• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Penurunan Nafsu Makan pada Wanita Dewasa.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap Penurunan Nafsu Makan pada Wanita Dewasa."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

4 ABSTRAK

EFEK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) TERHADAP PENURUNAN NAFSU MAKAN PADA WANITA DEWASA

Finiyanti Cahyadi, 2016,

Pembimbing I : Julia Windi G., dr., M.Kes.

Pembimbing II : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.

Obesitas atau keadaan lemak berlebih banyak dijumpai pada wanita. Nafsu makan yang tinggi menjadi faktor utamanya. Amfetamin dan Sibutramin adalah obat pilihan untuk obesitas, tetapi beresiko merangsang sistem saraf pusat (gelisah, meningkatkan tekanan darah) dan toleransi obat. Senyawa capsaicin pada cabai rawit dapat digunakan sebagai komplementer terapi anti-obesitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memengaruhi nafsu makan pada wanita dewasa muda.

Desain penelitian ini bersifat quasi experimental dengan rancangan pre-test dan post-test, yang dilakukan terhadap 30 wanita dewasa muda dalam rentang usia 18- 23 tahun. Data yang diukur adalah jumlah bubur yang berhasil dihabiskan sesudah diberikan bubur dengan cabai rawit dibandingkan sesudah diberikan bubur tanpa cabai rawit. Analisis data dengan uji non parametric metode Wilcoxon dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah bubur yang berhasil dihabiskan sesudah diberikan bubur dengan cabai rawit yaitu sebesar (258,33 ± 72,912), dibandingkan sesudah diberikan bubur tanpa cabai rawit sebesar (500,00 ± 146,805), dan didapatkan hasil p = 0,000 (p < 0,01) yang menunjukkan perbedaan bermakna.

Simpulan penelitian ini adalah Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) menurunkan nafsu makan pada wanita dewasa.

Kata kunci : nafsu makan, capsaicin, cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

(2)

5 ABSTRACT

THE EFFECTS OF CAYENNE PEPPER (Capsicum frutescens L.) ON REDUCTION APPETITE IN ADULT WOMEN

Finiyanti Cahyadi, 2016,

Preceptor I : Julia Windi G., dr., M.Kes.

Preceptor II : Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes.

Obesity or fat excess problem is more common in women. High appetite becomes the main factor. Amphetamines and Sibutramine are drug of choice for obesity, but has the risk of stimulating central nervous system (restlessness, increased blood pressure) and drug tolerance. The compound capsaicin in cayenne pepper can be used as a complementary for anti-obesity therapy.

The purpose of this study was to determine whether cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) affect appetite in young adult women.

The design of this study was quasi experimental, with pre-test and post-test design, performed on thirty young adult women in the age range of 18- 23 years. The measured data was the amount of porridge that successfully spent after given porridge with cayenne pepper and after given porridge without cayenne pepper. Data was analyzed using non-parametric test Wilcoxon method with α = 0,05. The results showed that there were differences in the amount of porridge that successfully spent after given porridge with cayenne pepper that is equal to (258,33 ± 72,912) than after given porridge without cayenne pepper at (500,00 ± 146,805), and the results with p = 0,000 (p < 0,01), showed significant difference. The conclusion of this study is cayenne pepper (Capsicum frutescens L.) reduce appetite in adult women.

Keywords: appetite, capsaicin, cayenne pepper (Capsicum frutescens L.)

(3)

8 DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... 1

LEMBAR PERSETUJUAN ... 2

SURAT PERNYATAAN ... 2

ABSTRAK ... 4

ABSTRACT ... 5

KATA PENGANTAR ... 6

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL ... 11

DAFTAR GAMBAR ... 12

DAFTAR LAMPIRAN ... 13

BAB I PENDAHULUAN ... 14

1.1 Latar Belakang ... 14

1.2 Identifikasi Masalah ... 16

1.3 Tujuan Penelitian ... 16

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 16

1.4.1 Manfaat Akademis ... 16

1.4.2 Manfaat Praktis ... 16

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 17

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 17

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 22

(4)

