BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Letak Indonesia yang berada diantara benua Asia dan Australia serta
Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik dan merupakan negara kepulauan yang
terbesar di dunia yang terdiri dari kurarng lebih 17.590 pulau memiliki luas 18
juta kilometer persegi. Perairan Indonesia terdapat sekurang-kurangya tujuh buah
selat penting bagi pelayaran internasional. Ketujuh selat itu adalah Selat Malaka,
Selat Singapura, Selat Sunda, Selat Lombok dan Selat Makasar.1
Arus globalisasi dunia sejak dahulu telah membawa dampak pada
peningkatan lalu lintas orang dan barang antar Negara, sehingga batas-batas
negara semakin mudah ditembus demi berbagai kepentingan manusia, seperti
perdagangan, industri, pariwisata dan sebagainya. Fenomena ini sudah menjadi hal
atau perhatian negara-negara di dunia sejak dahulu sebab setiap negara
mempunyai kedaulatan untuk mengatur lalu lintas orang yang akan masuk dan
keluar wilayah negaranya dan bahkan untuk berkunjung maupun untuk berdiam
sementara.
Konsep kedaulatan menetapkan bahwa suatu negara memiliki kekuasaan
atas suatu wilayah (hak teritorial) serta hak-hak yang kemudian timbul dari
penggunaan kekuasaan teritorial tersebut. Konsep kedaulatan mengandung arti
bahwa negara mempunyai hak kekuasaan penuh untuk melaksanakan hak
teritorialnya dalam batas-batas wilayah negara yang bersangkutan. Konsep
tersebut di atas merupakan konsep klasik dari konsep kedaulatan. Pada
1
perkembangannya kemudian muncul konsep modern yang melihat bahwa
kedaulatan negara tidak terbatas pada wilayah suatu negara tetapi kekuasaan itu
akan berakhir ketika kekuasaan negara lain dimulai. Dengan demikian secara
implisit dibuka kemungkinan bagi suatu negara untuk memperluas yurisdiksi
sepanjang, tidak bertentangan dengan hukum internasional dan tidak berbenturan
dengan kekuasaan atau yurisdiksi negara lain, kedaulatan juga dibatasi melalui
Perjanjian-Perjanjian Internasional yang disepakati oleh negara.
Era globalisasi yang terjadi dalam dekade terakhir mengakibatkan
adanya perubahan hubungan antar negara dan “dalam” negara. Arus informasi,
modal dan manusia bergerak sangat cepat melintasi semua batasan wilayah
Negara. Tidak ada satu negara pun yang dapat melingkupi semua aspek
ketatanegaraan dalam satu mekanisme dan sistem kontrol yang berdiri sendiri
tanpa adanya kerjasama dengan negara lain. 2
Terjadinya peningkatan arus migrasi antar negara dapat memberikan
dampak positif dan negatif. Dampak positif antara lain seperti modernisasi
masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi negara bagi negara-negara,
yang mampu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya arus migrasi ke luar masuk
wilayahnya. Dampak negatif arus migrasi adalah ketika arus migrasi dengan pola
(scheme) legal menjadi sangat sulit untuk dijadikan pilihan oleh para migran,
maka muncul upaya perpindahan penduduk antar negara secara tidak sah (migrasi
dengan pola ilegal). Keadaan ini mendorong meningkatnya perkembangan
kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas. Jika dilihat dari aspek kualitas,
kejahatan domestik telah berkembang menjadi kejahatan lintas negara
2
(transnational crimes), kejahatan individu menjadi kejahatan berkelompok,
Kejahatan yang tidak teroganisasi menjadi kejahatan yang terorganisasi
(organized crime).
Dalam upaya untuk memaksimalkan dampak positif dan meminimalkan
dampak negatif atas arus migrasi, Selective Policy dapat dipergunakan sebagai
salah satu unsur pelaksana dalam mengawasi lalu-lintas orang ke luar masuk
wilayah negara adalah institusi keimigrasian. Terkait dengan pengaturan hukum
atas masalah keimigrasian maka telah diundangkan Undang-undang Nomor 9
Tahun 1992 yang dirubah dengan undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang
Keimigrasian, selanjutnya disebut dengan undang-undang Keimigrasian.
