• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

T E S I S

OLEH

ALBERT DJALIUS 107005111/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Magister Ilmu Hukum Pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ALBERT DJALIUS 107005111/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis : KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

Nama Mahasiswa : Albert Djalius Nomor Pokok : 107005111/HK Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum Anggota Anggota

Ketua Program Studi Dekan

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 27 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH,M.Hum.

2. Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum.

3. Prof. H. Syamsul Arifin, SH, MH.

(5)

ABSTRAK

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada peningkatan lalu lintas orang dan barang antar Negara, sehingga batas-batas negara semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia, seperti perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya. Konsep kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial tersebut. Konsep tersebut di atas merupakan konsep klasik dari konsep kedaulatan. Pada perkembangannya kemudian muncul konsep modern yang melihat bahwa kedaulatan negara tidak terbatas pada wilayah suatu negara tetapi kekuasaan itu akan berakhir ketika kekuasaan negara lain dimulai. Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia dalam peraturan keimigrasian di Indonesia?

2. Bagaimana peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif (Selective Policy) terhadap orang asing ke Indonesia?

3. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.

Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam Penelitian ini adalah Teori Kedaulatan dari Jean Bodin dan Thomas Hobbes yang menyatakan bahwa

“the doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara adalah mutlak. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian, baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di bidang Keimigrasian.

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian, baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di bidang Keimigrasian.

Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan Kebijakan Selektif, yang mencakup masuk, berada, serta ke luar dari wlayah Indonesia, berdasarkan

prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan Indonesia yang dapat diberi ijin masuk di Indonesia, sedangkan untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan

kewajibannya di Indonesia barulah ia boleh keluar dari Indonesia. Dengan terciptanya

Kebijakan Selektif (Selekivef Policy) masuknya Orang asing ke Indonesia akan

menambah devisa bagi negara, Diharapkan petugas Keimigrasian lebih selektif dalam

menjalani perannya yakni mengawasi setiap orang asing mulai dari pengawasan

hingga pencegahan dan penangkalan bagi orang asing yang masuk kewilayah

Indonesia Sebaiknya pemberian fasilitas bebas Visa ditinjau ulang kembali dan

pemberian fasilitas tersebut yaitu hanya untuk wisata.

(6)

ABSTRACT

The immigration of foreigners to Indonesia should be in accordance with the selective policy which includes their coming, presence, and going from the Indonesian territory. This should be based on the principle that the foreigners who give the benefit to Indonesia are permitted to immigrate, permitted to stay in Indonesia, and permitted to emigrate from Indonesia after they have fulfilled their obligation in Indonesia. It can be asserted that the law on Immigration follows the selective policy which investigates the foreigners who immigrate, presence, and emigrate from the Indonesian territory. This policy uses two approaches:

prosperity approach which investigates how far the foreigners give benefit to the nation and the state and security approach which investigates how far the foreigners do not disturb the security and public order and the State.

The role of the Immigration officials in the selective policy is indicated by on-site supervision in which their role in the field is very crucial for the coming and

going of foreigners to and from the Indonesian territory. The job of the Immigration officials is to watch intelligently, to trace, and to raid jointly with the agency concerned in order to gather information, reports from the people and the media, searching for people and evidence which is related to immigration criminal act.

Some obstacles in the implementation of the Selective Policy are about permit in which most of the foreigners who immigrate to Indonesia misuse the resident permit; they usually use it for another purpose. The tourism permit has to be used to tourism, but some tourists do not use the tourism permit for tourism, instead it is used fore another purpose.

The immigration workers attempt to perform preventive and repressive actions in order to prevent and to enforce law in foreigners’ activities.

The theoretical framework as a means to analyze in this research was the theory of sovereignty from Jean Boldin and Thomas Hobbes which says that

“the doctrine of absolute state sovereignty.” Bodin as the founder of the doctrine of sovereignty scientifically states that a state sovereignty indicates that the legislative sovereignty is different from other communities since a state has the highest sovereignty which is called summa potesta. Bodin’s idea is supported by Hobbes who states that there is no limitation in making law by a state which has sovereignty;

there is no natural law but the capability to order effectively, absolute, and sovereign.

The research was descriptive analytic, judicial normative approach. The data consisted of secondary data as the main data and primary data as the supporting data.

Keywords: Foreigners, Selective Policy, Immigration

(7)

KATA PENGANTAR

Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Dua (S2) Magister Hukum di Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

Puji syukur kehadirat Allah Subhana Wataalla saja, karena dengan izinNya jualah tesis ini selesai berjudul “Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian”.

Terima kasih untuk Bapak/Ibu yang telah mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, memberi bahan data dan kesempatan kepada penulis sehingga tesis ini selesai, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberi kesempatan kepada kami menimba pendidikan dan pengajaran di Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan perhatian dan bimbingan kepada kami di Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH., selaku Ketua Program Magister Ilmu Hukum,

dan seluruh Staf Pengajar yang dari beliau kami menerima pelajaran, bimbingan,

arahan, dan motivasi sehingga tesis ini selesai.

(8)

4. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH dan Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum serta Bapak Dr. Mahmud Mulyadi, SH, M.Hum., selaku Pembimbing yang dengan sabar dan penuh perhatian telah banyak memberikan petunjuk, arahan, bimbingan dan masukan serta motivasi berharga bagi penulis terutama selama penelitian dan penulisan tesis ini.

5. Bapak Drs. Lilik Bambang Lestari., selaku Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia dan Bapak Edi Firyan SH, MH., selaku Kepala Seksi Infokim yang sudah memberikan bahan dan data terutama selama penelitian berlangsung sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

6. Seluruh Staf Sekretariat Program Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan informasi terutama kepada Ibu Juli, Ibu Fitri, Ibu Fika, Ibu Danti, Bapak Hendra dan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

7. Orang tua tercinta Papa Djalius Naulah yang memberikan dorongan dan semangat untuk terus menuntut ilmu yang lebih tinggi lagi.

