• Tidak ada hasil yang ditemukan

Roh Keluar Badan

Dalam dokumen Dunia Mata Ketiga - TBSN (Halaman 77-80)

Sewaktu saya masih di Taiwan, suatu kali saya menerima undangan seorang biksu untuk datang mengunjunginya. Setelah saya tiba di vihara nya, seorang biksu cilik mengantar saya ke kamar si tuan rumah. Saya perhatikan di dalam kamar itu ada gambar Sidharta Gautama sedang naik kuda putih, juga ada gambar mustika hitam dari orang ternama bernama tuan Chang-Ta. Kamar itu sederhana, hanya ada 1 ranjang, 1 meja tulis, 1 rak buku, 1 tempat duduk meditasi, kursi tamu, dan 1 meja. Saya dipersilahkan duduk di kursi tamu, sementara si biksu tuan rumah duduk di tempat duduk meditasi.

"Tuan Sheng-Yen, saya telah membaca buku buku anda." "Apakah Bante mempunyai petunjuk untuk saya?"

"Terus terang, saya mengundang anda kesini justru untuk merundingkan hal ini," kata si biksu.

"Silahkan bante utarakan."

"Apa yang anda tulis, saya tidak percaya. Harap anda jangan lagi menulis hal hal seperti itu," kata si biksu tanpa tedeng aling-aling. Saya pun terkejut mendengarnya.

"Anda katakan bahwa roh anda bisa keluar dan terbang ke alam Sukhawati untuk mendengarkan Dharma disana. Hal ini saya tidak percaya. Saya telah menjadi biksu semenjak kecil dan sekarang saya sudah berusia 77 tahun.

Saya sudah bermeditasi semenjak kecil, namun sekarang pun saya baru bisa mencapai Istana Langit tingkat ke 4, belum bisa pergi ke Istana Langit tingkat 5, apalagi ke negri Budha. Sedangkan anda, yang masih begitu muda belia, mengatakan bahwa anda bisa pergi ke negri Budha. Bukankah anda sedang berbohong?"

"Bante, saya..."

"Hei, anak muda, bicara harus benar. Jangan mengejar ketenaran nama. Jangan berdusta. Saya kuatir kau melanggar Pancasila Budhisme dan masuk ke neraka."

"Jadi, bante mengundang saya kesini untuk menolong saya?" "Benar. Saya pun bersedia membimbingmu."

Saya terus mendengarkan ucapan si biksu. Perasaan saya sulit dikatakan dengan kata kata. Saya memang maklum bahwa buku buku saya sangat mengagetkan dunia, tapi apa yang saya tulis selalu saya upayakan semaksimalnya untuk menampilkan bukti dan saksi. Bila orang tetap salah paham dan tidak percaya, saya mau bicara apa lagi. Sungguh sulit menolong umat manusia!

Biksu itu melihat saya berdiam diri berkata lagi, "Apa anda percaya bahwa saya bisa pergi ke Istana Langit tingkat 4?"

"Saya percaya," jawab saya karena saya memang melihat sinar merah di kepala si biksu.

"Saya akan buktikan kepada anda dengan mengambil sebuah barang dari Istana Langit tingkat 4."

"Silahkan bante lanjutkan."

Saya kemudian mengambil pen dan membuat sebuah goresan halus di tanah. Si biksu mulai bermeditasi. Dari atas kepala nya, saya melihat sinar merah keluar. Roh nya perlahan-lahan naik ke atas. Sampai di sebuah tempat, tampak di hadapan mata si biksu, ada sebuah sungai hitam yang menghalanginya sehingga membuat ia menjadi ragu-ragu.

Ia telah sering bepergian secara roh melewati tempat tersebut dan tidak menemukan adanya sungai hitam ini. Mengapa sekarang bisa ada disini? Tapi, ilmu nya ternyata tidak rendah. Ia menggunakan tongkatnya sebagai jembatan untuk menyeberangi sungai hitam itu. Akhirnya, ia tiba di Istana Langit tingkat 4.

