• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak)"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

ALIH PROFESI BURUH PABRIK MENJADI TUKANG BECAK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PENGHASILAN

(Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak)

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

S K R I P S I

Diajukan Oleh:

MAY PRATIWI PURBA

NIM. 110901004

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul tentang “Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak). Guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 dari Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Saya menyadari di dalam penulisan ini dari pertama sampai rampungnya penulisan ini telah banyak melibatkan berbagai pihak yang turut serta membantu, baik segi materi, jasmani maupun rohani. Oleh karena itu dalam kesempatan ini sayan sebagai penulis ingin menyampaikan terimakasih dengan setulusnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dra. Lina Sudarwati, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan Sekaligus sebagai Dosen Pembimbing serta Pembimbing Akademik saya selama masa kuliah.

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si selaku Sekretaris Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak, M.Si selaku penguji dalam ujian komprehensif skripsi ini.

5. Bapak Drs. Muba Simanihuruk,M.Si selaku Reader dalam ujian komprehensif skripsi ini.

(3)

mudahan Allah SWT memberikan umur yang panjang dan kesehatan untuk Ayah dan Ibu.

7. Buat adik – adikku tercinta, Rudi Purba dan Putri Anggini Purba. Rajin belajar, perbanyak berbuat kebaikan, menjadi anak yang sholeh dan sholeha serta sukses dikemudian hari. Agar bisa membahagiakan kedua orang tua kita, Amin.

8. Buat sahabat saya Ade, Nunung, Rani, dan sahabat saya sewaktu sekolah sampai sekarang yang sudah mampu membuat saya menjadi termotivasi agar tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas semangat yang kalian berikan, semoga persahabatan dan persaudaraan kita sampai akhir hayat tetap terjalin.

9. Kepada kakak – adik sepupukak Tuti,kak Nisa, kak Laila,kak Yuni, kak Ani, Ayu, Ali, Novi, Paris, Benny, Adelia, dan lain – lain yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas motivasi dan semangat yang kalian berikan selama pengerjaan skripsi ini.

10.Terimakasih kepada yang terkhusus untuk Abang Wildan, dan teman terbaik Anita, Yasser, Putri yang telah membantu dan support saya selama pengerjaan skripsi ini. Semoga kita sukses dikemudian hari. 11.Kepada teman dekat saya selama kuliah Ira, Firda, Winda, Balqis, dan

Brenda serta semua teman – teman Sosiologi stambuk 2011 saya ucapkan banyak terimakasih atas dukungan kalian. Terimakasih atas bantuan kalian, semangat, dan motivasi yang kalian berikan selama ini dalam pengerjaan skripsi ini.

12.Kepada Bapak Lurah Desa Sigara – gara, Bapak Safi’i Tarigan yang telah memberikan izin kepada saya untuk mengadakan penelitian di Desa Sigara – gara. Dan kepada masyarakat Desa Sigara – gara dan informan yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk saya.

(4)

Tiada yang lain yang dapat penulis berikan selain ucapan terimakasih dan doa, semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Saya juga sangat menyadari keterbatasan dengan kemampuan dalam penyelesaian skripsi ini. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca skrpsi ini.

Penulis

(5)

ABSTRAKSI

Dengan terjadinya upah buruh yang menurun di Indonesia juga membawa dampak pada penghasilan buruh pabrik di Sumatrera Utara., khususnya pada buruh pabrik di Desa Sigara gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Profesi sebagai buruh pabrik tentunya adalah pekerjaan utama bagi masyarakat Desa Sigara gara untuk memenuhi kebutuhan sehari. Hal ini juga yang pernah dialami oleh masyarakat Desa Sigara gara, namun setelah penghasilan sebagai buruh pabrik mengalami pemerosotan maka masyarakat Desa Sigara gara memcoba untuk mencari pekerjaan lain. Adapun pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Sigara gara setalah penghasilan dari buruh pabrik mengalami penurunan adalah profesi tukang becak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat apakag dengan adanya peralihan profesi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sigara gara dari buruh pabrik ke tukang becak dapat meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat Desa Sigara gara.

Judul penelitian ini adalah Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara gara Kec. Patumbak). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan mengapa melakukan peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara dan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pasca peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengam unit analisis 23 orang mantan buruh pabrik yang beralih profesi ke tukang becak sebagai upaya meningkatkan pengasilan di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada para informan serta melakukan pengamatan langsung tentang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat setempat.

Hasil dari penelitian ini mempunyai empat kesimpulan. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah. Pertama, Peralihan profesi atau mata pencaharian dari buruh pabrik menjadi tukang becak dilatarbelakangi yaitu, karena tidak cukupnya penghasilan yang didapat sebagai pekerja buruh pabrik di Desa Sigara Gara, sehingga berimbas pada keadaan ekonomi masyarakat bekerja sebagai buruh pabrik, karena adanya sosialisasi masyarakat yang menyampaikan informasi tetang bagaimana cara memperbanyak muatan becak dengan cara memodifikasi becak, dan Jam kerja yang dimilik pekerja buruh pabrik lebih banyak daripada tukang becak yang lebih banyak waktu senggangnya. Kedua, bekerja menjadi tukang becak lebih menjanjikan bagi masyarakat Desa Sigara Gara daripada bekerja sebagai buruh pabrik, karena tukang becak dapat meningkatkanstatus sosial ekonomi masyarakat Desa Sigara Gara. Ketiga, memiliki rumah layak huni dan meningkatnya pendidikan anak-anak mereka. Keempat, kondisi sosial-ekonomi pada masyarakat Desa Sigara gara yang beralih profesi menjadi tukang becak dapat dikatakan sudah dikatakan sudah mencukupi.

(6)

DAFTAR ISI

1.2.Perumusan Masalah ... 9

1.3.Tujuan Penelitian ... 10

1.4.Manfaat Penelitian ... 10

1.4.1.Manfaat Teoritis ... 10

1.4.2.Manfaat Praktis ... 11

1.5. Defenisi Konsep ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Perubahan Sosial ... 15

2.2. Penelitian yang Relevan ... 17

2.3.Angakatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia ... 19

2.4.Sektor Informal ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 23

3.2. Lokasi Penelitian ... 23

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 24

3.3.1. Unit Analisis ... 24

3.3.2. Informan ... 24

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 25

(7)

3.4.2. Wawancara Mendalam ... 25

3.4.3. Dokumentasi ... 26

3.5. Interpretasi Data ... 26

3.6. adwal Kegiatan ... 27

3.7. Keterbatasan Peneliti ... 27

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Gambaran Umum Desa Sigara Gara ... 29

4.1.1. Sejarah Desa Sigara Gara ... 29

4.1.2. Letak dan Keadaan Wilayah ... 30

4.1.2.1. Kondisi Iklim dan Letak Geografis ... 30

4.1.2.2. Batas Wilayah dan Luas Wilayah ... 30

4.2. Penyajian Data ... 31

4.2.1. Kondisi Sosial – Ekonomi Masyarakat Desa Sigara Gara ... 31

4.2.1.1. Komposisi Penduduk ... 31

4.2.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur ... 32

4.2.1.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ... 33

4.2.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

4.2.1.5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan ... 35

4.2.1.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .. 36

4.3. Sarana dan Prasarana ... 37

4.3.1. Sarana Transportasi ... 37

4.3.2. Sarana Ibadah ... 38

4.3.3. Sarana Pendidikan ... 39

4.3.4. Sarana Kesehatan ... 40

4.3.5. Sarana Olahraga ... 42

4.3.6. Sarana Penerangan dan Air ... 43

4.3.7. Sarana Ekonomi ... 43

4.4. Sistem Nilai Sosial Masyarakat Desa Sigara Gara ... 44

4.4.1. Religius (Agama) ... 44

4.4.2. Adat Istiadat ... 45

(8)

4.4.4. Gotong Royong ... 46 4.5. Profil Informan ... 47 4.6. Peralihan Profesi Dari Buruh Pabrik

Menjadi Tukang Becak... 64 4.7. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Sigara Gara Saat Bekerja Menjadi Buruh Pabrik ... 72 4.8. Pembagian Kerja Pada Masyarakat

Desa Sigara Gara Saat Bekerja Menjadi Buruh Pabrik ... 82 4.9. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat

Desa Sigara Gara Setelah Bekerja Sebagai Tukang Bacak ... 84 4.0. Pembagian Kerja Setelah Masyarakat

