• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ROEDHY POERWANTO).

Getah mangga apabila dibiarkan menempel pada permukaan kulit mangga dapat menyebabkan terjadinya luka bakar (sapburn) dan terjadinya kerusakan karena berbagai sebab (defect) seperti pencokelatan, timbulnya jamur, bintik hitam, busuk pangkal buah, busuk pada tubuh buah dan lainya. Pencucian buah mangga merupakan salah satu solusi untuk menghindari terjadinya kerusakan- kerusakan yang disebabkan oleh getah. Pencucian getah pada mangga dapat dilakukan dengan beberapa bahan pencuci dan waktu aplikasi pencucian. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 November hingga 13 Desember 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari bahan pencuci dan waktu pencucian yang lebih efektif yang dapat menghilangkan getah mangga dan dapat menghambat terjadinya luka bakar dan kerusakan karena beberapa sebab. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan 2 perlakuan yaitu campuran bahan pencuci dan waktu aplikasi pencucian. Bahan pencuci yang digunakan adalah KOH 1%, KOH 2%, KOH 1% + detergen 1%, detergen 1%, air biasa dan tanpa pencucian (kontrol) dengan waktu aplikasi pencucian yaitu 0 jam, 6 jam, dan 24 jam setelah panen. Pencucian mangga dilakukan dengan mencelupkan dan menggosok buah mangga pada bahan pencuci selama ±5 menit.

Dari hasil uji lanjut Dunn semua pencucian nyata lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Dari nilai rata-rata skoring pengamatan dan nilai peringkat kebersihan terhadap hilangnya getah dan cendawan yang menempel pada permukaan kulit buah dengan uji Kruskal wallis, pencucian dengan KOH 1% + detergen 1% atau detergen 1% merupakan pencucian yang lebih efektif dengan nilai skoring dan peringkat terendah. Selain dapat menghilangkan getah dan cendawan juga efektif menghambat terjadinya luka bakar (sapburn) hingga 11

HSP. Perlakuan KOH 1% efektif mengurangi terjadinya cendawan (black mildew) selama penyimpanan.

Terdapat interaksi antara perlakuan bahan pencuci dan waktu aplikasi pencucian terhadap hilangnya getah mangga, terjadinya luka bakar dan perubahan lainya. Pencucian mangga yang efektif adalah dengan menggunakan detergen 1% pada waktu pencucian segera setelah panen, menggunakan bahan pencuci KOH 1% pada waktu 6 jam setelah panen dan menggunakan KOH 1% + detergen 1% pada waktu pencucian 24 jam setelah panen.

Latar Belakang

Kebutuhan buah segar akhir-akhir ini terus meningkat sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap kesehatan. Mangga (Mangifera indica L.) merupakan komoditas yang sangat populer di mata masyarakat Indonesia. Mangga Indonesia juga memiliki peluang untuk mengisi pasar internasional, karena mangga Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri. Pada tahun 2006 hingga 2008 ekspor buah mangga Indonesia mengalami sedikit peningkatan. Pada tahun 2006 Indonesia mengekspor buah mangga 1 182 ton dan pada tahun 2008 ekspor buah mangga meningkat hingga mencapai 1 908 ton (Ditjen Hortikultura, 2008).

Ekspor mangga di Indonesia mengalami beberapa masalah, diantaranya adalah adanya lalat buah, masa simpan yang pendek, jaminan kualitas dan kuantitas, kontinyuitas, harga, transportasi, dan penanganan pascapanen, sehingga sulit menembus pasar ekspor ke Amerika Serikat, Jepang dan negara-negara Timur Tengah (BB-Pascapanen, 2007). Salah satu masalah dalam kualitas dan penerapan pascapanen adalah adanya getah yang menempel pada permukaan kulit buah mangga. Getah mangga dapat menyebabkan luka bakar (sapburn), merusak dan mempercepat pembusukan pada kulit mangga. Menurut Yuniarti dan Suhardjo (1994) buah yang terkena getah saat panen akan menyebabkan kulit buah secara fisik menjadi kotor. Buah yang dipotong pada tangkainya dan buah yang dipanen dengan galah bambu paling banyak terkena getah. Tingkat kerusakan tergantung dari lamanya waktu kontak getah dengan kulit buah. Pada penampakan umum secara utuh, buah menjadi terkesan kotor dan cacat. Pada buah yang matang, bekas getah pada kulit menyebabkan buah peka terhadap penyakit antraknosa.