Pengertian keimigrasian, berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011 menyatakan: “ Keimigrasian adalah hal ihwal lalu-lintas orang yang
masuk atau ke luar wilayah Negara Republik Indonesia serta pengawasannya
dalam rangka menjaga tegaknya Kedaulatan Negara.”
Dengan meningkatnya arus lalu-lintas orang serta hubungan antar negara,
diperlukan berbagai pengaturan keimigrasian. Sebagaimana dijelaskan dalam
Konsiderans huruf b dari Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 “Perkembangan
global dewasa ini mendorong meningkatnya mobilitas penduduk dunia yang
menimbulkan berbagai dampak, baik yang menguntungkan maupun yang
merugikan kepentingan dan kehidupan bangsa dan negara Republik Indonesia,
sehingga diperlukan peraturan Perundang-undangan yang menjamin kepastian
hukum yang sejalan dengan penghormatan, perlindungan, dan pemajuan hak azasi
manusia.
Maksudnya ialah penyelenggaraan perlintasan orang merupakan perpaduan
universalitas fungsi dan peran keimigrasian, maka titik berat tetap terletak pada
aspek kedaulatan masing-masing negara. Hal ini ditegaskan dalam penjelasan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011, bahwa untuk menjamin kemanfaatan dan
melindungi berbagai kepentingan nasional, maka perlu ditetapkan prinsip tata
pengawasan dan pelayanan atas keluar masuk setiap orang ke dan dari wilayah
Indonesia yang sesuai dengan nilai-nilai dan tugas nasional negara kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar 1945.
Pasal 1 angka 6 dari Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2011 Tentang Keimigrasian menyebutkan bahwa Direktorat Jenderal Imigrasi
adalah unsur pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Azasi
Manusia di bidang Keimigrasian. Selanjutnya Pasal 8 angka 2 dari tersebut juga
ditegaskan bahwa setiap orang asing yang masuk wilayah Indonesia wajib
memiliki visa yang sah dan masih berlaku, kecuali ditentukan lain berdasarkan
Undang-undang ini dan perjanjian internasional, sehingga bukan hanya orang
asing saja tetapi Warga Negara Indonesia yang akan keluar wilayah Indonesia
juga harus memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku.
Untuk ijin masuk dan keluar dari wilayah Negara Republik Indonesia
dilakukan pemeriksaan oleh pejabat imigrasi ditempat pemeriksaan imigrasi,
Pemeriksaan dimaksud meliputi pemeriksaan dokumen perjalanan dan/atau
identitas diri yang sah sebagaimana ditetapkan dalam pasal 9 dari Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian.
Hasil dari Pengawasan yang dilakukan oleh pejabat imigrasi dapat ditindak
lanjuti dengan tindakan yustisial atau non yustisial. Hal-hal yang bersifat non
ketntuan Undang-undang keimigasian. Adapun bagi yang terkena pelanggaran
tindak pidana imigrasi akan diproses sesuai dengan jalur yustisial/peradilan. 3 Seiring dengan banyaknya kajahatan transnasional yang melakukan
pemalsuan dokumen keimigrasian seperti paspor, visa, cap keimigrasian atau izin
tinggal, yang dilakukan untuk memudahkan operasionalisasi kejahatan
transnasional, seperti perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak-anak
dan penyelundupan manusia, maka dituntutlah sebuah peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang Keimigrasian yakni Undang-undang Nomor 6
Tahun 2011.
Beranjak dari uraian-uraian latar belakang di atas dipilihlah judul tentang
” Analisis Hukum tentang Selective Policy (Kebijakan Selektif ) Masuknya Orang
Asing Ke Indonesia Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian.
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
4. Bagaimana kebijakan selektif (selective policy) masuknya orang asing ke
Indonesia dalam peraturan keimigrasian di Indonesia ?
5. Bagaimana peranan petugas imigrasi dalam penerapan kebijakan selektif
(Selective Policy) terhadap orang asing ke Indonesia ?
6. Bagaimana kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka penerapan
kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke Indonesia.