9

2.1 Rasa Lapar dan Nafsu Makan ... 22

2.1.1 Definisi Rasa Lapar dan Nafsu Makan ... 22

2.1.2 Fisiologi Rasa Lapar dan Nafsu Makan ... 22

2.1.3 Faktor- faktor yang Mengatur Jumlah Asupan Makanan ... 25

2.1.4 Indera Kimiawi : Pengecapan dan Penghiduan ... 30

2.1.4.1 Sel Reseptor Kecap ... 30

2.1.4.2 Reseptor olfaktorius di hidung ... 32

2.1.5 Fungsi Gastointestinal, Motilitas, Pengaturan Saraf, dan Sirkulasi Darah ... 33

2.1.5.1 Kontrol saraf terhadap fungsi gastrointestinal-sistem saraf enterik ... 33

2.1.5.2 Pengaturan Otonom Traktus Gastrointestinal ... 34

2.2 Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)... 37

2.2.1 Taksonomi Cabai Rawit ... 37

2.2.2 Deskripsi Cabai Rawit ... 38

2.2.3 Kandungan Cabai Rawit ... 40

2.2.4 Kegunaan Cabai Rawit ... 42

2.2.5 Pengaruh Cabai Rawit terhadap Nafsu Makan ... 44

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 48

3.1 Alat Bahan dan Subjek Penelitian ... 48

3.1.1 Alat-alat dan Bahan Penelitian ... 48

3.1.2 Subjek Penelitian ... 48

3.1.2.1 Kriteria Inklusi ... 48

3.1.2.2 Kriteria Eksklusi... 49

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

3.3 Prosedur Penelitian ... 49

(5)

10

3.4 Metode Penelitian ... 51

3.4.1 Desain Penelitian ... 51

3.4.2Variabel Penelitian ... 51

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 51

3.4.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 51

3.4.3 Besar Sampel Penelitian ... 52

3.5 Analisis Data ... 52

3.6 Pengujian Hipotesis & Kriteria Uji ... 52

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.2 Pembahasan Penelitian ... 54

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Simpulan ... 57

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 62

RIWAYAT HIDUP ... 70

(6)

11

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Neurotransmiter dan Hormon yang Memengaruhi

Pusat Makan dan Pusat Kenyang di Hipotalamus…...11 Tabel 2.2. Kandungan Gizi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)...…………28 Tabel 4.1. Rerata Jumlah Bubur (dalam gram) yang Berhasil Dihabiskan

Sesudah dan Sebelum Mengonsumsi Cabai Rawit

(Capsicum frutescens L.)..……….………41

(7)

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran………7 Gambar 2.1. Mekanisme Umpan Balik dalam Pengaturan Asupan Makanan...14 Gambar 2.2. Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)………...25 Gambar 2.3. Jenis Capsaicinoid………...………...32 Gambar 2.4. Struktur Capsaicin ………..………...33

(8)

13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Surat Persetujuan Subjek Penelitian...49

Lampiran 2. Data Hasil Penelitian…...50

Lampiran 3. Analisis Statistik …...51

Lampiran 4. Surat Keputusan Etik ...52

Lampiran 5. Surat Determinasi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) ...53

Lampiran 6. Dokumentasi ...54

(9)

