• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUANG LINGKUP ILMU PEMERINTAHAN

Dalam dokumen Dasar Dasar Ilmu Pemerintahan (Halaman 38-43)

Kendatipun masyarakat awam mayoritas memandang bahwa dimensi ilmu pemerintahan teramat sempit. Dengan mengacu pada ruang gerak termasuk peluang kerja alumnus pemerintahan dan lapangan pekerjaan menjadi pijakan sehingga mindset untuk bergelut dan mendalami study ilmu pemerintahan juga sangat sedikit. Misalnya saja masuk dalam perguruan tinggi negeri maupun swasta (PTN-PTS), sangat jarang calon- calon Strata 1 memilih pemerintahan dibanding dengan ilmu- ilmu study sosial lainnya seperti Ilmu Administrasi Negara, ilmu Politik, ilmu Negara, ilmu Hukum Tata Usaha Negara. Ini disebabkan karena praktis pemerintahan kurang tersosialisasi secara teoritis. Misalnya dalam konteks dialektika, tak jarang publik hanya mampu mengkritisi birokrasi dan aparat pemerintahan yang salah sadiki atau menyeleweng dari tupoksinya dibanding dengan memberi solusi yang konstruktif.

Dilain hal misalnya dengan munculnya pengamat atau pakar atau ahli dibidang masing- masing. Pengamat politik mempersoalkan adanya praktek multipartai dalam kontek demokarasi negara khususnya Indonesia, pakar ekonomi mengamati bagaimana perkembangan ekonomi negara yang dari zaman- ke zaman mengalami pasang surut, begitupula dengan pakar hukum yang tak pernah ketinggalan dalam mengamati dimensi hukum mulai dari fase formulasi kebijakan, implementasi sampai pada fase evaluasi.

Namun secara universal pengamatan yang dilakukan tersebut dominan menyesatkan dalam artian kritik yang kurang menuai solusi. Idealnya sebuah pengamatan manakala mampu memberi terobosan baru dan titik temu dari suatu persoalan, sebut saja tayangan ILC (Indonesia Lawyers Club) di Tv One.

Mungkin bagi kebanyakan orang memandang bahwa tayangan semacam itu hanya menambah beban pemerintah utamanya carut marut dalam proses pengambilan keputusan dan lain hal. Namun menurut hemat penulis bahwa tayangan semacam itulah merupakan salah satu bentuk edukasi dan sosialisasi yang secara teoritis dan praktis mampu memberi sosuli yang konstuktif bagi kegalutan dan kegalauan bangsa dan negara.

Mencermati uraian diatas maka sekiranya penting untuk mengenal lebih jauh menganai ruang lingkup ilmu pemerintahan sebagai upaya untuk menikmati asupan ontologi, epistemologi dan aksiologi pemerintahan. Sebagaimana telah dikemukakan sebelumya.

Hal serupa dikemukakan oleh Inu Kencana Syafiie dalam buku Etika Pemerintahan ed. Rev 2010: 117-118. Bahwa sedemikian luasnya ruang ilmu pemerintahan, sehingga tidak menutup kemungkinan akan menyentuh ilmu- ilmu lain, baik ilmu sesama kenegaraan maupun ilmu- ilmu sosial lainnya. Lebih lanjut Syafiie menguraikan ruang lingkup ilmu pemerintahan sebagai berikut:

1. Ketika membahas administrasi maka ruang lingkup ilmu pemerintahan mencakup administrasi ditingkat nasional mulai dari lembaga tinggi negara sampai dengan departeman, kemudian di tingkat daerah mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, bahkan sampai pada tingkat keluarahan dan desa.

2. Ketika membahas filsafat maka ruang lingkup ilmu pemerintahan mencakup sampai pada mempertanyakan inti ilmu pemerintahan apakah baik atau buruk pelaksanaannya, apakah benar atau salah pelaksanaannya dan apakah indah atau jelek cara mempengaruhi rakyatnya.

3. Ketika membahas hukum maka ruang lingkup ilmu pemerintahan menyentuh konstitusi dan kewarganegaraan pada tigkat nasional, hukum yang bagaiman membuat pemerintah harus membentuk peraturan dan cara memutuskan dalam pengadilannya.

4. Ketika membahas politik maka ruang lingkup ilmu pemerintahan mambahas bagaimana permainan kekuasaan para partai politik dalam

menuju puncak kekuasaan, mulai dari ketika mereka masih infra struktur politik, sampai bagaimana menjadi supra struktur politik. 5. Ketika membahas negara itu sendiri, ruang lingkup ilmu pemerintahan

menyentuh bagaimana suatu negara dapat muncul, sampai puncak kekuasaan dan menjadi jaya dalam arti disegani oleh lawan maupun kawan di dunia, sebelum tenggelam.