3Ibid
C. Tujuan Penelitian
Menurut Soerjono Soekanto tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif dan
merupakan pernyataan-pernyataan Tentang apa yang hendak dicapai dengan penulisan
tersebut4.
1. Untuk menganalisis kebijakan selektif (selective policy) masukya orang
asing ke Indonesia dalam peraturan Keimigrasian di Indonesia. Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :
2. Untuk menganalisis dan menjelaskan peranan petugas imigrasi dalam
penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke
Indonesia.
3. Untuk menganalisis kendala dan upaya mengatasi kendala dalam rangka
penerapan kebijakan selektif (selective policy) terhadap orang asing ke
Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam
memproses ilmu pengetahuan.5Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi, menunjang pembangunan,
mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.6
Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan atas isu hukum yang
timbul. Oleh karena itu penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka
know-how di dalam hukum. Dengan melakukan penelitian hukum diharapkan hasil yang
dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogyanya atas isu yang
diajukan. 7
4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI-Press, 1986,) hal.118
bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan
5
Bahder Johan Nasution , Metode Penelitian Ilmu Hukum, (Bandung : Mandar Maju, 2008) hal.10
6
Ibid hal.77 7
dengan penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan
praktis di bidang hukum yaitu :
a. Secara teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan membuka wawasan dan
paradigma berpikir dalam memahami dan mendalami permasalahan hukum
yang berkaitan dengan Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya
orang asing ke Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun
2011 Tentang Keimigrasian Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan perbandingan dan referensi bagi peneliti lanjutan serta
dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam
perkembangan ilmu pengetahuan hukum.
b. Secara praktis
Secara praktis, penelitian ini ditujukan kepada Pemerintah Indonesia
melalui Kementrian Hukum dan Hak Azasi Manusia yang mengatur
Tentang Keimigrasian yakni Direktorat Jenderal Imigrasi untuk lebih
memahami dan lebih selektif terhadap Warga Negara Indonesia ataupun
Warga Negara Asing yang masuk dan keluar dari Wilayah Kesatuan
Republik Indonesia.
Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi
penyempurnaan dan harmonisasi berbagai perangkat perundang-undangan
yang mengatur tentang kebijakan selektif (selective policy) masuknya
orang asing ke Indonesia.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan
Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara, maka penelitian dengan judul
“Analisis hukum Tentang Kebijakan Selektif (Selective policy) Masuknya Orang
Asing ke Indonesia Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang
Keimigrasian Indonesia “ belum pernah ada yang meneliti sebelumnya.
Hasil penelusuran keaslian penelitian, penelitian yang menyangkut
Keimigrasian yang pernah dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Magister
Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara yaitu :
1. Hamzah, Nim 037005074, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Pengaturan
Izin Keimigrasian dalam kaitannya dengan Penanaman Modal asing.
2. Syafaruddin, Nim 982105030, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Aspek
Hukum Tenaga Kerja asing pada perusahaan Swasta di Kota Medan.
3. Ratna Wilis, Nim 077005019, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis
Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian terhadap Izin tinggal orang asing di
Indonesia : Studi di Kantor Imigrasi kelas I Khusus Medan.
4. Heru Hartono, Nim 087005049, Program Studi Ilmu Hukum, Judul Tesis Peran
Imigrasi dalam penanganan pengungsi warga negara asing di Kota Medan.
Namun demikian penelitian-penelitian tersebut diatas berbeda dengan
penelitian yang akan dilaksanakan ini, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang akan dilaksanakan adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan.
Peneliti bertanggung jawab sepenuhnya apabila dikemudian hari ternyata dapat
dibuktikan adanya plagiat dalam hasil penelitian ini.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
tertentu yang dapat menerangkan bentuk substansi atau eksistensinya, 8 dan suatu teori harus konsisten tentang apa yang diketahui tentang dunia sosial oleh
partisipan dan ahli lainnya, minimal harus ada aturan-aturan penerjemah yang
dapat menghubungkan teori dengan ilmu bahkan pengetahuan lain,9 sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, thesis
mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi bahan
perbandingan pegangan teoritis10
Menurut W.L. Neuman, yang berpendapat dikutip dari Otje Salman dan
anton F Susanto menyebutkan bahwa : “ Teori adalah suatu sistem yang tersusun
oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide
yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan Tentang dunia, ia adalah cara
yang ringkas untuk berfikir Tentang dunia dan bagaimana dunia itu bekerja” .
