• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tempat pemandian atau kolam yang minp dengan pemandian Turki (mandi panas-bilas-mandi spaberenang di air dingin) dan digunakan juga sebagai tempat perkumpulan anggota klub (Social Centre). Salah satu pemandian yang tekenal pada waktu itu adalah

Bath of Caracalla rnenggunakan kontruksi lengkung atau kubah dan beton untuk mencapai gugusan ruang yang kompleks, program fungsional rumit karena banyaknya ruang yang diperlukan.

Gambar 2.6: Spalato Sumber: en.wikipedia.com 6. Spalato ( Palace of Diocletian )

Rumah tmggal para pemimpin yang me.nampilkan karakter simetris dan bernuansa muter kekaisaran, makna yang ditampilkan menunjukkan peran kaisar sebagai Cosmocreator (kekuatan yang menguasai dunia).

Bangunan ini dapat

dikelompokkan dalam jenis villa dan istana.

7. Forum

Merupakan unit spatial yang terbuka, umumnya berbentuk empat persegi panjang yang direncanakan untuk kenyamanan dan menikmati urutan persepsi visual dan vista. Elemen-elemen bangunan terdiri dan portico yang berfungsi sebagai pemersatu heterogenitas, pengatur koinposisi aksial, penyatuan urutan ruang dalam dan ruang luar (transition space). Salah satu contoh tipikal forum masa awal pemerintahan republik adalah Forum Romanium.

8. Villa ( Roman Country House)

Rumah berbentuk atrium (ruang yang terpusat dan pada bagian atasnya terbuka). Merupakan sintesa dari fungsi privat dan fungsi publik. Bagian tengah bangunan ini ditembus oleh poros longitudinal yang bergerak dan entrance ke kebun. Contoh villa yang terkenal pada waktu itu adalah Villa Hadrian. Sedangkan apartemen atau insulae merupakan bangunan yang bertingkat lima dengan toilet pada tingkat satu dan WC atau KM di tempat pemandian umum.

Gambar 3.1: Peta daerah Byzantine Sumber: en.wikipedia.com C. Byzantine

Kekuasaan Byzantine berpusat di Constantinople (Istanbul-Turki) merupakan Kekuasaan dibawah Roma di Eropa hingga ke Timur atau sering disebut Roma kedua, yang menguasai jalur perdagangan laut yang menghubungkan benua Eropa dan Afrika hingga ke Asia, merupakan wilayah otonom dengan perdaban menuju millenium dibandingkan

kekaisaran Roma sendiri. Daerah ini merupakan perpanjangan Roma di bagian timur, atau sering disebut kerajaan Roma timur.

Wilayah yang sekarang masuk dalam negara Itali sekarang di mana kekuasaan Romawi berasal dan berkembang berupa semenanjung, menjorok ke selatan-timur di Laut Mediterania. Keadaan geografis tersebut bertolak belakang dengan Yunani, yang berupa kepulauan dan sebagian besar wilayah daratannya berupa pantai, dari Laut Aegean. Roma sebagai pusat kekuasaan dan kebudayaan Romawi, berada di bagian selatan-tengah semenanjung, tidak jauh dari pantai laut Mediterania. Budaya Romawi berkembang melalui kekuasaan didapat dari penaklukan,

berbeda dengan penyebaran budaya Yunani yang melalui kolonisasi. Budaya Romawi termasuk arsitektur berkembang dari kekuasan perebutan kekuasaan dan penaklukan tidak hanya berkembang di wilayah Itali, namun hingga sebagian besar Eropa, Afrika Utara dan Asia Barat.

Byzantine merupakan salah satu koloni Yunani sejak tahun 600 SM dan dijadikan pusat pemerintahan Kekaisaran Romawi pada tahun 330. Selama jaman pertengahan (middle ages), kota ini menjadi benteng pertahanan orang-orang Kristen dari serangan bangsa Barbar dari Barat. Honorius, imperior pertama dari Barat setelah wilayah dan pemerintahan Kekaisaran Roma dibagi menjadi dua, memindahkan kediaman dan pusat pemerintahan Kekaisaran Barat di Ravenna, sebuah kota di pantai Mediterania bagian timur-utara dari Italia. Sedangkan Konstantinopel tetap menjadi pusat pemerintahan Kekaisaran Timur. Pengaruh Byzantine menjadi dominan dalam arsitektur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebudayaan Byzantine antara lain:

 Pengaruh kebudayaan Romawi.  Pengaruh agama Kristen.

