• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Ruang Lingkup Metode Pembelajaran Role Playing

Pengertian role playing dapat dilihat dari asal katanya yaitu role dan playing yang berasal dari bahas Inggris. Adapun arti dari

role adalah peran atau tugas, sedangkan untuk playing berasal dari kata play yang berarti sandiwara, bermain. Jadi dari asal katanya role playing dapat diartikan bermain peran. Menurut Hisyam (2008:98) Role playing adalah suatu aktivitas pembelajaran terencana yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik.

Sementara menurut Djajadisastra (1982:34), metode bermain peran atau berperan adalah suatu metode mengajar di mana guru memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan peranan tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat (sosial).

Berdasarkan pengertian role playing tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode role playing adalah suatu metode yang digunakan dalam meningkatan penguasaan materi ajar dimana siswa diberi kebebasan memerankan secara langsung peran atau tugas sesuai dengan karakter materi ajar. Menurut Komara sebagaimana dikutip dari Mulyasa dalam

http://dahli-ahmad.blogspot.com/2009/03/model-bermain-peran

dalam-pembelajaran_29.html ada tiga asumsi yang mendasari

pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai sosial:

a. Secara implisit bermain peran mendukung situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan pada situasi

saat ini. Metode ini berkeyakinan peserta didik mampu menciptakan analogi mengenai situasi kehidupan nyata.

b. Bermain peran memungkinkan peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya. Bermain peran dalam pembelajaran memandang pemeranan dan keterlibatan emosional serta intelektual penting untuk dipahami.

c. Bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide dapat ditingkatkan pada taraf sadar melalui proses kelompok. Pemecahan masalah tidak selalu datang dari dalam diri seseorang, pengalaman orang lain terkadang sangat membantu dalam memecahkan suatu masalah. Belajar dari pengalaman orang lain akan membantu peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal.

Role playing di dasarkan pada tiga aspek umum suatu pengalaman peran dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Zaini (2008:98) tiga aspek utama tersebut antara lain:

a. Mengambil peran (role-taking), yaitu tekanan ekspektasi-ekspekatsi sosial terhadap pemegang peran. Contoh pada hubungan keluarga.

b. Membuat peran (role-making), yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis dari suatu peran ke peran yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran sewaktu-waktu diperlukan.

c. Tawar-menawar peran (role-negotiation), yaitu tingkat di mana peran-peran dinegosiasikan dengan pemegang peran yang lain dalam parameter dan hambatan interaksi sosial.

Role playing merupakan suatu metode yang sangat baik digunakan dalam suatu pembelajaran di mana peran-peran yang ada dapat diidentifikasi dengan jelas, memiliki interaksi untuk dapat dieksplorasi dan bersifat simulasi. Dengan adanya role playing siswa dapat memainkan peran dan berusaha untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada di sekitar siswa dalam kaitannya dengan suatu bidang ilmu tertentu.

2. Pendekatan Role Playing

Ada beberapa pendekatan role playing yang biasa digunakan di dalam kelas. Menururt Zaini (2008:101-104) pendekatan-pendekatan tersebut antara lain:

a. Pendekatan berbasis keterampilan (skills-based aprroach) Dalam pendekatan ini peserta didik diharapkan untuk:

1) Memperoleh suatu keterampilan, kemampuan atau sikap yang sering melalui perilaku model dengan seperangkat kriteria.

2) Melatih sifat-sifat sampai benar-benar terinternalisasi dengan mengikuti kriteria yang ada.

3) Mendemonstrasikan sifat tersebut kepada yang lain untuk tujuan evaluasi.

b. Pendekatan berbasis isu (issues-based approch)

Pemain secara aktif mengeksplorasi suatu isu dengan mengandaikan peran-peran dari manusia dalam kehidupan nyata yang berselisih satu sama lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dari pendekatan ini siswa diharapkan untuk: 1) Meneliti sikap, kepercayaan, dan nilai-nilai yang

mengelilingi suatu isu.

2) Meneliti sikap, kepercayaan yang dianut oleh manusia tertentu.

3) Menjadikan dirinya berpihak pada pemeran yang memegang posisi yang sama.

4) Berunding atau berdebat dengan mereka yang memegang posisi yang berbeda.

5) Mungkin mengambil pendirian dari yang bertentangan dengan suatu isu.

c. Pendekatan berbasis problem (problem-based approach) Dalam pendekatan berbasis problem siswa diharapkan untuk: 1) Menarik pengetahuan dari suatu wilayah disiplin ilmu tertentu.

2) Menggunakan pengetahuannya sendiri secara tepat. 3) Menerapkan pengetahuan dalam serangkaian tantangan. 4) Mereaksi secara tepat terhadap problem yang muncul. 5) Mencapai solusi yang telah dipertimbangkan dengan

berdasarkan alasan yang dibenarkan.

d. Pendekatan berbasis spekulasi(speculative-based approach) Dalam pendekatan ini peserta didik dilibatkan dalam membuat spekulasi terhadap pengetahuan masa lalu, peristiwa masa

lampau, atau yang akan datang dengan menggunakan aspek-aspek yang diketahui dari wilayah subjek tertentu dan pengetahuan yang dimilikinya secara interaktif.