Disana, ia bertemu dengan Raja Langit Ta-Fan. Sewaktu ia santai berjalan-jalan, ia melihat di meja ada sebuah batu giok. Setelah mengambilnya, ia meninggalkan istana tersebut, menyeberangi kembali sungai hitam, dan akhirnya kembali ke tubuh fisiknya di dunia manusia. Perjalanan roh nya pulang pergi badan ini hanya memakan waktu 14 menit.

"Tuan Sheng-yen, saya telah mengambil batu giok ini di Istana Langit tingkat 4." Dengan tertawa, si biksu membuka gumpalan tangannya. Tapi ketawanya segera lenyap karena ternyata yang ada di tangan nya adalah sebuah pulpen.

"Pulpen siapa ini?"

"Pulpen saya, bante. Ada tulisan "Lu Sheng Yen" tertera di pulpen itu. Perhatikanlah."

"Sungai hitam itu?"

Saya langsung menunjuk garis halus yang saya goreskan di tanah. Suasana menjadi hening beberapa saat. Si biksu tidak berbicara lama sekali.

"Rupanya anda benar benar mempunyai kemampuan. Saya telah salah paham. Tadinya, saya berpikir, mana mungkin ia bisa, mana mungkin ia bisa. Tadinya, saya tidak tahu, sekarang saya sudah tahu. Ketahuilah latar belakang alasan saya mengundang anda datang kesini.

Beberapa biksu telah datang menemui saya untuk meminta saya menjadi juru bicara dalam meminta anda supaya berhenti menulis buku buku anda. Sekarang saya telah tahu dan percaya akan kemampuan anda. Masalahnya sekarang, apakah mereka akan percaya?"

Saya baru paham. Rupanya buku buku saya telah membuat kehebohan besar sehingga membuat beberapa biksu merasa tidak enak dan datang meminta seorang biksu terhormat untuk keluar muka menjadi juru bicara, meminta saya menulis tentang berbagai kisah kisah dunia roh yang saya alami.

Kejadian diatas sudah lama saya simpan sendiri saja. Tapi, sewaktu saya ingin menulis tentang hal "roh keluar badan", saya jadi teringat akan kejadian diatas. Ada 3 alasan mengapa saya putuskan untuk akhirnya membeberkan kejadian itu:

Pertama, si biksu tua itu telah meninggal dunia. Kedua, kesalahpahaman terhadap saya telah mulai mereda. Kalangan agama di Taiwan saat ini sudah tidak lagi sekeras dan salah paham seperti dulu. Ketiga, saya pun sudah meninggalkan Taiwan dan pindah ke Amerika Serikat.

Mengenai hal "roh keluar badan", di tahap awal, roh cuma bisa berjalan-jalan di dalam badan.

Di tahap lanjutan, roh sudah bisa keluar lewat pintu atas (ubun ubun kepala), berputar-putar disana, namun belum bisa pergi jauh. Pengalaman nya masih seperti setengah berkhayal.

Di tahap akhir, sewaktu telah membuktikan bahwa 10 alam dharma adalah ilusi belaka, bahwa diri sendiri pun adalah ilusi belaka, barulah "pintu atas" terbuka penuh. Ini sungguh sulit diuraikan dengan kata kata.

Saat itu, Dharma sebagai perahu pun telah ditinggalkan. Hanya orang berbakat besar yang dapat mencapai tingkat akhir ini. Apa yang saya sampaikan merupakan "ucapan rahasia" (rahasia besar). Itu sebabnya orang orang awam bisa salah paham karena mereka terbiasa melihat yang palsu sebagai yang asli.

Lewat kejadian yang saya tuliskan diatas, semoga para pembaca menjadi paham tentang bagaimana keadaan sewaktu roh keluar dari badan.

Dalam dokumen Dunia Mata Ketiga - TBSN (Halaman 77-80)

Dokumen terkait