 Beberapa pengaruh kebudayaan yang berasal dari Timur.

Kota Ravenna dan Konstantinopel menjadi poros pemerintahan Byzantine dan pusat perkembangan budaya serta arsitektur. Kekaisaran Byzantine berlangsung lebih dari 1000 tahun, mulai abad ke-4 M sampai tahun 1453. Selama berdirinya, merupakan satu kekuatan penting di bidang ekonomi, budaya dan militer di Eropa. (Febrianita, dkk, 2014).

Gambar 3.2: Penggunaan atap kubah sebagai simbol kekuasan Yang Maha Esa

Sumber: en.wikipedia.com a. Karakteristik Arsitektur Byzantine

Penggunaan sistem kubah untuk konstruksi atap bertolak belakang dengan gaya Kristiani kuno berupa penopang-penopang kayu dan juga gaya lengkung batu Romawi. Cita-cita arsitektur Byzantine adalah mengkonstruksi atap gereja dengan atap kubah, karena kubah dianggap simbol dari kekuasaan yang Maha Esa.

Sistem konstruksi beton dari Romawi dikembangkan dengan pesat. Kubah yang merupakan ciri dari daerah timur, menjadi model atap Byzantine yang merupakan penggabungan dari Konstruksi kubah dan sudut model Yunani dan Romawi. Karena dominan bentuk dari seluruh bangunan menggunakan bentuk lingkaran dan lengkung dengan bentang lebih lebar.

Type-type kubah yang diletakkan diatas denah segi-4 dilengkapi dengan jendela kecil-kecil diatas, disebut Pendetive, dimana pada masa Romawi kubahnya hanya menutup bentuk denah melingkar atau polygonal. Sedangkan bahan pendetive tersebut dipakai bahan bata atau batu apung yang disebut Purnise. Kubah dibuat tanpa menggunakan penunjang sementara (bekisting). Kubah bola utama tersebut

Gambar 3.3: Struktur Pendetive Sumber: en.wikipedia.com

melambangkan Surga menurut ajarannya, sedangkan kubah-kubah sudut atau disebut Squinch untuk menggambarkan ajarannya dalam bentuk mosaik antara Bema atau bilik suci dengan Naos atau ruang induk atau nave, dipisahkan oleh Iconostatis atau penyekat, sebagai screen of picture “tirai”. Bentuk Eksterior, kadang tidak berhubungan/ tidak ada kesatuan dengan bentuk interiornya. (Febrianita, dkk, 2014).

b. Pengaruh Arsitektur Byzantine Dengan Romawi Gaya bangunan dan style Byzantine pertama kali mengikuti arsitektur Romawi, Mosaik dengan karakter ukiran/pahatan dekorasi dan ornamen, atap lengkung, Kubah besar (dengan material batu dan beton), material batu/batu bata. Namun kemudian Arsitektur Byzantine membawa pengaruh terhadap Eropa dan Asia dan juga Masa Renaissance dan Dinasti Ottoman setelahnya.

Bangunan Bergaya Arsitektur Byzantine memiliki bentuk geometri yang komplek, dengan material batu sebagai material utama dan bata dan plester sebagai material tambahan, unsur dekorasi menjadi penting dan elemen utama dalam bangunan publik, seperti Gereja. Byzantine adalah perwujudan dari konsep atap lengkung dan kubah yang menggantikan rangka atap kayu. Sistem konstruksi perletakan batu bata, yang diperkenalkan oleh bangsa Romawi berkembang menjadi

semacam pembuatan dinding bata secara umum, dan hal ini diadopsi untuk membentuk arsitektur Byzantine.

Rangka dinding batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantine. Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma.

Karakter dekoratif permukaan luar sangat tergantung pada penyusunan batu bata, yang tidak selalu dipasang secara horisontal, tapi juga terkadang dipasang miring, terkadang juga dalam bentuk berliku-liku, berkelok-kelok, berbentuk chevron atau pola tulang ikan Herring dan banyak macam desain sejenisnya lainnya, memberikan variasi pada fasade. (Febrianita, dkk, 2014).

c. Hagia Sophia

Terletak di Istanbul, Turki. Dibangun pada masa kaisar pertama Constantin dan diperbaiki kembali setelah terbakar dan hancur oleh Kaisar Yustinianus pada tahun 517 AD. Bangunan ini merupakan masterpiece dari masa Byzantium, terbesar dan tertinggi diantara gereja lain di Konstantinopel. Gereja ini menjadi pusat pemerintahan dunia Kristen Orthodoks.