Bekerja Saat Menjadi Tukang Becak ... 101

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan ... 105 5.2. Saran ... 106

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Upah Nominal dan Upah Riil

Buruh Indistri Per Triwulan 2013 – 2014 ... 4

Tabel 2. Upah Minimum Buruh Tahun 1996 – 2003 ... 4

Tabel 3. Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Patumbak ... 6

Tabel 4. Jadwal Kegiatan ... 27

Tabel 5. Pembagian Pimpinan Kepala Desa di Desa Sigara Gara ... 29

Tabel 6. Pembagian Wilayah Permukiman ... 30

Tabel 7. Komposisi Penduduk Desa Sigara Gara Perdusun Tahun 2014 ... 31

Tabel 8. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2013-2014 ... 32

Tabel 9. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku ... 33

Tabel 10. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama ... 34

Tabel 11. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 12. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 36

Tabel 13. Sarana Ibadah ... 38

Tabel 14. Sarana Pendidikan ... 39

Tabel 15. Sarana Kesehatan ... 40

Tabel 16. Sarana Olahraga ... 42

(10)

ABSTRAKSI

Dengan terjadinya upah buruh yang menurun di Indonesia juga membawa dampak pada penghasilan buruh pabrik di Sumatrera Utara., khususnya pada buruh pabrik di Desa Sigara gara Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Profesi sebagai buruh pabrik tentunya adalah pekerjaan utama bagi masyarakat Desa Sigara gara untuk memenuhi kebutuhan sehari. Hal ini juga yang pernah dialami oleh masyarakat Desa Sigara gara, namun setelah penghasilan sebagai buruh pabrik mengalami pemerosotan maka masyarakat Desa Sigara gara memcoba untuk mencari pekerjaan lain. Adapun pekerjaan yang digeluti masyarakat Desa Sigara gara setalah penghasilan dari buruh pabrik mengalami penurunan adalah profesi tukang becak. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melihat apakag dengan adanya peralihan profesi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Sigara gara dari buruh pabrik ke tukang becak dapat meningkatkan status sosial-ekonomi masyarakat Desa Sigara gara.

Judul penelitian ini adalah Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara gara Kec. Patumbak). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan mengapa melakukan peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara dan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pasca peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengam unit analisis 23 orang mantan buruh pabrik yang beralih profesi ke tukang becak sebagai upaya meningkatkan pengasilan di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada para informan serta melakukan pengamatan langsung tentang kehidupan sosial-ekonomi masyarakat setempat.

Hasil dari penelitian ini mempunyai empat kesimpulan. Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah. Pertama, Peralihan profesi atau mata pencaharian dari buruh pabrik menjadi tukang becak dilatarbelakangi yaitu, karena tidak cukupnya penghasilan yang didapat sebagai pekerja buruh pabrik di Desa Sigara Gara, sehingga berimbas pada keadaan ekonomi masyarakat bekerja sebagai buruh pabrik, karena adanya sosialisasi masyarakat yang menyampaikan informasi tetang bagaimana cara memperbanyak muatan becak dengan cara memodifikasi becak, dan Jam kerja yang dimilik pekerja buruh pabrik lebih banyak daripada tukang becak yang lebih banyak waktu senggangnya. Kedua, bekerja menjadi tukang becak lebih menjanjikan bagi masyarakat Desa Sigara Gara daripada bekerja sebagai buruh pabrik, karena tukang becak dapat meningkatkanstatus sosial ekonomi masyarakat Desa Sigara Gara. Ketiga, memiliki rumah layak huni dan meningkatnya pendidikan anak-anak mereka. Keempat, kondisi sosial-ekonomi pada masyarakat Desa Sigara gara yang beralih profesi menjadi tukang becak dapat dikatakan sudah dikatakan sudah mencukupi.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dalam masyarakat terdapat kelompok sosial, ada sekelompok orang orang

yang hidup di bawah garis kemiskinan, sedangan sekelompok yang hidup dalam batas berlebihan dari profesi yang ada di masyarakat. Profesi adalah sebuah pekerjaan yang dimiliki seseorang untuk mendapatkan upah atau gaji yang sesuai dengan profesi yang dikerjakan atau yang dijalankannya. Ada yang berprofesi sebagai dokter, polisi, guru, dosen, TNI, karyawan, pedagang, penarik becak, buruh, dan lain sebagainya.

Pekerjaan yang dimiliki seseorang berpengaruh dengan yang diperoleh dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Sebagaimana yang telah kita ketahui pada masyarakat, baikyang berarti mikro dan yang berarti makro.Yang

didalamnya terdapat lapisan –lapisan dan strata–strata sebagai perbedaan

(12)

Maka dari itu dari beberapa pekerjaan meningkatkan penghasilan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Secara Sosiologis mobilitas sosial sudah mencakup pada profesi yang dimiliki oleh setiap masyarakat secara vertikal. Namun dalam

masyarakat tidak selalu berbentuk secara vertikal. Mobilitas sosial itu terjadi pada lapisan atas. Tetapi dalam masyarakat lapisan menengah ke bawah juga terjadi mobilitas tersebut. Adanya mobilitas tersebut maka muncullah peralihan profesi yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi

keluarganya.

Karena kebutuhan ekonomi merupakan hal terpenting dalam kehidupan. Kebutuhan setiap manusia berbeda beda maka ada banyak peralihan profesi

yang dilakukan di Indonesia. Adapun contoh dari peralihan profesi tersebut misalnya peralihan profesi masyarakat dari sektor pariwisata ke sektor peternakan ikan. Disamping itu masalah dalam penelitian ini yaitu, peralihan profesi buruh pabrik menjadi tukang becak yang merupakan peralihan profesi yang ada. Hal itu dapat dilihat dari banyaknya peralihan profesi yang dilakukan oleh buruh pabrik menjadi tukang becak.

(13)

pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Untuk memastikan upah yang layak bagi buruh di satu sisi dan terjaminnya kelangsungan usaha disisi lain, DPR dan pemerintah membuat serangkaian regulasi yang mengatur sistim dan mekanisme pengupahan di pasar kerja.

Peraturan pelaksana terkait upah minimum diatur dalam Permenakertrans No. 01 Tahun 1999 tentang Upah minimum Juncto Kepmenakertrans No.

226/MEN/2000 tentang perubahan beberapa pasal dalam Permenaketrans No 01 tahun 1999. Dalam peraturan ini. upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap, berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 tahun. Penetapan upah minimum dilakukan di tingkat propinsi atau di tingkat kabupaten/kotamadya, dimana Gubernur menetapkan besaran upah minimum propinsi (UMP) atau upah minimum Kabupaten/Kotamadyar (UMK), berdasarkan usulan dari Komisi Penelitian Pengupahan dan Jaminan Sosial Dewan Ketenagakerjaan Daerah (sekarang Dewan Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota) dengan mempertimbangkan kebutuhan hidup pekerja, indeks harga konsumen, pertumbuhan ekonomi dan kondisi pasar kerja.

Menurut BPS rata-rata upah nominal per bulan buruh industri pada triwulan I

– 2014 meningkat 2,62% dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari Rp

1.864.300. Pada triwulan IV 2013 menjadi Rp 1.913.200. Pada triwulan I

(14)

triwulan I – 2014 naik sebesar 1,19%, yaitu dari Rp 1.697.700 menjadi Rp

1.717.900.

Tabel 1

Upah Nominal dan Upah Riil Buruh Industri Per Triwulan 2013 2014

Tahun/Triwulan Upah

Sumber: Katalog BPS. 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 50

Dari penjelasan tabel diatas, upah nominal buruh yang sekarang sudah jauh lebih baik dari tahun sebelumnya. Pendapatan buruh tersebut terus bertambah dari triwulan ke triwulan selanjutnya. Sehingga jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang masih rendah dan tidak tercukupi untuk memenuhi kebutuhan pokok dalam keluarga. Berikut ini adalah upah minimum pada tahun sebelumnya.