Getah mangga mengandung komponen fenol yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit buah (Keil et al., 1980) dan getah mangga bersifat lengket karena mengandung asam dan minyak (Negi et al. 2002). Getah mangga dapat dipisahkan menjadi dua fraksi yang berbeda, yakni fraksi minyak dan fraksi protein polisakarida. Kerusakan buah karena getah terjadi saat fraksi minyak

kontak dengan kulit mangga dan masuk ke dalam kulit mangga melalui lentisel (Maqbool dan Malik, 2008). Daerah kulit yang rusak oleh getah dapat meningkatkan perkembangan cendawan atau bakteri karena kandungan karbohidratnya dan bila terkena air dapat menyebabkan serangan cendawan Fusarium moniliforme dan Penicilium Spp. yang menyebabkan buah mangga cepat membusuk (Negi et al., 2002).

Untuk menghilangkan getah mangga yang bersifat asam perlu diadakan penelitian supaya getah pada mangga bisa hilang dan bersih. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mencuci buah mangga menggunakan bahan yang bersifat basa pada saat mangga telah dipanen dan getah pada mangga belum kering. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian adalah Kalium Hidroksida (KOH) yang bersifat basa kuat. KOH merupakan senyawa kimia yang relatif murah dan mudah didapatkan.

Getah mangga yang mengandung minyak bersifat sangat menempel. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahan kimia surfaktan yang dapat mengikat minyak dan menurunkan tegangan permukaan. Bahan surfaktan tersebut diantaranya adalah detergen. Detergen merupakan salah satu bahan surfaktan yang mudah didapat dan juga relatif murah. Tingkat kerusakan kulit buah tergantung dari lamanya waktu kontak getah dengan kulit buah (Yuniarti dan Suhardjo, 1994). Untuk melihat hal tersebut perlu dilakukan penelitian kapan waktu aplikasi pencucian yang efektif dilakukan.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahan dan waktu pencucian yang efektif digunakan untuk menghilangkan getah mangga.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Diduga campuran bahan pencuci KOH 1%+ detergen 1% akan berpengaruh lebih baik terhadap hilangnya getah mangga dibandingkan dengan bahan pencuci KOH 1%, KOH 2%, detergen 1%, dan air saja.

2. Diduga waktu aplikasi pencucian segera setelah panen akan berpengaruh lebih baik terhadap hilangnya getah mangga dibandingkan 6 atau 24 jam setelah panen.

3. Terdapat interaksi kombinasi bahan dan waktu aplikasi pencucian tertentu yang berpengaruh terbaik terhadap hilangnya getah mangga.

Pascapanen Mangga

Manga (Mangifera indica, L) merupakan salah satu komoditas unggulan masyarakat Indonesia. Pada tahun 2006 hingga 2008 ekspor buah mangga Indonesia mengalami sedikit peningkatan dari 1 181.881 ton dan pada tahun 2006 menjadi 1 908.001 ton pada tahun 2008 (Ditjen Hortikultura, 2008). Dari hasil analisis Suparman (1983) menyatakan bahwa diantara subgenus Mangifera indica yang banyak dikonsumsi sehari-hari di Indonesia antara lain varietas Arumanis, Manalagi, Indramayu, Golek, Madu, Gedong dan Lalijiwa.

Beraneka rupa, rasa, dan nama daerah buah mangga dijumpai di seluruh Indonesia. Beragam bentuk morfologi buah mangga, ada yang bulat sampai membulat, lonjong dan variasi bobot buah mangga mulai dari 0.1-3 kg. Pengelompokan berdasarkan keseluruhan ciri morfologi (92 ciri) yang meliputi perawakan tanaman, bentuk batang, daun, bunga dan buah tidak menghasilkan pengelompokan yang tegas. Untuk kebutuhan praktis diperlukan satu sistem pengelompokan berdasarkan bentuk-bentuk yang dikenal oleh konsumen buah mangga, sehingga perlu dibuat sistem pengelompokan yang menggunakan ciri buah sebagai ciri diagnosis, tetapi tetap didukung dengan ciri morfologi lainya (Fitmawati, 2008)

Pengamatan terhadap 84 kultivar mangga koleksi KP Cukurgondong- Pasuruan Jawa Timur diperoleh 8 kelompok utama dan 17 kelompok kultivar mangga berdasarkan betuk buah, warna kulit buah muda, warna kulit buah masak, ukuran buah, warna daging buah masak, serat, bintik buah, lentak tangkai, pangkal buah, pucuk buah, lekuk ujung buah, paruh buah, pelok, kandungan air, aroma, kulit, dan daging buah (Tabel 1) ( Fitmawati, 2008).

