• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan di Namlea pada tanggal 18 September 1988. Penulis merupakan anak sulung dari pasangan Abdullah Wali dan Sakinah Sanmardy. Tahun 2006 penulis lulus dari SMKN 1 Namlea dan pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan S1 di Universitas Iqra Buru, Program Studi Budidaya Hutan, lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Silvikultur Tropika pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjan diperoleh dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) melalui program Beasiswa Unggulan.

Karya ilmiah berjudul Preferensi Makan Moduza procris Cramer pada

Jabon Merah dan Jabon Putih (Anthocephalus spp.), telah disajikan pada Seminar

Nasional Hama dan Penyakit di Bandung pada bulan November 2014. Sebuah artikel yang berjudul Identifikasi Kandungan Kimia Bermanfaat pada Daun Jabon Merah dan Putih (Anthocephalus spp.), akan diterbitkan pada Jurnal Silvikultur

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jabon merah (Anthocephalus macrophyllus Roxb. Havil) dan jabon putih (A. cadamba Miq.) termasuk dalam famili Rubiaceae. Tanaman ini merupakan jenis

pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan tanaman industri maupun hutan rakyat yang ada di Indonesia. Pertumbuhan tanaman ini relatif cepat, mampu beradaptasi pada berbagai kondisi tempat tumbuh, serta perlakuan silvikulturnya relatif mudah. Jabon juga diharapkan menjadi semakin penting bagi industri perkayuan di masa mendatang, terutama ketika bahan baku kayu pertukangan dari hutan alam diperkirakan akan semakin berkurang (Krisnawati et al. 2011).

Pemanfaatan kayu jabon digunakan sebagai bahan bangunan non- konstruksi, meubelir atau furniture, bahan plywood, papan, peti, korek api dan

sebagainya. Pemanfaatan non kayu lainnya sebagai obat tradisional yaitu digunakan sebagai obat kumur dengan cara diekstrak terlebih dahulu. Daun segar dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pakan ternak. Kayu jabon merah bisa dimanfaatkan juga sebagai arang aktif. Arang yang dihasilkan dari jabon merah tidak memiliki bau dan tidak mengeluarkan asap atau percikan, namun nilai energi yang dihasilkan tergolong rendah yaitu 19.800 kJ/kg (Halawane et al. 2011).

Namun sebagai suatu ekosistem yang homogen, kawasan hutan tanaman rentan terhadap berbagai kendala di antaranya serangan hama. Populasi tanaman hutan yang homogen akan mudah diserang dan berpotensi terjadi ledakan (outbreak)

hama, baik di lapangan maupun di persemaian (Krisnawati et al. 2011).

Hama Moduza procris Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) tergolong hama

baru yang menyerang jabon. Penelitian tentang hama ini belum banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang telah dilakukan yaitu di India, sedangkan di Indonesia hama ini dilaporkan menyerang jabon putih di persemaian, dengan pola serangan acak sehingga daun berbentuk tak beraturan. Intensitas serangan yang dilaporkan relatif kecil, akan tetapi pada fase larva dipandang sebagai hama yang serius karena memakan daun-daun jabon dalam waktu yang relatif singkat daun dapat habis (Darwiati et al. 2010).

Perkembangan suatu hama di lapangan dapat dilihat dari biologi dan tingkat preferensi makannya. Pengetahuan aspek biologi yang diperlukan antara lain meliputi perilaku, siklus hidup, perkembangan dan morfologi hama. Populasi serangga dalam suatu areal tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu kemampuan hayati atau potensi biotik dan hambatan lingkungan (Dadang 2006).