11
Otje Salman dan Anton F Susanto akhirnya menyimpulkan pengertian Teori
menurut pendapat beberapa ahli, dengan rumusan sebagai berikut : “ Teori adalah
seperangkat gagasan yang berkembang disamping mencoba secara maksimal untuk
memenuhi kriteria tertentu, meski mungkin saja hanya memberikan Kontribusi
parsial bagi keseluruhan teori yang lebih umum.12
Kerangka teori yang digunakan sebagai pisau analisis dalam Penelitian ini
adalah Teori Kedaulatan dari Jean Bodin dan Thomas Hobbes yang menyatakan
bahwa “ the doctrine of absolute state severeignty” bahwa doktrin kedaulatan
negara adalah mutlak. Bodin yang merupakan penggagas (founder) doktrin
kedaulatan secara ilmiah mengemukakan bahwa kedaulatan negara menunjukkan ”
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung, Mandar Maju, 1994) hal 80.
11
H.R. Otje Salman, S dan Anton F Susanto, opcit hal 22. 12
adanya kekuasaan legislatif dan negara berbeda dengan komunitas lainnya karena
negara mempunyai kekuasaan tertinggi atau disebut summa potestas. Kedaulatan
adalah kekuasaan membuat hukum dan sebagai alat untuk melaksanakan
kedaulatan dengan efektif. 13
Pendapat Bodin ini diperkuat oleh Hobbes bahwa tidak ada pembatasan
untuk membuat hukum oleh negara yang mempunyai kedaulatan, tidak ada prinsip
hukum alam, yang ada adalah kemampuan mengatur secara efektif pembatasan
kekuasaan mutlak dan peguasa (the ruler). Jadi Bodin dan pengikutnya lebih
melihat kedaulatan dari azas ketertiban dalam negeri. Sekalipun ada beberapa
perbedaan pendapat antara Bodin dengan para pengikutnya namun pada dasarnya
mereka masih sependapat bahwa kedaulatan tidak dapat dibagi-bagi, ia harus ada
dalam satu kesatuan, Jean Bodin dapat dikatakan bahwa ia melihat kedaulatan dari
aspek intern, yaitu kekuasaan tertinggi negara untuk mengurus wilayah dan
rakyatnya.14
Sesuai dengan konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek
utama, yaitu ekstern, intern dan teritorial.
1. Aspek ekstern kedaulatan adalah hak bagi setiap negara untuk secara bebas
menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok
lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain.
2. Aspek intern kedaulatan ialah hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk
menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut
dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta
tindakan-tindakan untuk mematuhi.
13
Iman Santoso, iman santoso, Perspektif imigrasi, dalam United nationconvention Against Transnational organized crime, (Perum Percetakan Negara RI, Jakarta 2007), hal 33 .
14
3. Aspek teritorial kedaulatan berarti kekuasaan penuh dan eksklusif yang
dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di
wilayah tersebut.15
Prinsip kedaulatan negara merupakan prinsip penting dalam Piagam PBB,
seperti terdapat dalam Pasal 2 ayat (1) bahwa “ the organization is based on the
principle of the sovereign equality of all its members” Prinsip yang terdapat
dalam piagam PBB ini dipertegas lagi dalam Resolusi Majelis Umum Nomor
2625/1970 yang menyatakan bahwa :
“Setiap negara menikmati persamaan kedaulatan dan setiap negara mempunyai hak dan keajiban yang sama sebagai anggota masyarakat Internasional tanpa membedakan sistem ekonomi, sosial dan politik.” 16
Negara memiliki kemerdekaan dan kedaulatan atas warga negaranya dan
urusannya dalam batas wilayahnya, Negara yang berdaulat memiliki hak dan
kewajiban seperti yang dikemukakan diatas, Disamping itu ada juga beberapa hak
lain berupa kekuasaan, yaitu :