8. Teristimewa Eni Oktarina, SE. Isteri penulis yang setia dan sabar menghadapi situasi dan kondisi penulis selama menyelesaikan tesis ini.

9. Khusus untuk anak Papa Vannyana Albert dan Muhammad Kazza Mensha Albert yang telah menjadi motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

10. Akhirnya kepada semua pihak, teman sejawat, handaitolan, karib kerabat yang

telah memberi bantuan sehingga selesainya tesis ini.

(9)

Dengan harapan semoga usaha kita yang sedikit ini diridhoi dan dirahmati Allah untuk kita semua umat manusia dan alam ini. Amin Ya Mujibassailiin.

Medan, 27 Agustus 2012 Penulis,

ALBERT DJALIUS

(10)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA DIRI

Nama : Albert Djalius

Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Karang/7 Oktober 1967

Alamat : Jl. STM Sukapura No. 83-C Lk. VI Medan Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

II. PENDIDIKAN FORMAL

a. Sekolah Dasar Negeri 18 Tanjung Karang (1975-1981).

b. Sekolah Menengah Umum Tingkat Pertama Negeri 5 Tanjung Karang (1981-1984).

c. Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas Negeri 2 Tanjung Karang (1984-1987).

d. Fakultas Hukum Universitas Wiraswasta Indonesia (2000-2004).

e. Program Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara (2010-2012).

Medan, 27 Agustus 2012 Penulis,

ALBERT DJALIUS

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ..……… i

ABSTRACT ..……….. ii

KATA PENGANTAR ..……… iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..……….. vi

DAFTAR ISI .……….. vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Keaslian Penelitian ... 8

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 16

G. Metode Penelitian ... 18

1. Spesifikasi Penelitian dan sifat penelitian ... 19

2. Sumber Data/Bahan Hukum ... 19

3. Teknik Pengumpulan Data ... 20

4. Alat pengumpulan data ... 21

(12)

BAB II KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN

KEIMIGRASIAN DI INDONESIA ... 24

A. Kebijakan Selektif masuknya orang asing ke Indonesia ... 24

1. Masuk, Berada Dan Keluar Dari Indonesia ... 24

2. Perizinan Keimigrasian ... 28

B. Keimigrasian dalam Sistem Hukum Indonesia ... 28

1. Keimigrasian di Indonesia ... 31

2. Fungsi Keimigrasian ... 32

3. Ruang Lingkup Keimigrasian ... 36

C. Hukum Keimigrasi Indonesia dalam Sistem Hukum Nasional 42 1. Kedudukan Keimigrasian dalam sistem hukum Nasional .. 42

2. Ruang Lingkup Hukum Keimigrasian dalam sistem Hukum Nasional ... 44

D. Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia ... 47

BAB III PERANAN PETUGAS IMIGRASI DALAM PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) TERHADAP ORANG ASING KE INDONESIA ... 50

A. Penerapan Kebijakan Selektif (Selektive policy) ... 50

1. Aspek Pelayanan Keimigrasian ... 51

2. Lalu Lintas Keimigrasian... 53

B. Peran Petugas Imigrasi... 55

1. Operasi Pengawasan Keimigrasian ... 55

2. Operasi Intelijen Keimigrasian ... 58

3. Peraturan Lalu-Lintas Keimigrasian ... 60

4. Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian ... 60

5. Penyidikan Keimigrasian ... 62

(13)

BAB IV KENDALA DAN UPAYA MENGATASI KENDALA

DALAM RANGKA PENERAPAN KEBIJAKAN SELEKTIF (SELECTIVE POLICY) TERHADAP ORANG ASING

KE INDONESIA ... 77

A. Kendala-Kendala dalam Penerapan Kebijakan Selektif ... 77

1. Ruang Lingkup fasilitas bebas visa ... 78

2. Tenggang Waktu fasilitas bebas visa ... 79

3. Petugas Imigrasi ... 82

B. Upaya Petugas Imigrasi Terhadap Keimigrasian ... 85

1. Upaya Preventif ... 85

2. Upaya Represif ... 92

C. Pengawasan Keimigrasian ... 97

1. Pemantauan Keimigrasian dan Operasional Keimigrasian 98 2. Penindakan Keimigrasian ... 103

3. Sanksi Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana ... Penyalahgunaan Izin Keimigrasian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 110

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik dan merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terdiri dari kurarng lebih 17.590 pulau memiliki luas 18 juta kilometer persegi. Perairan Indonesia terdapat sekurang-kurangya tujuh buah selat penting bagi pelayaran internasional. Ketujuh selat itu adalah Selat Malaka, Selat Singapura, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar.1

Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada peningkatan lalu lintas orang dan barang antar Negara, sehingga batas-batas negara semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia, seperti perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya. Fenomena ini sudah menjadi hal atau perhatian negara-negara di dunia sejak dahulu sebab setiap negara mempunyai kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan keluar wilayah negaranya dan bahkan untuk berkunjung maupun untuk berdiam sementara.

Konsep kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan atas suatu wilayah (hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari penggunaan kekuasaan teritorial tersebut. Konsep kedaulatan mengandung arti bahwa negara mempunyai hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak teritorialnya dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan. Konsep tersebut di atas merupakan konsep klasik dari konsep kedaulatan. Pada

1 Romli Atsmasasmita, Tindak Pidana Transnasional dalam Sistem Hukum Pidana Indonesia, (Bandung: CitraAditya Bhakti, 1997), hal. 2.

(15)

perkembangannya kemudian muncul konsep modern yang melihat bahwa kedaulatan negara tidak terbatas pada wilayah suatu negara tetapi kekuasaan itu akan berakhir ketika kekuasaan negara lain dimulai. Dengan demikian secara implisit dibuka kemungkinan bagi suatu negara untuk memperluas yurisdiksi sepanjang, tidak bertentangan dengan hukum internasional dan tidak berbenturan dengan kekuasaan atau yurisdiksi negara lain, kedaulatan juga dibatasi melalui Perjanjian-Perjanjian Internasional yang disepakati oleh negara.

