• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia. - Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berd

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN DI INDONESIA A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia. - Kebijakan Selektif (Selective Policy) Masuknya Orang Asing ke Indonesia Berd"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KEBIJAKAN SELEKTIF (SELEKTIF POLICY) MASUKNYA ORANG ASING KE INDONESIA DALAM PERATURAN KEIMIGRASIAN

DI INDONESIA

A. Kebijakan Selektif Masuknya orang Asing Ke Indonesia.

Migrasi sebagai suatu gerak pindah manusia memasuki wilayah suatu Negara dengan niat untuk mencari nafkah dan tinggal menetap disana, defenisi mana telah sama disetujui dalam konfrensi Internasional tentang Emigrasi dan Imigrasi pada tahun 1924 di Roma.35 Setelah Indonesia merdeka, Politik imigrasi diselaraskan dengan politik Negara kita. Demi keselamatan Negara dan kesejahteraan bangsa maka imigrasi Indonesia memakai politik saringan, (Selective Policy) Artinya harus teliti dengan perizinan orang asing yang masuk kewilayah Indonesia, yakni hanya tenaga ahli yang dibutuhkan saja yang boleh masuk.itupun dibatasi, baik jumlah maupun jangka waktu menetapnya. 36

Kebijakan selektif (Selective Policy) tidak terlepas dari Keimigrasian, dimana Istilah imigrasi berasal dari bahasa Latin migratio yang artinya perpindahan orang dari suatu tempat atau negara menuju ke tempat atau negara lain. Ada istilah emigratio yang mempunyai arti berbeda, yaitu perpindahan penduduk dari suatu wilayah atau negara ke luar menuju wilayah atau negara lain. Sebaliknya, immigratio dalam bahasa latin mempunyai arti perpindahan penduduk dari suatu negara untuk masuk kenegara lain. Pada hakekatnya emigrasi dan imigrasi menyangkut hal yang sama yaitu perpindahan penduduk antar negara, tetapi yang berbeda adalah cara memandangnya. Ketika seseorang

35

Direktorat Jenderal Imigrasi, Buku kenangan 50 tahun Imigrasi, hal 15.

36Ibid

(2)

pindah ke negara lain, peristiwa ini dipandang sebagai peristiwa emigrasi, namun bagi negara yang didatangi orang tersebut peristiwa ini disebut sebagai peristiwa imigrasi. 37

Sekalipun pada mulanya kata imigrasi berarti perpindahan orang atau kelompok orang dari tempat asal ke tempat baru untuk tujuan menetap, namun dewasa ini mempunyai arti yang lebih luas. Mengacu pada lalulintas orang antar negara, baik bersifat permanen maupun temporer. Perkembangan kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi yang makin cepat dan kompleks, semakin memungkinkan hubungan antar negara dalam jangkauan waktu yang relatif singkat.

Jika pada periode primitif pola migrasi lebih dimaksudkan pada usaha untuk menghindarkan diri dari kemungkinan bahaya yang mengancam, seperti bencana alam disamping berusaha memperoleh lebih banyak sumber makanan, maka pola migrasi dewasa ini tidak terlepas dari aspek sederhana diatas. Naluri manusia selalu berusaha terus menerus mencari lingkungan yang lebih memungkinkan memberikan ketenteraman dan kenikmatan yang cenderung tiada terbatas. Dengan demikian, sejalan dengan perkembangan kemampuan intelegensia manusia, motivasi untuk melakukan migrasi pun semakin beragam.

Sejarah perkembangan Imigrasi di Indonesia dimulai dari masa sebelum kemerdekaan dan masa sesudah kemerdekaan, dimana masa sesudah kemerdekaan hingga sekarang keberadaan Imigrasi di Indonesia amat dibutuhkan dalam upaya menjamin kemanfaatan dan melindungi berbagai kepentingan nasional. Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh 37

(3)

Pemerintah Penjajahan dan sebagian dibentuk sesudah Proklamasi 17 Agustus 1945. Selain kehadiran berbagai peraturan perundang-undangan yang tersebar, terdapat pula faktor lain yang mempengaruhi tugas dan wewenang Keimigrasian seperti turut menjaga keseinambungan pembangunan kemajuan ilmu dan tekhnologi serta berkembangnya kerjasama regional dan Internasional yang pada gilirannya mendorong meningkatnya arus menusia untuk masuk dan keluar wilayah Indonesia.38

