• Tidak ada hasil yang ditemukan

KADAR CAPSAICIN DUA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.) SEBAGAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KADAR CAPSAICIN DUA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum Frutescens L.) SEBAGAI"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu buah yang penting karena sudah sejak lama dikenal sebagai bumbu yang memberikan rasa pedas pada aneka masakan serta obat.

Produksi cabai rawit di Indonesia mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir rata-rata sebesar 7,5% per tahun. Produksi cabai sebesar 695.707 ton pada tahun 2008 meningkat menjadi 954.310 ton pada tahun 2012 (Badan Pusat Statistik, 2013). Total kebutuhan cabai sebesar 814,06 ton/hari, dengan rincian

KADAR CAPSAICIN DUA VARIETAS CABAI RAWIT (

Capsicum Frutescens

L.) SEBAGAI

RESPON PENGARUH DOSIS PUPUK NITROGEN

Capsaicin levels of Two Varieties of Chili pepper (Capsicum frutescens L.) as Response to Effect of Nitrogen Fertilizer Dose

Nailul Mubarokah

1

, Hidayat Bambang Setyawan

1

*, Ummi sholikhah

1

Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Kampus Tegal Boto, Jember 68121

*E-mail : hidayatbs.faperta@unej.ac.id

PERTANIAN

ABSTRACT

This research aimed to determine levels of capsaicin in two varieties of chili pepper (Capsicum frutescens). The effort to get the most spicy chili needs to be carried out by fertilization. The fertilizer used is urea, which is expected to increase the levels of capsaicin in chili pepper fruits. The research was conducted in December, 2014 – March, 2015 in of Tegal Gede Adminsitrative Village, District of Sumber Sari, Jember Regency using qualitative analysis by TLC (thin layer chromatography) method. The research was conducted using factorial randomized block design (RBD), consisting of 2 factors with four replications. The first factor was the variety of chili pepper (V) which consisted of two levels: V1 =chili pepper “Baskara”, V2 = chili pepper “Ngantang” (local). The second factor was the dose of urea (U) whichconsisted of four levels: U0 = Control (without urea), U1 = 100 kg/ha, U2 = 200 kg/ha, U3=300 kg/ha.

Further test used Duncan 5% method. The results showed that the varieties of chili and urea dosing had a significant effect on the variable of number of fruits per plant. Meanwhile, chili pepper “Ngantang” contained higher capsaicin than“Baskara” variety. Chili pepper “Ngantang” with 22 gram urea fertilizer treatment per plant had the highest level of capsaicin by 111 µg/g, whereas “Baskara” variety with the same treatment had capsaicin level of 29 µg/g.

Keywords: Chili Pepper (Capsicum frutescens L.), Capsaicin, Nitrogen.

ABSTRAK

.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar capsaicin yang ada pada dua varietas cabai rawit ( Capsicum frutescens). Usaha untuk mendapatkan buah cabai yang paling pedas perlu dilakukan dengan cara pemupukan. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea, dengan penggunaan pupuk urea diharapkan dapat meningkatkan kadar capsaicin yang ada pada buah cabai rawit. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Maret 2015, bertempat di Kelurahan Tegal Gede. Kecamatan Sumber Sari, Kabupaten Jember. Analisis kualitatif metode KLT (kromatografi lapis tipis). Penelitian ini dilaksanakan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, terdiri dari 2 faktor dengan 4 ulangan. Masing-masing faktor tersebut adalah Faktor pertama yaitu varietas cabai rawit (V) yang terdiri atas 2 taraf yaitu : V1 = cabai rawit Baskara, V2 = cabai rawit Ngantang (lokal). Faktor kedua adalah dosis pupuk Urea (U) yang terdiri atas 4 taraf yaitu : U0 = Kontrol (tanpa pupuk urea), U1 : 100 kg/ha, U2 : 200 kg/ha,U3: 300 kg/ha. Uji lanjut dengan metode duncan 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa varietas cabai dan pemberian dosis pupuk urea berpengaruh nyata pada variabel jumlah buah pertanaman. Sedangkan cabai rawit Ngantang memiliki kandungan capsaicin lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Baskara. Cabai rawit Ngantang dengan perlakuan pupuk urea 22 gram pertanaman memiliki kadar capsaicin tertinggi yaitu 111 µg/g, sedangkan varietas baskara dengan perlakuan yang sama memiliki kadar capsaicin 29 µg/g.

