TINJAUAN PUSTAKA
1.5 RUANG LINGKUP PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lateks, Fakultas Teknik, Departemen Teknik Kimia, Universitas Sumatera Utara. Adapun bahan baku yang digunakan pada penelitian ini yaitu :
1. High Ammonia Lateks dengan kandungan 60% karet kering.
2. Bahan kuratif lateks karet alam seperti sulfur, zink oksida (ZnO), zinc diethyldithiocarbamate (ZDEC), dan antioksidan (AO). Bahan kuratif ini diperoleh dari Farten Technique (M) Sdn Bhd, Pulau Penang, Malaysia.
3. Mikokristalin selulosa yang disintesai dari kulit singkong yang telah dikeringkan dan dihancurkan hingga berukuran 100 mesh (150 µm).
4. Alkanolamida yang disintesa dari bahan baku RBDPS (Refined Bleached Deodorized Palm Stearin) yang diperoleh dari PT. Socfin Indonesia dan dietanolamina.
Variabel-variabel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah : Tabel 1.1 Variabel Tetap Yang Dilakukan Dalam Penelitian
No Variabel Keterangan
1 Filler loading 10%
2 Ukuran partikel Selulosa Mikrokristalin dari tepung kulit
singkong 100 mesh
3 Suhu pra-vulkanisasi 70 °C
4 Suhu vulkanisasi 100 °C
Tabel 1.2 Variabel Berubah Yang Dilakukan Dalam Penelitian
No Variabel Keterangan
1 Waktu vulkanisasi 10 menit, 20 menit 2 Alkanolamida 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; 2,5%
Formulasi larutan dispersi Selulosa Mikrokristalin dan alkanolamida yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 1.3 Formulasi Larutan Dispersi Tepung Kulit Singkong dan Alkanolamida
Bahan Persentase (%)
Selulosa Mikrokristalin 10 10 10 10 10 10
Alkanolamida 0 0,5 1 1,5 2 2,5
Air 90 89,5 89 88,5 88 87,5
Formulasi lateks karet alam dan bahan kuratif yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Tabel 1.4 Formulasi Lateks Karet Alam dan Bahan Kuratif
Bahan Kadar (phr)
High Ammonia Lateks 60 % karet kering 100
Larutan Sulfur 50 % 1,8
Larutan ZDEC 50 % 1,8
Larutan ZnO 30 % 0,5
Larutan Antioksidan 50 % 1,2
Larutan KOH 10 % 1,8
Uji-uji yang dilakukan pada Selulosa Mikrokristalin dalam penelitian ini adalah:
1. Analisa pH dan amilum dengan standar USP XXI di Laboratorium Lateks, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. 2. Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) di Laboratorium Scanning
Electron Microscope (SEM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung.
3. Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
4. Analisa X-Ray Diffraction (XRD) di Pusat Sains dan Teknologi Bahan Maju (PSTBM) – BATAN, Kawasan Puspitek Serpong, Tangerang Selatan.
Uji-uji yang dilakukan pada produk film lateks karet alam berpengisi Selulosa Mikrokristalin dengan penyerasi alkanolamida dalam penelitian ini adalah:
1. Uji kekuatan tarik (tensile strength), pemanjangan saat putus (elongation at break), dan modulus tarik (tensile modulus) dengan standar internasional ASTM D412.
2. Uji densitas sambung silang (crosslink density) dengan standar internasional ASTM D471.
3. Analisa Scanning Electron Microscopy (SEM) di Laboratorium Scanning Electron Microscope (SEM), Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung.
4. Karakterisasi Fourier Transform Infra Red (FTIR) di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.
ABSTRAK
Limbah kulit singkong yang memiliki kandungan selulosa 37,9% berpotensi untuk dilakukan pengolahan menjadi selulosa mikrokristalin sebagai bahan pengisi dalam produk film lateks karet alam. Kajian tentang pengaruh waktu vulkanisasi dan penambahan penyerasi alkanolamida pada pembuatan produk film lateks karet alam telah dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan waktu vulkanisasi dan komposisi penyerasi alkanolamida yang optimum dalam menghasilkan densitas sambung silang dan sifat mekanik seperti kekuatan tarik, pemanjangan saat putus, dan modulus tarik yang terbaik. Dari hasil uji amilum, X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan Scanning Electron Microscopy (SEM) pada bahan hasil hidrolisis α-selulosa dari tepung kulit singkong merupakan selulosa mikrokristalin. Pembuatan produk film lateks karet alam dilakukan dengan teknik pencelupan berkoagulan. Lateks karet alam berpengisi selulosa mikrokristalin dan alkanolamida sebanyak 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5% berat. Pembuatan produk lateks karet alam dimulai dengan proses pra-vulkanisasi pada suhu 70°C dan diikuti dengan proses vulkanisasi pada suhu 100°C selama 10 menit dan 20 menit. Dari hasil karakterisasi FTIR diperoleh bahwa alkanolamida sebagai bahan penyerasi memiliki gugus polar yang mampu memodifikasi pengisi selulosa mikrokristalin dan gugus non polar yang mampu memodifikasi matriks lateks karet alam. Hasil pengujian sifat-sifat mekanik menunjukkan bahwa waktu vulkanisasi yang lebih lama akan meningkatkan terjadinya reaksi sambung silang yang ditunjukkan dengan meningkatnya sifat mekanik produk lateks karet alam pada waktu vulkanisasi 20 menit dibandingkan dengan 10 menit. Hasil uji mekanik selanjutnya didukung oleh analisa scanning electron microscopy (SEM) yang menunjukkan bahwa pada penambahan 1% penyerasi alkanolamida terlihat pengisi selulosa mikrokristalin terdispersi secara baik dalam matriks lateks karet alam yang membuktikan sifat mekanik produk lateks karet alam mencapai nilai optimum.
Kata kunci : alkanolamida, lateks karet alam, selulosa mikrokristalin, waktu vulkanisasi, x-ray diffraction
ABSTRACT
Cassava peel waste contains cellulose approximately 37,9% which was potential to be derived into microcrystalline cellulose and used as fillers in natural rubber latex products. The study on the effect of drying time and alkanolamide compositon on the mechanical properties of natural rubber latex products was done in order to obtain the optimum drying time and alkanolamide composition in producing crosslink density and mechanical properties such as tensile strength, elongation at break, and tensile modulus. Natural rubber latex was produced by using coagulant dipping method. The result of amylum test, X-Ray Diffraction (XRD), Fourier Transform Infra Red (FTIR) and Scanning Electron Microscopy (SEM) material of α-cellulose hydrolysis from cassava peel was microcrystalline cellulose. Natural rubber latex was filled with microcrystalline cellulose and alkanolamide with composition 0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; 2,5% wt. The manufacture of natural rubber latex products was started by pre-vulcanization process at 70°C and followed with vulcanization process at 100°C for 10 minutes and 20 minutes. The result of FTIR characterization showed that alkanolamide as compatibilizer has polar group which can modified microcrystalline cellulose and non-polar group which can modified the natural rubber latex. The results of mechanical properties showed that higher drying time will improved the crosslink reaction which was shown from the mechanical properties at 20 minutes were higher than the mechanical properties at 10 minutes. The results of mechanical properties were supported by Scanning Electron Microscopy which the addition of 1% alkanolamide, microcrystalline cellulose was dispersed well in natural rubber latex matrix so that mechanical properties of natural rubber latex achieve optimum value.
Kata kunci : alkanolamide, natural rubber latex, microcrystalline cellulose, drying time, x-ray diffraction