Tabel 2

Upah Minimum Buruh Tahun 1996 – 2003

Tahun Upah Minimum (Rp) Kenaikan Upah Minimum dalam US$

1999 Rp 179.528 16,6% $23,05

2000 Rp 213.700 19% $25,57

(15)

2002 Rp 362.700 26,8% $39,06

2003 Rp 414.500 14,3% $48,31

Sumber: Sumber: Katalog BPS. 2014 Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi Edisi 50

Dari keterangan kedua tabel diatas upah monimal buruh bisa dibilang profesi yang mencukupi kebutuhan pokok sebagai profesi tetap. Karena sudah jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya yang masih sangat rendah. Dilihat dari tahun 1996 2003 upah nominal buruh masi sangat rendah daripada tahun 2014. Tetapi

hal tersebut tidak lepas pada masyarakat di Desa Sigara gara. Karena di desa ini terjadi peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak sebagai upaya meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok. Yang dimana sudah diketahui penghasilan buruh pabrik sudah tidak serendah dulu.

Desa Sigara gara merupakan sebuah desa yang cukup padat penduduknya. Desa ini merupakan salah satu desa yang terletak di pinggiran Kota Medan. Masyarakat Desa Sigara Gara mayoritas beragama Islam dan berasal dari berbagai daerah dan terdiri dari berbagai suku yang mayoritas suku asli yang berasal dari Sumatera Utara itu sendiri. Desa Sigara Gara merupakan salah sat

yang berada di kecamata

SumateraUtara,

Penduduk asli Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak ini adal

da

Nusantara yang didominasi oleh s

(16)

ole

berdomisili di Desa Sigara Gara adalah suku Jawa. Menurut hasil survei 2011 dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang, populasi penduduk Patumbak telah mencapai 20.795 rumah tangga, dengan jumlah penduduk 88.961 jiwa, dimana terdiri dari 45.123 jiwa penduduk laki-laki dan 43.838 penduduk wanita. Berikut adalah tabel jumlah penduduk Deli Serdang yang dirinci menurut wilayah Patumbak.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Wilayah Kecamatan Patumbak

Wilayah Laki – Laki Perempuan Jumlah

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Patumbak Satu 2772 50,7% 2697 49,3% 5469

Lantasan Baru 727 49,7% 735 50,3% 1462

Lantasan Lama 1609 60,2% 1065 39,8% 2674

Patumbak Dua 1931 51% 1853 49% 3784

Sigara Gara 4048 50,6% 3947 49,4% 7995

Marindal Satu 10425 49,9% 10454 50,1% 20879

Patumbak KP 6337 50,9% 6101 49,1% 12438

Marindal Dua 5243 51,6% 4923 48,4% 10166

Jumlah 33092 - 31775 - 64867

(17)

Dari sumber data diatas, ada 8 desa yang terdapat di Kecamatan Patumbak dan salah satunya yaitu Desa Sigara gara. Di desa ini memiliki kepadatan

penduduk sebesar 7.995 dimana sebanyak 4.048 jiwa berkelamin perempuan dan 3.947 jiwa berkelamin laki-laki. Seperti yang sudah dibahas diatas, di desa ini banyak kepala rumah tangga yang beralih profesi dari yang semula berprofesi sebagai buruh pabrik menjadi tukang becak. Bahkan ada beberapa perempuan yang berprofesi sebagai tukang becak, hal ini dipengaruhi oleh faktor penduduk desa tersebut lebih banyak penduduk yang berkelamin perempuan dibandingkan laki-laki.

Tukang becak adalah seseorang yang mengendarai suatu moda

pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan nafkah yang mudah, sehingga jumlah pengemudi becak di daerah yang angka penganggurannya tinggi dapat menjadi sangat tinggi, dan akan akan menimbulkan berbagai kemacetan lalu lintas. Didalam masalah ini tukang becak yang dimaksud yang terjadi di Desa Sigara Gara yaitu tukang becak yang

mengangkut penumpang biasa dan sekaligus juga tukang becak antar jemput anak sekolah yang memakai jasa tukang becak tersebut.

(18)

lalu menjemputnya kembali, dan setelah itu tukang becak mencari sewa di sela-sela jam sekolah anak sekolah untuk mendapatkan penghasilan yang lebih. Setiap anak sekolah wajib membayar ongkos atau upah antar jemput sebesar Rp 120.000 per bulannya. Setiap mengantar anak sekolah penarik becak tersebut dalam satu becak terdapat 8 10 anak sekolah dalam becak tersebut. Selain hasil dari upah

mengantar anak sekolah, penarik becak juga mencari sewa untuk penghasilan tambahan dengan penghasilan kurang lebih Rp 80.000 per harinya. Becak bermotor dan becak yang sudah di modivikasi tersebut beroperasi setiap hari.

Sebelumnya masyarakat Desa Sigara Gara ini melakukan peralihan profesi

mereka awalnya bermata pencaharian sebagai pekerja buruh di pabrik – pabrik.

Pekerjaan buruh pabrik memiliki pendapatan gaji atau upah yang jelas dari pada berprofesi sebagai tukang becak yang bisa disebut sebagai pekerjaan sektor informal.

Pabrik yang terdapat di Kecamatan Patumbak yaitu pabrik kayu, palstik, kertas dan alumek. Tetapi dikarena beberapa faktor, mereka beralih profesi dari pekerja buruh pabrik menjadi tukang becak, sebagai upaya meningkatkan

penghasilan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Peralihan profesi buruh pabrik ke tukang becak di Desa Sigara Gara ini sudah cukup lama yang dimulai pada tahun 2006, kurang lebih dari 9 tahun yang lalu peralihan profesi ini sudah terjadi. Padahal buruh pabrik memiliki kebijakan dan fasilitas dari pemerintah seperti Jamsostek, jaminan keselematan kerja, dan upah minimum.

(19)

dua pasal, yaitu pasal 86 dan pasal 87. Pada pasal 86, UU tersebut terdiri atas 3 ayat. UU No 13 Tahun 2003 Pasal 86 Ayat 1 menjelaskan bahwa setiap buruh mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan, terutama dibidang keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan, dan mendapatkan perlakukan yang sesuai. Pada ayat kedua disebutkan bahwa penyelenggaraan upaya kesehatan sangatlah diperlukan untuk melindungi kesehatan buruh dan menigkatkan

produktivitas. Adapun Ayat ketiga dari pasal 86 ini menjelaskan bahwa peraturan yang terdapat dalam Ayat 1 dan 2 harus dilaksanakan sesuai dengan undang

undang yang berlaku. Masih dalam UU yang sama, Pasal 87 juga memuat hal

hal yang berkaitan dengan keselamatan kerja yaitu menjelaskan bahwa setiap perusahaan wajib membentuk suatu manejemen perusahaan yang pelaksanaannya kemudian diatur oleh peraturan pemerintah

fasilitas yang diberi pemerintah. Tetapi masyarakat tetap saja melakukan peralihan profesi tersebut walaupun tidak mendapatkan fasilitas yang di dapat seperti para pekerja buruh pabrik.

(20)

istri mereka juga yang menjadi ibu rumah tangga dan ada juga yang berdagang untuk membantu ekonomi keluarga.

Dari beberapa penjelasan diatas hal inilah alasan yang akhirnya menarik perhatian peneliti untuk meneliti dan mencari tahu mengapa masyarakat tersebut beralih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak dan bagaimana kondisi mereka setelah melakukan peralihan profesi tersebut yang terjadi di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak ini sebagai upaya meningkatkan penghasilan.

1.2.Perumusan Masalah

Rumusan masalah sering disebut sebagai pernyataan masalah (statement of problems). Rumusan masalah adalah pernyataan singkat suatu masalah yang akan di teliti. (M.Iqbal, 2002). Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Mengapa terjadi peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara?

2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu setelah penelitian selesai. Dengan demikian pada dasarnya penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. (M. Iqbal, 2002). Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

(21)

buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara.

2. Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi pasca peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak.

1.4.Manfaat Penelitian

Setiap penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk diri sendiri ataupun orang lain, terlebih lagi untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang diharapkan dan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1.Manfaat Teoritis

Penelitian ini memiliki manfaat secara teoritis yaitu untuk memperkaya penelitian-penelitian sejenis yang telah ada yang dapat dijadikan perbandingan dengan penelitian-penelitian lain selanjutnya dan menambahkan khazana kajian sosiologi perubahan sosial tentang peralihan profesi yang dilakukan oleh buruh pabrik menjadi tukang becak di Desa Sigara Gara, Kecamatan Patumbak.

1.4.2.Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini berguna untuk:

(22)

2. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan saran terhadap Pemerintah Kota Medan dalam mengatasi kebijakan ketenagakerjaan pada masyarakat.

