• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. STUDI PUSTAKA

E. Studi Banding Proyek Sejenis

2. The Rock and Roll Hall of Fame and Museum

The Rock and Roll Hall of Fame and Museum sebuah museum yang teletak di tepi Danau Erie di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat didirikan pada tahun 1983. Museum ini merupakan lembaga yang didirikan dengan tujuan untuk mendokumentasikan segala hal yang berpengaruh dan berhubungan dengan perkembangan industri musik melalui sebuah museum dan penghargaan Hall of Fame yang diadakan setiap tahun sejak 1986.

Bangunan ini dirancang oleh Arsitek Amerika asal China, Ieoh Ming Pei didaulat untuk mendesain museum yang terdiri dari tower dengan ketinggian 49m, dan sebuah piramid kaca raksasa, yang didirikan di pinggir danau Erie. Total luas tapak bangunan adalah 14 ribu meter persegi.

Gambar 19. The Rock and Roll Hall of Fame and Museum Sumber: www.Insplosion.com

Desain Rock and Roll Hall of Fame menampilkan bentuk geometris ikonik yang dilipat keluar dari tengah menara enam lantai, membentuk penampakan bangunan dalam logam dan kaca . Pada dasarnya, bentuk bangunan metafora dari ciri khas musisi Elvis Presley. Bangunan ini menjadi tuan rumah sebuah museum yang didedikasikan untuk pelestarian sejarah musik rock Amerika. Visi I.M. Pei dalam bangunan ini adalah untuk menampilkan tenda kaca tetrahedral yang terletak di belakang menara setinggi 165 kaki yang menghubungkan ruang teater yang menjorok keluar ke Danau Erie. Interiornya memiliki atrium menjulang tinggi yang dipenuhi sinar matahari dan ruang museum bawah tanah seluas 55.000 kaki persegi.

Gambar 20. Interior bangunan Sumber: www.Insplosion.com

b. Studi Preseden

Tabel 4. Studi Preseden Bangunan The Rock and Roll Hall of Fame and Museum

Studi

Preseden Gambar Keterangan

Site Bangunan dibangun

pada sisi pantai guna memberi banyak

Material • Menggunakan

material alumium

Sumber: (Analisa Penulis, 2020) 3. Shanghai Grand Opera House

a. Profil Bangunan

Shanghai Grand Opera house adalah sebuah gedung opera untuk pertunjukan kesenian tradisional maupun modern yang berdiri pada tahun 1998 di Shanghai, Tiongkok. Bangunan ini dirancang oleh arsitek Jean-Marie Charpentier yang tak hanya mengedepankan fungsi, tetapi juga estetika saat merancang Shanghai Grand Opera House.

Gedung dibangun di tepi sungai Huangpu dan diharapkan dapat menjadi landmark baru di Shanghai.

Gambar 21. Shanghai Grand Opera House Sumber: www.snohetta.com

Bangunan Dirancang untuk membawa seniman dan pengunjung berada di bawah satu atap. bentuk Opera House yang luas dengan menampilkan permukaan atap yang memunculkan gagasan tentang kipas yang terbuka. Filosofi bentung "menangkap dinamisme tarian dan tubuh manusia."

Gerakan radial atap membentuk tangga spiral yang menghubungkan tanah dan atap sambil menawarkan pemandangan kota dan tepi sungai. Gerakan berputar ini berlanjut sepanjang proyek di lobi, aula, dan tiga auditorium.

b. Studi Preseden

Tabel 5. Studi Preseden Bangunan Shanghai Grand Opera House

Studi

Preseden Gambar Keterangan

Site Gedung Opera baru

akan dibangun di lingkungan Expo Houtan, terletak di tepi cembung di daerah tepi sungai dekat Sungai Opera ke kota, dan dari

kota ke Opera menjadi

• Penggunaan material kayu pada lantai

Kesimpulan Dari hasil analisis pada studi banding Shanghai Grand Opera house yaitu :

a) Penggunaan material pada bangunan yg didominasi warna putih dan material kayu pada lantai bangunan.

b) Tampilan dan bentuk bangunan geometri dan bentuk unik pada tangga yg berbentuk kipas.

c) Penggunaan material kaca yang lebar pada bangunan.