1. Masuk, Berada Dan Keluar Dari Indonesia

Masuknya orang asing ke Indonesia harus sesuai dengan kebijakan selektif, yang mencakup masuk, berada, serta keluar dari wilayah Indonesia, berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang menguntungkan Indonesia sajalah yang dapat diberi ijin masuk, ijin berada di Indonesia, sedangkan untuk ijin keluar setelah ia menyelesaikan kewajibannya di Indonesia barulah ia boleh keluar dari Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka, dalam Pasal 3 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa : untuk melaksanakan fungsi keimigrasian, pemerintah menetapkan kebijakan keimigrasian dimana kebijakan keimigrasian dilaksanakan oleh menteri yang bertanggung jawab hingga sepanjang garis perbatasan wilayah Indonesia dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi yang meliputi tempat pemeriksaan imigrasi dan pos lintas batas.

Ditegaskan bahwa Undang-undang tentang Keimigrasian menganut kebijakan yang bersifat selektif, yaitu kebijakan yang meneliti setiap kedatangan, keberadaan dan keluarnya orang asing dari dan wilayah

38Ibid

(4)

Indonesia.Kebijakan ini menggunakan dua pendekatan, yaitu kesejahteraan (Prossperity Approach) yang meneliti sejauh mana orang asing memberikan manfaat keuntungan bagi bangsa dan Negara. Pendekatan Keamanan (security Approach) yaitu meneliti sejauh mana orang asing tidak mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dan Negara. 39

Setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia wajib melalui pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah. Adapun dokumen yang diperlukan untuk masuk, tinggal dan keluar dari wilayah Republik Indonesia yang merupakan dokumen negara terdiri dari :

a. Paspor; dan

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor.

Paspor terdiri atas: a. Paspor diplomatik;

b. Paspor dinas; dan

c. Paspor biasa.

Surat Perjalanan Laksana Paspor terdiri atas:

a. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk warga negara Indonesia;

b. Surat Perjalanan Laksana Paspor untuk Orang Asing; dan

c. Surat perjalanan lintas batas atau pas lintas batas;

2. Perizinan Keimigrasian.

39

(5)

Dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang, Keimigrasian disebutkan bahwa :

1) setiap orang asing yang berada di wilayah Indonesia wajib memiliki izin tinggal.

2) Izin tinggal diberikan kepada orang asing sesuai dengan visa dimilikinya. 3) Izin tinggal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Izin tinggal diplomatik. b. Izin tinggal dinas c. Izin tinggal kunjungan. d. Izin Tinggal Terbatas e. Izin Tinggal Tetap.” 1. Izin tinggal diplomatik.

Pada Pasal 49 ayat (1) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal diplomatik diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan visa Diplomatik.

2. Izin tinggal Dinas

Pada Pasal 49 ayat (2) Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal Dinas diberikan kepada orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia dengan visa Dinas.

3. Izin tinggal Kunjungan.

Pada Pasal 50 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa Izin tinggal kunjungan diberikan kepada :

a. Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa kunjungan

(6)

Didalam Pasal 51 Undang-undang nomor 6 tahun 2011 disebutkan bahwa izin tinggal kunjungan berakhir karena pemegang izin tinggal kunjungan :

a. Kembali kenegara asalnya. b. Izinnya telah habis masa berlaku

c. Izinnya beralih status menjadi izin tinggal terbatas

d. Izinnya dibatalkan oleh menteri atau pejabat imigran yang ditunjuk. e. Dikenai deportase atau

f. Meninggal dunia. 4. Izin Tinggal Terbatas

Izin tinggal terbatas diberikan kepada :

1) Orang asing yang masuk wilayah Indonesia dengan visa tinggal terbatas

2) Anak yang pada saat lahir di wilayah Indonesia ayah dan/atau ibunya pemegang izin tinggal terbatas.

3) Orang asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia ; atau 4) Anak dari orasng asing yang kawin secara sah dengan warga negara Indonesia.

Visa tinggal terbatas diberikan kepada mereka yang bermaksud untuk :40 1) Menanamkan modal;

2) Bekerja;

3) Malaksanakan tugas sebagai rohaniawan;

4) Mengikuti pendidikan dan latihan atau melakukan penelitian ilmiah;

5) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi isteri dan atau anak sah dari seorang Warga Negara Indonesia;

40

(7)

6) Menggabungkan diri dengan suami dan atau orang tua bagi istri dan anak-anak sah di bawah di bawah umur dari orang asing sebagaimana dimaksud dalam huruf e angka 1, angka 2, angka 3, dan anga 4;

7) Repatriasi.