14 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam permasalahan gizi. Seiring dengan berkembangnya zaman serta perubahan tren dan pola hidup yang kurang sehat, banyak sekali masyarakat yang menderita obesitas (Putri & Isti, 2015). Indonesia dan negara berkembang lainnya sedang menghadapi masa transisi epidemiologi, demografi, dan urbanisasi. Di bidang gizi, sebagian masyarakat terutama di perkotaan telah terjadi perubahan pola makan seperti rendahnya konsumsi buah dan sayur, tingginya konsumsi garam dan meningkatnya konsumsi makanan yang tinggi lemak serta berkurangnya aktivitas olahraga (Azrul, 2004). Berdasarkan Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, prevalensi obesitas pada penduduk berusia ≥ 18 tahun dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) sebesar 15,4%. Prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19,7%, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 (13,9%) dan tahun 2010 (7,8%). Pada tahun 2013, prevalensi obesitas perempuan dewasa (> 18 tahun) 32,9%, naik 18,1% dibandingkan dengan tahun 2007 (13,9%) dan 17,5% dibandingkan dengan tahun 2010 (15,5%) (Riskesdas, 2013). Secara keseluruhan, 39% orang dewasa (38% pria dan 40% wanita) usia 18 tahun ke atas mengalami overweight dan 13% (11% pria dan 15% wanita) mengalami obesitas. Angka ini meningkat lebih dari dua kali lipat dibanding prevalensi tahun 2008 (WHO, 2015). Obesitas 3 kali lebih banyak dijumpai pada wanita, keadaan ini disebabkan karena rendahnya metabolisme pada wanita (Sugiharto, 2009). Secara khusus wanita mempunyai persentase kandungan lemak tubuh yang lebih tinggi daripada pria dan juga mempunyai distribusi lemak yang berbeda, yaitu jumlah lemak subkutan yang lebih tinggi daripada lemak visceral (Karastergiou, et al., 2012).

Disamping adanya faktor internal seperti faktor genetik, kegemukan seringkali dihubungkan dengan pola makan, keinginan makan yang berlebihan terutama

(10)

15

makanan yang berkalori tinggi dan kurangnya aktivitas fisik. Berbagai faktor tersebut bersama-sama dapat menyebabkan kelebihan berat badan (Henuhili, 2010). Obesitas sering disebabkan oleh kelainan mekanisme pengaturan makan yang diakibatkan dari faktor psikogen (kebiasaan makan) yang memengaruhi

pengaturan hipotalamus atau karena kelainan hipotalamus sendiri (Guyton & Hall,

2014). Obesitas juga dipengaruhi oleh faktor nafsu makan. Orang dengan nafsu

makan tinggi cenderung akan mengalami obesitas (Friedman & Halaas, 1998).

Berbagai obat penurun nafsu makan telah digunakan untuk mengatasi obesitas. Obat yang paling sering digunakan adalah amfetamin (atau derivat amfetamin), yang secara langsung menghambat pusat makan di otak, dan sibutramin yang berfungsi sebagai suatu simpatomimetik yang mengurangi asupan makanan dan meningkatkan pengeluaran energi. Namun, bahaya dari penggunaan obat tersebut adalah obat ini dapat merangsang sistem saraf pusat secara berlebihan, sehingga orang yang menggunakannya dapat merasa gelisah dan tekanan darahnya meningkat, selain itu akan mengalami toleransi terhadap obat tersebut sehingga penurunan berat badan yang dicapai biasanya tidak lebih dari 5 sampai 10 persen (Guyton & Hall, 2014). Oleh karena itu, diperlukan cara lain untuk mengatasi obesitas. Salah satunya dengan mengonsumsi cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang memiliki kandungan capsaicin. Capsaicin merupakan kelompok senyawa yang bertanggung jawab terhadap rasa pedas dari cabai (Sukrasno dkk., 1997). Tumbuhan tidak hanya melakukan metabolisme primer, tetapi juga melakukan metabolisme sekunder menggunakan jalur metabolisme tertentu yang akan menghasilkan pembentukan senyawa khusus yang disebut metabolit sekunder (Herbert, 1995). Produk metabolit sekunder yang terdapat pada buah cabai salah satunya adalah capsaicin. Kandungan bahan aktif capsaicin, dilaporkan dapat mengatur suhu tubuh, menstimulasi pelepasan dari katekolamin, dan menekan akumulasi lemak tubuh yang telah diuji pada binatang. Capsaicin sangat potensial sebagai terapi diet pada obesitas dan terapi diabetes (Masuda, et al., 2007). Penambahan capsaicin pada diet dapat menurunkan pengambilan makan yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (Russek, et al., 1987; Bray, 1991). Pada jangka pendek, paparan capsaicin dalam cabai

(11)

16

merah dapat meningkatkan rasa kenyang dan mengurangi energi asupan lemak sehingga dapat digunakan untuk kepentingan terapi anti-obesitas (Janssens, Hursel, & Westerterp, 2014).

