• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penulis dilahirkan pada tanggal 12 November 1990 di Pematangsiantar, Sumatera Utara merupakan anak ketiga dari lima bersaudara pasangan Bapak Jannus Siahaan dan Ibu Pituarap br. Silalahi.

Penulis mengawali pendidikan Sekolah dasar (SD) dan menyelesaikan pendidikan di SD Negeri 121241 Pematangsiantar pada tahun 2002 dilanjutkan ke SLTP Negeri 3 Pematangsiantar pada tahun 2005. Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Pematangsiantar dan pada tahun yang sama penulis berhasil lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Kedokteran Hewan.

Semasa aktif sebagai mahasiswa, penulis tercatat sebagai pengurus Persekutuan Fakultas Kedokteran Hewan (2009-2012), pengurus Himpro HKSA divisi Satwa Aquatik dan Eksotik (2009-2012), anggota UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen IPB Komisi Pelayanan Siswa (2009-2012). Penulis pernah menjadi Pengajar kelas X dan XI SMA Kornita selama dua tahun dan menjadi leader SMP Gabungan Ciampea selama 1 tahun. Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yaitu panitia Retreat Angkatan 46 PMK IPB 2009/2010, Reatreat Siswa Kristen Se-Kota Bogor (2011), panitia Natal Persekutuan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan dan Civitas Akademik IPB.

Penulis pernah mengikuti kegiatan magang di Klinik PDHB drh. Cucu Kartini di Sunter Jakarta Utara, Animal Clinic di Kemang Jakarta Selatan, dna animal clinic Bogor dan Koperasi Peternak Bandung Selatan (KPBS) Pengalengan. Penulis juga pernah menjadi asisten Mata Kuliah Agama Kristen Protestan Tingkat Persiapan Bersama tahun akademik 2009/2010 dan asisten praktikum Fisiologi Hewan serta Patologi sistemik 2 FKH IPB pada tahun 2012. Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa KSE, PPA, dan BBM.

PENDAHULUAN

Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumberdaya perikanan yang cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis-jenis ikan. Sekitar 16 % spesies ikan yang ada di dunia diperkirakan hidup di perairan Indonesia. Indonesia termasuk salah satu negara dengan potensi ikan hias terbesar di dunia. Total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7000 spesies. Hampir 2000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar. Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water) yaitu perairan dengan kadar garam kurang dari 5 per mil (0-5 ‰). Biota sebagai titik sentral perhatian pembudidayaan perlu dicermati bagaimana responnya terhadap medianya, pakannya, ancaman penyakit selama proses pembudidayaan dan lain- lain (Affandi & Tang 2002).

Ikan hias yang banyak dibudidayakan termasuk dalam kelas Pisces dan subkelas Teleostomi menurut taksonominya. Ikan yang termasuk subkelas Teleostomidiantaranya adalah ikan dari ordo Osteolepiformes, yaitu arwana dan arapaima; ikan dari ordo Perciformes yaitu discus dan manfish; ikan dari ordo Cypriniformes, yaitu mas, silver dollar dan koi; ordo Characiformes yaitu tetra; dan ordo lainnya (Axelord et al 1984).

Kekayaan ikan hias air tawar yang tersimpan di bumi Nusantara belum dapat difungsikan secara maksimal dan masih tertinggal jauh dari negara-negara lain terutama dalam hal manajemen pengelolaan industri. Belum adanya komitmen bersama antara pemerintah dan para pelaku bisnis terutama pembudidaya dan eksportir merupakan kendala lain dalam pengembangan pasar ikan hias Indonesia. Manajemen yang kurang baik akan berdampak pada kesehatan ikan dan dapat menimbulkan penyakit.

Penyakit merupakan suatu proses yang merusak atau mengganggu pada organisme dengan penyebab khusus dan mempunyai gejala-gejala yang khusus pula seperti pada manusia dan hewan terrestrial, ikan juga dapat terserang oleh suatu penyakit. Ada beberapa faktor penyebab penyakit ikan misalnya adanya perubahan kondisi lingkungan, faktor keturunan, mikroorganisme, hewan parasit, dan manajemen budidaya ikan (Supriyadi & Hardjamulia 1986).

