• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Keimigrasian dalam Sistem Hukum Indonesia

3. Ruang Lingkup Keimigrasian

Paradigma lama hanya melihat esensi keimigrasian sebatas hal-ihwal orang asing, sehingga muncul pendapat seolah-olah masalah keimigrasian sebatas masalah yang berporos pada atau paling tidak bertalian dengan negara asing.

Sebaliknya, paradigma baru melihat bahwa keimigrasian itu bersifat multidimensional, baik itu dalam tatanan nasional maupun internasional. Hal ini lebih disebabkan karena dunia telah menjadi semakin kecil dan bahwa subjek masalah keimigrasian adalah manusia yang bersifat dinamis. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :47

1) Bidang Politik

Ada berbagai pendapat yang menyatakan di mana sebenarnya fungsi keimigrasian itu berada. Di satu sisi sebagai bagian dari sistem hukum Administrasi Negara, hukum keimigrasian sering disertai dengan sanksi pidana yang kadangkala terasa janggal. Di sisi lain, hukum keimigrasian juga mengatur kewarganegaraan seseorang. Di samping itu hukum keimigrasian mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hubungan internasional. Berbagai pendapat tersebut ada benarnya karena segalanya bergantung pada cara memandang fungsi keimigrasian itu. Di bidang politik sering fungsi keimigrasian ditempatkan pada hubungan-hubungan internasional, disisi lain hak seseorang untuk melintasi batas negara dan bertempat tinggal di suatu negara dilihat sebagai hak asasi manusia.

Meskipun demikian, kedaulatan negara penerima juga tidak dapat di abaikan. Berbagai konvensi internasional, seperti United Nations Convention Concerning of Refugees Status 1951 (selanjutnya disebut

47 Bagir Manan, Hukum Keimigrasian dalam System Hukum Nasional (Jakarta;

Ghalia Indonesia, 2000) hal 30.

konvensi PBB Tahun 1951) menyebutkan hak-hak seorang pengungsi serta kewajiban negara penerima. Pencari suaka politik (asylum seekers) akan mendapatkan hak-hak hidupnya dan perlindungan atas dirinya di negara terakhir ia berada. Itu berarti bahwa ia mendapatkan suatu perlakuan khusus di bidang keimigrasian. Seorang warga negara asing dapat bertempat tinggal di suatu negara tanpa mengikuti ketentuan umum mengenai keimigrasian. Pada kesempatan ini sering hukum keimigrasian digunakan untuk melindungi kepentingan politik suatu negara, seperti yang menyangkut masalah sentimen ras, agama, dan sebagainya.

2) Bidang Ekonomi

Di bidang ekonomi tampak jelas sekali keterkaitan fungsi imigrasi dalam rangka melaksanakan politik perekonomian suatu negara. Hal itu terkait dalam kerangka pertumbuhan dan perkembangan perekonomian global yang ditandai dengan peningkatan arus investasi sehingga menciptakan lapangan kerja, mengalirkan teknologi baru, dan akan meningkatkan arus manusia ke kawasan tersebut, atau dengan kata lain, ke mana investasi ditanam kesana pula arus manusia mengikutinya. Di dalam kaitan ini sangatlah jelas bahwa jasa keimigrsian di suatu negara merupakan bagaian yang tidak dapat dipisahkan dari kepentingan ekonominya Sektor peronomian membutuhkan jasa infrastruktur lain, seperti jasa fasilitas tranportasi, jasa fasilitas komunikasi, jasa fasilitas pengelolaan sumber daya alam dan manusia serta jasa fasilitas perbankan. Maka, sudah dapat dipastikan bahwa kini jasa fasilitas keimigrasian merupakan bagian dari infrastruktur perekonomian.

Pemberian fasilitas jasa keimigrasian seperti pemberian izin masuk, izin masuk kembali (re-entry permit), izin masuk beberapa kali perjalanan (multiple re-entry permit) serta bermacam-macam izin tinggal (izin singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap) merupakan bagian dari infrastruktur perekonomian. Begitu pula dengan aspek pengawasan orang asing, termasuk pembatasan yang diberlakukan terhadap seorang asing untuk memperoleh izin atau tinggal di suatu negara baik sebagai pencari kerja maupun investor, yang dimaksudkau untuk melindungi warga negaranya dari sisi perekonomian dalam menghadapi persaingan hidup.