5. lzin Tinggal Tetap

Izin tingal tetap diberikan kepada orang asing untuk tinggal menetap di Indonesia. Perpanjangan izin tinggal tetap diajukan paling lama 60 (enam puluh) hari sebelum izin tinggal tetap berakhir.

Dalam hal izin tinggal tetap berakhir sedangkan keputusan Direktur jenderal Imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal orang asing yang bersangkutan dapat memberikan perpanjangan sementara izin tinggal tetap paling lama (90) hari terhitung sejak izin tinggal tetap berakhir.

B. Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Indonesia 1. Keimigrasian di Indonesia

Di Indonesia pemeriksaan keimigrasian telah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Pada saat itu, terdapat badan pemerintah kolonial Belanda bernama Immigratie Dienst yang bertugas menangani masalah keimigrasian untuk seluruh kawasan Hindia Belanda.41

Sejak Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, namun baru pada tanggal 26 Januari 1950 Immigratie Dienst diserah terimakan dari H. Breekland kepada kepala jawatan imigrasi dari tangan pemerintah Belanda ke tangan Pemerintah Indonesia, tetapi yang lebih penting adalah peralihan tersebut merupakan titik mula dari era baru dalam politik hukum keimigrasian Indonesia,

41

(8)

yaitu perubahan dari politik hukum keimigrasian yang bersifat terbuka (open door policy) untuk kepentingan pemerintahan kolonial, menjadi politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif didasarkan pada kepentingan nasional Indonesia.

Dianggap Keimigrasian tersebut masih bersifat “tambal sulam”karena sebagaian besar masih dari peraturan tersebut merupakan warisan dari pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan , bedasarkan pasal II aturan peralihan UUD 1945. Selain itu pembentukan hukum dibidang Keimigrasian baik Undang-undang maupun Peraturan Pemerintah dilakukan secara Parsial. Hal ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pada saat itu, akibatnya pembentukan hukum dibidang Keimigrasian menjadi tumpang tindih dan tidak tertata secara Sistematis, sehingga dikeluarkanlah Undang-undang nomor 6 tahun 2011yang menjawab permasalahan tersebut, dimana keimigrasian menurut Undang-undang tersebut bersifat Selektve Policy.

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, dalam pasal 1 menyebutkan : “Keimigrasian adalah hal-ikwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Republik Indonesia”.

Dengan demikian, menurut Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian terdapat dua unsur pengaturan yang penting, yaitu :

1. Pengaturan tentang berbagai hal mengenai lalu-lintas orang keluar, masuk, dan tinggal dari dan ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia.

(9)

Unsur pertama, pengaturan lalu-lintas keluar masuk wilayah Indonesia. berdasarkan hukum internasional pengaturan hal ini merupakan hak dan wewenang suatu negara serta merupakan salah satu perwujudan dan kedaulatan sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak membedakan antara emigrasi dan imigrasi. Selanjutnya, pengaturan lalu-lintas keluar-masuk wilayah Indonesia harus melewati tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), yaitu di pelabuhan laut, bandar udara, atau tempat tertentu atau daratan lain yang ditetapkan menteri kehakiman sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia (entry point).

Pelanggaran atas ketentuan ini dikategorikan sebagai tindakan memasuki wilayah negara Indonesia secara tidak sah, artinya setiap tindakan keluar-masuk wilayah tidak melalui tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), merupakan tindakan yang dapat dipidana.

Unsur kedua dan pengertian keimigrasian yaitu pengawasan orang asing di wilayah Indonesia. Dalam rangka ini “pengawasan” adalah keseluruhan proses kegiatan untuk mengontrol atau mengawasi apakah proses pelaksanaan tugas telah sesuai dengan rencana atau aturan yang telah ditentukan42

Pengawasan orang asing meliputi masuk dan keluarnya orang asing ke dan . Dengan demikian pengertian pengawasan orang asing adalah seluruh rangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mengontrol apakah keluar-masuknya serta keberadaan orang asing di Indonesia telah atau tidak sesuai dengan ketentuan keimigrasian yang berlaku.

dari wilayah Indonesia, dan keberadaan serta kegiatan orang asing di wilayah Indonesia. Pengawasan orang asing sebagai suatu rangkaian kegiatan pada