1.5.Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, disamping berfungsi untuk memfokuskan dan mempermudah suatu penelitian, konsep juga berfungsi sebagai panduan yang nantinya digunakan peneliti untuk menindak lanjuti sebuah kasus yang diteliti dan menghindari terjadinya kekacauan akibat kesalahan penafsiran dalam sebuah penelitian. Adapun konsep yang digunakan sesuai dengan konteks penelitian ini, antara lain adalah:

1. Alih Profesi

Alih professi adalah pengalihan atau pengubahan pekerjaan yang lebih baik dan lebih banyak penghasilan yang didapat dari pada profesi sebelumnya. Alih profesi inilah banyak dilakukan di Indonesia termasuk desan kecil yang berada di Desa Sigara Gara kecamatan Patumbak. Alih profesi ini dilakukan sebagai upaya meningkatkan penghasilan yang lebih baik dan dapat menutupi kekuranga-kekurangan kebutuhan sehari-hari.

2. Buruh Pabrik

Pada dasarnya buruh, Pekerja, Tenaga Kerja maupun karyawan

(23)

rendahan, hina, pekerja kasar dan sebagainya. sedangkan pekerja, Tenaga kerja dan karyawan adalah sebutan untuk buruh yang lebih tinggi, dan diberikan cenderung kepada buruh yang tidak memakai otot tetapi penggunaan otak dalam bekerja. Akan tetapi pada intinya sebenarnya keempat kata tersebut sama-sama mempunyai satu pengertian yaitu pekerja. Hal ini merujuk pada undang-undang ketenagakerjaan, yang berlaku secara umum untuk seluruh pekerja maupun pengusaha di Indonesia.

3. Tukang Becak

Tukang becak adalah seseorang yang mengendarai suatu moda

pengemudi. Menjadi pengemudi becak merupakan salah satu cara untuk

mendapatkan nafkah yang mudah, sehingga jumlah pengemudi becak di daerah yang angka penganggurannya tinggi dapat menjadi sangat tinggi, dan akan akan menimbulkan berbagai kemacetan lalu lintas.

4. Penghasilan

(24)

penghasilan yang lebih baik mereka melakukan peralihan profesi yang lebih manjajikan penghasilannya.

5. Status Sosial

Status sosial merupakan sekumpulan hak dan kewajiban yang dimiliki seseorang dalam masyarakatnya baik dari pendidikan maupun penghargaan yang didapat oleh seseorang. Orang yang memiliki status sosial yang tinggi akan ditempatkan lebih tinggi dalam struktur masyarakat dibandingkan dengan orang yang status sosialnya rendah.

6. Status Ekonomi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam masyarakat,

status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat

yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan,

pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk

gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang

anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun

skunder.Ada beberapa faktor yang mempengaruhi status sosial yaitu pekerjaan,

pengeluaran dan pengeluaran.

7. Kemiskinan

(25)

di Indonesia pada Maret 2014 mencapai 28,28 juta orang (11,25 persen),

berkurang 0,32 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2013 yang sebanyak 28,60 juta orang (11,46 persen) (Katalog BPS 2014, Laporan Bulan Data Sosial Ekonomi Edisi 50).

8. Angkatan Kerja

Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab, seperti petani yang sedang menunggu panen/ hujan, pegawai yang sedang cuti, sakit, dan sebagainya.Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang, bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2013 sebanyak 120,2 juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding Februari 2013. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang atau bertambah 1,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2013. Pada Februari 2014, jumlah pengangguran mencapai 7,15 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 260 ribu orang jika dibandingkan Agustus 2013 (Katalog BPS 2014, Laporan Bulan Data

Sosial Ekonomi Edisi 50).

(26)

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Teori Perubahan Sosial

Proses alih profesi dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh masyarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Karena masyarakat bersifat dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang dilakukan tidak pernah terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

perubahan tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor tersebut hanya mengakibatkan terjadi perubahan kecil yang kurang berarti namun dapat juga terjadi sangat besar dan berarti.

Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk yang berpikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki

(27)

1. Innovation (inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok.

2. Adaptation (adaptasi) yaitu penyesuaian secara sosial dan budaya.

3. Adoption (adopsi) yaitu penggunaan dan penemuan baru dalam bidang teknologi yang akan memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kingsley Davis dalam Soejono Soekanto (1990) menyatakan bahwa

perubahan sosial merupakan kebudayaan termasuk didalamnya kesenian ilmu pengetahuan teknologi, filsafat, serta aturan-aturan organisasi sosial. Menurut Soerjono Soekanto (1990) sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah untuk menentukan letak-letak garis pemisah antara perubahan sosial dan

perubahan kebudayaan. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu masyarakat. Sehingga, walaupun secara teoritis dan analisis pemisahan antara pengertian-pengertian tersebut dapat di rumuskan, namun dalam kehidupan nyata garis pemisah tersebut sukar dapat di pertahankan. Yang jelas

perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan mampunyai satu aspek yang sama yaitu kedua-duanya bersangkaut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Sebagai bagian dari perubahan maka perlihan profesi terjadi akbat adanya faktor-faktor pendorong dan faktor penarik yang antara lainnya adalah:

1. Peralihan profesi menjanjikan pendapatan yang lebih baik. 2. Upaya peralihan profesi merupakan penerapan teknologi baru.

(28)

Peralihan profesi masyarakat Desa Sigara Gara dari buruh pabrik menjadi tukang becak dianggap merupakan kesempatan yang sangat barharga untuk memperoleh penghasilan dan kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan sebagai buruh pabrik tidak menjanjikan lagi bagi masyarakat Desa Sigara Gara sehingga masyarakat beralih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak sebagai upaya meningkatkan penghasilan yang lebih baik.

2.2.Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian dari Kristina Ginting pada Tahun 2008 FISIP Universitas Sumatera Utara yang berjudul

“Peralihan Matapencaharian Masyarakat Dari Sektor Pariwisata Ke Sektor

Peternakan Ikan di Kelurahan Haranggaol (Studi Deskriptif: perubahan Status Sosial-Ekonomi Masyarakat Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Horisan, Kabupaten Simalungun). Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana

peralihan matapencahrian masyarakat Haranggaol dari penyedia barang dan jasa di bidang pariwisata ke peternakan ikan dapat merubah status sosial ekonomi masyarakat Haranggaol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan wawancara secara mendalam.

(29)

merosotnya sektor pariwisata di Haranggaol sehingga berimbas pada keadaan ekonomi masyarakat Haranggaol sehingga masyarakat Haranggaol berusaha mencari pekerjaan lain yaitu sektor peternakan ikan. Di kelurahan Haranggaol juga perternak ikan menjanjikan bagi masyarakat Haranggaol daripada kerja di sektor pariwisata. Karena sektor peternak ikan dapat meningkatkan satatus sosial-ekonomi masyarakat Haranggaol. Dengan adanya peralihan matapencaharian dari sektor peternakan ikan yang dilakukan oleh masyarakat Haranggaol dapat juga meningkatkan pendapatan masyarakat Haranggaol. Dengan peningkatan pendapatan itu masyarakat Haranggaol dapat mengangkat status

sosial-ekonominya melalui perumahan yang sudah layak untuk dihuni dan peningkatan pendidikan anak-anak mereka. Meskipun tingkat pendidikan masyarakat

Haranggaol rata-rata tamat SMA tetapi hal itu bukan karena orang tua yang tidak sanggup membiayai pendidikan anak mereka sampai ke perguruan tinggi tetapi karen kurangnya minat belajar anak-anak masyarakat Haranggaol.

Penelitian yang kedua yaitu Kusuma Herdiana pada tahun 2008 dengan judul

“Peralihan Matapencaharian Dari Petani Sawah Menjadi Petani Coklat Dalam

Maningkatlkan Status Sosial Ekonomi Masyarakat desa, Aceh Tenggara. (Studi

Eksplanatif Pada Masyarakat Desa Pasir Bangun Kec, Lawe Alas, Kuta Cane, Aceh Tenggara). Peneliti ini menggunakan metode studi eksplanatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan wawancara secara mendalam.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa masyarakat Desa Pasir Bangun

(30)

sawah tidak dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sehingga masyarakat melakukan peralihan mata pencaharian dengan tujuan memperbaiki hidup dan meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat desa. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh peralihan mata pencaharian dengan status sosial ekonomi, yaitu hubungan yang cukup berarti. Dengan demikian terdapat pengaruh antara peralihan mata pencaharian dan peningkatan status ekonomi masyarakat desa.