BAB III

TINJAUAN LOKASI DAN ANALISIS PERENCANAAN A. Penentuan Lokasi dan Tapak

1. Analisis Pemilihan Lokasi

a. Administrasi dan Keadaan Geografis

Kabupaten Gowa merupakan salah satu kabupaten di bagian Selatan dan merupakan daerah tingkat II di Sulawesi dyang meliputi seluruh wilayah kecamatan Somba Opu, Kecamatan Pallangga, dan 2 kelurahan yang berada di kecamatan Bontomarannu. Geografis Kabupaten Gowa terletak diantara 5o5’ hingga 5o34.7’ Lintang Selatan (LS) dan 12o33.19’ hingga 13o15.17’ Bujur Timur (BT), dengan batas-batas administrasi :

1) Utara : Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kab.

Maros.

2) Selatan : Berbatasan dengan Kab. Takalar dan Jeneponto

3) Barat : Berbatasan dengan Kota Makassar dan Kab.

Takalar.

4) Timur : Berbatasan dengan Kab. Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.

Gambar 22. Peta Administrasi Kabupaten Gowa Sumber: Kabupaten Gowa dalam Angka, 2020

Luas wilayah Kab. Gowa sekitar 1.883,33 km² atau sekitar 3,01% dari luasan Sulawesi Selatan. Kab. Gowa terbagi dalam 18 kecamatan yang terdiri dari 167 desa atau kelurahan.

Dari 18 kecamatan di Kab. Gowa, kecamatan dibagi menjadi 2 golongan yang berdasarkan sebagian besar wilayah, yaitu kecamatan dataran rendah dan kecamatan dataran tinggi. Dari kedua golongan kecamatan, terdapat 9 kecamatan pada kecamatan dataran rendah dan 9 kecamatan pada dataran tinggi.

b. Keadaan Topografi

Kondisi Topografi Kab. Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi yang berbukit-bukit sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yaitu, kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Manuju, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempengan, Tompobulu, dan Biringbulu. Sedangkan 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar yang terdiri dari 9 kecamatan yaitu kecamatan Somba Opu, Pattallassang, Bontomarannu, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo, dan Bontonompo Selatan.

Dari total luas 35,30%, Kabupaten Gowa mempunyai kemiringan tanah diatas 40 derajat, yang terdapat pada wilayah kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan, dan Tompobulu.

Kabupaten Gowa juga dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat berpotensi sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya adalah sungai terbesar di Sulawesi Selatan yaitu sungai Jeneberang dengan ukuran luas 881 Km² dan panjang 90 Km. Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas + 2.415 Km² yang

dapat menyediakan air irigasi seluas + 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m³ dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt.

c. Analisis Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi untuk dibangunnya Institut Seni di Kabupaten Gowa, ditentukan dengan mencari lokasi yang ideal dan sesuai rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) Kab.

Gowa.

Gambar 23. Peta RTRW Kabupaten Gowa 2012-2032 Sumber: Peta RTRW Kabupaten Gowa

Menurut peraturan daerah Kabupaten Gowa nomor 15 tahun 2012 tentang rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Gowa tahun 2012-2032 dijelaskan tentang ketentuan umum

peraturan zonasi kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi yang tercantum pada pasal 90 ayat 7, terdiri atas :

1) Kegiatan yang diperbolehkan sesuai peruntukan meliputi kegiatan pendidikan, kegiatan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tinggi, kegiatan penyediaan lokasi dan jalur evakuasi bencana, dan pendirian bangunan untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana.

2) Dengan syarat meliputi kegiatan hunian kepadatan rendah, dan kegiatan lain sebagaimana dimaksud pada huruf a yang tidak mengganggu fungsi kawasan pelayanan umum.

3) Kegiatan yang tidak diperbolehkan meliputi kegiatan yang menghalangi dan/atau menutup lokasi dan jalur evakuasi bencana serta kegiatan yang mengganggu fungsi kawasan peruntukan pelayanan olahraga.