Sebagai infrastruktur perekonomian, pembentukan pola-pola keimigrasian dengan alasan perekonomian dalam memberikan izin masuk dan bertempat tinggal bagi warga negara asing ke negaranya, tentu saja memiliki persyaratan yang ketat dan menguntungkan negara tersebut. Begitu pula negara yang termasuk dalam kategori migrant country. Sebagai contoh, Australia, dengan alasan perekonomian, mensyaratkan bahwa orang asing yang mengajukan permohonan untuk masuk dan bertempat tinggal disana harus memiliki rumah dan dana dalam jumlah tertentu sebagai modal kerja yang ditanam dalam suatu perusahaan. kemudian, kinerja perusahaan akan dinilai setiap Tahun sebelum pihak imigrasi Australia memutuskan untuk memberikan izin tinggal tetap bagi orang asing tersebut.

3) Bidang Sosial Budaya

Pergerakan dan perpindahan manusia sebagai individu atau kelompok akan mempunyai dampak, baik yang bersifat positif maupun negatif pada individu atau kelompok penerima. Pengaruh sosial dan budaya terjadi

karena ada interaksi diantara mereka, baik di lingkungan pendatang maupun penerima. Negara berkepentingan, melalui fungsi keimigrasian, untuk tetap menjaga kondisi sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat agar pengaruh dari luar tidak merusak straktur sosial budaya masyarakatnya. Fungsi keimigrasian, melalui kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, harus mampu menyaring serta mengatur hal-hal dimaksud. diatas.

4) Bidang Keamanan

Permasalahan yang timbul dan berkaitan dengan aspek politis, ekonomis, sosial dan budaya pada masyarakat akan sangat berpengaruh pada stabilitas keamanan negara tersebut. Fungsi keimigrasian yang mengatur serta mengawasi keberadaan orang di negara tersebut akan memiliki peran yang signifikan. Secara universal imigrasi dijadikan sebagai penjuru (vocal point). Kebijakan yang salah atau tidak tepat di dalam menangani masalah ini akan mempunyai dampak yang sangat besar pada bidang lain. Sebagai contoh, kebijakan keimigrasian untuk mengatasi kejahatan terorganisasi lintas negara, harus dapat menjangkau juga bidang lain seperti politik, ekonomi sosial, dan budaya, baik yang berskala nasional regional, maupun Internasional. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian mempunyai keterkaitan substansial yang berdampak beruntun (multiplier effect).

C. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional 1. Kedudukan Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional.

Dalam ilmu hukum terdapat beberapa ilmu hukum positif sebagai induk, yaitu ilmu hukum kepidanaan, ilmu hukum keperdataan, ilmu hukum kenegaraan,

dan ilmu hukum internasional48. Sejalan dengan perkembangan zaman, telah tumbuh pula berbagai cabang ilmu hukum sebagai disiplin hukum baru, seperti hukum administrasi negara, hukum agraria, hukum pajak, hukum lingkungan, hukum ekonomi, dan hukum keimigrasian. Jika dikaitkan dengan ilmu hukum yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum kenegaraan, khususnya merupakan ilmu dari hukum adminisitari negara.49

Dengan demikian, keimigrasian dapat dilihat dalam persfektif hukum administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan sebagian kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan pemerintahan (administrasi negara). Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan hukum pemerintah (overheads handeling). Contoh kewenangan imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang yang hendak masuk atau keluar wilayah Indonesia.

Hal itu terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi penyelenggara pemerintahan atau administrasi negara (bestuur) dan pelayanan masyarakat (publiek dienst), bukan pembentuk undang-undang (wetgever) dan bukan juga fungsi peradilan (rechtspraak).