Setelah membaca dari berbagai jurnal dan penelitian sebelumnya mengenai mekanisme kerja capsaicin yang terkandung dalam cabai rawit (Capsicum frutescens L.), peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut apakah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memberikan efek positif terhadap penurunan nafsu makan dan dapat digunakan sebagai metode lain yang berpotensi sebagai terapi komplementer untuk mengatasi obesitas.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap nafsu makan pada wanita dewasa.

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) memengaruhi nafsu makan pada wanita dewasa.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai kandungan yang terdapat dalam cabai rawit (Capsicum frutescens L.) yang dapat memengaruhi nafsu makan pada wanita dewasa, dan dapat berpotensi sebagai terapi alternatif untuk mengatasi obesitas.

1.4.2 Manfaat Praktis

(12)

17

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberikan solusi terapi komplementer lain sebagai upaya penurunan obesitas khususnya pada wanita dewasa.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Obesitas lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria, hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara biologis perbedaan ini terjadi akibat distribusi lemak tubuh yang berhubungan dengan hormon estrogen. Pada wanita, proporsi lemak tubuh cenderung tinggi dan lemak banyak tersimpan di bagian tubuh perifer, seperti pada pinggul, berbeda pada pria yang lebih banyak menyimpan lemak di abdomen (Morgan N.G., 2001). Rata-rata lemak pada wanita dewasa sekitar 20% - 25% dengan essential fat sekitar 12% dan storage fat 13%, pada pria jumlah total lemak adalah 15% dengan essential fat 3% dan storage fat 12% (David, J, 2000). Wanita lebih banyak menjalani sedentary life style, ditambah dengan kebiasaan berolahraga yang lebih jarang dari pada pria. Olah raga dapat membakar kalori lebih banyak dan meningkatkan metabolisme tubuh (Insel, Paul, & et.al., 2011).

Dalam studi yang dimuat di Journal of Obesity, dikatakan bahwa capsaicin meningkatkan oksidasi lemak sehingga meningkatkan pengeluaran energi, dan menstimulasi aktivitas sistem saraf simpatis yang membantu tubuh untuk menyingkirkan kelebihan lemak (Tremblay, Arguin, & Panahi, 2015).

Capsaicin adalah molekul yang bertanggung jawab untuk kepedasan cabai. Ini

merangsang sistem simpatoadrenal dalam efek termogenik dan anoreksigenik. Suplementasi capsaicin dapat melemahkan atau bahkan mencegah peningkatan rasa lapar dan penurunan kepenuhan serta penurunan pengeluaran energi dan oksidasi lemak. Efek ini dapat menunda terjadinya resistensi menurunkan lemak selama program penurunan berat badan dan memfasilitasi

(13)

18

pemeliharaan berat badan dalam keadaan postobese (Tremblay, Arguin, & Panahi, 2015).

Ketika di rongga mulut, capsaicin berdifusi melintasi epitel lingual dan selektif

mengikat reseptor Transient Receptor Potency Vanilloid Subtype 1 (TRPV1)

sebagai reseptor panas dan nyeri neuron sensorik sensitif. Reseptor ini adalah

saluran kalsium spesifik dan ketika capsaicin terikat, saluran terbuka (Caterina &

Julius, 2001). Masuknya awal kalsium menyebabkan keluarnya neurotransmiter

dan menimbulkan sensasi kehangatan pada konsentrasi rendah capsaicin dan nyeri

terbakar pada konsentrasi capsaicin yang lebih tinggi (Iwai, Yazawa, &

Watanabe, 2003). Capsaicin juga mengaktifkan reseptor TRPV1 pada neuron yang terletak di lidah (Snitker, et al., 2009). Meskipun mekanisme yang tepat tidak diketahui, pengalaman somatosensori setelah asupan capsaicin bervariasi

antara individu (Astrup, et al., 2010).

