• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA NO 11/33/PBI/

D. Ruang Lingkup Penerapan GCG pada Perbankan Syariah

Ruang lingkup penerapan GCG pada perbankan syariah, khususnya Bank Umum Syariah adalah:61

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi 2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas dan komite-komite dan fungsi yang

menjalankan pengendalian intern Bank Umum Syariah

3. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) 4. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern

5. Batas maksimum penyaluran dana

6. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan Bank Umum Syariah Pengaturan GCG pada perbankan syariah dapat dijabarkan sebagai berikut;

61

a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi 1) Dewan komisaris

Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta member nasehat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.62

Ketentuan mengenai jumlah anggota dan kriteria untuk menjadi seorang dewan komisaris tunduk pada peraturan Bank Indonesia.63 Pengangkatan dan penggantian dewan komisaris dalam RUPS harus memperhatikan rekomendasi komite remunerasi dan nominasi. Jika di dalam komite tersebut terdapat conflict of interest dengan rekomendasi tersebut maka dalam usulan tersebut harus diungkap dalam RUPS. Mantan anggota direksi bank tidak dapat menjadi komisaris independen pada bank yang bersangkutan sebelum menjalani masa tunggu (cooling off) minimal selama 6 bulan kecuali direksi bank yang menjalani fungsi pengawasan.64

62

Ibid., Pasal 1 angka (6). 63

Ibid., Pasal 4. 64

Ibid., Pasal 5 ayat (1).

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan pemegang saham pengendali, anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi. Komiaris independen juga tidak boleh memiliki hubungan keuangan dan/atau hubungan kepemilikan saham dengan bank sehingga dapat mendukung kemampuannya untuk bersikap independen.

Tugas dewan komisaris adalah ;65 a) Melaksanakan tugas sesuai GCG

b) Mengawasi pelaksanaan GCG pada tiap kegiatan operasional bank

c) Mengawasi pelaksanaan tugas dan memberi nasehat kepada direksi, tapi dilarang ikut mengambil keputusan kegiatan operasional bank

d) Memastikan direksi follow up temuan audit atau rekomendasi Bank Indonesia, auditor intern/ekstern maupun DPS

e) Melapor kepada Bank Indonesia dalam waktu 7 hari kerja jika menemukan pelanggaran terhadap undang-undang perbankan atau jika ada kondisi yang membahayakan bank

f) Demi efektifitas tugas, dewan komisaris membentuk komite pemantau resiko, komite remunerasi dan nominasi serta komite audit

g) Komisaris harus membentuk pedoman tata tertib kerja komite tersebut diatas dan selalu meng-up date-nya

h) Komisaris wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya

i) Komisaris wajib membuat pedoman dan tata tertib kerja dewan komisaris minimal tentang waktu kerja dan pengaturan rapat minimal dua bulan sekali

j) Membuat laporan pelaksanaan GCG kepada Bank Indonesia

Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga atau pihak lain yang dapat mengurangi aset bank. Komisaris juga

65

dilarang mendapat keuntungan pribadi dari bank selain dari fasilitas yang ditetapkan dalam RUPS.66

2) Direksi

Direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan, baik di dalam dan di luar pengadilansesuai dengan ketentuan anggaran dasar sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.67

Ketentuan mengenai jumlah anggota dan kriteria untuk menjadi seorang direksi tunduk pada peraturan Bank Indonesia. Pengangkatan dan penggantian direksi dalam RUPS haruslah memperhatikan rekomendasi dari komite remunerasi dan nominasi.68

Tugas dan tanggung jawab direksi ;69

a) Bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pengelolaan bank berdasarkan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah serta sesuai dengan anggaran dasar dan undang-undang

b) Melaksanakan GCG dalam setiap kegiatan operasional bank

c) Follow up temuan audit atas rekomendasi Bank Indonesia, auditor intern/ekstern dan DPS

d) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada pemegang saham

66

Ibid., Pasal 17. 67

Ibid., Pasal 1 angka (7). 68

Ibid., Pasal 18. 69

e) Mengungkapkan kepada pegawai kebijakan yang bersifat strategis di bidang kepegawaian

f) Menyediakan data dan informasi yang akurat, relevan dan tepat waktu kepada dewan komisaris dan DPS

g) Tiap anggota direksi harus punya kejelasan tugas dan tanggung jawab sesuai bidangnya

h) Direksi wajib memiliki pedoman dan tata tertib yang mengikat yang mengatur mengenai waktu kerja dan pengaturan rapat

i) Keputusan direksi mengikat dan menjadi tanggung jawab seluruh direksi Anggota direksi dilarang memberikan kuasa umum kepada pihak lain yang mengakibatkan pengalihan tugas dan fungsi direksi.70 Selain itu direksi dilarang untuk mendapat keuntungan pribadi maupun memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga atau pihak lain yang dapat mengurangi asset bank selain dari fasilitas yang bisa ia dapatkan sesuai yang ditetapkan dalam RUPS.71 b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan fungsi yang

menjalankan pengendalian intern bank 1) Komite Pemantau Resiko

Keanggotaan komite pemantau resiko minimal diisi oleh seorang komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah dan seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang manajemen resiko. Komite pemantau resiko diketuai oleh seorang

