• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang lingkup dan setting penelitian 1. Ruang lingkup penelitian

G. Tujuan Penelitian

I. Ruang lingkup dan setting penelitian 1. Ruang lingkup penelitian

Untuk menghindari salah implementasi dan memudahkan pembaca dalam memahami isi proposal ini,dapat dipaparkan batasan masalah yang diteliti sebagai berikut:

Bagaimana hubungan etos kerja dengan kepuasan kerja pegawai di Kementerian Agama Kabupaten Gowa.

2. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi yang akan dijadikan lokasi penelitian terkait dengan judul yang diambil yaitu Hubungan etos kerja dengan kepuasan kerja pegawai di Kementerian Agama Kaupaten Gowa. Alasan peneliti memilih judul penelitian diatas karena peneliti ingin mengetahui lebih detail apakah ada hubungan yang akurat antara etos kerja dengan kepuasan kerja pegawai. Juga ingin megetahui apakah pegawai tersebut sudah merasa puas dengan kerja mereka saat ini.

Mengapa memilih meneliti di Kementerian Agama Kabupaten Gowa karena tempatnya sistematis dan mudah dijangkau, dan ketika melakukan obsevasi awal, pegawai disana mudah diajak berkomunikasi sehingga peneliti merasa akan lebih memudahkan dalam proses penelitian selanjutnya.

14 a. Pengertian Etos

Secara etimologi etos berasal dari bahasa yunani, yang berarti sebagai sesuatu yang diyakini, cara berbuat,sikap serta persepsi terhadap nilai bekerja.1 Dan dapat pula diartikan sebagai tempat tinggal yang biasa, kebiasaan ,adat, waktu dan perasaan. Secara terminologis , kata etos mengalami perubahan makna yang luas digunakan dalam tiga pengertian yang berbeda yaitu:

1) Aturan umum atau cara hidup 2) Suatu tatanan dari perilaku

3) Penyelidikan tentang jalan hidup serta seperangkat aturan tingkah laku

Berdasarkan defenisi di atas memberikan gambaran bahwa dalam melaksanakan etos kerja maka sifat yang terjadi pada diri seseorang yang sangat diperlukan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, yang menitik beratkan pada segala tingkah laku manusia berdasarkan aturan-aturan serta nilai-nilai kehidupan masyarakat.

Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etik yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja keras ,berdisiplin tinggi,

1Toto Tasmara, EtosKerjaPribadi Muslim. (Jakarta Cet 1 Yogyakarta PT Dana Bakti Wakaf,2000), h.24.

Menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bias juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain.

Etos kerja menurut pandangan islam mempunyai makna bahwa etos kerja bagi orang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh dengan mengarahkan seluruh asset fikir dan dzikirnya untuk mengaktualisasikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik atau dengan kata lain juga dikatakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan dirinya.2

Dapat disimpulkan bahwa etos kerja merupakan suatu sikap serta perilaku seorang pegawai ataupun kariyawan yang mencerminkan perilaku yang baik terhadap satu dengan yang lain sehingga dapat menciptakan hubungan yang baik antara sesama pegawai untuk mencapai tujuan bersama.

b. Aspek-Aspek Etos (Etika) Kerja

Menurut Sinamo ,setiap manusia memiliki spirit (roh) keberhasilan, yaitu motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Rohinilah yang menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun, integritas, rasional, bertanggungjawab dan sebagainya. Lalu perilaku yang khas ini berproses menjadi kerja yang positif, kreatif dan produktif.

2Toto Tasmara, EtosKerjaPribadi Muslim., h.27.

Dari ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo menyederhanakanny amenjadi empat pilar teoriutama. Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggungjawab menopang semua jenis dan system keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dikonstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sansekerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu:

1. Mencetak prestasi dengan motivasi superior.

2. Membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner.

3. Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif.

4. Meningkatkan mutu dengan keunggulan insani.

Keempat darma ini kemudian dirumuskan menjadi delapan aspek etos kerja sebagai berikut:

1. Kerja adalah rahmat. Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari Tuhan. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun.