50

Dalam ilmu pengetahuan hukum dikenal istilah pembidangan hukum yang secara khusus terbagi menurut fungsi pengaturannya. Pembidangan hukum tersebut dalam praktiknya dapat dijabarkan sebagai berikut :51

1. Bidang hukum materil, terdiri atas:

48 A. Ridwan Halim, Flora Limau Mangestu, “Persoalan Praktis Filsafat Hukum dalam Himpunan Distingsi”, (Jakarta : UKI, 1992) hal. 22

49 Iman Santoso, Op. cit, hal. 39

50 Lili Rasjidi, hukum sebagai suatu sistem (Bandung; Remadja Rosdakarya, 2001) hal 86.

51 Pumadi Pubacaraka, “Penggarapan Disiplin Hukum Dan Filsafat Hukum Bagi Pendidikan Hukum”, (Jakarta : Rajawali 1987) hal. 15

1) Hukum negara yang mencakup : hukum tata negara, dan hukum administrasi negara

2) Hukum perdata yang mencakup: hukum pribadi hukum benda, hukum perjanjian, hukum keluarga, hukum waris, hukum objek immaterial, dan hukum penyelewengan perdata dan sikap tindak lain

3) Hukum pidana 2. Bidang hukum formil

1) Hukum tata negara formil atau hukum acara tata negara

2) Hukum administrasi negara formil atau hukum acara administrasi negara 3) Hukum perdata formil atau hukum acara perdata

4) Hukum pidana formil atau hukum acara pidana

4. Bidang Hukum Hubungan Antar Tata Hukum (HATAH), khusus mengatur penyelesaian perkara yang mengandung pertemuan antara dua atau lebih sistem hukum (HATAH intern dan HATAH ekstern).

2. Ruang Lingkup Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional Ruang lingkup keimigrasian tidak lagi hanya mencakup pengaturan, penyelenggaraan keluar masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah Indonesia, tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme pemberian izin keimigrasian. Maka, dapat dikatakan bahwa fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan (besturr)52

52 Imam Santoso, Opcit, hal. 41

. Oleh karena itu, sebagai

bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka Hukum Keimigrasian dapat dikatakan merupakan bagian dari bidang hukum administrasi negara53

Berhubung hukum keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-asas dan kaidah hukum administrasi negara umum (algemene administratiefrecht), terdapat dua asas umum yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran keimigrasian, yaitu :

. Hukum administrasi negara mengatur tata cara menjalankan pemerintahan atau administrasi negara serta mengatur hubungan antara aparatur administrasi negara dan masyarakat yang mencakup dua hal pokok. Pertama, mengatur tata cara administrasi negara (diperkenankan atau diwajibkan) yang mencampuri kehidupan masyarakat, seperti tata cara bepergian ke luar negeri, pemberian izin masuk ke dalam negeri, dan izin bertempat tinggal di Indonesia. Kedua, mengatur tata cara melindungi masyarakat dari pelanggaran hak warga negara ataupun dari bahaya yang ditimbulkan atau berkaitan dengan orang asing.

54

1. Asas-asas umum penyelengaraan administrasi yang baik (general principles of good administration) yang mencakup asas persamaan perlakuan, asas dapat dipercaya, asas kepastian hukum, asas motivasi yang benar, asas larangan melampaui wewenang, asas tidak sewenang-wenang, asas keseimbangan, dan asas keterbukaan.

Oleh karena itu setiap tindakan yang bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan bagi koreksi dan pelaksanaan kewajiban hukum aparatur keimigrasian atau ganti

53 Bagir Manan, “ Makalah hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, (Jakarta, 14 januari 2000) hal. 7

54 Wahyudin Ukun, Deportasi sebagai Instrumen penegakan Hukum dan Kedaulatan Negara di Bidang Keimigrasian, (Jakarta; PT. Adi Kencana Aji, 2004) hal 27.

rugi apabila sudah tidak mungkin lagi dipulihkan. Setiap keputusan yang bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan atau pembatalan, disertai ganti rugi.

2. Asas legalitas, yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan, ukuran isi tindakan atau isi keputusan, ukuran tata cara melakukan tindakan atau membuat keputusan, sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang bersangkutan batal demi hukum.