4) Intensitas pemanfaatan ruang meliputi:

a) Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang meliputi ketentuan KDB, KLB, KDH, KTB, ketinggian bangunan, dan GSB terhadap jalan.

b) Penerapan ketentuan tata bangunan dan lingkungan yang berbasis mitigasi bencana.

c) Pengembangan pusat permukiman ke arah intensitas tinggi dengan KWT paling tinggi 60% (enam puluh persen).

d) Penyedia RTH paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luas kawasan perkotaan.

5) Penyediaan sarana dan prasarana minimum meliputi:

a) Fasilitas dan infrastruktur pendukung kegiatan pelayanan pendidikan tinggi.

b) Sarana dan prasarana pejalan kaki, angkutan umum, serta lokasi dan jalur evakuasi bencana.

c) Tempat parkir untuk mendukung fungsi kawasan pelayanan pendidikan tinggi.

Berdasarkan fungsi dan ketentuan yang dijelaskan dalam RTRW Kabupaten Gowa maka dipilih dua alternatif lokasi dibangunnya Institut Seni yaitu Kecamatan Pallangga dan Kecamatan Bajeng.

1) Lokasi Alternatif I (Bontoala, Kecamatan Pallangga)

Gambar 24. Peta Administrasi Kecamatan Pallangga Sumber: Kecamatan Pallangga Dalam Angka 2019 Lokasi alternatif pertama berada di Kecamatan Pallangga tepatnya di Kelurahan Bontoala. Kelurahan Bontoala merupakan salah satu kelurahan di kecamatan dataran rendah dengan topografi tanah yang datar. Jarak lokasi berada tidak jauh dari ibu kota kabupaten sekitar 700 meter.

Alasan memilih lokasi di Kelurahan Bontoala karena letak lokasi yang strategis untuk pembangunan fasilitas pendidikan karena lokasinya berada dekat di ibu kota kabupaten Gowa dan lokasi berada di Kecamatan Pallangga yang termasuk sebagai pusat pengembangan kota di Kab.

Gowa. Jarak lokasi menuju kota Makassar juga terbilang tidak jauh. Hanya saja lokasi berada ditempat yang

memiliki aktivitas yang padat, sehingga sering terjadi kemacetan.

2) Lokasi Alternatif II (Mata Allo, Kecamatan Bajeng)

Gambar 25. Peta Administrasi Kecamatan Bajeng Sumber: Kecamatan Bajeng Dalam Angka 2019 Lokasi alternatif kedua berada di kecamatan Bajeng tepatnya di Jl. Poros Limbung kelurahan Mata Allo.

Kelurahan Mata Allo merupakan salah satu kelurahan yang ada di kecamatan Bajeng yang termasuk kecamatan dataran rendah. Topografi lokasi memiliki tanah yang datar dengan kondisi lingkungan yang asri karena dekat dengan sawah.

Alasan memilih lokasi ini adalah lokasi sesuai ketentuan RTRW kabupaten Gowa dan lokasi yang strategis dengan kondisi lingkungan yang bagus. Selain itu, pencapaian menuju lokasi terbilang mudah karena lokasi berada dipinggir jalan.

2. Analisis Pendekatan Lokasi

Setelah menemukan beberapa alternatif lokasi untuk perencanaan Institut Seni di kabupaten Gowa, selanjutnya pada lokasi akan dilakukan analisa guna menentukan lokasi yang tepat.

Adapun beberapa hal pertimbangan dalam menetukan lokasi yang tepat untuk perencanaan Institut seni di Kabupaten Gowa, adalah sebagai berikut:

a. Potensi lokasi

Lokasi yang dipilih sesuai dengan rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Gowa (RTRW), diantaranya:

1) Berada pada wilayah pengembangan kota

2) Kondisi lingkungan yang bagus seperti aman, kebisingan yang rendah, dan nyaman guna mendukung fungsi bangunan dan aktivitasnya.

3) Sesuai dengan ketentuan umum zonasi kawasan peruntukan pelayanan pendidikan tinggi.

4) Fasilitas dan infrastruktur yang menunjang kegiatan pendidikan.