Era globalisasi yang terjadi dalam dekade terakhir mengakibatkan adanya perubahan hubungan antar negara dan “dalam” negara. Arus informasi, modal dan manusia bergerak sangat cepat melintasi semua batasan wilayah Negara. Tidak ada satu negara pun yang dapat melingkupi semua aspek ketatanegaraan dalam satu mekanisme dan sistem kontrol yang berdiri sendiri tanpa adanya kerjasama dengan negara lain. 2

Terjadinya peningkatan arus migrasi antar negara dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain seperti modernisasi masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi negara bagi negara-negara, yang mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya arus migrasi ke luar masuk wilayahnya. Dampak negatif arus migrasi adalah ketika arus migrasi dengan pola (scheme) legal menjadi sangat sulit untuk dijadikan pilihan oleh para migran, maka muncul upaya perpindahan penduduk antar negara secara tidak sah (migrasi dengan pola ilegal). Keadaan ini mendorong meningkatnya perkembangan kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika dilihat dari aspek kualitas, kejahatan domestik telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara

2 Syahrial Loetan, “ Millenium Development Goals (MDG) dan Program Pembangunan di Indonesia “ Artikel dalam Jurnal Hukum Internasional Lembaga Kajian Hukum Internasional FH UI, (Volume 1 tanggal 1 Oktober 2003), hal 61.

(16)

(transnational crimes), kejahatan individu menjadi kejahatan berkelompok, Kejahatan yang tidak teroganisasi menjadi kejahatan yang terorganisasi (organized crime).

Dalam upaya untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif atas arus migrasi, Selective Policy dapat dipergunakan sebagai salah satu unsur pelaksana dalam mengawasi lalu-lintas orang ke luar masuk wilayah negara adalah institusi keimigrasian. Terkait dengan pengaturan hukum atas masalah keimigrasian maka telah diundangkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1992 yang dirubah dengan undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, selanjutnya disebut dengan undang-undang Keimigrasian.

Pengertian keimigrasian, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 menyatakan: “ Keimigrasian adalah hal ihwal lalu-lintas orang yang masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya Kedaulatan Negara.”

Dengan meningkatnya arus lalu-lintas orang serta hubungan antar negara, diperlukan berbagai pengaturan keimigrasian. Sebagaimana dijelaskan dalam Konsiderans huruf b dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 “Perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia, sehingga diperlukan peraturan Perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak azasi manusia.

Maksudnya ialah penyelenggaraan perlintasan orang merupakan perpaduan antara aspek nasional dan internasional. Namun demikian melihat pada

(17)

universalitas fungsi dan peran keimigrasian, maka titik berat tetap terletak pada aspek kedaulatan masing-masing negara. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, bahwa untuk menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional, maka perlu ditetapkan prinsip tata pengawasan dan pelayanan atas keluar masuk setiap orang ke dan dari wilayah Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai dan tugas nasional negara kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.

Pasal 1 angka 6 dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia di bidang Keimigrasian. Selanjutnya Pasal 8 angka 2 dari tersebut juga ditegaskan bahwa setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan Undang-undang ini dan perjanjian internasional, sehingga bukan hanya orang asing saja tetapi Warga Negara Indonesia yang akan keluar wilayah Indonesia juga harus memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku.

Untuk ijin masuk dan keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia dilakukan pemeriksaan oleh pejabat imigrasi ditempat pemeriksaan imigrasi, Pemeriksaan dimaksud meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

Hasil dari Pengawasan yang dilakukan oleh pejabat imigrasi dapat ditindak lanjuti dengan tindakan yustisial atau non yustisial. Hal-hal yang bersifat non yustisial akan ditindak lanjuti dengan tindakan Keimigrasian, sesuai dengan

(18)

ketntuan Undang-undang keimigasian. Adapun bagi yang terkena pelanggaran tindak pidana imigrasi akan diproses sesuai dengan jalur yustisial/peradilan. 3

Seiring dengan banyaknya kajahatan transnasional yang melakukan pemalsuan dokumen keimigrasian seperti paspor, visa, cap keimigrasian atau izin tinggal, yang dilakukan untuk memudahkan operasionalisasi kejahatan transnasional, seperti perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak-anak dan penyelundupan manusia, maka dituntutlah sebuah peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang Keimigrasian yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011.

Beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah judul tentang

” Analisis Hukum tentang Selective Policy (Kebijakan Selektif ) Masuknya Orang Asing Ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.

B. Perumusan Masalah

Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

4. Bagaimana kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia dalam peraturan keimigrasian di Indonesia ?

5. Bagaimana peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif (Selective Policy) terhadap orang asing ke Indonesia ?

6. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.

3 Ibid hal. 56.

(19)

C. Tujuan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan merupakan pernyataan-pernyataan Tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan tersebut4.

1. Untuk menganalisis kebijakan selektif (selective policy) masukya orang asing ke Indonesia dalam peraturan Keimigrasian di Indonesia.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.

3. Untuk menganalisis kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam memproses ilmu pengetahuan.5Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,

mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.6

Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang timbul. Oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka know-how di dalam hukum. Dengan melakukan penelitian hukum diharapkan hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang diajukan. 7

4 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986,) hal.118

bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan

5 Bahder Johan Nasution , Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2008) hal.10

6 Ibid hal.77

7 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2007) hal.41

(20)

dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan praktis di bidang hukum yaitu :

a. Secara teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan paradigma berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum yang berkaitan dengan Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam perkembangan ilmu pengetahuan hukum.

b. Secara praktis

Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Hukum dan Hak Azasi Manusia yang mengatur Tentang Keimigrasian yakni Direktorat Jenderal Imigrasi untuk lebih memahami dan lebih selektif terhadap Warga Negara Indonesia ataupun Warga Negara Asing yang masuk dan keluar dari Wilayah Kesatuan Republik Indonesia.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan dan harmonisasi berbagai perangkat perundang-undangan yang mengatur tentang kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya di lingkungan sekolah pasca sarjana

(21)

Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul

“Analisis hukum Tentang Kebijakan Selektif (Selective policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia “ belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.

Hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut Keimigrasian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu :

1. Hamzah, Nim 037005074, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengaturan Izin Keimigrasian dalam kaitannya dengan Penanaman Modal asing.

2. Syafaruddin, Nim 982105030, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Aspek Hukum Tenaga Kerja asing pada perusahaan Swasta di Kota Medan.

3. Ratna Wilis, Nim 077005019, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin tinggal orang asing di Indonesia : Studi di Kantor Imigrasi kelas I Khusus Medan.

4. Heru Hartono, Nim 087005049, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Peran Imigrasi dalam penanganan pengungsi warga negara asing di Kota Medan.

Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan penelitian yang akan dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian yang akan dilaksanakan adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.

Peneliti bertanggung jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat dibuktikan adanya plagiat dalam hasil penelitian ini.

F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori harus mengungkapkan suatu tesis atau argumentasi tentang fenomena

(22)

tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya, 8 dan suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang dapat menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain,9 sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, thesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan perbandingan pegangan teoritis10

Menurut W.L. Neuman, yang berpendapat dikutip dari Otje Salman dan anton F Susanto menyebutkan bahwa : “ Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan Tentang dunia, ia adalah cara yang ringkas untuk berfikir Tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja”

.

11

Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian Teori menurut pendapat beberapa ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “ Teori adalah seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan Kontribusi parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.12

Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam Penelitian ini adalah Teori Kedaulatan dari Jean Bodin dan Thomas Hobbes yang menyatakan bahwa “ the doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan negara adalah mutlak. Bodin yang merupakan penggagas (founder) doktrin kedaulatan secara ilmiah mengemukakan bahwa kedaulatan negara menunjukkan

8 H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, Teori Hukum, (Bandung, Refika Aditama 2005) hal 23.

9 Ibid hal 23

10 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, 1994) hal 80.

11 H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, opcit hal 22.

12 Ibid hal 23.

(23)

adanya kekuasaan legislatif dan negara berbeda dengan komunitas lainnya karena negara mempunyai kekuasaan tertinggi atau disebut summa potestas. Kedaulatan adalah kekuasaan membuat hukum dan sebagai alat untuk melaksanakan kedaulatan dengan efektif. 13

Pendapat Bodin ini diperkuat oleh Hobbes bahwa tidak ada pembatasan untuk membuat hukum oleh negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip hukum alam, yang ada adalah kemampuan mengatur secara efektif pembatasan kekuasaan mutlak dan peguasa (the ruler). Jadi Bodin dan pengikutnya lebih melihat kedaulatan dari azas ketertiban dalam negeri. Sekalipun ada beberapa perbedaan pendapat antara Bodin dengan para pengikutnya namun pada dasarnya mereka masih sependapat bahwa kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi, ia harus ada dalam satu kesatuan, Jean Bodin dapat dikatakan bahwa ia melihat kedaulatan dari aspek intern, yaitu kekuasaan tertinggi negara untuk mengurus wilayah dan rakyatnya.14

Sesuai dengan konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek utama, yaitu ekstern, intern dan teritorial.

1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain.

2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan- tindakan untuk mematuhi.

13 Iman Santoso, iman santoso, Perspektif imigrasi, dalam United nationconvention Against Transnational organized crime, (Perum Percetakan Negara RI, Jakarta 2007), hal 33 .

14 Ibid, hal 34.

(24)

3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut.15

Prinsip kedaulatan negara merupakan prinsip penting dalam Piagam PBB, seperti terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa “ the organization is based on the principle of the sovereign equality of all its members” Prinsip yang terdapat dalam piagam PBB ini dipertegas lagi dalam Resolusi Majelis Umum Nomor 2625/1970 yang menyatakan bahwa :

“Setiap negara menikmati persamaan kedaulatan dan setiap negara mempunyai hak dan keajiban yang sama sebagai anggota masyarakat Internasional tanpa membedakan sistem ekonomi, sosial dan politik.” 16

Negara memiliki kemerdekaan dan kedaulatan atas warga negaranya dan urusannya dalam batas wilayahnya, Negara yang berdaulat memiliki hak dan kewajiban seperti yang dikemukakan diatas, Disamping itu ada juga beberapa hak lain berupa kekuasaan, yaitu :

1. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik.

2. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing.

3. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya dinegara lain.

4. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya, negara- negara anggota PBB merefleksikan persamaan didepan hukum (equality before the law) yaitu : Setiap negara menikmati personalitas hukum yang sama tanpa membedakan ukuran greografis, jumlah penduduk, kekuatan militer, kekuatan ekonomi dan sebagainya.

“ Prinsip kedaulatan mencakup pengertian kedaulatan intern dan ekstern

15 Nkambo Mugerwa, subjecsts of International law, edited by max sorensen, mac Milan, New York, 1968 dalam Boer Mauna, Hukum Internasional, pengertian peranan danfungsi daam era dinamika global, (Bandung PT. Alumni, , 2005) hal. 24.

16 Iman Santoso, opcit, hal. 35.

(25)

(internal dan external sovereignity) kedaulatan internal dan eksternal ini saling terkait dan bahkan kedaulatan eksternal merefleksikan kensekuensi logis adanya kedaulatan internal. 17

Yurisdiksi adalah kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat. 18

Mengenai Yurisdiksi, masyarakat internasional mengakui bahwa setiap negara mempunyai hak eklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterikatan atau pembatasan dari hukum Internasional. Yurisdiksi ini bersumber pada kedaulatan negara yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum Internasional untuk mengatur segala sesuatu yang ada terjadi dalam negara.

Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara. Yurisdiksi suatu negara menunjuk kepada kompetensi negara tersebut untuk mengatur orang- orang dan kekayaan dengan hukum nasionalnya (pidana dan perdata).

Kompetensi ini mencakup yurisdiksi untuk menentukan (dan melarang), untuk mengadili dan melaksanakan undang-undang. Yurisdiksi merupakan refleksi atau pencerminan dari prinsip dasar kedaulatan negara, kesamaan derajat dan tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing.19

Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara juga diartikan sebagai peran dari pemerintah Indonesia untuk mengatur dan mempunyai kedaulatan penuh secara yuridis terhadap setiap orang yang masuk maupun keluar, baik itu warga negaranya ataupun juga warga negara asing dibidang

17 Brunno simma, (ed), the carter of yhe united nations ; a Commentar, oxford university, press, 1995 hal 73-89 dalam Boer Mauna, opcit, hal 38.

18 Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bungsu rampai, (Bandung;

Alumni, 1999) hal. 16.

19 Iman Santoso, opcit hal. 45

(26)

Keimigrasian berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective Policy) berdasarkan pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

20

Dalam kaitannya dengan prinsip dasar kedaulatan negara, suatu negara yang berdaulat menjalankan jurisdiksi/kewenangannya dalam wilayah negara itu. Kedaulatan dan jurisdiksi mempunyai keterkaitan yang erat. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi dari suatu negara, ini berarti diatas kedaulatan itu tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi

Hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu lintas manusia masuk keluar ataupun pengawasan orang asing disuatu negara, tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia.21

Selain fungsi regulasi yang mengandung aspek hukum administratif, hukum Keimigasian juga memiliki fungsi penegakan hukum polisional keimigrasian. Fungsi ini mencakup hal-hal seperti penolakan orang asing untuk masuk wilayah republik Indonesia karena tidak memenuhi syarat, pengenaan tindakan keimigrasian, serta pembatalan izin tinggal, selain tindakan keimigrasian dapat juga dikenakan tindakan administrtif seperti denda administratif. Harus dibedakan bahwa putusan denda disini adalah bersifat administratif yang dinyatakan dengan pejabat administartif bukan pidana denda yang dimaksud dalam pasal 10 KUHP yang diputuskan oleh hakim peradilan pidana.

Fungsi penegakan hukum keimigrasian yang bersifat pro yustisia yang merupakan salah satu rangkaian dalam proses peradilan pidana oleh karena itu tunduk pada hukum acara pidana. Keberatan terhadap tindakan penyidikan dapat

20 Ibid, hal 46

21 Bagir Manan “Hukum Keimigrasian dalam sistem hukum nasional” (makalah) disampaikan pada rapat kerja nasional Keimigrasian, (Departemen Hukum dan Perundang-undangan, Jakarta 14-15 Januari 2000, ) hal. 7-9.

(27)

mengajukan peradilan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 merupakan bagian hukum pidana administrasi yaitu hukum pidana dibidang pelanggaran administrasi yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana administrasi (administrative law) 22 Penggunaan sanksi pidana pidana dalam hukum administrasi (administrative penal law) pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana (penal policy).23

Sejalan dengan perkembangan Keimigrasian, lahirlah Undang-undang tentang keimigrasian terbaru yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 yang mengatur tentang hal ihwal keimigrasian, baik itu tentang orang asing yang masuk dan keluar ataupun warga negara asing yang masuk dan keluar dari wilayah kesatuan republik Indonesia.

Teori Kedaulatan digunakan dalam penulisan Tesis ini ialah dikarenakan fungsi dan peranan Keimigrasian dalam Konteks perkembangan dunia saat itu dan sekarang memiliki aspek nasional dan aspek Internasional, Fungsi Keimigrasian memiliki aspek Nasional karena peraturan Perundang-undangan Keimigrasian berfungsi mengatur lalu lintas orang dan melindungi kepentingan nasional. Di sisi lain fungsi keimigrasian juga memiliki aspek Internasional, karena peraturan perundang-undangan Keimigrasian mengatur lalu lintas orang asing dengan menggunakan pendekatan kerjasama Internasional dan harus tetap berpegang teguh prinsip Kedaulatan negara.

2. Konsepsi

Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara

22 Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2003) hal. 14.

23 Ibid, hal. 15.

(28)

abstraksi dan realita.24Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi operasional25

Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi subyektif konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek tersebut. Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep.26

Konsep merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperuan analitis”.

27

Dalam kerangka konseptional diungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang akan dopergunakan sebagai dasar penelitian hukum.28 Selanjutnya konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu.

Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variable-variable yang ingin menetukan adanya gejala empiris.29

24 Masri Singarimbun dkk. Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES,1989) hal.34

25 Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo, 1998) hal.307

26 Komaruddin, Yooke Tjuparmah S Komaruddi. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006) hal.122

27 Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,1996) hal.70

28 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hal.7

29 Koentjoro Ningrat. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. (Jakarta : PT.

Gramedia Pustaka Utama, 1997) hal.21

(29)

Beranjak dari judul tesis ini yaitu “Analisis hukum Tentang Kebijakan Selective (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia maka dapatlah dijelaskan konsepsi ataupun pengertian dari kata demi kata dalam judul tersebut, yaitu sebagai berikut ;

a. Hukum ialah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat. Oleh karena itu harus ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, Dalam penelitian ini hukum dimaksud adalah peraturan Perundang-undangan di bidang Keimigrasian.

b. Kebijakan Selektif (Selective Policy) ialah sebuah kebijakan pemerintah yakni Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (KemenkumHam) dalam hal keimigrasian sehingga berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang bermanfaat bagi negara Indonsia yang dapat diizinkan masuk ke wilayah Indonesia.

c. Keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedauatan negara.

d. Imigrasi ialah Pindah, datang atau pemboyongan orang-orang masuk ke suatu negara dalam hal imigrasi diartikan sebagai masuknya orang asing ke wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia.

e. Petugas Imigrasi adalah Pegawai yang telah melalui pendidikan khusus keimigrasian dan memiliki keahlian khusus keimigrasian dan meiliki keahlian tekhnis keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab berdasarkan undang-undang keimigrasian.