Kata kunci : Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), Capsaicin, Nitrogen.

(2)

25,66 ton untuk konsumsi rumah tangga, 425 ton untuk warung makan, 355 ton untuk cabai rawit giling dan 8,4 ton untuk cabai rawit bubuk (Statistik Produksi Sayuran Indonesia, 2008). Jumlah ini bisa dijadikan indikasi adanya keterkaitan antara produksi cabai segar yang tersedia dengan peningkatan permintaan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi cabai per kapita, yang disebabkan oleh pertambahan penduduk maupun kebutuhan cabai yang meningkat.

Secara umum buah cabai rawit mengandung zat gizi antara lain lemak, protein, karbohidrat, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, B2, C dan senyawa alkaloid seperti capsaicin, oleoresin, flavanoid dan minyak esensial (Rukmana, 2004). Capsaicin (8methyl-N-vanillyl-6-nonenamide) merupakan komponen utama alkaloid lipofilik yang memberikan rasa pedas pada cabai. Ukuran pedas dari cabai tergantung pada kandungan capsaicin dan senyawa kapsaisinoid lain yang dikandungnya capsaicin mencapai 90% dari total kapsaisinoid yang terdapat dalam cabai (Yola, 2013). Tiap jenis cabai mempunyai tingkat kepedasan yang berbeda. Capsaicin merupakan salah satu mempunyai salah satu sifat keunggulan dari varietas lokal. Potensi varietas unggul di lapangan masih dipengaruhi oleh interaksi antara faktor genetik (varietas) dengan pengelolaan kondisi lingkungan. Varietas lokal pertumbuhannya sangat kuat, tahan terhadap serangan hama dan penyakit tanaman, serta mempunyai adaptasi yang baik terhadap lingkungan, tetapi masih memiliki kelemahan yaitu produksi yang masih rendah

Produksi dan kualitas cabai rawit di indonesia hingga saat ini tergolong rendah, salah satu sebab rendahnya produksi cabai rawit adalah penggunaan pupuk yang kurang tepat. Pemupukan merupakan faktor yang penting dalam budidaya tanaman cabai rawit. Penggunaan dosis pupuk nitrogen yang kurang tepat menjadikan tanaman tumbuh kurang baik dan mengakibatkan penurunan produksi dan kualitasnya. Beberapa percobaan telah menunjukan bahwa penggunaan nitrogen yang mencapai pada terhadap kadar capsaicin pada buah cabai rawit.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sumber Sari, Kelurahan Tegal Gede. Kabupaten Jember. Penelitian ini di mulai bulan Desember 2014 – Maret 2015.

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi :

Persiapan Media Tanam. Media tanam yang digunakan yaitu campuran dari media tanah, arang sekam dan pupuk organik, dengan perbandingan (1:1:1). Setelah media siap kemudian dilakukan penyiraman sampai dengan kapasitas lapang. Bibit cabai di tanam didalam polybag dengan masing masing perlakuan V1 cabai rawit baskara dan V2 cabai rawit ngantang, dilakukan dengan cara membuat lubang dalam polybag dengan kedalaman 5 cm kemudian tanam bibit dengan posisi tegak dan tekan sedikit tanah disekeliling batang tanaman.

Percobaan dilakukan dengan beberapa tahapan meliputi : Pelaksanaan Percobaan. Percobaan menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. terdiri dari 2 faktor dengan 4 ulangan. Masing-masing faktor tersebut adalah Faktor pertama yaitu varietas cabai rawit (V) yang terdiri atas dua taraf yaitu : V = cabai rawit Baskara, V = cabai rawit Ngantang. Faktor kedua adalah dosis pupuk Urea (U) yang terdiri atas 4 taraf yaitu U0 = kontrol, U1 : 22 g/tanaman, U2 : 44 g/tanaman, U3 : 66 g/tanaman.

Perlakuan Pemupukan. Dosis pupuk urea yang diaplikasikan pada media tanaman sesuai dengan taraf masing-masing sampai dengan titik tumbuh tanaman cabai. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan seminggu sekali.

2. Jumlah buah per tanaman (buah)

Jumlah buah per tanaman yang datanya didapat dari tiga kali pengambilan/ pemanenan buah cabai. Dilakukan dengan capsaicin dilakukan dengan cara mengeringkan sampel buah cabai yang sudah masak pada suhu 45oC selama 4 jam.