Setelah dikeluarkan dalam sirkulasi, albumin mengangkut capsaicin pada kelenjar adrenal, di mana akan merangsang pelepasan katekolamin (Kawada, Sakabe, Watanabe, Yamamoto, & Iwai, 1988). Pelepasan katekolamin dapat

meningkatkan lipolisis di adiposit, glikogenolisis di hati, dan oksidasi substrat pada otot (Reinbach H. , 2008).

Capsaicin memiliki potensi untuk mengaktifkan reseptor TRPV1 dalam usus, dan memiliki efek peningkatan serupa dalam aktivasi sistem saraf simpatis (SNS) (Snitker, et al., 2009). Penelitian yang melibatkan capsaicin dan capsiate dapat meningkatkan aktivasi SNS (Yoshioka, et al., 2004). Efek manajemen berat badan yang konon berasal dari peningkatan aktivitas SNS, seperti umumnya merangsang thermogenesis dan oksidasi lemak sekaligus mengurangi asupan energi pada manusia (Bray, 2000).

Pusat rasa lapar dan kenyang pada hipotalamus dipadati oleh reseptor untuk neurotransmiter dan hormon yang memengaruhi perilaku makan. Hormon dan neurotransmiter tersebut terbagi atas substansi oreksigenik yang menstimulasi nafsu makan dan anoreksigenik yang menghambat nafsu makan (Guyton & Hall, 2014). Capsaicin menekan sensasi oreksigenik, termasuk keinginan untuk makan makanan berlemak, makanan panas, makanan manis, makanan asin, dan keinginan

(14)

19

untuk makan secara umum, kenikmatan dengan makanan, dan asupan pangan

selanjutnya (Ludy & Mattes, 2011b). Selain itu, capsaicin dilaporkan juga dapat

meningkatkan sensasi anoreksigenik (Reinbach, Martinussen, & Moller, 2010),

dan peningkatan konsentrasi dari hormon anoreksigenik glukagon-like peptide 1

(Westerterp-Plantenga, Smeets, & Lejeune, 2005). Capsaicin juga menyebabkan sekresi katekolamin dari medulla adrenal melalui aktivas sistem saraf simpatis. Kenyang meningkat saat asupan energi menurun, diakibatkan stimulasi aktivitas sistem saraf simpatis. Stimulasi kenyang metabolik telah terbukti berkontribusi untuk penurunan berat badan (Westerterp-Plantenga, Smeets, & Lejeune, 2005). Dengan demikian, pada penelitian ini, diharapkan pemberian cabai rawit dapat

menurunkan nafsu makan pada wanita dewasa sehingga dapat digunakan sebagai sebagai metode lain yang berpotensi sebagai terapi komplementer untuk mengatasi obesitas.

(15)

20

Gambar 1.1. Bagan Kerangka Pemikiran

(16)

21 1.5.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah cabai rawit (Capsicum frutescens L.) menurunkan nafsu makan pada wanita dewasa.

(17)

57 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1Simpulan

 Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.) menurunkan nafsu makan pada wanita dewasa.

5.2 Saran

 Diperlukan penelitian untuk memastikan keamanan konsumsi cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dalam jangka panjang, karena dapat membantu untuk memfasilitasi manajemen obesitas.

 Diperlukan penelitian mengenai tingkat keefektifan cabai rawit (Capsicum frutescens L.) dalam manajamen obesitas pada penggemar makanan pedas.

(18)

1

EFEK CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.)

TERHADAP PENURUNAN NAFSU MAKAN

PADA WANITA DEWASA

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ini Dibuat Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

FINIYANTI CAHYADI

1310080

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(19)

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat, berkat serta karunia-Nya, karena hanya dengan kehendak-Nya, Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Efek cabai rawit (Capsicum frutescens L.) terhadap nafsu makan pada wanita dewasa” dapat selesai tepat sebelum waktunya dan dapat diselesaikan dengan baik.