Dalam perspektif yang lebih besar lagi, dapat dikatakan bahwa hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi. Dalam perspektif pembangunan nasional, hukum mempunyai peranan yang penting bagi keberhasilan pembangunan ekonomi, sebab melalui hukum, selain ditetapkan hak dan kewajiban, proses, serta kelembagaan dari setiap kegiatan interaksi ekonomi, jugs diberikan kepastian mengenai subjek dan objek hukum dalam setiap kegiatan ekonomi. Karena semakin banyak peraturan yang mengatur bidang perekonomian dengan menggunakan kaidah hukum administrasi negara ini, terbentuklah bidang hukum baru yang disebut hukum ekonomi dalam arti sempit, yang diberi nama droit economique. 55

Hal yang membuktikan bahwa kaidah hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi dalam arti sempit adalah ketika kepemilikan hak orang asing atas satuan rumah susun (apartemen dan kondominium) di Indonesia hanya diberikan apabila orang asing tersebut adalah pemegang, KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas). KITAS ini merupakan produk administrasi negara yang berasal

55 Ibid, hal 9-10

dari kaidah keimigrasian. Demikian pula dengan pemberian izin keimigrasian, seperti izin kunjungan, izin tinggal terbatas, ataupun tetap, yang dikaitkan dengan investasi pekerjaan, aktivitas padagangam dan pembicaraan transaksi bisnis.56

D. Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia

Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu lintas masuk dan keluarnya orang. Dalam pengaturan ini harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan secara seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan global. Untuk menjamin keseimbangan tersebut, dalam melaksanakan fungsi keimigrasian perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut : 57

1. Prinsip bahwa Indonesia adalah

Prinsip ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membatasi apalagi menolak kehadiran orang asing di wilayah Indonesia. Prinsip ini bermaksud membatasi semaksimal mungkin pertambahan penduduk (warganegara) melalui proses kewarganegaraan yang berpangkal pada hak-hak keimigrasian.

non immigrant state

2. Prinsip

Fasilitas keimigrasian terhadap orang asing hendaknya dengan sungguh-sungguh memperhatikan kemanfaatannya bagi usaha-usaha pembangunan dan usaha mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Selective Policy

3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan

56 Bagir Manan, “hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional, opcit hal 87

security

57 Bagir Manan, Makalah Memantapkan Peranan Imigrasi Dalam Pelayanan, Penerapan dan Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi, disampaikan pada ceramah rapat kerja Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, di Jakarta 21 Agustus 1996 dikutip dari http://www.infoanda.com/id/link.php?lh=VlxXWlEEBQFS pada tanggal 06 Juni 2012 pukul 20.30 WIB.

Adalah prinsip keseimbangan antara pengawasan, pengendalian dan pelayanan. Orang asing adalah tamu, dan karena itu harus diperlakukan secara layak baik dalam hubungan yang bersifat hukum maupun dalam hubungan sosial. Namun demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu untuk berlaku wajar sesuai dengan kepentingannya, sehingga kepentingan security

4. Prinsip

bagi masyarakat dan Negara senantiasa terlaksana secara wajar.

Setiap orang yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk melakukan perjalanan termasuk hak untuk berkomunikasi, sepanjang tidak membahayakan diri atau kepentingan Negara yang khusus.

the right of movement.

5. bahwa keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara, pada prinsip ini Keimigrasian harus senantiasa berjalan di atas asas-asas umum penyelenggaraan Negara yang layak (general principle of good administration)

Bahwa pada hakikatnya keimigrasian Indonesia bertujuan untuk kesejahteraan warga Indonesia umumnya dan warga negara asing khususnya sebagaimana dituangkan dalam Konsidrens dari Undang-undang nomor 6 tahun 2011 antara lain menerangkan bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 begitu juga dengan perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan

.

dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, pelindungan, dan pemajuan hak asasi manusia, sehingga diundangkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011.

BAB III

PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) TERHADAP ORANG

ASING KE INDONESIA.