Secara umum buah segar setelah dipanen masih mengalami proses biologis. Jaringan dan sel masih menunjukkan aktivitas metabolisme sehingga selalu mengalami perubahan-perubahan kimiawi dan biokimiawi (Eskin, et al.,1971).

Tabel 1. Ciri Diagnosis Kelompok Utama Kultivar Mangga

No Ciri Kelompok Utama Kultivar

Golek Arum manis Gedong Kebo Madu 1 Bentuk buah Oblong elongate Oblong- ovate Ovate- roundish Oblong-ovate Ovate 2 Warna kulit buah muda Hijau muda Hijau-hijau tua

Hijau Hijau Hijau-hijau tua

3 Warna kulit buah masak Hijau- jingga Kuning dipangkal- kuning jingga Kuning dipangkal- kuning jingga Kuning dipangkal- kuning jingga Kuning dipangkal-kuning jingga 4 Ukuran buah Panjang ≥ 16.7 cm Lebar >7.5 cm Bobot ≥ 500g Panjang ≥ 15 cm Lebar >5-7.4 cm Bobot ≥ 450 g Panjang ≤ 10 cm Lebar > 5.- 7.4 cm Bobot ≥ 250 g Panjang ≥ 11 cm Lebar > 5.-7.4 cm Bobot ≥ 250 g Panjang ≥ 11 cm Lebar > 5.-7.4 cm Bobot ≥ 250 g 5 Warna daging buah masak Kuning- jingga Kuning tua- jingga Kuning- jingga

Kuning-jingga Kuning muda- kuning 6 Serat Halus- sedikit Halus-sedikit Kasar- banyak Agak kasar sedikit Banyak-kasar 7 Bintik buah

Sedang Jarang Sedang Jarang Rapat

8 Letak tangkai

Tengah Tengah Tengah- miring ke depan Miring ke depan Tengah-miring ke depan 9 Pangkal buah

Runcing Miring Bulat Rata Rata

10 Pucuk buah

Runcing Runcing- membulat

Membulat Membulat Membulat

11 Lekuk ujung buah

Tidak ada Dangkal Tidak ada Tidak ada Tidak ada

12 Paruh buah Tidak ada Sedikit Tidak ada Tidak ada Tidak ada 13 Pelok Tipis-

sedang

Tipis Sedang Tipis Sedang

14 Kandungan air

Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang

15 Aroma Harum Harum Harum Harum Harum

16 Kulit Berlilin Berlilin Berlilin Berlilin Berlilin 17 Daging

buah

Tebal Tebal Sedang Tipis Tebal

Lakshminarayana (1980) menerangkan bahwa komposisi kimia buah mangga berbeda-beda menurut jenisnya. Secara umum komponennya adalah air, karbohidrat, lemak, pigmen, vitamin, asam-asam organik, protein, mineral dan polifenol yang menyebabkan flavor khas buah. Kandungan gula-gula sederhana yang banyak pada mangga adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa yang memberi rasa manis dan energi untuk metabolisme mangga. Asam organik yang dominan dalam mangga adalah sitrat, kemudian diikuti oleh tarterat, malat dan oksalat dalam jumlah lebih sedikit.

Selama penyimpanan komposisi kimia buah mangga akan mengalami perubahan. Hasil penelitian Inonu (1997) kandungan padatan terlarut total daging buah mangga yang diberi perlakuan poliamin meningkat sampai akhir penyimpanan (12 HSP), sedangkan kandungan PTT kontrol mencapai puncak pada saat 6 HSP dan setelah itu menurun pada 9 HSP. Begitu juga kandungan asam tertitrasi total buah cenderung menurun selama penyimpanan dan mencapai kadar terendah pada pengukuran hari ke-12.

Getah Mangga

Getah merupakan segala sesuatu yang bersifat cair dan kental yang keluar dari batang, daun atau buah yang terluka. Getah ini berupa cairan nutrisi dari pembuluh tapis, lateks, atau resin. Lateks dan resin merupakan cairan yang dihasilkan dari pembuluh khusus. Bagi tumbuhan fungsinya adalah sebagai alat pertahanan diri.