42Ibid,

(10)

dasarnya telah dimulai dan dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia di luar negeri ketika menerima permohonan pengajuan visa. Pengawasan selanjutnya dilaksanakan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi (TPI) ketika pejabat imigrasi dengan kewenangannya yang otonom memutuskan menolak atau memberikan izin tinggal yang sesuai dengan visa yang dimilikinya. Selanjutnya pengawasan beralih ke kantor imigrasi yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal warga asing tersebut. Dari keseluruhan prosedur keimigrasian yang ditetapkan, perlu dipahami bahwa operasionalisasinya dilaksanakan berdasarkan politik hukum keimigrasian yang bersifat selektif.43

2. Fungsi Keimigrasian

Berdasarkan pengertian umum, dapat dinyatakan bahwa pada hakikatnya keimigrasian merupakan : “suatu rangkaian kegiatan dalam pemberian pelayanan dan penegakan hukum serta pengamanan terhadap lalu lintas keluar masuknva setiap orang dari dan kedalam wilayah Republik Indonesia, serta pengawasan terhadap keberadaan warga negara asing di wilayah Republik Indonesia”44

Secara operasional peran keimigrasian dapat diterjemahkan ke dalam konsep trifungsi imigrasi. Dimana konsep ini hendak menyatakan bahwa sistem keimigrasian, baik ditinjau dari budaya hukum keimigrasian, materi hukum. (peraturan hukum.) kemigrasian, lembaga, organisasi, aparatur, mekanisme hukum keimigrasian, sarana dan prasarana hukum keimigrasian, dalam operasionalisasinya harus selalu mengandung trifiungsi yaitu:

.

45

a. Fungsi pelayanan masyarakat

43

Abdullah Sfahriful, Memperkenalkan hukum Keimigrasian (Jakarta; Grafika Indonesia) hal 64.

44Ibid

hal. 21

45

(11)

Salah satu fungsi keimigrasian adalah fungsi penyelenggaraan pemerintah atau administrasi negara yang mencerminkan aspek pelayanan. Dari aspek itu, imigrasi dituntut untuk memberi pelayanan prima di bidang keimigrasian, baik kepada Warga negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA). Pelayanan bagi Warga Negara Indonesia terdiri dari :

1) Pemberian paspor/pemberian surat perjalanan laksana paspor (SPLP)/pas lalu lintas batas (PLB), dan

2) Pemberian tanda bertolak/ masuk

Pelayanan bagi Warga Negara Asing terdiri dari :

1. Pemberian dokumen keimigrasian berupa: kartu izin tinggal terbatas keimigrasian (KITAS), kartu izin tinggal tetap (KITAP), kemudahan khusus keimigrasian (DAHSUSKIM).

2. Perpanjangan izin tinggal meliputi: visa kunjungan wisata (VKM), visa kunjungan sosial budaya (VKSB), visa kunjungan usaha (VKU).

3. Perpanjangan DOKIM meliputi KITAS, KITAP, DAHSUSKIM 4. Pemberian izin masuk kembali, izin bertolak

5. Pemberian tanda bertolak dan masuk. b. Fungsi penegakan hukum

Dalam Pelaksanaan tugas keimigrasian, keseluruhan aturan hukum keimigrasian itu ditegakkan kepada, setiap orang yang berada di dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik itu Warga Negara Indonesia (WNI) atau Warga Negara Asing (WNA).

Penegakan hukum keimigrasian terhadap Warga Negara, Indonesia (WNI), ditujukan pada permasalahan :

(12)

2. Pertanggung jawaban sponsor 3. Kepemilikan paspor ganda

4. Keterlibatan dalam pelaksanaan aturan keimigrasian

Penegakan hukum kepada Warga Negara Asing (WNA) ditujukan pada, permasalahan :

1. Pemalsuan identitas Warga Negara Asing (WNA)

2. Pendaftaran orang asing dan pemberian buku pengawasan orang asing 3. Penyalahgunaan izin tinggal

4. Masuk secara ilegal atau berada secara ilegal 5. Pemantauan/razia

6. Kerawanan keimigrasian secara geografis dalam pelintasan

Secara operasional fungsi penegakan hukum yang dilaksanakan oleh institusi imigrasi Indonesia juga mencakup penolakan pemberian izin masuk, izin bertolak, izin keimigrasian, dan tindakan keimigrasian. Semua itu merupakan bentuk penegakan hukum yang bersifat administratif.