5) Sarana dan prasarana yang dapat menunjang kawasan, seperti fasilitas untuk pejalan kaki, transportasi, dan jalur evakuasi bencana.

b. Potensi tapak

1) Akses menuju lokasi yang mudah, tersedianya jaringan jalan menuju lokasi dan tersedianya angkutan umum.

2) Karakteristik fisik dan lingkungan yang bagus.

3) Luas lahan yang memungkinkan dan topografi yang rendah.

4) Keamanan lingkungan.

Selanjutnya dilakukan sistem pembobotan pada lokasi alternatif yang terpilih guna mempermudah pemilihan lokasi yang tepat untuk perencanaan Institut Seni di Kabupaten Gowa.

Adapun standar pembobotan dan nilai yang digunakan, dalam menentukan lokasi yang tepat.

Tabel 6. Standar Penilaian Lokasi

Standar Pembobotan Nilai Bobot

Sangat Baik 5

Cukup Baik 4

Kurang Baik 3

Memenuhi 2

Kurang Memenuhi 1

Sumber: (Analisa Penulis, 2020)

Setelah standar nilai pembobotan ditentukan, selanjutnya memberi point pada lokasi yang terpilih sesuai kriteria yang

diperlukan. Lokasi dengan point tertinggi maka terpilih sebagai lokasi Perencanaan Institut Seni di Kabupaten Gowa :

Tabel 7. Standar Pembobotan Lokasi

Aspek Penilaian Pembobotan

Kec. Pallangga Kec Bajeng

RTRW Kab. Gowa 4 5

Aksebilitas 5 4

Lingkungan 5 5

Luas Lahan 5 4

Strategis 5 4

Keamanan 5 5

Akumulasi 29 27

Sumber: (Analisa Penulis, 2020)

Berdasarkan dari hasil analisa diatas, maka Kecamatan Pallangga terpilih sebagai lokasi untuk perencanaan Institut Seni di Kabupaten Gowa.

Gambar 26. Lokasi Terpilih Sumber: Google.com/maps

Lokasi perencanaan Institut Seni di Kabupaten tepatnya berada di Jln Poros Pallangga, Kelurahan Bontoala, Kecamatan Pallangga. Seperti yang telah dijelaskan, bahwa salah satu potensi dari lokasi ini adalah mudah dicapai. Lokasi berada di jalan kabupaten dan dekat landmark kabupaten jembatan kembar. Luas tapak ± 4,3 Ha dan sudah memenuhi standar ukuran lahan pembangunan institut.

Agar proses perancangan terlaksana dengan bagus, maka proses perencanaan juga harus mempertimbangkan ketentuan dan standarisasi pembangunan sesuai di Kabupaten Gowa dan kebutuhan lahan yang diperlukan, yakni:

Dik:

Luas lantai dasar bangunan : 7.757 m² + 234 m²= 7.991 m² KDB : 60% (Terbangun), 40% (Tidak terbangun)

Luas Lahan yang diperlukan : X

= x (X) = 7.991 m²

= (X) = 7.991 m² = = .

= 60 x X = 100 x 7,991 = = 13.328,3 m²

= 40% x 13.328,3 m² = 5.331,32 m² X = 13.328,3 + 5.331,32

= 18.659,62 m²

Adapun batasan-batasan pada site perancangan, yakni:

a. Batas Utara : Pemukiman warga

b. Batas Timur : Jl. Pelita Taborong dan lahan kosong c. Batas Selatan : Jl. Poros Pallangga dan Kompleks Ruko

Bumi Pallangga Mas.

d. Batas Barat : Pemukiman warga

Gambar 27. Batasan Site Sumber: Google.com/maps 3. Analisis SWOT

SWOT adalah singkatan dari strenght, weakness, opportunities, dan threats. SWOT merupakan teknik analisa yang bermanfaat mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam peoses perencanaan.

Analisis SWOT pada lokasi perencanaan Institut Seni di Kabupaten Gowa disimpulkan sebagai berikut:

a. Strenght (kekuatan)

1) Lokasi yang strategis untuk perencanaan Institut Seni.

2) Lokasi mudah dijangkau, karena berada di jalan kabupaten dan dekat dengan landmark kabupaten Gowa, yaitu jembatan kembar.