Penyusunan karya tulis ilmiah (KTI) ini diajukan sebagai syarat menyelesaikan pendidikan gelar Sarjana Kedokteran Fakultas Kedokteran Umum Universitas Kristen Maranatha. Dalam penyusunan KTI ini tidak jarang dijumpai adanya rintangan, kesulitan, dan kesibukan dalam segala aktivitas sebagai mahasiswa kedokteran, namun dengan bantuan, bimbingan, serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Julia Windi, dr., M.Kes. selaku pembimbing utama KTI yang selalu ada di dalam keadaan apapun dan telah memberikan dukungan, perhatian, waktu, tenaga, pikiran, serta bantuan moral dalam penyelesaian KTI ini.

2. Dr. Diana Krisanti Jasaputra, dr., M.Kes. selaku pembimbing pendamping KTI yang selalu sabar memberikan pengajaran, perhatian, waktu, tenaga, pikiran dan dukungan tiada henti dalam penyelesaian karya tulis ini.

3. Kedua orang tua penulis, Firman Cahyadi dan Liyanti Husen, kakak penulis, Donny Cahyadi, terima kasih atas segala dukungan dan semangat yang telah diberikan, serta doa yang selalu dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa demi terselesaikannya karya tulis ini.

4. Seluruh subjek penelitian yang secara sukarela telah berpartisipasi dalam penelitian karya tulis ilmiah ini, tanpa mereka penelitian ini tentu tidak dapat dilakukan.

(20)

7

Aulia Dwi Ramadhita, Vanny Febriana, Karin Windyanti, Herlina Gisela) yang tak pernah lelah memberikan semangat dan dukungan moral kepada penulis. 6. Sahabat yang tak terganti Chetrine Andiani, Anggia Kristina, Jessica Puspitasari

“9GURLS”, serta kawan- kawan terbaik Doni Surya, Kevin Samuel Marpaung, Ryan Reinhart, Alfred Tri Susanto, Alfonsa Angwarmase, Puput Fatimah, Vica Christia, Utin Dewi Sri Aryani, Annisa Aurum, Felicitas Anindya Utami, Denasa Dwi, Janice Setiawan, Fannisa Salma, Laksmi Indira Trisha, Desrah Herlina, SEMA FK MARANATHA yang juga memberikan semangat dan dukungan moral kepada penulis.

7. Adik- adik Autografto 2016, terutama grup “Arteri Mandibularis” (Helga, Gede, Alicka, Thias, Winda, Annisa, Leony, Angga, Mugi, Shidiq, Ence) untuk dukungan yang diberikan kepada penulis.

8. Nicolas Agung Wibowo yang senantiasa memberikan semangat, dukungan, waktu, tenaga, serta doa kepada penulis selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Ibu- Ibu tersayang, Bu Emi, Bu Ari, Bu Tiur, dan Bu Tessa untuk dorongan, dukungan dan semangat luar biasa kepada penulis

10.Semua teman-teman Antidote 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat, canda-tawa, serta dukungan yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih belum sempurna, maka saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan karya tulis ilmiah selanjutnya. Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pembacanya dan berguna dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Bandung, Januari 2017

(21)

58

DAFTAR PUSTAKA

Agriflo, T. P. (2012). Cabai Prospek Bisnis dan Teknologi Mancanegara page 197. Depok: agriflo.

Astrup, A., Kristensen, M., Gregersen, N., Belza, A., Lorenzen, J., Due, A., & Larsen, T. (2010). Can bioactive foods affect obesity? Ann NY Acad Sci. . PubMed, 1190:25-41.

Azrul, A. (2004). Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Depan. Bray, G. (1991). Treatment for obesity: A nutrient balance nutrient partition

approach. Nutr. Rev., 49:33-45.

Bray, G. (2000). Reciprocal relation of food intake and sympathetic activity: experimental observations and clinical implications. Int J Obes. . PubMed, 24: S8- S17.

Cahyono. (2003). Cabai rawit : Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Kanisius.

Cairns, D. (2004). Intisari Kimia Farmasi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Caterina, M., & Julius, D. (2001). The vanilloid receptor: a molecular gateway to the pain pathway. Annu Rev Neurosci. . PubMed, 487- 517.

