• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini hanya difokuskan pada aspek (teknologi) produksi di tingkat petani dengan pendekatan fungsi produksi frontier, dengan bentuk fungsi translog untuk menganalisis faktor-faktor penentu produksi dan efisiensi teknis pada dua zona agroklimat dan dua ukuran usahatani jeruk keprok SoE di daerah lahan kering. Aspek lain di luar produksi, seperti teknologi panen, pascapanen, pemasaran dan kebijakan-kebijakan terkait dengan manajemen produksi dielaborasi dengan mewawancarai informan kunci untuk memperoleh informasi yang mendukung hasil dan pembahasan hasil penelitian keragaan usahatani dan efisiensi teknis produksi jeruk keprok SoE ini.

Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini tidak menganalisis nilai ekonomi dari diversifikasi tanaman. Dalam kenyataannya, rumahtangga petani di daerah penelitian mengusahakan berbabai jenis tanaman di kebun mereka, dalam rangka ketahanan pangan (self insurance mechanism).

27

2. Idealnya, analisis efisiensi produksi meliputi efisiensi teknis, alokatif dan ekonomis. Namun, analisis efisiensi alokatif dan ekonomis dari produksi jeruk keprok SoE tidak dilakukan di dalam penelitian ini dengan alasan-alasan sebagai berikut:

a. Alasan pada tataran empiris

Permasalahan utama usahatani jeruk keprok SoE adalah rendahnya produksi dan produktivitas sebagai akibat adanya persoalan-persoalan yang terkait erat dengan teknologi budidayanya. Dengan kata lain, petani jeruk belum mampu memproduksi jeruk keprok SoE yang tinggi dengan input-input yang digunakannya. Petani belum menerapkan teknologi budidaya yang sesuai dengan petunjuk teknis. Usahatani jeruk kerpok SoE daerah lahan kering di Provinsi Nusa Tenggara Timur masih merupakan usahatani tradisional dengan kharakteristik seperti ukuran usahatani kecil dengan sistem penanaman campuran pada pekarangan rumah petani, umur tanaman beragam, tanpa teknologi konservasi lahan yang mampu meningkatkan kesuburan tanah, penggunaan bibit yang tidak berlabel, tanpa pupuk dan pestisida kimia yang dapat meningkatkan produktivitas yang tinggi, infrstrauktur yang kurang memadai (terutama untuk perbenihan, pengairan dan jalan usahatani), minimnya perawatan kebun, teknologi panen dan pascapanen yang kurang memadai serta motivasi petani yang kurang kuat.

Dengan demikian, prioritas pemecahan permasalahan penelitian lebih ditujukan pada usaha-usaha peningkatan produktivitas dari penggunaan input-input usahatani jeruk yang ada. Pada tataran ini, analisis

efisiensi alokatif (efisiensi biaya atau efisiensi harga) yang menekankan penggunaan input pada proporsi yang optimal pada harga dan teknologi yang ada atau pada kondisi biaya input minimum belum merupakan hal yang diutamakan sepanjang produktivitas usahatani jeruk masih rendah (secara teknis belum efisien).

b. Alasan pada tataran metodologis

Persoalan pada tataran ini adalah ketersedian data harga-harga input dan alat analisis data yang belum tersedia. Di dalam melakukan analisis efisiensi biaya beberapa hal yang diperlukan adalah seperti berikut ini:

i. Membutuhkan bentuk fungsi khusus seperti fungsi Cobb-Douglas karena memiliki self-dual (dualitas terhadap dirinya) sehingga secara eksplisit dapat diturunkan. Sedangkan fungsi yang lebih fleksibel seperti fungsi translog tidak dapat digunakan untuk mengestimasi fungsi biaya karena tidak dapat digunakan untuk menurunkan fungsi permintaan inputnya. Efisiensi Ekonomi dapat didekomposisikan ke dalam komponen teknis dan alokatif jika fungsi produksi yang diaplikasikan untuk mengestimasi fungsi biaya itu dapat secara eksplisit diturunkan (hal ini dapat dilakukan jika bentuk fungsi Cobb-Douglas digunakan karena fungsi ini memiliki dualitas terhadap dirinya sendiri (self-dual), dibandingkan dengan fungsi yang fleksibel seperti fungsi translog) (Schmidt dan Lovell, 1979).

ii. Membutuhkan ketersediaan data harga-harga input dan output. Data harga-harga tersebut harus bervariasi antar usahatani. Yang menjadi

29

permasalahannya adalah bahwa data harga di tingkat petani tidak tersedia dan berlaku sama untuk semua usahatani.

iii. Perhitungannya tidak secara otomatis dilakukan oleh beberapa program komputer terutama FRONTIER dan LIMDEP.

iv. Permasalahan utama dengan sistem persamaan simultan untuk estimasi forntier biaya adalah berkaitan dengan pemilihan cara yang sesuai untuk merepresentasikan hubungan antara inefisiensi alokatif (ui) di dalam kesalahan pengganggu dari persamaan permintaan input dan error term dari inefisiensi alokatif yang muncul di dalam frontier biaya. Masalah ini sampai kini belum teratasi (Coelli et al., 1998). 3. Karena ketidak-tersediaan data seri waktu (time series data), maka

penelitian ini tidak dapat memperhitungkan perubahan teknologi antar waktu yang merupakan faktor penting di dalam analisis produktivitas tanaman tahunan. Periode analisis dalam penelitian ini adalah short run dan hanya pada musim produksi tahun 2009/2010. Dengan ketersediaan data seri waktu, maka perubahan teknologi dan efisiensi teknis beserta determinan-determinanya antar waktu dapat diketahui dengan jelas.

4. Tidak semua koefisien estimasi dari model efisiensi dan inefisiensi teknis di dalam penelitian memiliki tanda sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa hasil estimasi juga tidak konsisten dengan harapan sebelumnya. Masalah ini diduga berasal dari data survei yang digunakan. Akurasi data hasil wawancara dengan petani responden yang digunakan di dalam penelitian ini memiliki kelemahan sejak data yang diperoleh bersumber dari kemampuan responden untuk mengingat informasi beberapa waktu (tahun-tahun) yang

telah berlalu. Para petani responden tidak memiliki catatan usahatani tentang penggunaan input produksi mereka. Permasalahan akurasi data juga mungkin berasal dari kemampuan responden di dalam memahami pertanyaan-pertanyaan kuesioner penelitian.

5. Keterbatasan lainnya adalah jumlah sampel yang terbatas. Hal ini dapat saja mempengaruhi gangguan-gangguan yang berkaitan dengan statisik (statistical error), terutama di dalam hal pengujian hipotesis.

6. Pada analisis efisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE, faktor-faktor agroekologi seperti tingkat kesuburan tanah, hama dan penyakit tanaman, suhu, curah hujan, dan fakror-faktor sosial ekonomi seperti budaya kerja, orientasi usahatani dan faktor budaya lainnya tidak diidentifikasi dan dimodelkan di dalam penelitian ini karena ketiadaan datanya. Dengan demikian, interpretasi hasil penelitian ini perlu dilakukan dengan hati-hati dan sebatas serta sesuai dengan variabel-variabel analisisnya.

I. PENDAHULUAN