Beberapa penelitian biologi khususnya dari famili Nymphalidae yang pernah dilakukan diantaranya oleh Urich dan Emmel (1990), Brower et al. (1992)

dan Rayalu et al. (2011). Studi biologi famili Nymphalidae jenis Acraea violae

Fabricius, pada inang Passiflora edulis menunjukkan siklus hidup yang bervariasi,

telur diletakkan secara berkelompok, jumlah instar pada larva tidak tetap yang terdiri dari 5 ˗ 7 instar. Larva hidup berkelompok dan memakan daun tumbuhan inangnya (Andrianti 2011). Selain jabon putih, larva M. procris juga menyerang

jabon merah. Hama ini lebih banyak ditemukan pada persemaian dan tegakan jabon merah dengan umur yang bervariasi. Studi dan referensi mengenai hama M. procris dan gejala serangannya pada jabon merah belum ditemukan. Menurut

2 Tingkat preferensi makan serangga tergantung pada berbagai kandungan kimia pada tanaman yang mempengaruhi penerimaan dan penolakan hama tersebut. Hal ini terkait dengan senyawa primer dan senyawa metabolik sekunder yang terdapat pada tumbuhan inang, serta bisa menjadi salah satu faktor pembatas bagi serangga hama untuk memakan jaringan tumbuhan. Perilaku biologi serangga sangat berkaitan dengan tersedianya tanaman sebagai sumber pakan yang berkualitas untuk menjamin keberlangsungan hidup larvanya (Price 2000).

Penelitian yang dilakukan oleh Nuringtyas et al. (2007) terhadap larva Attacus atlas L. (Lepidoptera: Saturniidae), pada 4 jenis pakan menunjukkan

bahwa larva cenderung memilih pakan dengan kandungan senyawa primer yang lebih tinggi dan senyawa metabolik sekunder yang sedikit. Senyawa primer mengandung nutrisi sedangkan senyawa metabolik sekunder berperan sebagai penolak dan perlindungan terhadap hama. Penelitian perkembangan dan preferensi makan pada hama M. procris belum pernah dilakukan di Indonesia, sementara

informasi perkembangan ini sangat diperlukan dalam pengelolahan hama M. procris kaitannya dengan intensitas serangan dan waktu yang tepat dalam

melakukan pengendalian. Oleh karena itu penelitian ini dipandang perlu dilakukan.

Perumusan Masalah

Jabon merah dan putih merupakan jenis tanaman yang mempunyai sifat fast growing, dan mempunyai banyak keunggulan. Akan tetapi sebagai tanaman hutan

yang homogen jabon dihadapkan pada serangan hama di lapangan maupun di persemaian. Salah satu hama yang dilaporkan menyerang jabon adalah M. procris.

Meskipun intensitas serangan pada jabon di persemaian relatif sedikit, akan tetapi pada fase larva dipandang sebagai hama yang serius karena memakan daun-daun jabon dalam waktu yang relatif singkat daun dapat habis. Hal ini tentunya mengakibatkan proses fotosintesis pada daun akan terganggu, sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman.

Di Indonesia kajian studi tentang perkembangan dan preferensi makan dari hama M. procris pada jabon belum pernah dilakukan. Sementara informasi

perkembangan sangat penting karena dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengelolaan dan penentuan waktu yang tepat untuk melakukan pengendalian serangan hama ini di lapangan. Preferensi makan berkaitan dengan pemilihan pakan yang sesuai antara jabon putih dan jabon merah, sehingga dapat diketahui hama ini lebih berpotensi sebagai hama pada jenis jabon yang mana.

Mencermati uraian di atas maka penelitian ini dilakukan untuk menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:

1) Bagaimana perkembangan dan preferensi makan M. procris pada dua

tumbuhan inang A. macrophyllus dan A. cadamba,

2) Apakah ada perbedaan kandungan kimia daun dari kedua jenis famili Rubiaceae tersebut.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati perkembangan dan preferensi makan hama M. procris serta mengkaji kandungan kimia (senyawa primer dan

senyawa metabolik sekunder) yang terdapat pada daun jabon merah dan jabon putih.

3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petani jabon dan masyarakat luas sebagai referensi dan bahan acuan informasi yang dapat digunakan dalam pengembangan budidaya jabon merah dan jabon putih.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Perkembangan hama M. procris dipengaruhi oleh kandungan nutrisi yang

terdapat pada pakan yang dikonsumsi.

2) Diduga preferensi makan hama M. procris lebih besar pada jabon merah

daripada jabon putih.

3) Diduga pada kedua jenis jabon ini terdapat perbedaan konsentrasi kandungan senyawa primer dan kandungan senyawa metabolik sekunder yang dapat mempengaruhi hama M. procris dalam menentukan makanan yang sesuai.

4

Dokumen terkait