1. Kekuasaan eksklusif untuk mengendalikan persoalan domestik.
2. Kekuasaan untuk menerima dan mengusir orang asing.
3. Hak-hak istimewa perwakilan diplomatiknya dinegara lain.
4. Yurisdiksi penuh atas kejahatan yang dilakukan dalam wilayahnya,
negara-negara anggota PBB merefleksikan persamaan didepan hukum (equality before
the law) yaitu : Setiap negara menikmati personalitas hukum yang sama tanpa
membedakan ukuran greografis, jumlah penduduk, kekuatan militer, kekuatan
ekonomi dan sebagainya.
“ Prinsip kedaulatan mencakup pengertian kedaulatan intern dan ekstern
15
Nkambo Mugerwa, subjecsts of International law, edited by max sorensen, mac Milan, New York, 1968 dalam Boer Mauna, Hukum Internasional, pengertian peranan danfungsi daam era dinamika global, (Bandung PT. Alumni, , 2005) hal. 24.
16
(internal dan external sovereignity) kedaulatan internal dan eksternal ini
saling terkait dan bahkan kedaulatan eksternal merefleksikan kensekuensi
logis adanya kedaulatan internal. 17
Yurisdiksi adalah kewenangan untuk melaksanakan ketentuan hukum nasional suatu negara yang berdaulat dan ini merupakan sebagian implementasi kedaulatan negara sebagai yurisdiksi negara dalam batas-batas wilayahnya akan tetap melekat pada negara berdaulat. 18
Mengenai Yurisdiksi, masyarakat internasional mengakui bahwa setiap
negara mempunyai hak eklusif karena adanya prinsip kedaulatan negara dalam
batas wilayah negara yang bersangkutan tanpa ada keterikatan atau pembatasan
dari hukum Internasional. Yurisdiksi ini bersumber pada kedaulatan negara
yang melahirkan kewenangan/kekuasaan negara berdasarkan hukum
Internasional untuk mengatur segala sesuatu yang ada terjadi dalam negara.
Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara. Yurisdiksi suatu
negara menunjuk kepada kompetensi negara tersebut untuk mengatur
orang-orang dan kekayaan dengan hukum nasionalnya (pidana dan perdata).
Kompetensi ini mencakup yurisdiksi untuk menentukan (dan melarang), untuk
mengadili dan melaksanakan undang-undang. Yurisdiksi merupakan refleksi
atau pencerminan dari prinsip dasar kedaulatan negara, kesamaan derajat dan
tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri masing-masing.19
Yurisdiksi merupakan atribut kedaulatan suatu negara juga diartikan
sebagai peran dari pemerintah Indonesia untuk mengatur dan mempunyai
kedaulatan penuh secara yuridis terhadap setiap orang yang masuk maupun
keluar, baik itu warga negaranya ataupun juga warga negara asing dibidang
17
Brunno simma, (ed), the carter of yhe united nations ; a Commentar, oxford university, press, 1995 hal 73-89 dalam Boer Mauna, opcit, hal 38.
18
Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Hukum Internasional Bungsu rampai, (Bandung; Alumni, 1999) hal. 16.
19
Keimigrasian berdasarkan prinsip yang bersifat selektif (selective Policy)
berdasarkan pada Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
20
Dalam kaitannya dengan prinsip dasar kedaulatan negara, suatu negara
yang berdaulat menjalankan jurisdiksi/kewenangannya dalam wilayah negara
itu. Kedaulatan dan jurisdiksi mempunyai keterkaitan yang erat. Kedaulatan
adalah kekuasaan tertinggi dari suatu negara, ini berarti diatas kedaulatan itu
tidak ada lagi kekuasaan yang lebih tinggi
Hukum keimigrasian yang bersifat internasional tidak hanya mengatur lalu
lintas manusia masuk keluar ataupun pengawasan orang asing disuatu negara,
tetapi telah bertalian juga dengan pencegahan orang keluar wilayah Indonesia dan
penangkalan orang masuk wilayah Indonesia.21
Selain fungsi regulasi yang mengandung aspek hukum administratif,
hukum Keimigasian juga memiliki fungsi penegakan hukum polisional
keimigrasian. Fungsi ini mencakup hal-hal seperti penolakan orang asing untuk
masuk wilayah republik Indonesia karena tidak memenuhi syarat, pengenaan
tindakan keimigrasian, serta pembatalan izin tinggal, selain tindakan keimigrasian
dapat juga dikenakan tindakan administrtif seperti denda administratif. Harus
dibedakan bahwa putusan denda disini adalah bersifat administratif yang
dinyatakan dengan pejabat administartif bukan pidana denda yang dimaksud
dalam pasal 10 KUHP yang diputuskan oleh hakim peradilan pidana.