2.3.Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia

Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja (15-65 tahun), baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari

pekerjaan

pertumbuhan penduduk yang jauh lebih tinggi di wilayah perkotaan, pertumbuhan

angkatan kerja dikota yang tercatat 2 3 kali lipat lebih tinggi daripada

pertumbuhannya di pedesaan. Untuk memasuki dunia kerja harus memiliki kriteria bagi angkatan kerja (sektor formal) yaitu sebagai berikut:

1. Jenis pendidikan

2. Memiliki keahlian khusus yang dimiliki 3. Pengalaman kerja

4. Kesehatan yang prima

5. Sikap kepribadian dan kejujuran

(31)

mengutamakan skill atau kemampuan dan tidak mementingkan tingkat pendidikan yang tinggi untuk menjadi tukang becak.

Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta orang, bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2013 sebanyak 120,2 juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding Februari 2013. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang atau bertambah 1,7 juta orang dibanding keadaan Februari 2013. Pada Februari 2014, jumlah pengangguran mencapai 7,15 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 260 ribu orang jika dibandingkan Agustus 2013 (Katalog BPS, 2014).

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya adalah seluruh penduduk suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa. Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri

(32)

Tenaga kerja dibedakan menjadi 3 yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih dan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Selain itu terdapt juga upaya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja, yaitu pelatihan tenaga kerja, pemagangan, dan perbaikan gizi dan kesehatan.

2.4.Sektor Informal

Seperti yang telah kita lihat, banyak para ahli sektor informal berpendapat bahwa salah satu kriteria sektor informal adalah mudah masuk ke dalam aktivitas tersebut (Sethuraman, 1975; Merrick,1976). Namun kalau kita lihat lebih jauh ke dalamnya, maka ada jaringan-jaringan sosial yang membaluti aktifitas ekonomi sektor informal.

Sektor informal merupakan tempat pelarian dari kemiskinan. Jika sektor informal di identikkan dengan kemiskinan maka tidak ada yang pindah secara sukarela dari sektor modern ke sektor formal, karena kemiskinan berarti terkait dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. Begitu juga terkait dengan masalah yang saya teliti, yang masyarakatnya melakukan pelarian profesi atau alih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak agar dapat meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup (Damsar: 1991).

(33)

umumnya tidak mempunyai izin usaha; (6) untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada di sektor informal; (7) tingkat pendapatan di sektor informal biasanya rendah; (8) ketertarikan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil; dan (9) usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam. Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantanya pedagang kaki lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagi tukang cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha rumah tangga seperti pembuat tempe, pembuat kue, pembuat es, pembuat barang anyaman dan lain-lain.

Defenisi sektor informal sebagai pasaran tenaga kerja yang tidak dilindungi. Salah satu perbedaan antara sektor informal dan formal sering dipengaruhi oleh jam kerja yang tidak tetap dalam jangka waktu tertentu (Manning dan Effendi, 1985). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya hubungan kontrak kerja jangka panjang dalam sektor informal, cara perhitungan upah berdasarkan hal atau jam kerja dan menonjolnya usaha mandiri.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

(35)

yang rinci atau suatu latar atau peristiwa tertentu. Penelitian studi kasus (Case Study) merupakan penelitian yang jenis penelitiannya kepada studi kasus dilakukan secara intensif, mendalam dan mendetail. Jadi penelitian ini

mempelajari secara intensif latar belakang keadaan dan interaksi lingkungan atau unit sosial, individu, kelompok, lembaga atau masyarakat (Idrus, 2009).

Dengan demikian peneliti akan memperoleh data atau informasi lebih mendalam mengenai peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak sebagai upaya untuk meningkatkan penghasilan agar lebih baik serta bagaimana kondisi mereka setelah melakukan peralihan profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak.

3.2.Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memilih lokasi penelitian di Kecamatan Patumbak dengan lokasi penelitian difokuskan pada desa Sigara Gara. Pemilihan lokasi penelitian ditempat tersebut dengan alasan karena peneliti melihat terdapat banyaknya pabrik-pabrik yang ada di desa tersebut dan adanya peralihan profesi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mencoba melihat mengapa buruh pabrik beralih profesi menjadi tukang becak.

(36)

Unit analisis adalah hal-hal yang diperhitungkan menjadi subjek penelitian keseluruhan unsur yang menjadi fokus penelitian (Bungin, 2007).Dalam

penelitian ini, yang menjadi unit analisisnya atau objek kajiannya adalah 23 orang mantan buruh pabrik yang beralih profesi ke tukang becak sebagai upaya

meningkatkan pengasilan di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang-orang yang menjadi sumber informasi dalam melakukan penelitian. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin, 2007).

Adapun karakteristik informan sebagai sumber informasi bagi peneliti adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat yang melakukan peralihan profesi dari buruh pabrik ke tukang becak

2. Tukang becak yang sudah bekerja selama lebih dari 5 tahun

3.4.Teknik Pengumpulan Data

(37)

3.4.1.Observasi

Obesevasi merupakan pengamatan yang menyeluruh terhadap gejala-gejala sosial yang dilihat dilapangan. Merode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data peneliti melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007).

Di dalam observasi ini pengamatan langsung kelapangan untuk mendapatkan hasil wawancara. Observasi dalam penelitian ini peneliti hanya akan melihat setiap tindakan atau kegiatan dari setiap para informan ketika melakukan

wawancara di lokasi penelitian tanpa ikut terlibat langsung di dalam perjaan yang merek lakukan di setiap harinya.

3.4.2.Wawancara Mendalam

Teknik selanjutnya adalah teknik wawancara mendalam. Wawancara

mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan demikian, kekhasan wawancara mendalam adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan (Bungin, 2007).

(38)

sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan. Dalam penelitian ini juga digunakan instrument penunjang lainnya dalam wawancara yaitu alat bantu rekam yang akan membantu peneliti dalam menganalisis data dari wawancara.

3.4.3.Dokumentasi

Dalam penelitian ini, peneliti melaksanakan metode dokumentasi yang dilakukan dengan cara mencari data tentang hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasi, notulen, rapat, agenda, dan sebaginya. Lexi J. Meleong (2004) mendefenisikan dokumen sebagai setiap bahan tertulis ataupun film, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik.

3.5.Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan suatu tahap pengelolahan data, baik itu data primer dan data sekunder yang telah didapatkan dari catatan lapangan. Bogloan dan Biklei menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, dan memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskan, mencari dan mementukan pola, mencari apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain. (Moleong, 2005).

(39)

umumnya masih dalam bentuk catatan lapangan.Oleh karena itu perlu diseleksi dan dibuat kategori-kategorinya.Data yang diperoleh dari kepustakaan yang terlebih dahulu dievaluasi untuk memastikan relevansinya dengan permasalahan penelitian yang sedang diteliti.

4 Seminar Desain Penelitian √

5 Revisi Proposal Penelitian √

6 Penelitian Lapangan √ √ √

7 PengumpulandanInterpretasi Data √ √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7.Keterbatasan Peneliti

Adapun kendala kendala yang dihadapi dalam proses pelaksanaan

penelitian ini adalah:

1. Faktor Internal, merupakan kendala kendala yang berasal dari dalam

(40)

belum maksimal (seadanya).

(41)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Gambaran Umum Desa Sigara Gara

4.1.1. Sejarah Desa Sigara Gara

(42)

Desa Sigara Gara sendiri mulai diakui sebagai wilayah hukum atau kampung mulai dari tahun 1948 sampai saat ini. Dari mulai diakuinya Desa Sigara Gara sampai dengan saat sekarang ini, Desa Sigara Gara dipimpim oleh seorang Kepala Kampung atau Kepala Desa, yaitu:

Tabel 5

Pembagian Pimpinan Kepala Desa di Desa Sigara Gara

Tahun Dipimpin Nama Keterangan

1948 s/d 1960 Kepala Kampung Muhammad Dun Pilihan Masyarakat 1960 s/d 1970 Kepala Kampung Ismail Monang Pilihan Masyarakat 1970 s/d 1978 Kepala Kampung Hasanuddin Achmad Pilihan Masyarakat 1979 s/d 1980 Kepala Kampung Halem Ginting PLT 1980 s/d 2004 Kepala Kampung Abdullah Affandi Pilihan Masyarakat 2005 s/d 2011 Kepala Desa Awaludin Pilihan Masyarakat 2012 s/d Sekarang Kepala Desa Safi’i Tarigan Pilihan Masyarakat Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

4.1.2. Letak dan Keadaan Wilayah

4.1.2.1. Kondisi Iklim dan Letak Geografis

Desa Sigara Gara berada di Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. Secara umum Desa Sigara Gara secara geografis terletak berada pada ketinggian ±27 meter diatas permukaan laut. Desa Sigara Gara juga memiliki curah hujan yang rata ratanya ±0,5 m/detik. Suhu yang di miliki Desa Sigara

Gara ini yaitu 25 oC ssampai dengan 32 oC.Desa Sigara gara memiliki jarak tempuh 1 KM dari pusat pemerintah kecamatan, 24 KM jarak dari pemerintah kabupaten, dan memiliki jarak tempuh 11 KM dari Provinsi.