(30)

f. Orang asing ialah orang yang bukan warga negara Indonesia.

g. Pelanggaran Imigrasi ialah suatu tindakan keimigrasian yang dilakukan dalam bentuk tindakan pidana keimigrasian.

h. Kedaulatan Negara ialah Kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya khususnya tentang keimigrasian.

i. Tindak Pidana Keimigrasian ialah segala tindakan yang dilakukan baik itu tindak pidana pelanggaran ataupun tindak pidana Kejahatan di bidang Keimigrasian

j. Tindakan Keimigrasian ialah segala perbuatan yang dilakukan seseorang, baik itu berdasarkan Undang-undang ataupun melanggar Undang-undang tentang Keimigrasian.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian, baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan hukum yang berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di bidang Keimigrasian.

Berkenaan dengan judul Tesis ini yakni “Analisis hukum Tentang Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan.

Menggunakan pendekatan yuridis normatif oleh karena sasaran penelitian

(31)

ini adalah hukum yang berkenaan/berkaitan dengan Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia ditinjau dari Undang-undang maupun Peratuan-peraturan yang berkaitan dengan Keimigrasian, Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti sempit (value), Peraturan hukum konkrit.

Penelitian ini sering disebut juga penelitian dokumenter untuk memperoleh data sekunder dibidang hukum. Penelitian lebih meliputi penelitian asas- asas hukum, sumber-sumber hukum, Peraturan perundang-undangan yang berlaku, literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Titik berat penelitian tertuju pada penelitian dokumenter, yang berarti lebih banyak menelaah dan mengkaji data sekunder yang diperoleh dari penelitian.

2. Sumber Data/Bahan Hukum.

Data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder sebagai data utama dan data primer sebagai data pendukung. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Studi kepustakaan dari arsip- arsip, bahan pustaka, yang terdiri dari :

1. Bahan hukum primer,30

2. Bahan hukum sekunder,

yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu : Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan peraturan-peraturan pelaksananya.

31

3. Bahan Hukum Tertier yaitu bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus, Ensiklopedia, dan sebagainya.

yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, antara lain berupa jurnal, buku-buku dan sebagainya.

30 Ronny Hanitijo Soemitro, Mestodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988) hal. 55.

31 Ibid.hal 56

(32)

Selain data sekunder, juga digunakan data primer sebagai data penunjang yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya yang dihadapi oleh para Petugas keimigrasian dilapangan dikaitkan dengan peraturan-peraturan ataupun perundang-undangan tertulis bahagian dari data sekunder, yaitu data yang diambil langsung dengan wawancara dengan kepala Kantor Imigrasi klass I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan.

3. Tekhnik Pengumpulan Data.

Sebagai penelitian hukum Normatif, penelitian ini menitikberatkan pada studi kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder dan didukung oleh data primer. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi Pemerintah, Undang-Undang, makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti,

Selain data sekunder, penulis juga menggunakan data primer, yaitu data yang diambil langsung dengan wawancara yang dilakukan secara terarah (directive interview),32 yaitu Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan. Wawancara dilakukan penulis dikarenakan peraturan-peraturan tentang keimigrasian baik itu pelaksanaan maupun kebijakan tertulis yang ada berbeda dengan fenomena dilapangan, sehingga penulis melakukan wawancara dengan nara sumber, sehingga penulis mendapatkan kebenaran dari fenomena dilapangan disingkronkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

32 Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., hal. 60.

(33)

4. Alat Pengumpulan Data.

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :

a. Studi dokumen.

Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan dengan materi penelitian.33

b. Pedoman Wawancara (guide interview).

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang berkepentingan guna memperoleh keterangan atau data-data yang diperlukan. Alat yang dipergunakan adalah pedoman wawancara (guide interview) dengan melakukan wawancara langsung dimana wawancara yang dilakukan ialah dengan sistem wawancara terbuka, yakni dalam memberikan pertanyaan- pertanyaan kepada nara sumber penulis tidak meyediakan jawabannya.

Wawancara dilakukan pada Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan, wawancara menurut penulis perlu dilakukan dikarenakan data yang perlu diambil ataupun kebenaran yang ingin penulis dapat dilapangan untuk memperbanyak literatur dari pada tesis ini, sehingga penulis dapat menambah apa saja data yang ada dilapangan yang tidak dapat penulis temukan didalam Bahan-bahan hukum Sekunder.

33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, Universitas Indonesia Press, 1986) hal. 21.

(34)

5. Analisis Data.

Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya dilakukan

pengelompokkan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata.34

Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengumpulkan data primer dan sekunder, selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan pengelompokan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehingga mudah dibaca dan dimengerti. Selanjutnya dilakukan klasifikasi data menurut jenisnya dalam bentuk persentase.

Kemudian data yang telah disusun secara sistematik dianalisis secara kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam Kebijakan Selektif (Selective police) masuknya orang asing ke Indonesia.

Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode induktif sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.

34 Erickson dan Nosanchuk. Memahami Data Statistik Untuk Ilmu Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1996) hal.17

(35)

BAB II

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA

ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA

A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia.