Dalam hal penegakan hukum yang bersifat proyustisia, yaitu kewenangan penyidikan, tercakup tugas penyidikan (pemanggilan, penangkapan, penahanan, pemeriksaan, penggeledahan, penyitaan), pemberkasan perkara, serta pengajuan berkas perkara ke penuntut umum.46

c. Fungsi keamanan

Imigrasi berfungsi secara penjaga pintu gerbang negara. Dikatakan demikian karena imigrasi merupakan institusi pertama dan terakhir yang menyaring kedatangan dan keberangkatan orang asing ke dan dari wilayah Republik Indonesia. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara

46

(13)

Indonesia dijabarkan melalui tindakan pencegahan ke luar negeri bagi Warga Negara Indonesia atas permintaan Menteri Keuangan dan Kejaksaan Agung. Pelaksanaan fungsi keamanan yang ditujukan kepada Warga Negara Asing (WNA) adalah :

1. Melakukan seleksi terhadap setiap maksud kedatangan orang asing melalui pemeriksaan permohonan visa.

2. Melakukan kerjasama dengan aparatur keamanan negara lainnya khususnya di dalam memberikan supervise perihal penegakan hukum keimigrasian.

3. Melakukan operasi intelijen keimigrasian bagi kepentingan keamanan negara.

4. Melaksanakan pencegahan dan penangkalan, yaitu larangan bagi seseorang untuk meninggalkan wilayah Indonesia dalam jangka waktu tertentu dan/atau larangan untuk memasuki wilayah Indonesia dalam waktu tertentu.

(14)

3. Ruang Lingkup Keimigrasian

Paradigma lama hanya melihat esensi keimigrasian sebatas hal-ihwal orang asing, sehingga muncul pendapat seolah-olah masalah keimigrasian sebatas masalah yang berporos pada atau paling tidak bertalian dengan negara asing. Sebaliknya, paradigma baru melihat bahwa keimigrasian itu bersifat multidimensional, baik itu dalam tatanan nasional maupun internasional. Hal ini lebih disebabkan karena dunia telah menjadi semakin kecil dan bahwa subjek masalah keimigrasian adalah manusia yang bersifat dinamis. Hal itu dapat dijelaskan sebagai berikut :47

1) Bidang Politik

Ada berbagai pendapat yang menyatakan di mana sebenarnya fungsi keimigrasian itu berada. Di satu sisi sebagai bagian dari sistem hukum Administrasi Negara, hukum keimigrasian sering disertai dengan sanksi pidana yang kadangkala terasa janggal. Di sisi lain, hukum keimigrasian juga mengatur kewarganegaraan seseorang. Di samping itu hukum keimigrasian mempunyai kaitan yang sangat erat dengan hubungan internasional. Berbagai pendapat tersebut ada benarnya karena segalanya bergantung pada cara memandang fungsi keimigrasian itu. Di bidang politik sering fungsi keimigrasian ditempatkan pada hubungan-hubungan internasional, disisi lain hak seseorang untuk melintasi batas negara dan bertempat tinggal di suatu negara dilihat sebagai hak asasi manusia. Meskipun demikian, kedaulatan negara penerima juga tidak dapat di abaikan. Berbagai konvensi internasional, seperti United Nations Convention Concerning of Refugees Status 1951 (selanjutnya disebut

47

(15)

konvensi PBB Tahun 1951) menyebutkan hak-hak seorang pengungsi serta kewajiban negara penerima. Pencari suaka politik (asylum seekers) akan mendapatkan hak-hak hidupnya dan perlindungan atas dirinya di negara terakhir ia berada. Itu berarti bahwa ia mendapatkan suatu perlakuan khusus di bidang keimigrasian. Seorang warga negara asing dapat bertempat tinggal di suatu negara tanpa mengikuti ketentuan umum mengenai keimigrasian. Pada kesempatan ini sering hukum keimigrasian digunakan untuk melindungi kepentingan politik suatu negara, seperti yang menyangkut masalah sentimen ras, agama, dan sebagainya.

2) Bidang Ekonomi

(16)

Pemberian fasilitas jasa keimigrasian seperti pemberian izin masuk, izin masuk kembali (re-entry permit), izin masuk beberapa kali perjalanan (multiple re-entry permit) serta bermacam-macam izin tinggal (izin singgah, izin kunjungan, izin tinggal terbatas, izin tinggal tetap) merupakan bagian dari infrastruktur perekonomian. Begitu pula dengan aspek pengawasan orang asing, termasuk pembatasan yang diberlakukan terhadap seorang asing untuk memperoleh izin atau tinggal di suatu negara baik sebagai pencari kerja maupun investor, yang dimaksudkau untuk melindungi warga negaranya dari sisi perekonomian dalam menghadapi persaingan hidup.