3) Lokasi belum memiliki sarana pendidikan tinggi.

b. Weakness (kelemahan)

1) Fasilitas umum seperti fasilitas pejalan kaki dan sepeda dan perlengkapan jalan, kurang memadai.

2) Lokasi sering terjadi kemacetan.

3) Sekitaran lokasi kurang dengan tanaman dan pohon, membuat lingkungan tidak asri.

c. Opportunities (peluang)

1) Dapat membantu meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.

2) Dapat menarik para calon mahasiswa baru asal kabupaten Gowa untuk melanjutkan pendidikannya di Kab. Gowa.

d. Threats (ancaman)

Lokasi terbilang aman dari kejahatan kriminal, karena petugas keamanan sering melakukan patroli. Hanya saja,

perlengkapan jalan pada lokasi belum lengkap, seperti zebra cross dan rambu-rambu, menyebabkan pada lokasi rawan terjadi kecelakaan.

4. Analisis Pengolahan Tapak

Pengolahan tapak bertujuan untuk memaksimalkan fungsi tapak dengan meninjau potensi dan permasalahan pada lokasi.

Guna mengatur perzoningan pada lokasi. Pertimbangan yag digunakan sebagai dasar analisis pengolahan tapak adalah sebagai berikut:

a. Topografi dan Lingkungan

Tapak memiliki dataran yang rendah dan hampir tidak berkontur sehingga dapat memudahkan dalam perancangan.

Ketinggian tanah memiliki elevasi lebih tinggi dari jalan raya, sehingga pada lokasi tidak rawan dengan banjir. Kondisi tapak sekarang ditumbuhi beberapa pohon dan rumput yang tidak tinggi dan liar.

Tapak berada di lingkungan dengan aktivitas yang lumayan padat. Selain itu, disekitar tapak kurang dengan vegetasi yang dapat membuat lingkungan menjadi kurang bagus. Oleh karena itu, pada tapak akan diberi solusi efektif sesuai permasalahan pada kondisi lingkungan tapak.

Gambar 28. Kondisi Tapak Sumber: Dokumenasi Pribadi, 2020 b. Analisis Pencapaian

Analisis ini bertujuan untuk mengatur akses pencapaian menuju lokasi. Pada kawasan ini, sebagaian besar menggunakan transportasi darat seperti mobil, motor, sepeda, dan angkutan umum. Berikut adalah analisis eksisting lokasi dan tanggapannya:

1) Kondisi Eksisting

Lokasi memiliki 3 jalan sebagai pencapaian menuju lokasi yaitu, Jl. Poros pallangga, Jl. Pelita Taborong, dan perumahan BTN Taborong Permai. Hasil analisis menyimpulkan kondisi eksisting pada jalur pencaian lokasi adalah:

a) Jl. Poros pallangga memiliki 2 jalur dengan 4 Lajur, dan pada Jl. Pelita Taborong memiliki 2 jalur dengan 2 lajur.

b) Dari ketiga akses pencapaian lokasi, Jl. Poros Pallangga dan jl. Pelita taborong memiliki aktivitas yang padat dibandingkan dengan perumahan BTN Taborong Permai sehingga menyebabkan kemacetan.

c) Kondisi masing-masing jalanan masih bagus.

d) Pencapaian dari Jl. Poros Pallangga menuju lokasi sangat efektif, karena jalanannya lurus sehingga mudah menuju lokasi.

e) Pencapaian dari Jl. Pelita Taborong dan perumahan BTN Taborong Permai kurang efektif karena pencapaiannya tidak langsung menuju lokasi dan harus melewati jalan lorong untuk menuju lokasi.

f) Pada masing-masing jalanan tidak dilengkapi dengan fasilitas penunjang.

Gambar 29. Eksisting Pencapaian Tapak Sumber: Google.com/maps

2) Tanggapan Perancangan

Strategi yang dilakukan adalah mengatur penggunaan jalanan antara kendaraan dan pejalan kaki. Solusi ini bertujuan agar pencapaian menuju lokasi menjadi teratur dan diharapkan dapat mengurangi resiko kemacetan.