Fungsi penegakan hukum keimigrasian yang bersifat pro yustisia yang
merupakan salah satu rangkaian dalam proses peradilan pidana oleh karena itu
tunduk pada hukum acara pidana. Keberatan terhadap tindakan penyidikan dapat
20Ibid
, hal 46 21
mengajukan peradilan. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 merupakan bagian
hukum pidana administrasi yaitu hukum pidana dibidang pelanggaran administrasi
yang diklasifikasikan sebagai tindak pidana administrasi (administrative law) 22
Penggunaan sanksi pidana pidana dalam hukum administrasi (administrative penal
law) pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana (penal
policy).23
Sejalan dengan perkembangan Keimigrasian, lahirlah Undang-undang
tentang keimigrasian terbaru yakni Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 yang
mengatur tentang hal ihwal keimigrasian, baik itu tentang orang asing yang masuk
dan keluar ataupun warga negara asing yang masuk dan keluar dari wilayah
kesatuan republik Indonesia.
Teori Kedaulatan digunakan dalam penulisan Tesis ini ialah dikarenakan
fungsi dan peranan Keimigrasian dalam Konteks perkembangan dunia saat itu dan
sekarang memiliki aspek nasional dan aspek Internasional, Fungsi Keimigrasian
memiliki aspek Nasional karena peraturan Perundang-undangan Keimigrasian
berfungsi mengatur lalu lintas orang dan melindungi kepentingan nasional. Di sisi
lain fungsi keimigrasian juga memiliki aspek Internasional, karena peraturan
perundang-undangan Keimigrasian mengatur lalu lintas orang asing dengan
menggunakan pendekatan kerjasama Internasional dan harus tetap berpegang
teguh prinsip Kedaulatan negara.
2. Konsepsi
Konsep merupakan bagian terpenting dari pada teori. Peranan konsep
dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara
22
Barda Nawawi Arif, Kapita Selekta Hukum Pidana, (Bandung, Citra Aditya Bhakti, 2003) hal. 14.
23
abstraksi dan realita.24Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang disebut dengan definisi
operasional25
Konsep dapat dilihat dari segi subyektif dan obyektif. Dari segi subyektif
konsep merupakan suatu kegiatan intelek untuk menangkap sesuatu. Sedangkan
dari segi obyektif, konsep merupakan suatu yang ditangkap oleh kegiatan intelek
tersebut. Hasil dari tangkapan akal manusia itulah yang dinamakan konsep.26 Konsep merupakan “alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain, seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep merupakan salah satu dari hal-hal yang dirasakan pentingnya dalam hukum. Konsep adalah suatu konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperuan analitis”.
27
Dalam kerangka konseptional diungkapkan beberapa konsepsi atau
pengertian yang akan dopergunakan sebagai dasar penelitian hukum.28 Selanjutnya konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian, kalau
masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah diketahui
pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian dan suatu konsep
sebenarnya adalah definisi secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala itu.
Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan
antara variable-variable yang ingin menetukan adanya gejala empiris.29
24
Masri Singarimbun dkk. Metode Penelitian Survey, (Jakarta : LP3ES,1989) hal.34
25
Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian, (Jakarta : RajaGrafindo, 1998) hal.307
26
Komaruddin, Yooke Tjuparmah S Komaruddi. Kamus Istilah Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006) hal.122
27
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,1996) hal.70
28
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudi. Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1995) hal.7
29
Beranjak dari judul tesis ini yaitu “Analisis hukum Tentang Kebijakan
Selective (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia berdasarkan
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian Indonesia maka
dapatlah dijelaskan konsepsi ataupun pengertian dari kata demi kata dalam judul
tersebut, yaitu sebagai berikut ;
a. Hukum ialah himpunan petunjuk-petunjuk hidup (perintah-perintah dan
larangan-larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat. Oleh
karena itu harus ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, Dalam
penelitian ini hukum dimaksud adalah peraturan Perundang-undangan di
bidang Keimigrasian.
b. Kebijakan Selektif (Selective Policy) ialah sebuah kebijakan pemerintah
yakni Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (KemenkumHam) dalam
hal keimigrasian sehingga berdasarkan prinsip ini hanya orang asing yang
bermanfaat bagi negara Indonsia yang dapat diizinkan masuk ke wilayah
Indonesia.
c. Keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah
Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedauatan
negara.
d. Imigrasi ialah Pindah, datang atau pemboyongan orang-orang masuk ke suatu
negara dalam hal imigrasi diartikan sebagai masuknya orang asing ke wilayah
negara Kesatuan Republik Indonesia.
e. Petugas Imigrasi adalah Pegawai yang telah melalui pendidikan khusus
keimigrasian dan memiliki keahlian khusus keimigrasian dan meiliki keahlian
tekhnis keimigrasian serta memiliki wewenang untuk melaksanakan tugas dan
f. Orang asing ialah orang yang bukan warga negara Indonesia.
g. Pelanggaran Imigrasi ialah suatu tindakan keimigrasian yang dilakukan dalam
bentuk tindakan pidana keimigrasian.
h. Kedaulatan Negara ialah Kekuasaan tertinggi didalam batas wilayahnya
khususnya tentang keimigrasian.
i. Tindak Pidana Keimigrasian ialah segala tindakan yang dilakukan baik itu
tindak pidana pelanggaran ataupun tindak pidana Kejahatan di bidang
Keimigrasian
j. Tindakan Keimigrasian ialah segala perbuatan yang dilakukan seseorang, baik
itu berdasarkan Undang-undang ataupun melanggar Undang-undang tentang
Keimigrasian.
G. Metode Penelitian
1. Spesifikasi Penelitian dan Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu untuk data hasil penelitian,
baik yang berupa data hasil Studi dokumen menggambarkan secara
utuh/menyeluruh dan mendalam hasil analisis terhadap bahan-bahan
hukum yang berkenaan dengan kebijakan Selektif (Selective Policy) di
bidang Keimigrasian.
Berkenaan dengan judul Tesis ini yakni “Analisis hukum Tentang
Kebijakan Selektif (Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia
berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian
Indonesia, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan.
ini adalah hukum yang berkenaan/berkaitan dengan Kebijakan Selektif
(Selective policy) masuknya orang asing ke Indonesia ditinjau dari
Undang-undang maupun Peratuan-peraturan yang berkaitan dengan
Keimigrasian, Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah dalam arti
sempit (value), Peraturan hukum konkrit.
Penelitian ini sering disebut juga penelitian dokumenter untuk memperoleh
data sekunder dibidang hukum. Penelitian lebih meliputi penelitian
asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, Peraturan perundang-undangan yang
berlaku, literatur-literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Titik berat
penelitian tertuju pada penelitian dokumenter, yang berarti lebih banyak
menelaah dan mengkaji data sekunder yang diperoleh dari penelitian.
2. Sumber Data/Bahan Hukum.
Data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, adalah data sekunder
sebagai data utama dan data primer sebagai data pendukung. Data
sekunder, yaitu data yang diperoleh dari Studi kepustakaan dari
arsip-arsip, bahan pustaka, yang terdiri dari :
1. Bahan hukum primer,30
2. Bahan hukum sekunder,
yaitu bahan hukum yang mengikat, yaitu :
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011
tentang Keimigrasian dan peraturan-peraturan pelaksananya.
31
3. Bahan Hukum Tertier yaitu bahan hukum yang mendukung bahan
hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti Kamus,
Ensiklopedia, dan sebagainya.
yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan
hukum primer, antara lain berupa jurnal, buku-buku dan sebagainya.