Sebagai infrastruktur perekonomian, pembentukan pola-pola keimigrasian dengan alasan perekonomian dalam memberikan izin masuk dan bertempat tinggal bagi warga negara asing ke negaranya, tentu saja memiliki persyaratan yang ketat dan menguntungkan negara tersebut. Begitu pula negara yang termasuk dalam kategori migrant country. Sebagai contoh, Australia, dengan alasan perekonomian, mensyaratkan bahwa orang asing yang mengajukan permohonan untuk masuk dan bertempat tinggal disana harus memiliki rumah dan dana dalam jumlah tertentu sebagai modal kerja yang ditanam dalam suatu perusahaan. kemudian, kinerja perusahaan akan dinilai setiap Tahun sebelum pihak imigrasi Australia memutuskan untuk memberikan izin tinggal tetap bagi orang asing tersebut.

3) Bidang Sosial Budaya

(17)

karena ada interaksi diantara mereka, baik di lingkungan pendatang maupun penerima. Negara berkepentingan, melalui fungsi keimigrasian, untuk tetap menjaga kondisi sosial dan budaya yang ada di dalam masyarakat agar pengaruh dari luar tidak merusak straktur sosial budaya masyarakatnya. Fungsi keimigrasian, melalui kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah, harus mampu menyaring serta mengatur hal-hal dimaksud. diatas.

4) Bidang Keamanan

Permasalahan yang timbul dan berkaitan dengan aspek politis, ekonomis, sosial dan budaya pada masyarakat akan sangat berpengaruh pada stabilitas keamanan negara tersebut. Fungsi keimigrasian yang mengatur serta mengawasi keberadaan orang di negara tersebut akan memiliki peran yang signifikan. Secara universal imigrasi dijadikan sebagai penjuru (vocal point). Kebijakan yang salah atau tidak tepat di dalam menangani masalah ini akan mempunyai dampak yang sangat besar pada bidang lain. Sebagai contoh, kebijakan keimigrasian untuk mengatasi kejahatan terorganisasi lintas negara, harus dapat menjangkau juga bidang lain seperti politik, ekonomi sosial, dan budaya, baik yang berskala nasional regional, maupun Internasional. Oleh karena itu, kebijakan keimigrasian mempunyai keterkaitan substansial yang berdampak beruntun (multiplier effect).

C. Hukum Keimigrasian Indonesia Dalam Sistem Hukum Nasional 1. Kedudukan Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional.

(18)

dan ilmu hukum internasional48. Sejalan dengan perkembangan zaman, telah tumbuh pula berbagai cabang ilmu hukum sebagai disiplin hukum baru, seperti hukum administrasi negara, hukum agraria, hukum pajak, hukum lingkungan, hukum ekonomi, dan hukum keimigrasian. Jika dikaitkan dengan ilmu hukum yang menjadi induknya, hukum keimigrasian adalah bagian dari ilmu hukum kenegaraan, khususnya merupakan ilmu dari hukum adminisitari negara.49

Dengan demikian, keimigrasian dapat dilihat dalam persfektif hukum administrasi negara. Sesungguhnya, masalah keimigrasian justru merupakan sebagian kebijakan organ administrasi negara yang melaksanakan kegiatan pemerintahan (administrasi negara). Kebijakan yang dimaksud adalah gambaran dari perbuatan hukum pemerintah (overheads handeling). Contoh kewenangan imigrasi untuk menangkal dan mencegah orang yang hendak masuk atau keluar wilayah Indonesia.

Hal itu terlihat dari fungsi keimigrasian yang dilaksanakannya, yaitu fungsi penyelenggara pemerintahan atau administrasi negara (bestuur) dan pelayanan masyarakat (publiek dienst), bukan pembentuk undang-undang (wetgever) dan bukan juga fungsi peradilan (rechtspraak).

50

Dalam ilmu pengetahuan hukum dikenal istilah pembidangan hukum yang secara khusus terbagi menurut fungsi pengaturannya. Pembidangan hukum tersebut dalam praktiknya dapat dijabarkan sebagai berikut :51

1. Bidang hukum materil, terdiri atas:

48

A. Ridwan Halim, Flora Limau Mangestu, “Persoalan Praktis Filsafat Hukum dalam Himpunan Distingsi”, (Jakarta : UKI, 1992) hal. 22

49

Iman Santoso, Op. cit, hal. 39

50

Lili Rasjidi, hukum sebagai suatu sistem (Bandung; Remadja Rosdakarya, 2001) hal 86.