Gambar 30. Solusi Pencapaian Lokasi Sumber: Analisis Penulis, 2020

Jl. Poros Pallangga akan dijadikan sebagai akses utama lokasi. Agar akses menuju lokasi nyaman dan aman untuk dilalui maka akan dibenahi dan menata jalur sebaik mungkin, seperti:

a) Pada akses masuk kendaraan menuju bangunan, nantinya sirkulasi akan diatur dengan baik. Seperti pencapaian menuju bangunan dan parkiran.

b) Untuk pejalan kaki atau tanpa kedaraan, nantinya akan dirancang jalur padestrian yang bagus, agar para pengguna dapat aman dan lancar menuju lokasi.

c) Melengkapi perlengkapan jalanan, seperti tempat menunggu angkutan umum, halte, zebra cross, dan lain sebagainya.

c. Analisis Sirkulasi 1) Kondisi Eksisting

Kondisi fisik Jalur akses masuk ke lokasi masih bagus dengan jalanan menggunakan material aspal. Hanya saja lokasi tidak memiliki pembedaan sirkulasi bagi pejalan kaki, orang difable, dan kendaraan.

Gambar 31. Kondisi Jalan Sumber: Dokumenasi Pribadi, 2020 2) Tanggapan Perancangan

Pengaturan sirkulasi dalam tapak, perlu diperhatikan sirkulasi oleh pejalan kaki dan kendaraan. Hal ini bertujuan agar terjadi keteraturan dan tidak terjadi kemacetan serta kecelakaan. Oleh karena itu sirkulasi pejalan kaki dan

kendaraan dipisah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 32. Solusi Sirkulasi Sumber: Analisis Penulis, 2020

Dari gambar dijelaskan bahwa sirkulasi pada lokasi dibagi menjadi tiga jenis yaitu, akses masuk, akses keluar, dan akses servis.

Akses masuk dan keluar berada di Jl. Poros Pallangga dengan posisi berdampingan, agar mudah untuk diakses.

Akses servis merupakan jalur alternatif yang berada di Jl.

Pelita Taborong dan BTN Taborong Permai, jalur ini bisa berfungsi sebagai jalur cadangan.

Agar sirkulasi dilalui dengan nyaman, maka harus diberi perlengkapan yang mendukung dan menunjang untuk dilalui oleh semua kalangan.

a) Pengadaan jalur pedestrian sebagai jalur sirkulasi untuk pejalan kaki dan pengendara sepeda. Perancangan pedestrian dibuat kompleks agar nyaman dilalui, terutama bagi mahasiswa. Pada pedestrian akan diberi perlengkapan yang dapat menunjang bagi pejalan kaki, seperti tempat duduk, vegetasi sebagai pelindung panas, dan lain sebagainya.

Gambar 33. Contoh Jalur Pedestrian Sumber: www.mediaindonesia.com

b) Menyediakan sirkulasi untuk disabilitas. Pada jalur pedestrian diberi guiding block atau jalur penuntun, ramp untuk mempermudah bagi disabilitas, khususnya yang menggunakan kursi roda.

Gambar 34. Guiding Block atau Jalur Penuntun Sumber: kompas.com

Gambar 35. Ramp untuk disabilitas Sumber: beritajakarta.id

d. Analisis Pandangan 1) Kondisi Eksisting

Gambar 36. Analisis Pandangan Sumber: Analisis Penulis, 2020

Sudut pandang dari dalam tapak hanya akan melihat vegetasi, karena tapak merupakan lahan kosong. Dalam tapak kita juga bisa memandang area pemukiman warga dan Jl. Poros Pallangga dengan jelas. Sudut pandang terbaik adalah dari Jl. Poros Pallangga.