Dalimartha, d. S. (2006). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Jakarta: Merentas Generasi Sehat.

Direktorat Gizi, Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. 1989. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Bharata, Jakarta.

Friedman, J., & Halaas, J. (1998). Leptin and the regulation of body weight in mammals. . Nature 395, 763-770.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran: Edisi Keduabelas. Singapore: Elsevier.

Herbert, R.B. (1995). Biosynthesis of Secondary Metabolites, Second edition. New York: Chapman and Hall.

(22)

59

Henuhili, V. (2010). Gen- gen penyebab obesitas dan hubungannya dengan perilaku makan. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA.

Https://en.wikipedia, 2014.

Insel, Paul, & et.al. (2011). Nutrition Fourth Edition. Jones and Bartlett Publisher, LCC.

Iwai, K., Yazawa, A., & Watanabe, T. (2003). Roles as metabolic regulators of the non-nutrients, capsaicin and capsiate, supplemented to diets. Proc Jpn Acad, 79:207-212.

Janssens, P., Hursel, R., & Westerterp, P. M. (2014). Capsaicin increases sensation of fullness in energy balance, and decreases desire to eat after dinner in negative energy balance. NCBI PubMed ( National Center for Biotechnology Information), 44- 9.

Karastergiou, K., Smith, S., Greenberg, A., & Fried, S. (2012). Sex differences in human adipose tissues – the biology of pear shape.Biol Sex Differ. Jurnal Gizi, 1-12.

Kawada, T., Sakabe, S., Watanabe, T., Yamamoto, M., & Iwai, K. (1988). Some pungent principles of spices cause the adrenal medulla to secrete catecholamine in anesthetized rats. Proc Soc Exp Biol Med. PubMed, 229-233.

Laila, A. (2010). Komponen Utama Cabe. http://fmipa.itb.ac.id.index.php/artikel. Ludy, M., & Mattes, R. (2011b). The effects of hedonically acceptable red pepper

doses on thermogenesis and appetite. Physiol Behav. . PubMed, 102:251-258.

Mary, J. L., & Richard D, M. (2011). The Effects of Hedonically Acceptable Red Pepper Doses on Thermogenesis and Appetite. Purdue University News. Masuda, Y., Satoshi, H., Kasumi, O., Koichiro, O., Tatsuo, W., Susumu, Y., . . .

Tohru, F. (2007). Upregulation of uncoupling proteins by oral administration of capsiate, anonpungent capsaicin analog . Laboratory of Nutrition Chemistry, Division of Food Science and Biotechnology, and

(23)

60

Laboratory of Vegetable and OrnamentalHorticulture. Universitas Udayana, 606-8502.

Morgan N.G. (2001). The Beneficial Effect Of Body Fat And Adipose Tissue In Human. International Journal Of Obesity,Dalam Barbara Bowman, Robert M Russell. United States of America: International Life Sciences Institute.

Nellahutasoit. (2011). Pengaruh Pemberian Dosis Pupuk N dan P TerhadapPertumbuhan Dan Produksi Tanaman Cabai Rawit. publised. Putri, S. R., & Isti A, D. (2015). Obesitas sebagai Faktor Resiko Peningkatan

Kadar Trigliserida Majority. Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Bagian Ilmu Gizi, Volume 4 Nomor 9; 178.

Rahardjo, H. &. (2005). Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Depok: Penebar Swadaya.

Reinbach HC1, S. A.-P. (2009). Effects of capsaicin, green tea and CH-19 sweet pepper on appetite and energy intake in humans in negative and positive energy balance. PubMed.

Reinbach, H. (2008). Hot spices: effects on appetite, energy intake and sensory properties of a meal. Department of Food Science, Faculty of Life Sciences, University of Copenhagen (Denmark), p. 140.

Reinbach, H., Martinussen, T., & Moller, P. (2010). Effects of hot spices on energy intake, appetite, and sensory specific desires in humans. Food Qual Prefer. PubMed, 21:655-661.