2. Kerja adalah amanah. Kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh

tanggungjawab. Etos ini membuat kita bias bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.

3. Kerja adalah panggilan. Kerja merupakan suatu darma yang sesuai dengan panggilan jiwa sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas. Jadi, jika pekerjaan atau profesi disadari sebagai panggilan, kita bias berucap pada diri sendiri, I'm doing my best!. Dengan begitu kita tidak akan merasapuas jika hasil karya kita kurang baik mutunya.

4. Kerja adalah aktualisasi. Pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi, sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat. Apa pun pekerjaan kita, entah dokter, akuntan, ahli hukum, semuanya bentuk aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa ada. Bagaimanapun sibuk bekerja jauh lebih menyenangkan dari pada duduk termenung tanpa pekerjaan.

5. Kerja adalah ibadah. Bekerja merupakan bentuk bakti dan ketakwaan kepadaTuhan, sehingga melalui pekerjaan manusia mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam pengabdian. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bias bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata.

6. Kerja adalah seni. Kesadaran ini akan membuat kita bekerja dengan perasaan senang seperti halnya melakukan hobi. Sinamo mencontohkan Edward V Appleton, seorang fisikawan peraih nobel. Dia mengaku, rahasia

keberhasilannya meraih penghargaan sains paling begengsi itu adalah karena dia bias menikmati pekerjaannya.

7. Kerja adalah kehormatan. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adala hsebuah kehormatan. Jika bias menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan lain yang lebih besar akan dating kepada kita. Sinamo mengambil contoh etos kerja Pramoedya Ananta Toer. Sastrawan Indonesia kawakan ini tetap bekerja (menulis), meskipun ia dikucilkan di Pulau Buru yang serba terbatas.

Baginya, menulis merupakan sebuah kehormatan. Hasilnya, semua novelnya menjadi karya sastra kelas dunia.

8. Kerja adalah pelayanan. Manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani, sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercusuar, semuanya bias dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama.3

Anoraga juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya mendasari seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan sebagai berikut:

1. Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia.

2. Bekerja adalah suatu berkat Tuhan.

3 Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional: Navigator Anda Menuju Sukses.

Grafika Mardi Yuana, Bogor. Ha. 23.

3. Bekerja merupakan sumber penghasilan yang halal dan tidak amoral.

4. Bekerja merupakan suatu kesempatan untuk mengembangkan diri dan berbakti.

5. Bekerja merupakan sarana pelayanan dan perwuju dan kasih4

Dalam tulisannya, Kusnan menyimpulkan pemahaman bahwa etos kerja mencerminkan suatu sikap yang memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:

1. Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia,

2. Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia,

3. Kerja yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia,

4. Kerja dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita,

5. Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah

Bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya , yaitu :5

4Anoraga, Pandji. 2009. Manajemen Bisnis. Rineka Cipta, Jakarta. Hal 134.

1. Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri, 2. Kurang dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,

3. Kerja dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan, 4. Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

5. Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Dari berbagai aspek yang telah disebutkan di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki etos kerja tinggi akan terus berusaha untuk memperbaiki dirinya, sehingga nilai pekerjaannya bukan hanya bersifat produktif materialistic tapi juga melibatkan kepuasa anspiritualitas dan emosional.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Etos Kerja

Faktor agama

Jika agama dibicarakan dalam kaitannya dengan etos kerja , maka persoalan dalam islam, dimana sebagai seseorang islam sudah selayaknya mengeluarkan segala kemampuan untuk mencari reski dengan sekuat tenaga. Akan tetapi reski yang diusahakan haruslah halal,tidak mengutamakan penghasilan yang banyak semata,tanpa mengindahkan aturan-aturan yang telah ditetapkan karena itu akan mempengaruhi etos kerjanya sebagai seorang tenanga pengajar.