A. Penerapan Kebijakan Selektif (Selective Policy) 1. Aspek Pelayanan Keimigrasian.

Aspek pelayanan keimigrasian mengandung makna melancarkan dan memudahkan orang masuk dan keluar dari wilayah Indonesia. Dalam aspek pelayanan termasuk pengaturan pembebasan visa bagi orang asing dari negara-negara tertentu. Berbagai bentuk pelayanan ini tidak terlepas dari kepentingan nasional, karena itu setiap kemudahan keimigrasian yang diberikan kepada warga negara asing dari satu atau beberapa negara tertentu dilakukan dengan sedapat mungkin mengupayakan penerapan prinsip resiprositas yang memungkinkan Warga Negara Indonesia menikmati kemudahan-kemudahan yang sama dari negra-negara yang mendapat kemudahan keimigrasian di Indonesia.58

Menurut Lilik Bambang L, “ Makna Selective Policy dibidang keimigrasian adalah suatu kebijakan pemerintah Indonesia terhadap masuknya orang asing ke wilayah Indonesia berdasarkan asas manfaat dalam arti hanya orang asing yang bermanfaat bagi rakyat, bangsa dan negara yang di izinkan masuk ke wilayah Indonesia. Namun dalam kenyataannya prinsip tersebut terkadang tidak dapat diterapkan secara murni karena ada kepentingan dari pihak lain yang tidak memahami dampak yang akan ditimbulkan oleh orang asing bilamana sudah berada di wilayah Indonesia, Sebagai contoh Jajaran Imigrasi Bandar Udara Polonia yang diberi kewenangan oleh Undang-undang untuk memeriksa dokumen keimigrasian bagi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia melalui Bandar Udara Internasional terkadang mengalami kesulitan untuk menerapkan prinsip tersebut karena adanya kepentingan dari pihak lain yang menginginkan

58 Iman Santoso, Perspektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi Dan Ketahanan Nasional, Opcit hal 122.

orang asing sebanyak-banyaknya dapat masuk ke daerah ini, tetapi mereka tidak memahami akan istilah selective policy dan dampak negatip yang lebih besar.” 59

Keimigrasian di Indonesia menyangkut 2 (dua) hal yaitu : 1. Lalulintas orang antar negara Republik Indonesia dengan negara lain;

2. Pengawasan terhadap orang asing yang berada di wilayah negara Republik Indonesia.

Keimigrasian di Indonesia menyangkut hal ihwal masuk dan ke luar wilayah Negara Republik Indonesia dari orang-orang baik Warga Negara Indonesia maupun orang asing. Jadi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia, akan berhubungan dengan keimigrasian melalui tempat yang dinamakan Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau disebut juga TPI, dimana dilakukan pemeriksaan oleh Pejabat Imigrasi.

2. Lalu Lintas Keimigrasian

Keimigrasian sangat berkaitan erat dengan lalu lintas orang yang ke luar atau masuk ke suatu negara dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 yang telah dirubah dengan Undang-undang nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian yang menyatakan bahwa pengaturan keimigrasian yang meliputi lalu lintas orang masuk atau keluar wilayah Indonesia merupakan hak dan wewenang Negara Republik Indonesia serta merupakan salah satu perwujudan dari kedaulatannya sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Perangkat dokumen yang lazim digunakan bagi orang yang ke luar atau masuk ke suatu negara adalah Paspor yaitu dokumen perjalanan resmi atau travel document yang diterbitkan oleh Pemerintah yang memuat identitas pemegangnya

59 Wawancara dengan LIlik Bambang L, Kepala Kantor Imigrasi Klass I Polonia pada tanggal 4 Juni 2012 pukul 10.15 WIB.

dan dipergunakan untuk melakukan perjalanan antar negara menurut kepentingannya misalnya untuk keperluan dinas, perdagangan, wisata dan lain-lain. 60

Dalam hal seseorang hendak melakukan perjalanan ke luar negeri, harus mengurus terlebih dahulu ijin masuk ke negara yang hendak dituju melalui Kedutaan Besar atau Konsulat Jenderal atau perwakilan yang ditunjuk oleh negara yang bersangkutan. Izin masuk ke suatu negara tertentu lazim disebut dengan istilah ”visa”. 61