Getah pada mangga keluar setelah mangga dipanen dan keluar dari bagian pedisel (pangkal buah) menyebabkan browning (pencokelatan) dan kerusakan pada kulit buah yang biasa disebut sapburn injury (luka bakar). Walaupun kerusakan yang terjadi cukup dangkal, namun dapat mengurangi nilai keindahan dan kebersihan buah sehingga mengurangi pula nilai ekonomi buah mangga (O’Hare and Prasad, 1992; Robinson et al., 1993; Saby et al., 1999). Getah yang keluar juga akan membuat partikel tanah dan mikroorganisme menempel pada buah sehingga membuat buah menjadi kotor dan mempengaruhi daya simpan buah (Campbell, 1992).

Getah yang keluar dari sel epitel melalui pembuluh getah pada buah terdiri dari dua fraksi yaitu fraksi non air (minyak) dan fraksi air dengan perbandingan

yang berbeda pada setiap varietas tertentu. Fraksi non air getah mangga terdiri dari mono-terpenes viz, b-myrcene, trans-/cis-ocimene dan limonene merupakan komponen paling banyak yang terdapat pada fraksi ini. Komposisi dan konsentrasi senyawa terpenoid berbeda-beda pada setiap varietas (Saby et al.,1999). Saby, Bath, dan Rao (2002) menambahkan bahwa pada varietas mangga yang berasal dari India fraksi non air (minyak) sebagian besar terdiri dari mono terpenoid, sedangkan fraksi air terdiri dari protein (2.0–3.5 mg/ml), polyphenol oxidase (147–214 U/mg protein) dan peroxidase (401–561 U/mg).

Getah yang telah keluar biasanya meninggalkan bekas yang telah terpisah antara kedua fraksi tersebut. O’Hare dan Prasad (1992) menyatakan bahwa fraksi minyak dapat menimbulkan kerusakan pada kulit buah, sedangkan fraksi PPO (protein polisakarida) yang merupakan bagian dari fraksi air hanya meninggalkan bekas seperti lapisan kaca yang tidak menimbulkan kerusakan pada permukaan kulit. Menurut Robinson et al. (1993) ikatan palstida pada PPO terpisah dari substrat fenoliknya membatasi vakuola dengan membran sel. Menguapnya terpenoid pada fraksi minyak menyebabkan terpisahnya membran sel. Hal ini menyebabkan PPO bereaksi dengan substrat fenolik dan merangsang terjadinya pencokelatan karena reaksi enzimatik.

Saby et al. (1999) menyatakan bahwa 100 kg mangga dapat menghasilkan 100-250 ml getah, tergantung pada varietasnya. Jumlah getah yang dapat dihasilkan oleh suatu varietas buah mangga, khususnya jumlah getah yang mengalir pada kulit buah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat terjadinya luka bakar yang terjadi pada buah mangga. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi tingkat terjadinya luka bakar yang disebabkan getah (sapburn injury) adalah varietas, kondisi saat panen, faktor geografis, umur tanaman, musim saat panen dan kematangan buah. O’Hare (1994) menambahkan banyaknya fraksi minyak dan kerapatan lentisel pada buah juga mempengaruhi hal tersebut. Kultivar mangga yang berasal dari Thailand menghasilkan jumlah getah dan fraksi minyak yang lebih rendah dari pada kultivar Kensington dan memiliki potensi terjadinya sapburn injury yang lebih kecil. Pada kultivar mangga yang berasal dari Thailand, kultivar Tong Dum menghasilkan fraksi minyak yang lebih banyak dan hal ini sebanding dengan potensi terjadinya sapburn injury yang

lebih tinggi diantara yang lain. Kerapatan lentisel juga muncul sebagai faktor yang mempengaruhi efek sapburn injury. Kerusakan pada kulit hanya akan terjadi ketika getah yang mengalir masuk ke dalam lentisel.

Pencucian

Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan getah yang menempel pada permukaan kulit buah sehingga buah menjadi bersih, tampilannya menarik dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Pencucian dapat dilakukan dengan penyemprotan, perendaman dan pembilasan, penyekaan dengan kain basah, dan penyikatan (Broto, 2003).