51

(19)

1) Hukum negara yang mencakup : hukum tata negara, dan hukum administrasi negara

2) Hukum perdata yang mencakup: hukum pribadi hukum benda, hukum perjanjian, hukum keluarga, hukum waris, hukum objek immaterial, dan hukum penyelewengan perdata dan sikap tindak lain

3) Hukum pidana 2. Bidang hukum formil

1) Hukum tata negara formil atau hukum acara tata negara

2) Hukum administrasi negara formil atau hukum acara administrasi negara 3) Hukum perdata formil atau hukum acara perdata

4) Hukum pidana formil atau hukum acara pidana

4. Bidang Hukum Hubungan Antar Tata Hukum (HATAH), khusus mengatur penyelesaian perkara yang mengandung pertemuan antara dua atau lebih sistem hukum (HATAH intern dan HATAH ekstern).

2. Ruang Lingkup Hukum Keimigrasian Dalam Sistem Hukum Nasional Ruang lingkup keimigrasian tidak lagi hanya mencakup pengaturan, penyelenggaraan keluar masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia, serta pengawasan orang asing yang berada di wilayah Indonesia, tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan penangkalan orang masuk wilayah Indonesia demi kepentingan umum, penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana keimigrasian, serta pengaturan prosedur keimigrasian dan mekanisme pemberian izin keimigrasian. Maka, dapat dikatakan bahwa fungsi keimigrasian merupakan fungsi penyelenggaraan administrasi negara atau penyelenggaraan administrasi pemerintahan (besturr)52

52

Imam Santoso, Opcit,hal. 41

(20)

bagian dari penyelenggaraan kekuasaan eksekutif yaitu fungsi administrasi negara dan pemerintahan, maka Hukum Keimigrasian dapat dikatakan merupakan bagian dari bidang hukum administrasi negara53

Berhubung hukum keimigrasian harus mengikuti dan tunduk pada asas-asas dan kaidah hukum administrasi negara umum (algemene administratiefrecht), terdapat dua asas umum yang harus diterapkan dalam setiap implementasi peran keimigrasian, yaitu :

. Hukum administrasi negara mengatur tata cara menjalankan pemerintahan atau administrasi negara serta mengatur hubungan antara aparatur administrasi negara dan masyarakat yang mencakup dua hal pokok. Pertama, mengatur tata cara administrasi negara (diperkenankan atau diwajibkan) yang mencampuri kehidupan masyarakat, seperti tata cara bepergian ke luar negeri, pemberian izin masuk ke dalam negeri, dan izin bertempat tinggal di Indonesia. Kedua, mengatur tata cara melindungi masyarakat dari pelanggaran hak warga negara ataupun dari bahaya yang ditimbulkan atau berkaitan dengan orang asing.

54

1. Asas-asas umum penyelengaraan administrasi yang baik (general principles of

good administration) yang mencakup asas persamaan perlakuan, asas dapat dipercaya, asas kepastian hukum, asas motivasi yang benar, asas larangan melampaui wewenang, asas tidak sewenang-wenang, asas keseimbangan, dan asas keterbukaan.

Oleh karena itu setiap tindakan yang bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan bagi koreksi dan pelaksanaan kewajiban hukum aparatur keimigrasian atau ganti

53

Bagir Manan, “ Makalah hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional”, disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Keimigrasian, (Jakarta, 14 januari 2000) hal. 7

54

(21)

rugi apabila sudah tidak mungkin lagi dipulihkan. Setiap keputusan yang bertentangan dengan asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik dapat dijadikan dasar tuntutan atau pembatalan, disertai ganti rugi.

2. Asas legalitas, yaitu setiap tindakan pejabat administrasi negara dilaksanakan menurut ukuran hukum yang berlaku mencakup ukuran kewenangan, ukuran isi tindakan atau isi keputusan, ukuran tata cara melakukan tindakan atau membuat keputusan, sebab tindakan atau keputusan yang bertentangan dengan asas legalitas dapat mengakibatkan tindakan atau keputusan yang bersangkutan batal demi hukum.