Faktor Budaya

5 Kusnan, Ahmad. 2004. Analisis Sikap, Iklim Organisasi, Etos Kerja dan Disiplin Kerja dalam menentukan Efektifitas Kinerja Organisasi di Garnisun Tetap III Surabaya. Tesis. Universitas Airlangga, Surabaya.hal. 68.

Etos Kerja pada hakikatnya merupakan bagian suatu kebudayaan. Sebagai suatu proses menghadapi dan menjawab tantangan yang dihadapkan pada manusia.

Etos kerja dibentuk oleh suatu proses kebudayaan yang panjang,yang kemudian membentuk suatu kepribadian. Jika suatu masyarakat tertentu mempunyai etos kerja yang berbeda,hal itu disebabkan oleh proses kebudayaaan dan tangan yang berbeda-beda yang dihadakan kepadanya,serta perbedaan dalam memberi jawaban atas tantangan.

Faktor sosial

Etos kerja pada hakikatnya berkaitan erat dengan berbagai dimensi kehidupan manusia,yaitu dimensi individual,dimensi sosial dan lingkungan. Dalam dimensi individual etos kerja berkaitan dengan motif-motif yang bersifat pribadi,dimana etos kerja dipandang sebagai salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar yang bersifat individu. Dalam dimensi sosial etos kerja berkaitan dengan nilai-nilai sosial yang melatar belakangi kegiatan kerjanya yang kemudian memotivasi pada tujuan-tujuan dari kerjanya yaitu untuk mendapatkan penghargaan dan status sosial tertentu. Berkaitan dengan lingkungan alam yang kemudian membentuk keterampilan tertentu dalam dunia kerja yang membedakan antara satu dengan yang lain.

Etos kerja yang baik lahir dari kesadaran perusahaan untuk secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangkan memberikan nilai-nilai terbaiknya kepada setiap individunya. Terdapat pengaruh yang signifikan etos

kerja terhadap produktivitas yaitu semakin tinggi tingkat etos kerja yang dimiliki karyawan maka semakin tinggi pula produktivitas kerjanya. Begitu juga sebaliknya semakin rendah etos kerja maka semakin rendah pula produktivitas yang dimiliki karyawan.

Secara psikologis seorang karyawan akan menunjukkan memiliki etos kerja yang positif terutama terkait dengan pekerjaannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Etos kerja juga mampu membuat individu meningkatkan semangat kerja, sehingga semakin tinngi etos kerja yang dimiliki seseorang maka maka semakin baik pula ia akan memanfatkan waktu yang ada untuk menghasilkan pekerjaan yang maksimal terhadap pekerjaan.6

B. Kepuasan Kerja 1. Pengertian

Kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini seharusnya mereka terima.

Kepuasan kerja merupakan respons affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang (Kreitner dan Kinicki). Definisi ini menunjukkan bahwa job

6Andi Budi Faderika, “ Pengaruh Etos Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Dipertenunan Desa Boro Kalibawang Kabupaten Kulon Progo”, Skripsi Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : 2016, hal. 16.

satisfaction bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lainnya.7

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu pencapaian yang telah dimiliki seorang pegawai dalam melaksanakan kewajibannya,sehingga merasa puas terhadap kinerja yang dimiliki baik itu upah yang diterima sesuai dengan pencapaian yang telah dijalankan.

2. Penyebab kepuasan kerja

Terdapat banyak variabel yang menyebabkan puas tidaknya seseorang dalam pekerjaannya. Menurut kreitner dan Kinicki,terdapat lima penyebab kepuasan kerja yaitu:

b. Pemenuhan Kebutuhan (Need fulfillment )

Dalam hal.ini kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan yang memberikan kesempatan keada individu untuk memenuhi kebutuhannya.

c. Perbedaan (Discepancies)

Kepuasan menurut faktor ini merupakan sejauh mana hasil dapat memenuhi harapan, yang mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan yang diperoleh individu dari pekerjaan.

7Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta cet.6 PT RajaGrafindo Persada,2013) h.502.

d. Pencapaian Nilai ( Value attaintment )

Dalam hal ini, pencapaian nilai menunjukkan bahwa kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

e. Keadilan ( Equity )

Keadilan berkontribusi signifikan terhadap kepuasan kerja. Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adl individu diperlakukan ditempat kerja .

f. Komponen Genetik (Disponsitional/genetic components )

Kepuasan dalam hal ini didsarkan pada keyakinan bahwa kepuasan kerja sebagian merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Indikator yangdijadikan acuan untuk melihat kepuasan kerja ini dihubungkan dengan lingkungan kerja baik internsl (terkait fasilitas,rekan sekerja dan lain-lain)maupun eksternal.8

3. Pengaruh Kepuasan Kerja b. Kepuasan dan produktivitas c. Kepuasan dan kemangkiran d. Kepuasan dan pergantian e. Temuan penelitian

f. Respons terhadap ketidak puasan kerja g. Pedoman meningkatkan kepuasn kerja

8 Prof. Dr. Lijan Poltak Sinambela, Manajemen Sumber Daya Manusia ( Jakarta: Cet.2 Bumi aksara ,2017), hal.311.

h. Organizational citizensip behavior9

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja a. Pekerjaan yang secara mental menantang

Pekerjaan ialah hal yang paling dominan di dalam suatu perusahaan, secara langsung pekerjaan itu dapat dirasakan oleh karyawan. Terutama pekerjaan karyawan yag cenderung lebih disukai karyawan ialah pekerjaan yang secara mental menantang, karena akan memberikan kesempatan untuk memberikan keterampilan dan kemampuan mereka serta menawarkan beragam tugas, kebebasan atau umpan balik mereka melakukan pekerjaan.

b. Ganjaran yang pantas

Dalam melaksanakan tugas disuatu tempat, karyawan biasanya menerima upah yang setimpal dengan pekerjaan yang individu lakukan. Upah dikenal sebagai ganjaran yang diberiakn oleh pemimpin terhadap pekerjaan yang telah dilakukan.

Ganjaran yang pantas adalah keinginan karyawan akan sistrem upah dan kebijakan promosi mereka yang mereka persepsikan adil, tidak kembar arti dan segaris dengan pengharapan mereka.

c. Kondisi yang Mendukung

Merupakan sebagai kepedulian karyawan agar lingkungan kerja yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan pekerjaan tugas dengan baik, mereka lebih cenderung menyukai lingkungan fisik yang aman dan nyaman.

9 Prof.Dr.Wibowo,S.E.,M.Phil, Manajemen Kinerja, (Jakarta cet.6 PT RajaGrafindo Persada,2013), h.512-518.

d. Rekan yang Mendukung

Mengandung pengertian bahwa orang-orang yang mendapat lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja, tetapi kerja juga akan mengisi kebutuhan akan interaksi sosial, sehingga sangat penting bagi mereka yang memiliki rekan kerja yang mendukung dan dapat bekerja dengan baik.

e. Kesesuaian dengan \pekerjaan yang Mendukung

Merupakan suatu unsur yang penting untuk ditambahkan, karena unsur tersebut merupakan unsur yang cukup berperan dalam menentukan kepuasan kerja, yaitu bahwa karyawan cenderung akan merasa puas apabila ada kecocokan antara kepribadiannya dengan pekerjaannya.10

Hubungan anatara etos kerja dengan kepuasan kerja pegawai mempunyai keterkaitan karna sikap ataupun perilaku seorang pegawai dapat mempengaruhi kepuasan kerja terhadap diri sendiri. Seorang pegawai bekerja dengan giat dan baik lahir dan bathin akan merasa puas dengan pengabdian ataupun pekerjaaan yang dilakukan atau dikerjakan sesuai dengan upah yang diterima.

10Andi Budi Faderika, “ Pengaruh Etos Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Dipertenunan Desa Boro Kalibawang Kabupaten Kulon Progo”, Skripsi Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta : 2016, hal. 21-22.

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dokumen terkait