(43)

Desa Sigara Gara memiliki luas wilayah 600 Hektar., dengan pembagian wilayah sebagai berikut:

Tabel 6

Pembagian Wilayah Permukiman

No Wilayah Luas (Ha)

1 Permukiman / Pekarangan 291,8 Ha

2 Perkantoran 0,1 Ha

3 Sekolah 2 Ha

4 Pabrik 3,9 Ha

5 Masjid / Musholla 0,1 Ha

5 Gereja 0,1 Ha

6 Pemakanan / Perkuburan Muslim 1,9 Ha

7 Perladangan 2 Ha

8 Sawah 91,5 Ha

9 KPR Property 6,7 Ha

10 Jalan 0,7 Ha

11 Areal PTPN 199, 2 Ha

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Adapun batas-batas wilayah Desa Sigara Gara adalah:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Patumbak Kampung

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa dan STM Hillir

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Marendal I

4. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Landasan Lama dan Patumbak II

4.2. Penyajian Data

4.2.1. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Sigara Gara

(44)

Jumlah penduduk Desa Sigara Gara dalam data Statistik tahun 2014 adalah 2.108 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 9.567 jiwa. Dengan berjenis kelamin laki laki berjumlah 4.697 jiwa dan perempuan 4.870 jiwa. Jumlah

penduduk pada masyarakat Desa Sigara Gara tersebar dalam 5 Dusun. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran penduduk pada masyarakat Desa Sigara Gara dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7

Komposisi Penduduk Desa Sigara Gara Pedusun Tahun 2014

No Wilayah Lk / Jiwa Persentase Pr / Jiwa Persentase KK

1 Dusun I 718 15,3 % 643 13,2 % 232

2 Dusun II 1079 22% 1071 22 % 512

3 Dusun III 928 19,7 % 1071 22 % 486

4 Dusun IV 1013 21,6 % 1100 22,6 % 488

5 Dusun V 959 20,4 % 985 20,2 % 390

Jumalah 4697 100% 4870 100% 2108

Sumber: Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 7 dapat kita lihat bahwa Desa Sigara Gara dibagi dalam 5 Dusun dan setiap dusun di ketuai oleh satu orang Kadus (Kepala Dusun). Kepala Dusun (Kadus) adalah orang yang mengetuai sebuah dusun, satu wilayah dibawah desa. Satu desa biasanya terdiri dari beberapa dusun terdiri dari beberapa RT dan RW. Pembagian memjadi beberapa dusun ini dimaksudkan untuk pembagian tugas yang eisien, dengan tujuan untuk membantu melihat kondisi dan segala

(45)

4.2.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur

Pada data statistik yang ada di Kantor Desa Sigara Gara komposisi penduduk terdiri dari beberapa klasifikasi menurut umur dan kelompok tenaga kerja. Jumlah penduduk Desa Sigara Gara yang dominan usia angkatan kerja adalah usia 20 tahun sampai 57 tahun. Hal ini disebabkan karena penduduk yang usia 4 tahun

sampai 19 tahun masih terikat dengan pendidikan masing – masing. Untuk

melihat jumlah penduduk masyarakat Desa Sigara Gara berdasarkan umur dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 8

Komposisi Penduduk Berdasarkan Umur Tahun 2013 – 2014

No Umur Tahun 2013 Tahun 2014

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

1 0 – 5 Tahun 1271 13,4% 1304 13,6%

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 8 terdapat usia pekerja di Desa Sigara gara pada dasarnya berusia

16 59 tahun, termasuk juga didalamnya yang rata rata berprofesi sebagai

buruh pabrik dan tukang becak yang ada di Desa Sigara gara yang masih aktif bekerja sampai saat ini.

(46)

Penduduk Desa Sigara Gara di dominasi oleh suku Jawa walaupun nama desa ini diambil oleh bahasa karo. Akan tetapi pada saat sekarang ini selain suku Jawa banyak juga suku perantau atau suku pendatanmg yang menetap di Desa Sigara Gara ini, seperti Melayu, Batak (Toba, Mandailing, Karo, Nias), Aceh, Minang dan lain sebagainya. Untuk lebih jelasnya perbandingan penduduk berdasarkan suku dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 9

Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

No Etnis Jumlah Jiwa Persentase

1 Jawa 3750 39,2 %

2 Melayu 2443 25,5 %

3 Batak (Toba, Simalungun, Karo, Nias) 2957 31 %

4 Aceh 130 1,3 %

5 Minang 157 1,6 %

6 Lain - Lain 130 1,3 %

Jumlah 9567 100 %

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 9 dapat kita lihat bahwa beberapa suku bangsa ada di Desa Sigara Gara, yaitu Jawa dengan angka persentase yang paling tinggi sebesar 39,2 %, yang kedua, yaitu Melayu dengan angka persentae 25,5 %, yang ketiga yaitu, Batak (Toba, Simalungun, Karo, Nias) dengan angka persentasi 31 % , kemudian Aceh sekitar 1,3 %, dan Minang sebesar 1,6 % dan yang terakhir lain lain

sebesar 1,3 %.Demikian halnya dengan tukang becak dan buruh pabrik yang ada

(47)

4.2.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Di Desa Sigara Gara masyarakatnya merupakan bermayoritas beragama Islam, ini di sebabkan karena mayoritas suku Jawa didaerah Patumbak, sehingga masyarakat di daerah ini mayoritas beragama Islam. Namun selain agama Islam ada juga terdapat masyarakat yang beragama Kristen Protestan ada juga terdapat masyarakat yang beragama Kristen Katolik. Untuk lebih jelasya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 10

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentasi

1 Islam 6302 65,9 %

2 Kristen 3250 33,9 %

3 Budha 10 0,1 %

4 Hindu 5 0,05 %

Jumlah 9567 100 %

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

(48)

Jiwa atau sekitar 0,1 % dan jumlah penganut agama Hindu ada 5 Jiwa atau sekitar 0,05%.

Namun sama halnya dengan agama yang dianut oleh tukang becak di Desa Sigara Gara adalah agama Islam. Begitu juga dengan buruh pabrik di desa tersebut yang sama sama menganut agama Islam.

4.2.1.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Pendidikan penduduk Desa Sigara Gara dibandingkan dari tahun ketahun semakin lama semakin meningkat, dimana jumlah penduduk tamat SD sederajat pada Tahun 2003 berjumlah 101 orang sedangkan di Tahun 2014 meningkat manjadi 125 orang dan yang tamat SMP sederajat pada Tahun 2013 sebanyak 2.521 orang dan tahun 2014 sebanyak 2.552 orang. Dan yang tamat SMA sederajat pada tahun 2013 sebanyak 4928 orang sedangkan di tahun 2014 bertambah menjadi 4948 orang. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa penduduk Desa Sigara Gara di tahun 2014 yang tamat SD, SMP, SMA jumlahnya semangkin meningkat.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Tahun 2014

Frekuensi Persentase

1 Belum Sekolah 1297 13,5 %

2 Buta Aksara 2 0,02 %

(49)

4 Tamat SD Sederajat 225 2,3 %

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 11 masyarakat Desa Sigara Gara sudah tergolong masyarakat yang berpendidikan, meskipun masih ada yang buta aksara tidak tamat SD, Tamatan SD Dan SMP. Masyarakat yang belum tamat SD, tamat SD dan tamat SMP adalah merupakan penduduk yang sudah lansia. Tetapi ada beberapa penduduk yang sudah mencapai gelar D1, D2, D3, S1, dan S2.