Latarbelakang

Banyaknya spesies ikan yang ada di Indonesia juga membuat temuan berbagai jenis penyakit pada hewan baik itu yang disebabkan oleh jamur, bakteri, cacing, protozoa maupun virus. Begitu banyak agen yang menyerang spesies ikan di Indonesia diantaranya penyakit yang disebabkan oleh protozoa: Ichtyophthirius, Trichodina, Costia. Penyakit yang disebabkan cacing: Glossotella, Scyphidia, Epistylis, Myxobolus, Myxosoma, Thelohanellus, Plisthophora, Henneguya, Hexamita, Achteres, Salmincola, Gyrodactylus, Dactylogyrus, Clinostomum, Diplostomum, Diphyllobothrium, Ligula, Echynorhynchus, Phomphorinchus, Camallanus. Penyakit yang disebabkan jamur adalah Achlya, Ichtyophonus, Branchiomyce, Saprolegnia. Penyakit yang disebabkan bakteri yaitu Aeromonas, Pseudomonas, Mycobacteria,

Corynebacteria, Columnaris, Flexibacter, Myxobacteria, Edwardsiella dan penyakit yang disebabkan oleh virus adalah Infectious pancreatic necrosis, Channel catfish virus, Spring viremia of carp, Infectious dropsy, Viral hemorrhagic septicemia, Viral hematopoietic necrosis, Swim bladder inflammation, Koi Herpes Virus (Kordi & Ghufran 2004). Budidaya ikan air tawar di Indonesia telah berumur lebih dari seratus tahun. Oleh karena itu masalah penyakit dan parasit ikan sebenarnya bukanlah merupakan suatu masalah baru.

Menurut Supriyadi dan Hardjamulia (1986) untuk negara Indonesia masalah penyakit ikan hanya terbatas menyerang ikan air tawar dan ikan hias, baik penyakit parasit maupun non parasit. Dengan makin intensifnya usaha budidaya perikanan di Indonesia masalah parasit dan penyakit ikan akan meminta lebih banyak perhatian pada saat ini dalam menghadapi bidang peternakan hewan- hewan terrestrial.

Patologi merupakan ilmu yang mempelajari kejadian suatu penyakit. Kata patologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “pathos” yang berarti penyakit dan “logos” yang berarti risalah (Anonim 2008). Ahli Patologi dalam dunia kedokteran hewan adalah peran spesialis untuk mendiagnosa suatu penyakit melalui pengamatan pada jaringan hewan dan cairan tubuhnya. Diagnosa terhadap penyakit dilakukan berdasarkan pengamatan makroskopis, mikroskopis, reaksi kimiawi tubuh, reaksi imunologi, serta pemeriksaan molekular organ, jaringan, dan tubuh secara keseluruhan saat post mortem (nekropsi). Pemeriksaan post mortem merupakan prosedur penting dalam mendiagnosa penyakit ikan (Roberts 2001).

Dalam rangka mendalami kasus penyakit pada ikan hias, maka ikan-ikan sakit yang ditemukan di beberapa lokasi budidaya ikan hias diambil sebagai sampel. Ikan-ikan tersebut dipilih berdasarkan keadaan gejala klinisnya yaitu perubahan pada warna kulitnya dan bentuk tubuh, perubahan bentuk sirip dan gerak renangnya di kolam budidaya atau akuarium. Perubahan yang ditemukan diamati secara makroskopis dan mikroskopis, kemudian dikaji perjalanan penyakitnya. Selain itu dipelajari juga kondisi lingkungan serta manajemen budidaya pada lokasi pengambilan sampel.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan serta mempelajari lesi patologi yang terjadi.

Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari studi kasus ini adalah agar dapat memahami patogenesa kejadian penyakit dan melakukan tindak pencegahan serta pengobatan yang tepat dalam mendukung manajemen pengelolaan budidaya ikan hias air tawar di tempat pengambilan sampel.

Dokumen terkait