2) Tanggapan Perancangan

Berdasarkan dari analisis pandangan, maka strategi untuk mengoptimalkan pandangan dari luar dan dalam bangunan adalah sebagai berikut:

a) Ketinggian bangunan dioptimalkan sehingga pandangan tidak terhalang dengan adanya masalah perbedaan ketinggian.

b) Bangunan akan dirancang agar pengguna dapat menikmati pemandangan disekitar tapak.

c) Desain pagar bangunan dibuat tidak terlalu tinggi, sehingga tidak menghalangi pandangan.

d) Memaksimalkan ketinggian bangunan agar dapat dilihat dari luar tapak.

e. Analisis Matahari 1) Kondisi Eksisting

Gambar 37. Analisis Pergerakan Matahari Sumber: Analisis Penulis, 2020

Area tapak merupakan area terbuka yang mengakibatkan tapak akan menerima banyak cahaya matahari, sekitar pukul 13:00 sampai 15:00. Lingkungan

tapak kurang memiliki vegetasi yang berfungsi untuk menetralisir panas dari matahari.

2) Tanggapan Perancangan

Solusi untuk mengantisipasi dan memanfaatkan rotasi matahari adalah sebagai berikut:

a) Mengoptimalkan cahaya matahari sebagai pencahayaan alami dengan memberi bukaan pada lokasi cahaya matahari dominan berada.

b) Memberi vegetasi yang berfungsi untuk melindungi bangunan dari radiasi matahari.

Gambar 38. Vegetasi Sebagai Filter Cahaya Sumber: arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id f. Analisis Angin dan Penghawaan

1) Kondisi Eksisting

Angin yang berhembus ke arah bangunan dimanfaatkan sebagai penghawaan buatan pada bangunan.

Tapak yang memungkinan mendapat angin yg besar akan

dominan menerima kebisingan, debu, dan kotoran karena dibawa oleh angin.

Gambar 39. Analisis Pergerakan Angin Sumber: Analisis Penulis, 2020 2) Tanggapan Perancangan

Strategi perancangan untuk menanggapi hasil analisis pergerakan angin adalah sebagai berikut:

a) Menggunakan sistem penghawaan silang pada bangunan, untuk mempercepat penghawaan pada bangunan.

b) Memberi bukaan pada banguan untuk menerima angin untuk dijadikan penghawaan alami pada bangunan.

c) Menempatkan vegetasi yang berfungsi sebagai pengarah aliran udara kedalam bangunan.

g. Analisis Kebisingan

Kebisingan merupakan masalah penting yang harus diatasi, karena kebisingan dapat mengganggu aktivitas pada bangunan. Apalagi bangunan merupakan Institut Seni, yang kadang membutuhkan ketenangan.

1) Kondisi Eksisting

Gambar 36. Analisis Kebisingan Sumber: Analisis Penulis, 2020

Kebisingan pada kawasan berasal dari kendaraan, manusia, dan faktor elektronik. Sumber kebisingan terbesar berasal dari arah Jl. Poros Pallangga, dikarenakan padatnya aktivitas. Kebisingan dari arah lain terbilang kecil yang berasal dari pemukiman, kebisingan berasal dari suara manusia.

2) Tanggapan Perancangan

Strategi perancangan sebagai solusi untuk mereda kebisingan pada lokasi adalah sebagai berikut:

a) Jarak bangunan dan jalan raya dibuat berjauhan untuk mengurangi kebisingan kebangunan.

b) Peninggian dan penempatan vegetasi, peninggian yang dimaksud adalah meninggikan elevasi tanah dan pagar bangunan. Hal ini dimaksud agar kebisingan bisa memantul keatas. Kemudian vegetasi akan menetralisir kebisingan pada lokasi.

Gambar 38. Solusi pada Kebisingan Sumber: Analisis Penulis, 2020

c) Bangunan memiliki ruang yang diharuskan kedap suara atau tidak boleh diganggu dengan kebisingan, seperti teater dan ruang pameran atau pertunjukan. Oleh karena itu, akustik ruangan dibuat agar dapat meredusi dan meredam kebisingan

• Pada ruangan pertunjukan dan rapat menggunakan karpet lantai untuk mengurangi kebisingan seperti suara langkah kaki.

• Menggunakan cat peredam suara polymer water based yang dapat meredam suara sebesar 30% pada ruang yang membutuhkan ketenangan seperti kelas ruang kantor, pameran, dan perpustakaan.

• Menggunakan sistem insulasi pada ruang yang

• Menggunakan sistem insulasi pada ruang yang

Dokumen terkait