Lilik Bambang L juga mengatakan “ berbicara selective policy bagi orang asing yang telah berada di wilayah Indonesia yang memegang izin keimigrasian seperti Izin Kunjungan, Izin Tinggal Terbatas, Izin Tinggal Tetap dan perizinan lainnya yang diberikan oleh Pejabat Imigrasi baik di Tempat Pemeriksaan Imigrasi atau pada Kantor-kantor Imigrasi di seluruh Indonesia bilamana mereka akan mengajukan permohonan perpanjangan izin keimigrasiannya tersebut ada hal-hal yang akan memfilter mereka dan akan diseleksi kembali dengan cara-cara:

1. Secara Administratif.

1. Pengawasan Terhadap Permohonan Perpanjangan Izin Kunjungan dan Izin Keimigrasian lainnya.

Dalam rangka mengamankan kebijakan pemerintah dalam hal pemberian izin keimigrasian yang dilakukan di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia agar memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini :

1. Dalam proses pemberian perpanjangan izin tinggal harus memeriksa secara teliti tentang kebenaran maksud keberadaan dan kegiatan pemohon, misalnya : kepada mereka yang potensial akan melakukan praktek prostitusi, kegiatan illegal dan lain-lain yang bertentangan dengan norma-norma dan budaya daerah;

2. Dalam hal kecurigaan terhadap sponsor fiktif, perlu mengadakan pemeriksaan lapangan untuk melihat kebenaran dan keberadaan sponsor;

3. Memeriksa dengan teliti seluruh persyaratan formil dan materiil yang diajukan oleh pemohon atau penjamin, apakah disetujui atau ditolak permohonannya.

2. Pembatasan Perpanjangn Izin Kunjungan kepada orang asing dari Negara-negara tertentu yang dianggap rawan keimigrasian dan (ideologi, Politik, ekonomi, sosial dan budaya) Pertahanan Dan Keamanan (Hankam).

Sehubungan dengan banyaknya pelanggaran keimigrasian berupa penyalahgunaan izin tinggal yang dilakukan oleh orang asing yang masuk ke Imdonesia dengan visa yang diberikan melalui proses Clearance House

60 Koerniatmanto, Soetoprawiro, Hukum kewarganegaraan dan Keimigrasian Indonesia, (Jakarta; Gramedia,1996) hal 17

61 Ibid, hal 21

sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Ham RI Nomor M.193-PR.09.03 Tahun 2007 tanggal 08 Oktober 2007 tentang Tim Koordinasi Penilai pemberi Visa Bagi Warga Negara Asing Rawan dan Surat Departemen Luar Negeri Nomor 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12 April 2006, disampaikan hal sebagai berikut :

1. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan izin tinggal keimigrasian dengan melakukan kegiatan yang terkait dengan pelanggaran hukum seperti peredaran narkoba dan lain-lain, agar para Kepala Kantor Imigrasi menolak setiap permohonan perpanjangan izin kunjungan yang diajukan oleh sponsor dan atau orang lain yang berasal dari negara-negara yang dianggap rawan sosbud/keimigrasian sebagaimana dimaksud dalam Surat DEPLU No. 102/HK/IV/2006/55/R tanggal 12 April 2006;

2. Tindak lanjut penolakan pemberian perpanjang dilakukan dengan cara :

a. Memberikan kepada yang bersangkutan izin berangkat atau exit permit only keluar wilayah indonesia/ke negara asalnya;

b. Melakukan pengawasan terhadap keberangkatan yang bersangkutan keluar wilayah Indonesia/ke negara asalnya;

c. Melaporkan keberangkatan yang bersangkutan kepada Direktur Jenderal Imigrasi Up Direktur Intelijen Keimigrasian;

3. Negara-negara yang dianggap rawan dipandang dari sudut Ipoleksosbud Hankam tersebut antara lain :

a. Rawan Ideologi : Angola, Kuba, dan Korea;

b. Rawan Politik : Israel;

c. Rawan Ekonomi : Kuba, Ethiopia. Irak dan Somalia;

c. Rawan Ekonomi : Kuba, Ethiopia. Irak dan Somalia;

Dokumen terkait