Reyes-Escogido, M. L., Gonzalez-Mondragon, E. G., & Vazquez-Tzompantzi, E. (2011). Chemical and Pharmacological Aspect of Capsaicin. Molecules, 16:1235-1270.

Riskesdas. (2013). Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Russek, M., Vega, C., Berrera, J., Soto-Mora, L., Langazorta, A., & Racotta, R. (1987). Anorexia elicited by different catecholamines in rats. . Appetite, 9: 119-126.

(24)

61

Setiadi. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta. Penebar Swadaya.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem, Ed. 8. Jakarta: EGC. Snitker, S., Fujishima, Y., Shen, H., Ott, S., Pi-Sunyer, X., Furuhata, Y., . . .

Takahashi, M. (2009). Effects of novel capsinoid treatment on fatness and energy metabolism in humans: possible pharmacogenetic implications. . Am J Clin Nutr, 89:45-50.

Steel, Robert G. D. &Torrie, James H.. (1987). Principles anad procedur of statistic. Singapore: Mc Graw-Hill.

Sugiharto. (2009). Obesitas dan Kesehatan Reproduksi Wanita. Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol 5, no 1.

Sukrasno, Kusmardiyani, S., Tarini, S., & Sugiarso, N. C. (1997). Kandungan Kapsaisin dan Dihidrokapsaisin Pada Berbagai Buah Capsicum. JMS, 2: 28- 34.

Tremblay, A., Arguin, H., & Panahi, S. (2015). Capsaicinoids: a spicy solution to the management of obesity? International Journal of Obesity.

Wahid Priyono. ( 2015). Dasar-Dasar Pertanian.

Warsino. (2010). Peluang Usaha dan Budidaya Cabai. Jakarta: Gramedia.

Westerterp-Plantenga, M., Smeets, A., & Lejeune, M. (2005). Sensory and gastrointestinal satiety effects of capsaicin on food intake. US National Library of Medicine National Institutes of Health

WHO. (2015). Obesity and overweight. . Jurnal Gizi.

Yoshioka, M., Imanaga, M., Ueyama, H., Yamane, M., Kubo, Y., Boivin, A., . . . Kiyonaga, A. (2004). Maximum tolerable dose of red pepper decreases fat intake independently of spicy sensation in the mouth. Br J Nutr. . PubMed, 91:991-995.

Yoshioka, M., St-Pierre, S., Drapeau, V., Dionne, I., Doucet, E., Suzuki, M., & Tremblay, A. (1999). Effects of red pepper on appetite and energy intake. British Journal of Nutrition, 82, 115- 123.

Gambar

Tabel 4.1.  Rerata Jumlah Bubur (dalam gram) yang Berhasil Dihabiskan
Gambar 2.4. Struktur Capsaicin ……………………………..……………......33
Gambar 1.1.  Bagan Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar TCC diatas apabila terjadi hubung singkat minimum Di bus 366 sebesar 0,393 kA, maka rele R-CB Mvitc akan bekerja terlebih dahulu pada waktu 0,1 detik.. Mvitc

– Menyusun anggaran proyek dan jadwal induk – Menyiapkan dokumen tender, rancangan. kontrak,dan memilih calon

By downloading this soft documents book Paranoia: High Programmers (MGP6672) By Gareth Hanrahan in the online link download, you are in the initial step right to do. This site

Harus memilih dari pilihan yang tersedia Field terhubung dengan tabel Supplier Total Faktur Completeness Check.

a) Menganalisis hasil pengamatan saat melakukan observasi. b) Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran cooperative tipe jigsaw

selaku Ketua Program Studi Sistem Komputer dan Dosen pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktu, perhatian, juga kesabarannya dalam membimbing

Pada bangunan Museum Tsunami di Aceh, prinsip representasi pada museum merupakan perwujudan Rumoh Panggung Aceh dengan kearifan masa lalu yang di wujudkan pada badan

Dari persoalan yang sudah diceritakan diatas, fokus pada penelitian yang dilakukan adalah bagaimana membuat suatu sistem untuk melakukan pengelompokkan dokumen