6. Ketika membahas pemerintahan, maka ruang lingkup ilmu pemerintahan berbicara tentang kebijakan (policy) yaitu apa yang sebaiknya dilakukan dan apa yang sebaiknya tidak dilakukan yang disebut kebijaksanaan (wisdom).

Berdasarkan uraian ruang lingkup ilmu pemerintahan diatas maka sangat jelas dan meyakinkan bahwa ilmu pemerintahan bersifat menyeluruh dalam kehidupan di suatu sisi dan di isisi lain yang berkaitan dengan itu misalnya dalam dunia kesehatan, matematik, tekhnologi, ekonomi, entrepreneur dan lain sebagainya peranan ilmu pemerintahan mempuni dalam mewadhi keseluruhan aspek tersebut. D. PARADIGMA ILMU PEMRINTAHAN

Dalam kontek ke ilmuan prasyarat diakuinya ilmu secara formal ialah ketika ilmu itu dapat dipelajari dan diajarkan dalam artian memiliki rasionalitas melalui pengkajian secara ilmiah dan diterima secara universal sebagai suatu disiplin ilmu. Terkait dengan ilmu pemerintahan sebagai disiplin ilmu pengetahuan, berawal dari pengetahuan tentang bagaimana setiap pejabat pemerintah mengatahui dan menjalankan roda pemerintahan, tahu bagaiman terjadi kerusuhan dan tahu apa itu artinya kekuasaan untuk menjadi pemerintah, sebagai penjaga malam dalam mengantisipasi perbuatan kriminal warganya. Sejalan dengan ini maka sudah pasti paradigma yang kemudian muncul ialah ilmu itu berwal dari filsafat pengetahuan kemudian berakhir dengan seni. Dalam artian teoritis yang diejawantahkan oleh corak berpikir filsafat di ungkap secara praktis.

Esensi yang hendak dicermati sebgai benang merah bahwa ilmu pemerintahan memepelajari pemerintahan dari dua sudut, pertama dari sudut bagaimana seharusnya “bagaimana seharusnnya sehingga dapat diterima oleh yang bersangkutan pada saat dibutuhkan” jadi (normatif, ideal, das sollen), dan yang kedua dari sudut bagaimana nyatanya “pada saat dibutuhkan oleh yang bersangkutan”. Apakah ia menerima pelayanan yang diharapkan atau tidak, jadi (empirik, das sein).

Asumsi itulah kemudian menyedot perhatian sebagai ruang lingkup pemerintah dan ilmu pemerintahan bagaimana antara pemerintah dengan dengan yang diperintah sejalan dengan espektasi yang jelas dan berkorelasi satu sama lain, sebab kunci utamanya adalah jasa- publik dan layanan civil tersebut sedini mungkin dapat terakomoidir lewat pertanggung jawaban terhadap tuntutan, kewenangan dan kewajiban yang di kehendki dengan kata lain, menggunakan kewenangan, menunaikan kewajiban dan memenuhi tanggung jawabnya sebgai pemerintah dan yang yang diperintah.

BAB III

HUBUNGAN ILMU PEMERINTAHA DENGAN ILMU-ILMU LAIN Pertumbuhan dan perkembangan berbagai macam disiplin ilmu baik eksakta maupun non eksakta memiliki fariasi antara yang satu dengan yang lainnya. Namun fariasi tersebut jelas memilki keterkaitan dan perbedaan satu sama lain. Demikian ketika ruang lingkup eksakta, misalnya kimia, fisika, biologi dan lain sebagainya berkaitan erat dengan uji atau percobaan untuk mengetahui falidasi terhadap pembahasannya secra umum. Namun letak perbedaannya ialah di tiap- tiap disiplin ilmu tersebut, mempunyai metodologi tersendiri yang menjadi ciri khas dlam menguji falidasi terhadap faliditasnya objek pembahsan secra spesifik. Sebgai contoh kimia dengan rumus molekulnya, fisika dengan rumus kecepatan dan waktunya demikian biologi yang menspesifikkan rumus genetiknya.

Namun penulis menegaskan bahwa uraian diatas hanyalah pembanding untuk menelusuri kedalam fokus pembahasan berikut mengenai ilmu pemerintahan dan hubungannya dengan ilmu- ilmu sosial lainya antara.

Dalam dokumen Dasar Dasar Ilmu Pemerintahan (Halaman 38-43)

Dokumen terkait