Berkembangnya pendidikan di desa ini juga tidak terlepas dari sarana sekolah yang di Desa Sigara Gara ini. Masyarakat Desa Sigara Gara yang berprofesi sebagai tukang becak juga menyekolahkan putra / putrinya ke luar daerah Sigara Gara, ini dikarenakan keinginan orang tua agar anaknya mendapat pendidikan yang lebih baik. Dan sebagain dari anak mereka yang berprofesi sebagai tukang becak ada yang berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.

4.2.1.6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

(50)

Tabel 12

Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Petani 169 1,76 %

2 Karyawan 2783 29 %

3 Buruh / Jasa lainnya 3916 41 %

4 PNS / TNI / POLRI 407 4.2 %

5 Pedagang / Wiraswasta 2292 24 %

Jumlah 9567 100 %

Sumber : Data Kantor Kepala Desa, 2014

Dari tabel 12 dapat dilihat pula bahwa masyarakat hidup dari sektor informal yaitu buruh atau jasa lainnya. Jasa lainnya pada tabel diatas merupakan jasa penarik becak (tukang becak). Yang dimana mata pencaharian tersebut sekitar 3916 jiwa atau sekitar 41%. Adapun jenis becak yang dimaksud adalah bacak bermotor yang digunakan jasanya oleh masyarakat Desa Sigara Gara dan antar jemput anak sekolah. Masyarakat Desa Sigara Gara ini menggunakan becak tersebut dengan upah yang diberi setiap bulannya. Maka dari itulah masyarakat di desa ini tertarik untuk menggunakan jasa tersebut.

Perlu juga diketahui, meskipun banyak masyarakat Desa Sigara Gara bekerja sebagai buruh atau jasa lainnya (tukang becak) di desa ini juga ada yang

berprofesi sebagai petani, PNS, dan karyawan. Jadi mata pencaharian di desa ini

bermacam – macam.

(51)

Untuk mengunjungi perkembangan dan pembangunan masyarakat khususnya di Desa Sigara Gara diperlukan sarana dan prasarana yang memadai dan

mencukupi agar tercapai tujuan pembangunan yang akhirnya dapat menuntaskan kemiskinan masyarakat. Adapun sarana dan prasarana yang ada di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak adalah sebagai berikut.

4.3.1. Sarana Transportasi

Desa Sigara Gara telah memiliki jalan yang baik, meskipun ada beberapa sedikit jalan aspal yang rusak dan berlubang. Jalan yang rusak dan berlubang tersebut sekarang sudah di timbun dengan tanah dan batu kerikil agar lubang yang ada tidak semakin membesar. Namun hal ini tidak menghambat jalur menuju Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak. Untuk menuju Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak ini dapat melalui Patumbak, Marendal, dan dari Delitua.

Adapun transportasi yang digunakan di Desa Sigara Gara ini adalah berupa angkutan umum dengan merk angkutan M 16, yang mana angkutan ini berangkat

30 menit sekali. Angkutan ini banyak digunakan oleh anak sekolah, ibu – ibu

yang pergi berbelanja dan masyarakat lainnya. Bukan hanya angkutan umum saja yang ada di desa ini, ada juga alat transformasi seperti becak motor yang

(52)

4.3.2. Sarana Ibadah

Karena masyarakat di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak adalah masyarakat yang beragama maka terdapat pula sarana ibadah di desa tersebut. Adapun sarana ibadah yang ada di Desa Sigara Gara dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13

Sarana Ibadah

No Sarana Ibadah Jumlah

1 Masjid 4

2 Musholla 3

3 Gereja 6

Jumlah 11

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa jumlah sarana ibadah utama agama Islam lebih banyak darpada tempat ibadah untuk umat Kristen. Karena di Desa Sigara Gara memiliki jumlah masyarakat yang besar dalam menganut agama Islam daripada Kristen. Agama Islam sudah lama ada di desa ini, sedangkan agama Kristen adalah agama pendatang di desa tersebut, yang telah dijelaskan pada tabel terdapat empat unit masjid dan tiga unit musholla. Di desa ini tidak terdapat rumah ibadah seperti kuil dan vihara. Karena di desa ini tidak ada masyarakat yang menganut agama Hindu dan Budha.

(53)

Disetiap desa pasti memiliki sarana pendidikan begitu juga di Desa Sigara Gara ini memiliki sarana pendidikan berupa gedung sekolah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 14

Sarana Pendidikan

No Jenis Sekolah Jumlah

1 PAUD 6

2 TK 2

3 Sekolah Dasar (SD) 2

4 Sekolah Mengengah Pertama (SMP) 1

Jumlah 11

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dari tabel 14 dapat dilihat ada juga terdapat PAUD dan TK (Taman Kanak-Kanak) di Desa Sigara Gara. Hal ini membuktikan masyarakat Desa Sigara Gara sudah peduli pada pendidikan anak dari dini dan bahkan menanamkan nilai-nilai

pendidikan sejak kecil kepada anak anak mereka. Di desa ini memiliki 6 gedung

PAUD dan ada 2 gedung TK yang sudah berdiri. Dan masyarakat memberikan pendidikan dasar kanak kanak di pendidikan PAUD maupun TK tersebut. Hal

tersebut membuktikan bahwa orang tua sangat peduli akan pendidikan anaknya.

(54)

sekolah tersebut. Dan anak sekolah yang memakai jasa tukang becak sebagai antar jemput juga bersekolah di sekolah tersebut.

4.3.4. Sarana Kesehatan

Desa Sigara Gara juga memiliki sarana kesehatan. Walaupun tidak terdapat rumah sakit didaerah ini tetapi masyarakat Desa Sigara Gara sudah sadar dan peduli akan pentingnya kesehatan. Dalam hal ini dapat dilihat dari sarana kesehatan yang ada di kelurahan ini. Masyarakat Desa Sigara Gara ini sudah bepikir maju karena jika mereka sakit masyarakat setempat segera datang ke puskesmas dan meminta obat yang dibutuhkan sesuai dengan sakit yang di derita.

Begitu juga dengan ibu – ibu hamil sudah mau mengkonsultasikan

kandungannya kepada bidan desa yang ada Di Sigara Gara ini. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana kesehatan yang ada di Desa Sigara Gara dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 15

8 Dukun Pengobatan Alternatif 1

Jumlah 15

(55)

Dari tabel 15 masyarakat Desa Sigara Gara memiliki 3 unit Klinik / Balai Pengobatan dan 1 unit Puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan sarana kesehatan masyarakat. Dan di Desa Sigara Gara terdapat 6 unit posyandu untuk memenuhi pengobatan serta imunisasi untuk balita di desa tersebut. Selain itu di desa tersebut terdapat balai pengobatan yayasan atau swasta yang terdiri dari 1 unit, dokter praktek 2 orang, perawat 3 orang dan di desa ini terdapat 1 orang yang dikenal sebagai dukun pengobatan alternatif.

Selain itu aspek kesehatan masyarakat di Desa Sigara Gara decara umum juga dapat dikatakan cukup baik, hal tersebut ditandai adanya wabah penyakit yang meneyerang masyarakat. Kondisi ini dapat dicapai karena adanya kerja sama yang baik antara Pemerintahan Desa dengan seluruh unsur dan lapisan masyarakat dalam melakukan kegiatan kegiatan yang dapat meningkatkan Derajat

Kesehatan Masyarakat antara lain adalah:

1. Secara terus menerus Kepala Desa melaksanakan koordinasi dengan Dokter Puskesmas dan Petugas Kesehatan Sigara Gara untuk memberikan penyuluhan kesehatan peningkatan sanitasi lingkungan dalam rangka menurunkan angka kematian bayi dan meningkatkan angka harapan hidup.

(56)

3. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan untuk melaksanakan kegiatan pemberian Imunisasi DPT-1, POLIO-3 dan Imunisasi Campak kepada seluruh Balita yang berada di Desa Sigara Gara.

4. Mengkoodinir masyarakat untuk berperilaku hidup sehat dengan menggunakan (mengkonsusmsi) air terbaik, menggunakan jamban dan membuang sampah pada tempatnya.

5. Mengkoodinir petugas Posyandu untuk melakukan pemberian makanan tambahan bagi Balita, Lansia serta pemeriksaan ibu hamil.

Pada minggu terakhir setiap bulan dilaksanakan kegiatan Posyandu disetiap Dusun dengan maksud supaya tidak terdapat lagi Balita dengan kondisi gizi buruk. Beberapa tolak ukur yang menunjukkan bahwa derajat kesehatan di Desa Sigara Gara sudah cukup baik, dapat dilihat seperti Perilaku Hidup Bersih dan Sehat kualitas ibu hamil tempat dan pertolongan persalinan, dan imunisasi.