Migrasi sebagai suatu gerak pindah manusia memasuki wilayah suatu Negara dengan niat untuk mencari nafkah dan tinggal menetap disana, defenisi mana telah sama disetujui dalam konfrensi Internasional tentang Emigrasi dan Imigrasi pada tahun 1924 di Roma.35 Setelah Indonesia merdeka, Politik imigrasi diselaraskan dengan politik Negara kita. Demi keselamatan Negara dan kesejahteraan bangsa maka imigrasi Indonesia memakai politik saringan, (Selective Policy) Artinya harus teliti dengan perizinan orang asing yang masuk kewilayah Indonesia, yakni hanya tenaga ahli yang dibutuhkan saja yang boleh masuk.itupun dibatasi, baik jumlah maupun jangka waktu menetapnya. 36

Kebijakan selektif (Selective Policy) tidak terlepas dari Keimigrasian, dimana Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah atau negara ke luar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya, immigratio dalam bahasa latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu negara untuk masuk kenegara lain. Pada hakekatnya emigrasi dan imigrasi menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk antar negara, tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang

35 Direktorat Jenderal Imigrasi, Buku kenangan 50 tahun Imigrasi, hal 15.

36 Ibid, hal 16.

(36)

pindah ke negara lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi, namun bagi negara yang didatangi orang tersebut peristiwa ini disebut sebagai peristiwa imigrasi. 37

Sekalipun pada mulanya kata imigrasi berarti perpindahan orang atau kelompok orang dari tempat asal ke tempat baru untuk tujuan menetap, namun dewasa ini mempunyai arti yang lebih luas. Mengacu pada lalulintas orang antar negara, baik bersifat permanen maupun temporer. Perkembangan kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi yang makin cepat dan kompleks, semakin memungkinkan hubungan antar negara dalam jangkauan waktu yang relatif singkat.

Jika pada periode primitif pola migrasi lebih dimaksudkan pada usaha untuk menghindarkan diri dari kemungkinan bahaya yang mengancam, seperti bencana alam disamping berusaha memperoleh lebih banyak sumber makanan, maka pola migrasi dewasa ini tidak terlepas dari aspek sederhana diatas.

Naluri manusia selalu berusaha terus menerus mencari lingkungan yang lebih memungkinkan memberikan ketenteraman dan kenikmatan yang cenderung tiada terbatas. Dengan demikian, sejalan dengan perkembangan kemampuan intelegensia manusia, motivasi untuk melakukan migrasi pun semakin beragam.

Sejarah perkembangan Imigrasi di Indonesia dimulai dari masa sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan, dimana masa sesudah kemerdekaan hingga sekarang keberadaan Imigrasi di Indonesia amat dibutuhkan dalam upaya menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional. Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh

37 M. Iman Santoso, 2004, Prespektif Imigrasi Dalam Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, hal 14 - 15

(37)

Pemerintah Penjajahan dan sebagian dibentuk sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945. Selain kehadiran berbagai peraturan perundang-undangan yang tersebar, terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi tugas dan wewenang Keimigrasian seperti turut menjaga keseinambungan pembangunan kemajuan ilmu dan tekhnologi serta berkembangnya kerjasama regional dan Internasional yang pada gilirannya mendorong meningkatnya arus menusia untuk masuk dan keluar wilayah Indonesia.38

1. Masuk, Berada Dan Keluar Dari Indonesia

Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan kebijakan selektif, yang mencakup masuk, berada, serta keluar dari wilayah Indonesia, berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan Indonesia sajalah yang dapat diberi ijin masuk, ijin berada di Indonesia, sedangkan untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan kewajibannya di Indonesia barulah ia boleh keluar dari Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka, dalam Pasal 3 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa : untuk melaksanakan fungsi keimigrasian, pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian dimana kebijakan keimigrasian dilaksanakan oleh menteri yang bertanggung jawab hingga sepanjang garis perbatasan wilayah Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi tempat pemeriksaan imigrasi dan pos lintas batas.

Ditegaskan bahwa Undang-undang tentang Keimigrasian menganut kebijakan yang bersifat selektif, yaitu kebijakan yang meneliti setiap kedatangan, keberadaan dan keluarnya orang asing dari dan wilayah

38 Ibid, hal 17-18.

(38)

Indonesia.Kebijakan ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kesejahteraan (Prossperity Approach) yang meneliti sejauh mana orang asing memberikan manfaat keuntungan bagi bangsa dan Negara. Pendekatan Keamanan (security Approach) yaitu meneliti sejauh mana orang asing tidak mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dan Negara. 39

Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah. Adapun dokumen yang diperlukan untuk masuk, tinggal dan keluar dari wilayah Republik Indonesia yang merupakan dokumen negara terdiri dari :

a. Paspor; dan

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor.

Paspor terdiri atas:

a. Paspor diplomatik;

b. Paspor dinas; dan c. Paspor biasa.

Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri atas:

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia;

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing; dan c. Surat perjalanan lintas batas atau pas lintas batas;

2. Perizinan Keimigrasian.

39 Iman Santoso, Perspektif Imigrasi dalam United Nation Convention Against Transnastional Organized Crime, opcit, hal 76.

(39)

Dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang, Keimigrasian disebutkan bahwa :

1) setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin tinggal.

2) Izin tinggal diberikan kepada orang asing sesuai dengan visa dimilikinya.

3) Izin tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas : a. Izin tinggal diplomatik.

b. Izin tinggal dinas c. Izin tinggal kunjungan.

d. Izin Tinggal Terbatas e. Izin Tinggal Tetap.”

1. Izin tinggal diplomatik.

Pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal diplomatik diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan visa Diplomatik.

2. Izin tinggal Dinas

Pada Pasal 49 ayat (2) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal Dinas diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan visa Dinas.

3. Izin tinggal Kunjungan.

Pada Pasal 50 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal kunjungan diberikan kepada :

a. Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa kunjungan

b. Anak yang baru lahir diwilayah Indonesia dan pada saat lahir ayah dan/atau ibunya pemegang izin kunjungan.

(40)

Didalam Pasal 51 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa izin tinggal kunjungan berakhir karena pemegang izin tinggal kunjungan :

a. Kembali kenegara asalnya.

b. Izinnya telah habis masa berlaku

c. Izinnya beralih status menjadi izin tinggal terbatas

d. Izinnya dibatalkan oleh menteri atau pejabat imigran yang ditunjuk.

e. Dikenai deportase atau f. Meninggal dunia.

4. Izin Tinggal Terbatas

Izin tinggal terbatas diberikan kepada :

1) Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa tinggal terbatas

2) Anak yang pada saat lahir di wilayah Indonesia ayah dan/atau ibunya pemegang izin tinggal terbatas.

3) Orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia ; atau 4) Anak dari orasng asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia.

Visa tinggal terbatas diberikan kepada mereka yang bermaksud untuk :40 1) Menanamkan modal;

2) Bekerja;

3) Malaksanakan tugas sebagai rohaniawan;

4) Mengikuti pendidikan dan latihan atau melakukan penelitian ilmiah;

5) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan atau anak sah dari seorang Warga Negara Indonesia;

40 Lihat Pasal 1 ayat (2) huruf e Peraturan Pemerintah RI no. 32 tahun1994 tentang Visa, Izin masuk dan izin Kemigrasian.

(41)

6) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi istri dan anak-anak sah di bawah di bawah umur dari orang asing sebagaimana dimaksud dalam huruf e angka 1, angka 2, angka 3, dan anga 4;

7) Repatriasi.

5. lzin Tinggal Tetap

Izin tingal tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia. Perpanjangan izin tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum izin tinggal tetap berakhir.

Dalam hal izin tinggal tetap berakhir sedangkan keputusan Direktur jenderal Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing yang bersangkutan dapat memberikan perpanjangan sementara izin tinggal tetap paling lama (90) hari terhitung sejak izin tinggal tetap berakhir.

B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Keimigrasian di Indonesia

Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan Hindia Belanda.41

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst diserah terimakan dari H. Breekland kepada kepala jawatan imigrasi dari tangan pemerintah Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia,

41 Abdullah Sfahriful, Memperkenalkan hukum Keimigrasian (Jakarta; Grafika Indonesia, 2005) hal 50.

(42)

yaitu perubahan dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door policy) untuk kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.

Dianggap Keimigrasian tersebut masih bersifat “tambal sulam”karena sebagaian besar masih dari peraturan tersebut merupakan warisan dari pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan , bedasarkan pasal II aturan peralihan UUD 1945. Selain itu pembentukan hukum dibidang Keimigrasian baik Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dilakukan secara Parsial. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, akibatnya pembentukan hukum dibidang Keimigrasian menjadi tumpang tindih dan tidak tertata secara Sistematis, sehingga dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011yang menjawab permasalahan tersebut, dimana keimigrasian menurut Undang-undang tersebut bersifat Selektve Policy.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1 menyebutkan : “Keimigrasian adalah hal-ikwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Republik Indonesia”.

Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

2. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai pengawasan orang asing di wilayah Republik Indonesia.

(43)

Unsur pertama, pengaturan lalu-lintas keluar masuk wilayah Indonesia.

berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia harus melewati tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan menteri kehakiman sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point).

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk wilayah tidak melalui tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), merupakan tindakan yang dapat dipidana.

Unsur kedua dan pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan” adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang telah ditentukan42

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan . Dengan demikian pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar-masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada

42 Ibid, hal 45

(44)

dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa. Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya. Selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal warga asing tersebut. Dari keseluruhan prosedur keimigrasian yang ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif.43

2. Fungsi Keimigrasian

Berdasarkan pengertian umum, dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya keimigrasian merupakan : “suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknva setiap orang dari dan kedalam wilayah Republik Indonesia, serta pengawasan terhadap keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia”44

Secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam konsep trifungsi imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum.

(peraturan hukum.) kemigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian, dalam operasionalisasinya harus selalu mengandung trifiungsi yaitu:

.

45

a. Fungsi pelayanan masyarakat

43 Abdullah Sfahriful, Memperkenalkan hukum Keimigrasian (Jakarta; Grafika Indonesia) hal 64.

44 Ibid hal. 21

45 Iman Santoso, opcit, hal 56-57

(45)

Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan pemerintah atau administrasi negara yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari aspek itu, imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik kepada Warga negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari :

1) Pemberian paspor/pemberian surat perjalanan laksana paspor (SPLP)/pas lalu lintas batas (PLB), dan

2) Pemberian tanda bertolak/ masuk

Pelayanan bagi Warga Negara Asing terdiri dari :

1. Pemberian dokumen keimigrasian berupa: kartu izin tinggal terbatas keimigrasian (KITAS), kartu izin tinggal tetap (KITAP), kemudahan khusus keimigrasian (DAHSUSKIM).

2. Perpanjangan izin tinggal meliputi: visa kunjungan wisata (VKM), visa kunjungan sosial budaya (VKSB), visa kunjungan usaha (VKU).

3. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM 4. Pemberian izin masuk kembali, izin bertolak

5. Pemberian tanda bertolak dan masuk.

b. Fungsi penegakan hukum

Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum keimigrasian itu ditegakkan kepada, setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

Penegakan hukum keimigrasian terhadap Warga Negara, Indonesia (WNI), ditujukan pada permasalahan :

1. Pemalsuan identitas

Referensi

Dokumen terkait

bidang keimigrasian yang mengatur lalu-lintas orang asing di Wilayah Negara Republik Indonesia, yang mana dalam pelaksanaanya merujuk pada ketentuan Undang-Undang Nomor 6

PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN OLEH PPNS KEIMIGRASIAN TERHADAP. WARGA NEGARA ASING YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN

Dengan adanya keputusan penangkalan terhadap orang asing dan/atau WNI tertentu tersebut, maka menurut Pasal 101 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2011 tentang Keimigrasian,

Menurut Peraturan Pemerintah nomor 31 tahun 2013 tentang peraturan pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Pasal 172 angka 2, pengawasan

Dari kedua contoh diatas dapat dipahami bahwa yang bersangkutan dikenakan Pasal 78 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian mengenai: (1) Orang Asing

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui pemeriksaan permohonan visa. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya khususnya di

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian menentukan bahwa dalam rangka pengawasan orang

KESIMPULAN Adapun yang menjadi kesimpulan pembahasan tentang Analisis Fikih Siyasah Terhadap Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang menjadi jawaban atas rumusan