Getah mangga secara alami memiliki sifat asam (John et al., 2003), minyak dan gula (O’Hare dan Prassad, 1991). Penemuan ini mendorong fakta bahwa efek yang merusak dari tingginya tingkat keasaman getah (pH = 4.3) pada kulit buah mangga dapat diatasi melalui manajemen atau penanganan pasca panen melalui pencelupan atau pencucian buah dengan cairan pencuci tertentu seperti senyawa yang bersifat basa. Senyawa ini akan menetralisasi keasaman getah sebelum getah memasuki lentisel kulit buah mangga. Pada penelitian sebelumnya telah dilakukan penelitian efektifitas senyawa bersifat basa [Ca(OH)2] dan larutan pencuci dengan merk komersil “Mango Wash”. Baik Ca(OH)2 maupun Mango Wash secara signifikan mampu mengurangi sapburn injury pada mangga kultivar Samar Bahisht Chaunsa jika dibandingkan dengan kontrol (tanpa pencucian). Sebagian besar peubah fisiokimia (kecuali perubahan warna kulit dan kandungan gula) secara signifikan dipengaruhi oleh perlakuan pencucian. Mango Wash sangat menekan perubahan warna kulit buah. Senyawa basa memberikan efek yang menarik pada penampakan buah, namun warna kulit tidak secara signifikan dapat ditingkatkan apabila dibandingkan dengan kontrol (Amin et al., 2008). Pada penelitian ini dilakukan percobaan mengenai efektifitas senyawa basa lain yaitu KOH dan detergen dan waktu pencucian getah setelah panen untuk menghilangkan getah mangga.

KOH

Kalium hidroksida teknis padat adalah bahan kimia berbentuk padatan putih, yang bagian terbesar terdiri dari KOH dan digunakan untuk industri

(Sutrisno, 2010). Secara historis KOH dibuat dengan merebus larutan kalium karbonat (potas) dengan kalsium hidroksida (kapur mati), menyebabkan reaksi metatesis yang menyebabkan kalsium karbonat untuk mengendapkan, meninggalkan hidroksida kalium dalam larutan:

Ca(OH)2 + K2CO3 → CaCO3 + 2KOH

Bentuk gas hidrogen sebagai produk pada katoda bersamaan sebuah oksidasi anodik ion klorida berlangsung, membentuk gas klor sebagai sebuah produk sampingan. Pemisahan ruang anodik dan katodik di sel elektrolisis sangat penting untuk proses ini.

KOH + RCO2R'→ RCO2K + R'OH

Bila R adalah rantai panjang, produk ini disebut sabun kalium. KOH bereaksi bila disentuh lemak di kulit dengan cepat dikonversi ke sabun dan gliserol. Lelehan KOH digunakan untuk menggantikan halida dan meninggalkan kelompok lainnya. Reaksi ini sangat berguna untuk reagen aromatik untuk memberikan fenol yang sesuai (Sutrisno, 2010).

Detergen

Detergen merupakan zat yang ditambahkan kedalam air untuk meningkatkan daya pembersihnya. Detergen juga dapat diartikan sebagai senyawa yang menyebabkan zat non polar dapat larut dalam air (Daintith, 1994). Daya detergensi adalah kemampuan surfaktan mengingkat minyak dan mengangkat kotoran pada permukaan kain (Holmberg et al., 2003).

Faktor-faktor yang mempengaruhi daya detergensi adalah komposisi pengotor secara kimia dan fisik, temperatur pada saat proses pencucian, durasi setiap tahap pencucian, jenis dan proses mekanisasi yang digunakan, jumlah pengotor yang terdapat dalam sistem, serta jenis dan jumlah detergen yang digunakan. Daya detergensi juga dipengaruhi oleh tingkat kesadahan air. Semakin tinggi tingkat kesadahan air, maka daya detergensi akan semakin menurun (Lynn, 1993).

Surfaktan adalah senyawa pengaktif permukaan yang dapat diproduksi dari reaksi kimia atau biokimia. Ciri utama surfaktan adalah memiliki molekul ampifilik (konfigurassi kepala ekor), yang berarti memiliki gugus polar dan nonpolar pada molekul yang sama, yang berperan penting dalam berbagai aplikasi

diindustri. Dietanolamida yang disintesa dari minyak kelapa adalah surfaktan non ionic yang digunakan secara luas didalam produk pembersih. Surfaktan ini mampu menurunkan tegangan permukaan dari 18.02 hingga 55.73% (Nurminah, 2005).