30
Ronny Hanitijo Soemitro, Mestodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta, Ghalia Indonesia, 1988) hal. 55.
31
Selain data sekunder, juga digunakan data primer sebagai data penunjang
yang menjelaskan keadaan yang sebenarnya yang dihadapi oleh para
Petugas keimigrasian dilapangan dikaitkan dengan peraturan-peraturan
ataupun perundang-undangan tertulis bahagian dari data sekunder, yaitu
data yang diambil langsung dengan wawancara dengan kepala Kantor
Imigrasi klass I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi
Imigrasi Bandara Polonia Medan.
3. Tekhnik Pengumpulan Data.
Sebagai penelitian hukum Normatif, penelitian ini menitikberatkan pada studi
kepustakaan. Dalam mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam
penulisan tesis ini, penulis menggunakan data sekunder dan didukung oleh data
primer. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari studi kepustakaan dari
arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi Pemerintah, Undang-Undang,
makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti,
Selain data sekunder, penulis juga menggunakan data primer, yaitu data yang
diambil langsung dengan wawancara yang dilakukan secara terarah (directive
interview),32 yaitu Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan. Wawancara
dilakukan penulis dikarenakan peraturan-peraturan tentang keimigrasian baik itu
pelaksanaan maupun kebijakan tertulis yang ada berbeda dengan fenomena
dilapangan, sehingga penulis melakukan wawancara dengan nara sumber,
sehingga penulis mendapatkan kebenaran dari fenomena dilapangan disingkronkan
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
32
4. Alat Pengumpulan Data.
Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya
serta dapat dipertanggung jawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini
diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan
cara :
a. Studi dokumen.
Studi dokumen digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca,
mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang
berkaitan dengan materi penelitian.33 b. Pedoman Wawancara (guide interview).
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana penulis melakukan
percakapan atau tatap muka yang terarah kepada pihak yang berkepentingan
guna memperoleh keterangan atau data-data yang diperlukan. Alat yang
dipergunakan adalah pedoman wawancara (guide interview) dengan
melakukan wawancara langsung dimana wawancara yang dilakukan ialah
dengan sistem wawancara terbuka, yakni dalam memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada nara sumber penulis tidak meyediakan jawabannya.
Wawancara dilakukan pada Kepala Kantor Imigrasi kelas I Polonia dan Kepala
Seksi Informasi dan Komunikasi Imigrasi Bandara Polonia Medan, wawancara
menurut penulis perlu dilakukan dikarenakan data yang perlu diambil ataupun
kebenaran yang ingin penulis dapat dilapangan untuk memperbanyak literatur
dari pada tesis ini, sehingga penulis dapat menambah apa saja data yang ada
dilapangan yang tidak dapat penulis temukan didalam Bahan-bahan hukum
Sekunder.
33
5. Analisis Data.
Analisis data merupakan proses penelaahan yang diawali dengan melalui
verifikasi data sekunder dan data primer. Untuk selanjutnya dilakukan
pengelompokkan sesuai dengan pembahasan permasalahan. Analisis data adalah
sesuatu yang harus dikerjakan untuk memperoleh pengertian tentang situasi yang
sesungguhnya, disamping itu juga harus dikerjakan untuk situasi yang nyata.34
Dalam penelitian ini, analisis data dilakukan secara kualitatif dengan
mengumpulkan data primer dan sekunder, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
dan pengelompokan agar menghasilkan data yang lebih sederhana sehingga
mudah dibaca dan dimengerti. Selanjutnya dilakukan klasifikasi data menurut
jenisnya dalam bentuk persentase.
Kemudian data yang telah disusun secara sistematik dianalisis secara
kualitatif dengan metode deskriptif analisis sehingga dapat diperoleh
gambaran secara menyeluruh tentang gejala dan fakta yang terdapat dalam
Kebijakan Selektif (Selective police) masuknya orang asing ke Indonesia.
Selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dengan menggunakan metode
induktif sebagai jawaban dari masalah yang telah dirumuskan.
34