Kemudian giling sampel cabai dengan blender penyerbuk, selanjutnya saring dengan ayakan 60 mesh. Menimbang sampel uji, tambahkan etanol 2 ml gojog dengan vortex, menserasikan selama 24 jam. Kemudian evaporasikan fase etanol, addkan menjadi 1 ml dengan metanol. Dilakukan spoting pada plate silikagel 60 F254, sertakan standar capsaicin. Masukan kedalam chamber yang berisi jenuh fase gerak toluene-chloroformaceton (45-25-30), evaluasikan hingga batas, angat dan keringkan.kemudian melaukan densito pada panjang gelombang 228 nm. Rf. 061.

(3)

HASIL

Hasil analisis data pada percobaan kadar capsaicin dua varietas cabai rawit sebagai respon pengaruh dosis pupuk nitrogen pada seluruh variabel pengamatan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. nilai F-hitung dari analisis ragam pada variabel

Variabel

Tinggi tanaman

13,30 **

1,82 ns

0,71 ns

Jumlah Buah Pertanaman 20,17 **

6,04 **

3,61 *

* = berbeda nyata

** = berbeda tidak nyata ns = berbeda tidak nyata

Berdasarkan hasil analisis ragam (Tabel 1), maka dapat diketahui bahwa interaksi varietas dan pupuk urea berbeda nyata pada variabel jumlah buah pertanaman dan berbeda tidak nyata pada tinggi tanaman, Perlakuan faktor varietas berpengaruh sangat nyata pada variabel tinggi tanaman.

Gambar 1. Hasil analisis laboraturium pengaruh varietas dan dosis pupuk urea terhadap kadar capsaicin

Berdasarkan (Gambar 1), dapat diketahui bahwa kombinasi perlakuan varietas ngantang (V2) dan dosis pupuk urea 22 gram pertanaman (U1) memberikan hasil kandungan capsaicin tertinggi yaitu 111 (µg/g). Sedangkan kadar capsaicin yang terendah pada perlakuan varietas baskara (V1) dan dosis pupuk urea 44 gr/tanaman (U2) yaitu 28 (µg/g).

Gambar 2. Pengaruh Perlakuan Varietas Terhadap Tinggi Tanaman,

Pada variabel tinggi tanaman (Gambar 2), penggunaan varietas cabai rawit dari hasil analisis uji duncan pada taraf kepercayaan 95% menunjukan bahwa perlakuan varietas tidak

beda nyata terhadap tinggi tanaman. Akan tetapi varietas ngantang pada variabel tinggi tanaman memberikan hasil rata-rata tertinggi yakni 89,50 cm. Sedangkan varietas baskara

1. Nilai yang diikuti huruf kecil berbeda pada kolom yang sama, berbeda nyata pada

Uji Duncan 5%.

2. Nilai yang diikuti huruf besar berbeda pada kolom yang sama, berbeda nyata pada

Uji Duncan 5%.

Berdasarkan (Tabel 2), dapat dilihat bahwa pemberian dosis pupuk urea dan varietas menunjukan tidak beda nyata terhadap jumlah buah pertanaman dari hasil analisis uji duncan pada taraf kepercayaan 95%, hasil tertinggi didapatkan pada perlakuan dosis pupuk urea 0 gram pertanaman dan cabai rawit ngantang pada variabel jumlah buah pertanaman memberikan hasil rata-rata tertinggi yakni 120 buah. Sedangkan dosis pupuk urea 66 gram pertanaman dan varietas baskara memberikan hasil rata-rata terendah yakni 23 buah.

PEMBAHASAN

Produk metabolit sekunder yang terdapat pada buah cabai salah satunya adalah capsaicin. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai. Pemupukan merupakan faktor yang penting dalam budidaya tanaman cabai rawit untuk meningkatkan kualitas dan produksi. Selain pemupukan, penggunaan varietas yang sesuai merupakan hal penting dalam budidaya cabai rawit. Setiap varietas cabai memiliki kandungan capsaicin yang berbeda-beda tergantung dari varietasnya (Astawan dan Kasih, 2008). Adanya perlakuan dosis pupuk urea dan varietas cabai rawit tersebut diharapkan akan memberikan hasil yang baik terhadap kadar capsaicin pada buah cabai. Berdasarkan (Gambar 1) Varietas ngantang dan dosis pupuk urea 22 gram tanaman memberikan hasil kandungan capsaicin tertinggi yaitu 111 µg/g. Sedangkan kadar capsaicin terendah terdapat pada perlakuan dosis pupuk urea 44 gr pertanaman dan varietas baskara yaitu 28 µg/g. Hal tersebut diduga karena faktor genetik yang menyebabkan tanaman tumbuh dan berkembang kebanyakan berasal dari kelompok senyawa fenolik (kelompok senyawa flafonoid dan non flafonoid). Pembentukan senyawa metabolit sekunder dapat dipengaruhi pemupukan. Nitrogen merupakan unsur hara yang memiliki peran secara langsung dalam proses metabolisme tumbuhan, fungsi dari unsur hara tersebut tidak bisa digantikan dengan unsur hara lainnya, dan mempunyai fungsi yang khusus (Rukmana, 2014).