Dalam perspektif yang lebih besar lagi, dapat dikatakan bahwa hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi. Dalam perspektif pembangunan nasional, hukum mempunyai peranan yang penting bagi keberhasilan pembangunan ekonomi, sebab melalui hukum, selain ditetapkan hak dan kewajiban, proses, serta kelembagaan dari setiap kegiatan interaksi ekonomi, jugs diberikan kepastian mengenai subjek dan objek hukum dalam setiap kegiatan ekonomi. Karena semakin banyak peraturan yang mengatur bidang perekonomian dengan menggunakan kaidah hukum administrasi negara ini, terbentuklah bidang hukum baru yang disebut hukum ekonomi dalam arti sempit, yang diberi nama droit economique. 55

Hal yang membuktikan bahwa kaidah hukum keimigrasian merupakan bagian dari hukum ekonomi dalam arti sempit adalah ketika kepemilikan hak orang asing atas satuan rumah susun (apartemen dan kondominium) di Indonesia hanya diberikan apabila orang asing tersebut adalah pemegang, KITAS (Kartu Izin Tinggal Terbatas). KITAS ini merupakan produk administrasi negara yang berasal

55

(22)

dari kaidah keimigrasian. Demikian pula dengan pemberian izin keimigrasian, seperti izin kunjungan, izin tinggal terbatas, ataupun tetap, yang dikaitkan dengan investasi pekerjaan, aktivitas padagangam dan pembicaraan transaksi bisnis.56

D. Prinsip Hukum Keimigrasian Indonesia

Hukum Keimigrasian adalah Hukum yang mengatur terkait dengan lalu lintas masuk dan keluarnya orang. Dalam pengaturan ini harus dengan sungguh-sungguh memperhatikan secara seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan global. Untuk menjamin keseimbangan tersebut, dalam melaksanakan fungsi keimigrasian perlu diperhatikan beberapa prinsip berikut : 57

1. Prinsip bahwa Indonesia adalah

Prinsip ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membatasi apalagi menolak kehadiran orang asing di wilayah Indonesia. Prinsip ini bermaksud membatasi semaksimal mungkin pertambahan penduduk (warganegara) melalui proses kewarganegaraan yang berpangkal pada hak-hak keimigrasian.

non immigrant state

2. Prinsip

Fasilitas keimigrasian terhadap orang asing hendaknya dengan sungguh-sungguh memperhatikan kemanfaatannya bagi usaha-usaha pembangunan dan usaha mewujudkan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Selective Policy

3. Prinsip keseimbangan antara welfare (prosperity) dan

56

Bagir Manan, “hukum Keimigrasian dalam Sistem Hukum Nasional, opcit hal 87

security

57

Bagir Manan, Makalah Memantapkan Peranan Imigrasi Dalam Pelayanan, Penerapan dan Penegakkan Hukum Keimigrasian Pada Era Globalisasi, disampaikan pada ceramah rapat kerja Direktorat Jenderal Imigrasi, Departemen Kehakiman, di Jakarta 21 Agustus 1996 dikutip

dari

(23)

Adalah prinsip keseimbangan antara pengawasan, pengendalian dan pelayanan. Orang asing adalah tamu, dan karena itu harus diperlakukan secara layak baik dalam hubungan yang bersifat hukum maupun dalam hubungan sosial. Namun demikian hal tersebut harus tidak mengurangi kewajiban tamu untuk berlaku wajar sesuai dengan kepentingannya, sehingga kepentingan security

4. Prinsip

bagi masyarakat dan Negara senantiasa terlaksana secara wajar.

Setiap orang yang berada dalam wilayah Negara Republik Indonesia dijamin dan dilindungi hak-haknya untuk melakukan perjalanan termasuk hak untuk berkomunikasi, sepanjang tidak membahayakan diri atau kepentingan Negara yang khusus.

the right of movement.

5. bahwa keimigrasian sebagai bagian dari penyelenggaraan administrasi Negara, pada prinsip ini Keimigrasian harus senantiasa berjalan di atas asas-asas umum penyelenggaraan Negara yang layak (general principle of good administration)

Bahwa pada hakikatnya keimigrasian Indonesia bertujuan untuk kesejahteraan warga Indonesia umumnya dan warga negara asing khususnya sebagaimana dituangkan dalam Konsidrens dari Undang-undang nomor 6 tahun 2011 antara lain menerangkan bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan pelaksanaan penegakan kedaulatan atas wilayah Indonesia dalam rangka menjaga ketertiban kehidupan berbangsa dan bernegara menuju masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 begitu juga dengan perkembangan global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan kepentingan

(24)

Referensi

Dokumen terkait