72 1,57 0,89tn 2,10 2,86

Galat 36 62,94 1,75

Total 53 327,12

b. Daftar Sidik Ragam Respon Berat Kering Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 22,53 1,33 4,54* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 17,67 3,53 12,1* 2,48 3,58 V(varietas) 2 0,98 0,49 1,68 tn 3,26 5,25 Interaksi SxV 10 3,87 0,39 1,33 tn 2,10 2,86

Galat 36 10,55 0,29

Total 53 33,07

c. Daftar Sidik Ragam Respon Rasio Tajuk Akar Tiga Varietas Cabai Rawit Terhadap Peningkatan Salinitas

SK DB JK KT FHitung F tabel

5% 1%

Perlakuan 17 71,35 4,19 4,79* 1,93 2,54

S(salinitas) 5 3,70 0,74 0,84 tn 2,48 3,58

V(varietas) 2 65,85 32,92 37,6* 3,26 5,25

Interaksi SxV 10 1,79 0,18 0,20 tn 2,10 2,86

Galat 36 31,52 0,87

Gambar

Tabel 1. Rata- rata tinggi tanaman (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai   tingkat salinitas
Gambar 1. Pengaruh salinitas terhadap tinggi tanaman (V1 = -4.95x + 91.61 dan R2 =       0.95; V2 = -4.90x + 74.12 dan R2 = 0.89; V3 = -6.60x + 61.82 dan R2 = 0.97)
Tabel 2. Rata- rata diameter batang (cm) tiga varietas cabai rawit pada berbagai      tingkat salinitas
Gambar 2. Pengaruh salinitas terhadap diameter batang (V1 = -0,044x + 0,61 dan R2 =       0.95; V2 = -0,043x + 0,54 dan R2 = 0.99; V3 = -0,063x + 0,52 dan R2 = 0.97)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Cabai rawit Ngantang dengan perlakuan pupuk urea 22 gram pertanaman memiliki kadar capsaicin tertinggi yaitu 111 µg/g, sedangkan varietas baskara dengan perlakuan yang

Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa pemberian dosis pupuk urea berbeda nyata terhadap jumlah cabang tanaman cabai rawit, pada perlakuan terbaik terdapat pada perlakuan

Pertumbuhan dan perkembangan cabai rawit terburuk pada perlakuan NaCl 10.000 ppm hal ini diduga pada konsentrasi garam tersebut meracuni tanaman sehingga

Konsentrasi cekaman salinitas antara 10002500 ppm menyebabkan penurunan tinggi tanaman, jumlah daun, rata-rata luas daun, kadar klorofil, berat kering total tanaman, berat kering

Hasil penelitian bahwa penggunaan beberapa jenis mulsa terhadap beberapa varietas cabai menunjukkan interaksi tidak berbeda nyata pada semua parameter yang diamati

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan disimpulkan varietas Taruna memiliki tinggi tanaman dan bobot buah cabai terberat, sedangkan varietas Nirmala memiliki umur berbunga

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa aplikasi mulsa berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar, tinggi tanaman, diameter batang, jumlah cabang produktif,

Hasil penelitian perlakuan kombinasi waktu pemangkasan pucuk pada tiga varietas cabai rawit menunjukkan adanya pengaruh nyata pada parameter pengamatan tinggi