Proses utama fisiologi tanaman adalah fotosintesis, dan sebagian besar proses kehidupan memerlukan bahan berasal dari fotosintat yaitu hasil proses fotosintesis. Peningkatan fotosintesis

0 gr/tanaman 22 gr/tanaman 44 gr/tanaman 66 gr/tanaman

(4)

dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman (Springob and kutchan, 2009). Selanjutnya dikatakan bahwa N merupakan unsur penyusun khlorofil, oleh karena itu peningkatan ketersediaan N dan peningkatan serapannya dapat meningkatkan jumlah khlorofil sehingga fotosintesis meningkat. Dengan meningkatnya hasil fotosintat dan sintesis protein pertumbuhan tanaman diharapkan meningkat (Setyowati et al., 2009).

Terdapat empat enzim yang berpengaruh pada biosintesis capsaicin pada jalur fenilpropanoid: fenilanain amonia lisase (phenylanaine ammonia-lyase/ PAL), asam sinamat-4-hidroksilase (cinnamic acid-4-hydroxylase/C4H), p-asam kumarat-3hidroksilase (p-coumaric acid-3- hidroxylase/C3H), dan asam kafeat-o-metitransferase (caffeic

acid-o-Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan ataupun perlakuan yang diterapkan dan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno,1995). Pengukuran tinggi tanaman cabai dalam penelitian ini dilakukan setiap satu minggu sekali, hal ini bertujuan untuk mengetahui tanaman cabai tumbuh normal atau tidak. Berdasarkan (Gambar 2), varietas cabai rawit sangat berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Varietas ngantang memiliki hasil rata-rata tertinggi yaitu 89,50 cm, sedangkan rata-rata-rata-rata terendah yaitu 56,83 cm. Hal ini diduga setiap varietas memiliki karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari faktor lingkungan dan genetiknya. Dewi dan Jumini (2012) Bila pengelolaan lingkungan tumbuh tidak dilakukan dengan baik, potensi produksi yang tinggi dari varietas tersebut tidak dapat tercapai. Setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genotip pada berbagai kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.. Menurut Harjadi (1991) mengemukakan bahwa pada setiap varietas tanaman selalu terdapat perbedaan respon genetik pada berbagai kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Hal ini memberikan pengaruh pada penampilan genotip dari setiap terhadap jumlah buah pertanaman. Perlakuan 0 gram pertanaman dan varietas ngantang memiliki jumlah buah rata-rata tertinggi yaitu 120 buah, sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan 66 gram pertanaman dan varietas baskara. Hal ini diduga tumbuhan, fungsi dari unsur hara tersebut tidak bisa digantikan dengan unsur hara lainnya, dan mempunyai fungsi yang khusus. Menurut Suharjo dan Suhartono (2009) Penambahan Urea terlalu banyak menyebabkan tidak terjadinya keseimbangan pupuk dalam tanah, sehingga tanaman tidak sempurna menyerap hara akibatnya tanaman tidak berkembang. Penggunaan Urea yang berlebihan mengakibatkan turunnya pH tanah sehingga mikriflora dan fauna mati, tanah menjadi padat dan tata aerasi tanah menjadi buruk, yang akhirnya menghambat perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Akibatnya kemampuan tanaman untuk menyerap air dan unsur hara yang tidak mobil seperti P, K dan Zn menurun (Simatupang, 1997).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian kadar capsaicin dua varietas cabai sebagai respon pengaruh dosis pupuk nitrogen, dapat di tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1.Varietas cabai dan pemberian dosis pupuk urea µg/g, sedangkan varietas baskara memiliki kadar capsaicin 29 µg/g.