Waktu Panen dan Pencucian Buah Mangga

Hasil penelitian Amin et al. (2008) menyatakan bahwa waktu pemanenan buah mangga cv. Samar Bahisht Chaunsa juga mempengaruhi tingkat kerusakan buah karena getah (sapburn injury). Sapburn injury minimal terjadi pada buah yang dipanen dan dicuci pada pagi hari. Hal yang sama disampaikan oleh Maqbool et al. (2007) yang menyimpulkan bahwa tingkat sapburn injury secara signifikan berkurang pada pagi hari karena kemampuan getah untuk merusak kulit akan meningkat seiring dengan waktu keluarnya getah pada buah. Hal ini disebabkan oleh menurunnya kadar air dan peningkatan kekentalan getah dapat meningkatkan kadar minyak (terpenoid) dengan meningkatnya suhu udara. Menurut Amin et al. (2008) meningkatnya temperatur secara langsung akan meningkatkan transpirasi dan kehilangan air pada buah sehingga menurunkan jumlah getah dan meningkatkan kekentalannya. Dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi suhu udara maka akan semakin tinggi pula potensial terjadinya supburn injury. Dengan dasar tersebut maka tingkat sapburn injury semakin rendah pada berbagai waktu panen dan aplikasi pencucian pada tengah hari, sore, malam dan pagi hari. Hal ini berdasarkan tingkat kekentalan dan meningkatnya kadar minyak pada getah.

Lamanya getah menempel pada kulit buah juga diduga mempengaruhi tingkat sapburn injury. Oleh karena itu diperlukan pula penelitian mengenai pengaruh waktu pencucian getah setelah panen terhadap hilangnya getah dan tingkat sapburn injury pada buah mangga.

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Jatibarang, Indramayu dan Laboratorium Pascapanen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 November - 13 Desember 2010.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah mangga kultivar gedong, kalium hidroksida (KOH), dan detergen. Alat yang digunakan adalah saputangan sebagai alat penggosok, buret, kamera, refraktometer, penetrometer, dan ember.

Metode Penilitan

Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) faktorial dengan 2 perlakuan. Perlakuan pertama adalah bahan pencuci terdiri dari 5 taraf, yaitu pencucian dengan KOH 1% (P1), pencucian dengan KOH 2% (P2), pencucian dengan KOH 1% + detergen 1% (P3), pencucian dengan detergen 1% (P4), pencucian dengan menggunakan air (P5) dan tanpa pencucian/kontrol (K). Perlakuan kedua adalah waktu aplikasi pencucian terdiri dari 3 taraf yaitu pencucian 0 jam setelah panen (T1), 6 jam setelah panen (T2), dan 24 jam setelah panen (T3). Total kombinasi perlakuan adalah 15 kombinasi ditambah dengan 1 kontrol sehingga terdapat 16 kombinasi, masing-masing perlakuan terdiri dari 3 ulangan sehingga terdapat 48 satuan percobaan dengan setiap satuan percobaan terdiri dari 2 mangga, sehingga dibutuhkan buah mangga sebanyak 96 buah. Model rancangan untuk data parametrik adalah :

Yijk = µ + Ki +€k+ Pj + (KP)ij + εijk

Keterangan :

Yijk : Nilai peubah yang diamati µ : Nilai rata-rata umum

Ki : Pengaruh kombinasi campuran bahan pencuci ke-I Pj : Pengaruh waktu aplikasi pencucian ke-j

(KP)ij : Pengaruh interaksi kombinasi campuran bahan pencuci ke-i dan waktu aplikasi pencucian ke-j.

Εijk : Pengaruh galat karena pengaruh perlakuan kombinasi campuran bahan

pencuci ke-I dengan aplikasi/cara pencucian ke-j pada ulangan ke-k. Data yang diperoleh diuji dengan sidik ragam dan apabila menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan pengujian Duncan pada taraf 5 %. Data non-parametrik di uji menggunakan uji peringkat Kruskal Wallis dan apabila menunjukkan pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Dunn 5%.

Pelaksanaan Penelitian Pemanenan

Mangga dipanen di kebun petani di Kecamatan Jatibarang, Indramayu. Model pemanenan dilakukan seperti biasa yang diterapkan petani yaitu pemetikan dengan kait/ galah dengan membiarkan getah mengalir di bagian kulit buah. Setelah mangga dipetik dilakukan sortasi pada tingkat kematangan, keseragaman kondisi getah, dan tingkat serangan hama penyakit pada buah. Buah yang terkena lalat buah atau dimakan burung dan mangga yang sudah terlalu matang tidak digunakan dalam penelitian ini. Mangga yang masih mempunyai tangkai dipotong tangkainya agar getahnya keluar, dan mangga yang tidak terkena getah tidak digunakan agar buah mangga yang dilakukan pengamatan seragam. Pada saat di lapang untuk mendapatkan mangga dengan kualitas yang baik cukup sulit, karena sebagian besar mangga terkena serangan cendawan dan menyebabkan warna kulit pada buah mangga menjadi belang apabila cendawan yang menempel dihilangkan, hal ini diduga karena perubahan iklim pada saat musim mangga berlangsung dan kondisi curah hujan yang tinggi.

Dokumen terkait