4.3.5. Sarana Olahraga

Di Desa Sigara Gara ini mempunyai sarana olahraga, dimana sarana olahraga tersebut sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk berolahraga

terutama para pemuda / pemudi di daerah desa tersebut. Sarana olahraga tersebut sering digunakan pada sore hari, di tempat ini juga pemuda / pemudi setempat sering saling berinteraksi dan bersosialisasi. Adapun sarana olahraga yang ada di Desa Sigara Gara ini adalah:

Tabel 16

(57)

No Jenis Sarana Olahraga Jumlah

1 Lapangan Bola Volly 1

2 Lapangan Badminton 1

Jumlah 2

Sumber : Data Kantor Desa Sigara Gara, 2014

Dilihat pada tabel 16 sarana olahraga tersebut bahwa masyarakat Desa Sigara Gara khususnya pada pemuda / pemudi di desa tersebut menjelaskan bahwa pemuda / pemudi serta masyarakat di Desa Sigara Gara memiliki minat dan rutinitas bermain boll volly dan basket di setiap sorenya. Sarana olahraga tersebut hingga saat ini masih digunakan dan dijaga agar lapangannya tidak rusak.

Masyarakat di desa ini bermain di sore hari pada pukul 15.00 18.00 WIB.

4.3.6. Sarana Penerangan dan Air

Pada saat sekarang ini penerangan di Desa Sigara Gara ini sangat baik, karena masyarakat Desa Sigara Gara telah menggunakan sarana penerangan berupa listrik negara (PLN). Untuk sarana air masyarakat Desa Sigara Gara tidak susah

mendapatkan air bersih karena di daerah ini air telah masuk ke lingkungan masyarakat. Dimana PAM sudah ada di Desa Sigara Gara ini, namun selain itu masyarakat juga menggunakan air sumur bor yang dibuat. Air sumur bor di desa ini juga tidak kalah bersihnya dengan air PAM yang digunakan sebagian

(58)

memakai air PAM karena ada yang menggunakan sumur biasa dan sumur bor sebagai sarana air.

4.3.7. Sarana Ekonomi

Pada dasarnya masyarakat melakukan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Transaksi atau aktifitas ekonomi tersebut biasanya terjadi pada sebuah tempat yang disebut pasar. Namun tidak semua transaksi atau aktifitas ekonomi berlangsung di pasar. Transaksi atau aktifitas juga dapat terjadi di toko, kios, dan lain-lain.

Pada masyarakat Desa Sigara Gara aktifitas ekomoni terjadi di pasar atau yang sering di sebut pajak (pasar) oleh masyarakat Sigara-Gara. Namun pasar di Sigara-Gara ini hanya ada setiap hari kamis pada setiap minggunya. Selain pasar masyarakat Desa Sigara Gara juga mengadakan aktifitas ekonomi di toko, warung, kios, dan di tempat perbelanjaan lainnya yang ada di Desa Sigara Gara.

Selain pasar tradisional tersebut seiring berkembangnya zaman, di desa ini sudah terdapat swalayan modern yang sudah banyak di kota besar, swalayan tersebut adalah Indomaret dan Alfamart. Di swalayan tersebut juga terjadinya aktifitas ekonomi sama seperti di pasar, warung, toko, dan lain lain.

(59)

Setiap daerah pasti memiliki nilai – nilai norma dan peraturan baik yang

tertulis dan tidak tertulis. Demikian juga dengan masyarakat Desa Sigara Gara yang memiliki nilai nilai norma yang mengatur kehidupan sosial masyarakat

Desa Sigara Gara. Adapun nilai nilai yang berlaku pada masyarakat dapat dilihat

pada penjelasan dibawah ini.

4.4.1. Religius (Agama)

Masyarakat Desa Sigara Gara adalah masyarakat yang beragama dan dapat dikatakan patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya. Dimana masyarakat

Sigara-Gara semuanya menganut agamanya masing masing, dan ketaatan

mereka beragama juga dapat terlihat dengan adanya sarana ibadah yang terdapat di daerah ini. Perilaku masyarakat Sigara Gara sedikit juga dipengaruhi oleh

ajaran – ajaran agama yang ada pada ajaran agama masing – masing.

Meskipun terdapat beranekaragam jenis agama yang dianut oleh masyarakat Desa Sigara Gara tetapi hal ini tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk berinteraksi sosial dan bersosialisasi satu dengan yang lainnya. Dapat dikatakan bahwa kehidupan beragama pada masyarakat Desa Sigara Gara dapat hidup rukun dan saling berdampingan, menghargai satu sama lain, dan menghormati satu sama lainnya walaupun menganut agama yang berbeda.

(60)

Masyarakat Desa Sigara Gara masih menjunjung tinggi nilai adat dan istiadat yang mereka miliki. Di Desa Sigara Gara masyarakat yang berdomisili adalah suku Jawa. Yang dimana suku Jawa terdapat banyak pantangan pantangan yang

harus di taati oleh yang masyarakat yang bersuku Jawa. Pantagan pantangan

yang sering di dengar oleh masyarakat yaitu seperti anak gadis yang tidak boleh

duduk didepan pintu istilah kalimat tersebut merupakan salah satu pantangan

dalam suku Jawa. Dimana pantangan tersebut termasuk dalam adat mereka, yang artinya kalau anak gadis duduk di depan pintu jodoh mereka akan jauh.

Selain itu adat suku Jawa juga terlihat dalam acara pernikahan dimana pengantin pria memcahkan telur ayam yang telah disediakan dan pengantin perempuan yang akan membersihkan kaki pengantin pria yang memecahkan telur tersebut. Dan sampai sekarang adat tersebut masih dilakukan dan dilaksanakan oleh suku Jawa pada saat acara pernikahan. Adat tersebut masih sangat kental dan menjadi tradisi yang sangat terasa. Karena adat tersebut mengartikan wanita akan patuh terhadap suaminya.

4.4.3. Kekeluargaan

(61)

hubungan satu dengan yang lainnya. Hubungan kekeluargaan itu juga dapat dipeliharaan karena hubungan yang dimiliki masing masing penduduk di Desa

Sigara Gara tersebut.

Selain itu di Desa Sigara Gara ini menanamkan keamanan dan ketertiban desa agar terjalin hubungan kekeluargaan yang baik. Berkaitan dengan keamanan dan ketertiban masyarakat Desa Sigara Gara, pemerintah Desa Sigara Gara bekerja sama dengan BABINKABTIMAS dan BABINSA. Yang dimana memberikan penyuluhan tentang pentingnya keamanan dan ketertiban masyarakat dengan cara menginstruksikan pelaksanaan SISKAMLING.

Disamping itu, di Desa Sigara Gara ini telah membentuk Forum Kemitraan Polisi dengan Masyarakat (FKPM) yang personilnya berasal dari masyarakat Desa Sigara Gara. Partisipasi masyarakat Desa Sigara Gara dalam hal ini, keamanan dan ketertiban cukup tinggi agar terjalinnya hubungan kekeluargaan yang erat. Dibuktikan dengan adanya POSKAMLING dan Kelompok Pos Ronda yang memiliki komposisi, yaitu POSKAMLING 6 Pos, Kelompok Ronda 10 Kelompok, dan POLMAS 8 Orang.

4.4.4. Gotong Royong

Gambar

Tabel 1
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Saya puas dengan upah lembur yang saya terima karena sesuai dengan waktu kerja saya. Meskipun saya

Dalam penelitian perancangan video dokumenter ini permasalah yang terjadi adalah tidak adanya informasi mengenai ilmu titen sebagai kearifan lokal di Karimunjawa

Presentase, yaitu kontrak pelaksanaan jasa konsultasi dibidang konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan. yang bersangkutan menerima imbalan jasa

Ketiga parameter di atas merupakan penelitian pendahuluan untuk dapat memperoleh informasi awal untuk mengembangkan sistem elektronika perekam detak jantung yang

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang dan

Untuk menguji penerapan teknik MPPT pada modul surya, maka dibuat suatu sistem pengujian yang terdiri dari modul surya, rangkaian pembaca tegangan dan arus

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Sistem pemeliharaan ternak domba di Desa Celawan Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem intensif

pG lO