DAFTAR PUSTAKA

Astawan, M., dan Kasih, A. L.2008. Khasiat Warna Warni Makanan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi danKonsumsi Cabai: Kebutuhan

dan Peluangnya (www.komposiana.com/.../produksi-

dan-konsumsi-cabai). (20 Agustus 2014).

Ststistik Produksi Tanaman Sayuran. 2008. Produksi Sayuran Indonesia Serta Luas Panen, Produksi dan Produktivitas cabai Besar, Cabai Rawit, dan Bawang Merah. (www.academia.edu/.../statistik_produksi ). [20 Agustus 2014].

Dewi, P., dan Jumini. 2012. Pertumbuhan dan hasil dua varietas tomat akibat perlakuan jenis pupuk. Agronomi. 7(1): 1-9.

Harjadi, S. 1991. Pengantar Agronomi. Gramedia Pusta Utama. Jakarta.

Hayati, T. Mahmud, dan R. Fazil. 2011. Pengaruh jenis pupuk organik dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). Floratek. 7: 173 – 181.

Kim, M. W., K. Shinje, K. Soohyun, and D. K. Byung, 2001. Isolation Of cDNA clones differentially accumulated in the placenta of pungent pepper by suppression substractive hybridization.

Molecular Cells. 11 (2): 213-219.

Mualim D., F. Pratama, K. Yuliati dan G. Priyanto. 2012. Model kinetika degradasi capsaicin cabai merah giling pada berbagai kondisi suhu penyimpanan. Agritech. 34 (3): 330-336.

Rukmana, F., 2014. Pengaruh pupuk urea terhadap kadar protein dan karbohidrat biji padi pada sistem tumpangsari padi kedelai.

Skripsi. Universitas Jember.

Rukmana. R. 2004. Usaha Tani Cabai Rawit. Kanisius. Jakarta.

(5)

Simatupang, S. 1997. Sifat dan Ciri-ciri Tanaman. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sitompul, S.M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Suharjo, dan Suhartono. 2009. Biomassa, chlorophyll and nitrogen content of leaves of two chili pepper varieties (Capsicum annuum) in different fertilization treatments. Nusantara Bioscience. 1: 9-16.

Sunaryono, H. H., 2000. Budidaya Cabai Merah. Sinar Baru Algesindo. Bandung.

Springob and Kutchan. 2009. Introduction to the Different Classes of Natural Products. Eds. A. E. Osbourn and V. Lanzotti.

Plantderived Natural Products: Synthesis, Function, and Application. Springer.

Stewart, C. A., B. C. Kang, K. Liu, M. Mazourek, S. L. Moore, E. Y. Yoo, D. Kim, I. Paran, and M. M. Jahn. 2005. The Pun1 gene For Pungency In Pepper Encodes A Putative Acyltransferase. The Plant, 42: 675-688.

Taufik, I., 2013. Pengaruh pemberian dosis pupuk za dan waktu pewiwilan Tunas lateral terhadap hasil dan kualitas Cabai besar (Capsicum annuum L.). Skripsi. Universitas Jember.

Gambar

Tabel  2.  Interaksi  varietas  cabai  rawit  dan  dosis  pupuk ureaterhadap jumlah buah pertanaman

Referensi

Dokumen terkait

Oda Nobunaga memimpin dengan cara yang kejam sehingga akhirnya ia tewas dibunuh oleh bawahannya sendiri. Toyotomi Hideyoshi mengambil alih melanjutkan visi menyatukan seluruh

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw

selaku Ketua Program Studi Sistem Komputer dan Dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, perhatian, juga kesabarannya dalam membimbing

Sedangkan pada setting relai hilang eksitasi yang digunakan di PLTGU GT unit 1.3 Muara Tawar bekerja dengan satu zona pengaman yang dibatasi dengan nilai

– Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk – Menyiapkan dokumen tender, rancangan. kontrak,dan memilih calon

Upaya atau strategi untuk meningkatkan konformitas kelompok, modal sosial, dan kerjasama yaitu dengan menumbuhkan sifat-sifat yang berhubungan dengan kehidupan

t inggi yang ber sangkut an, dengan m engacu pada st andar biaya oper asi per gur uan.

Kebutuhan protein hewani setiap tahun me- ningkat sebanding dengan jumlah warga negara Indonesia yang selalu meningkat setiap tahun. Oleh sebab itu, saat ini banyak