Gambar 3.5: Ruang dalam Hagia Shopia Sumber: en.wikipedia.com Berkali-kali bangunan Hagia Sophia mengalami perbaikan dan renovasi, kebanyakan disebabkan oleh gempa bumi, ketidakstabilan struktur, dan kerusakan akibat perang. Sampai pada masa Pemerintahan Kaisar Justinianus (527-565), Hagia Sophia menjadi lebih besar dan megah, namun tidak mengubah konsep awal dari arsitektur Byzantine pada denah dan tampilan bangunannya. (Febrianita, dkk, 2014).

1) Fungsi

Hagia Sophia yang mengalami perubahan dari gereja ke masjid selama hampir lima abad, sekarang akhirnya berfungsi sebagai museum. Pencetus fungsi museum ini oleh penguasa Turki yang Muslim nasionalis, Mustafa Kemal Atatürk. Pada 1923,

Gambar 3.4: Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3.6, Kolom struktural utama.

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3. 7, Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com museum Hagia Sophia diawasi oleh pemerintah sebagai cagar budaya peninggalan masa lalu. Ini adalah satu-satunya tempat di dunia ini dimana kita bisa melihat simbol-simbol agama Kristen dan Islam berdampingan pada satu tempat. (Febrianita, dkk, 2014).

2) Bentuk

Denah utama Hagia Sophia adalah ruang tengah berbentuk bujur sangkar yang berukuran 32,6 x 32,6 m2. Di sudut-sudutnya terdapat kolom struktural yang sangat masif dan besar. Kolom ini menyangga pelengkung setengah lingkaran yang menyangga kubah utama.

Lebar gereja mencapai 305 meter dan tinggi ± 548 meter, bentuk dasar bangunan segi empat dengan luas 18.000 M2, dengan sekeliling dinding yang dihias mosaic warna warni serta cemerlang keemasan. Arsitek (pada zaman Yustinianus) adalah Isodorus dari Miletus dan Anthemius dari Tralles. Bangunan ini pada tahun 1453 M, diduduki oleh bangsa Turki dan diubah menjadi Masjid, dengan mnghilangkan bagian-bagian yang berhias gambar makhluk hidup.

Gaya arsitektur fasade Hagia Sophia dipengaruhi oleh kebudayaan Byzantine (abad ke-6) yang ada sebelum Konstantinopel berdiri. Gaya Byzantine didasari oleh karya

Gambar 3.10, Perbedaan kubah Pendetive dengan kubah pada

umumnya. Sumber: en.wikipedia.com bangunan Kristen awal yang menempatkan area pembaptisan dan kapel makam sebagai area yang terpusat. Sehingga ruang-ruang atau relung yang mendampingi ruang-ruang utama berformasi radial dengan pusatnya yaitu makam atau meja altar di tengah. Karena formasinya yang terpusat, denahnya pun tidak lepas dari bentuk-bentuk simetris seperti bujur sangkar atau segi delapan/segi banyak dengan ukuran sisi-sisinya yang sama, bahkan berbentuk lingkaran.

Kubah merupakan ciri khas arsitektur Byzantine, yang kemudian ditopang dengan struktur pendentive. Pendentive adalah struktur yang menopang kubah, berbentuk A terbalik dengan kolom dibawahnya. (Febrianita, dkk, 2014).

Gambar 3.9, Fasade Hagia Sophia Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3.11, Skema Pembebanan Bearing Wall.

Sumber: en.wikipedia.com

Gambar 3.12, Material Lantai. Sumber: commons.wikipedia.com 3) Sistem Strukur Dan Kontruksi

Pada bangunan Hagia Sophia sistem struktur yang digunakan adalah Dinding Pemikul (Bearing Wall). Pada dinding, penggunanaan batu bata terlebih dahulu diselesaikan dan dibiarkan mapan sebelum lapisan permukaan interior dan lantai marmer dipasang, bagian komponen bangunan yang berdiri sendiri ini menjadi karakterisik dari konstruksi Byzantium.

Penggunaan batu bata yang sama dengan bata Romawi, sekitar 15 inchi tebalnya, dan diletakkan pada lapisan tebal mortar. Mortar sebagai perekat antara batu bata berupa campuran antara kapur dan pasir, dengan pecahan tanah liat, keramik atau bata, yang hasilnya sama kerasnya dengan bangunan terbaik di Roma. (Febrianita, dkk, 2014).

Dalam dokumen SEJARAH PERKEMBANGAN ARSITEKTUR KLASIK pdf (Halaman 27-37)

Dokumen terkait