Dalam pendekatan ini siswa diharapkan :

1) Membangkitkan pengetahuan untuk mengisi celah antara informasi yang diketahui dengan yang tidak diketahui. 2) Menggunakan bukti untuk membuat penilaian yang

mendasar.

3) Merekonstruksi kemudian merepresentasi interaksi tertentu untuk menganalisis peristiwa.

3. Fase-Fase dalam Role Playing

Menururt Zaini (2008:104-116) role playing dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu: perencanaan, interaksi, dan refleksi atau evaluasi. Berikut ini adalah uraian ketiga tahap tersebut:

a. Perencanaan dan persiapan

Sebelum kita melakukan suatu kegiatan maka kita harus membuat perencanaan yang baik. Karena perencanaan yang baik akan dapat memberikan hasil yang baik pula. Dalam role playing ada beberapa perencanan yang harus dilakukan yaitu:

1) Mengenal peserta didik.

Sebagai seorang guru yang baik maka pasti kita akan mengetahui bagaimana kondisi peserta didik kita. Misalnya saja jumlah peserta didik, pemahaman peserta didik tentang materi yang diajarkan, pengalaman sebelumnya tentang role playing, kelompok umur, latar belakang peserta didik, minat dan kemampuan peserta didik, dan kemampuan peserta didik untuk melakukan kolaborasi.

2) Menentukan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran harus didefinisikan secara jelas agar memiliki fokus kerja yang jelas. Selain dirumuskan dengan jelas hendaknya tujuan pembelajaran tersebut diungkapkan kepada peserta didik atau siswa.

3) Mengidentifikasi skenario dan penempatan peran Dari masalah yang ada disekitar peserta didik yang akan diangkat dalam role playing maka harus disusun dalam bentuk skenario. Skenario yang ada tersebut akan memberikan informasi tentang apa yang harus

diketahui oleh peserta didik. Setelah kita membuat skenario untuk suatu materi tertentu maka kita akan menempatkan beberapa peran yang sesuai dengan skenario yang telah kita buat.

4) Menentukan posisi guru

Dalam hal ini guru harus menentukan posisinya, apakah dia akan ikut berperan atau menjadi pengamat dalam proses role playing.

5) Mempertimbangkan hambatan yang bersifat fisik Sebelum dilaksanakan role playing maka kita harus benar-benar memperhatikan hambatan-hambatan yang berasal dari piranti fisik seperti ketersediaan ruangan, kondisi kelas dan sebagainya.

6) Merencanakan waktu

Pelaksanaan role playing akan sangat tergantung dari jenis role playing yang diterapkan. Namun sekiranya perbandingan waktu yang sering digunakan antara pendahuluan, interaksi, dan evaluasi adalah 1:3:2. 7) Mengumpulkan sumber informasi yang relevan

Setelah semua hal-hal yang pokok telah diperhatikan maka kita juga memerlukan tambahan informasi untuk memperkuat skenario yang telah kita buat.

b. Interaksi

Adapun langkah-langkah pengimplementasian rencana kedalam aksi adalah:

1) Membangun aturan dasar.

2) Mengeksplisitkan tujuan pembelajaran. 3) Membuat langkah-langkah yang jelas. 4) Mengurangi ketakutan di depan publik. 5) Mengambarkan skenario atau situasi. 6) Memulai role playing.

c. Refleksi dan evaluasi 1) Refeleksi

Setelah kita melakukan serangkain kegiatan role playing maka harus diadakan refleksi. Dari kegiatan pembelajaran yang baru saja dilakukan ada banyak hal yang ditemukan oleh peserta didik maupun guru. Dalam refleksi ini peserta didik maupun guru mengemukakan manfaat dan pengetahuan yang diperoleh serta perasaan mereka selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan role playing. 2) Evaluasi

Evaluasi ini bertujuan untuk melihat bagaimana proses pembelajaran role playing berlangsung. Peserta didik diberikan kesempatan untuk memberikan masukan mengenai hal-hal apa saja yang masih harus diperbaiki

dalam pembelajaran role playing dan hal mana yang harus dipertahankan.

4. Kelebihan dan kelemahan role playing

Menurut Djajadisastra (1988:41-43) ada beberapa kelebihan dan kekurang role playing

a. Kelebihan metode role playing

1) Peserta didik belajar untuk memecahkan permasalahan sosial menurut pendapatnya sendiri.

2) Memperkaya peserta didik dalam berbagai pengalaman situasi sosial.

3) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengekspresikan perasaannya.

4) Memberi kesempatan bagi peserta didik untuk belajar mengungkapkan pendapat dengan jelas dan dimengerti oleh orang lain.

5) Belajar untuk menerima pendapat orang lain sehubungan dengan pemecahan masalah ketika memutuskan suatu peran.

b. Kelemahan role playing

1) Suatu pemecahan yang pernah diperankan dalam role playing belum tentu cocok untuk memecahkan masalah secara nyata.

2) Kecenderungan untuk membenarkan suatu tindakan atau keputusan.

3) Peserta didik yang belum memiliki kematangan psikis sulit untuk menghasilkan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan.

4) Kekurangan pengalaman dalam menghadapi situasi sosial yang ada.

5) Keterbatasan waktu yang digunakan dalam bermain peran.

Dokumen terkait