70

Ibid., Pasal 26. 71

komisaris independen. Komite pemantau resiko harus mempunyai integritas dan reputasi keuangan yang baik. Direksi dilarang menjadi anggota komite ini.72

Tugas komite pemantau resiko adalah ;73 a) Mengevaluasi kebijakan manajemen resiko

b) Mengevaluasi kesesuaian antara kebijakan manajemen resiko dengan praktek pelaksanaan kebijakan tersebut

c) Mengevaluasi pelaksanan tugas komite manajemen resiko dan satuan kerja manajemen resiko.

2) Komite Remunerasi dan Nominasi

Keanggotaan komite ini minimal diisi oleh dua orang komisaris independen, seorang pejabat eksekutif yang membawahi bidang sumber daya manusia dan diketuai oleh seorang komisaris independen. Direksi juga tidak boleh menjadi anggota komite ini.74

Tugas komite remunerasi dan nominasi terkait remunerasi ;75 a) Mengevaluasi kebijakan remunerasi

b) Mengevaluasi terhadap kebijakan remunerasi dengan praktek pelaksanan kebijakan tersebut

c) Memberikan rekomendasi terhadap dewan komisaris mengenai kebijakan remunerasi bagi dewan komisaris, direksi, DPS, pejabat eksekutif dan pegawai secara keseluruhan dengan memperhatikan kinerja keuangan,

72 Ibid., Pasal 34. 73 Ibid., Pasal 39. 74 Ibid., Pasal 35. 75

kewajaran per grup dan pertimbangan sasaran dan strategi jangka panjang bank

Tugas komite remunerasi dan nominasi terkait nominasi ;76

a) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai sistem serta prosedur pemilihan/penggantian dewan komisaris, direksi dan DPS

b) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai calon anggota dewan komisaris, direksi dan DPS

c) Memberikan rekomendasi kepada dewan komisaris mengenai calon pihak independen yang akan menjadi anggota komite pemantau resiko dan komite audit

3) Komite audit

Keanggotaan komite audit minimal diisi oleh seorang komisaris independen, seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang akuntansi keuangan yang mempunyai dan seorang pihak independen yang memiliki keahlian di bidang perbankan syariah.77

Tugas komite audit ;78

a) Mengevaluasi pelaksanan audit intern dalam rangka menilai kecukupan pengendalian intern termasuk kecukupan proses pelaporan keuangan

b) Melakukan koordinasi dengan kantor akuntan publik dalam rangka efektifitas pelaksanaan audit ekstern

c) Memberikan rekomendasi mengenai penunjukan akuntan publik dan kantor akuntan publik kepada Dewan komisaris

76

Ibid., Pasal 40 huruf b. 77

Ibid., Pasal 36. 78

c. Pelaksaan tugas dan tanggung jawab DPS

Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas memberikan nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah.79 Ketentuan mengenai jumlah anggota dan kriteria untuk menjadi anggota DPS tunduk pada peraturan Bank Indonesia. Anggota DPS diangkat melalui RUPS.80

Tugas anggota DPS adalah :81

1) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan prinsip-prinsip GCG

2) Memberi nasehat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah, diantaranya ;

a) Menilai dan memastikan pemenuhan prinsip syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank

b) Mengawasi proses pengembangan produk baru agar sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional dan MUI

c) Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional dan MUI untuk produk baru bank yang belum ada fatwanya

d) Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa bank

e) Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya

79

Ibid., Pasal 1 angka (12). 80

Ibid., Pasal 44. 81

3) Wajib menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara optimal

Anggota DPS dilarang untuk mendapat keuntungan pribadi maupun memanfaatkan bank untuk kepentingan pribadi, keluarga atau pihak lain yang dapat mengurangi asset bank selain dari fasilitas yang bisa ia dapatkan sesuai yang ditetapkan dalam RUPS. Selain itu anggota DPS juga dilarang menjadi DPS di seluruh perbankan syariah.82

d. Pelaksanan fungsi kepatuhan, audit intern dan audit ekstern 1) Pelaksanaan fungsi kepatuhan syariah

Sesuai dengan PBI No. 11/33/PBI/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, bank harus membentuk satuan kerja kepatuhan yang bersifat independen yang mengetahui operasional perbankan syariah. Dalam hal ini, bank syariah juga harus memiliki 1 (satu) orang direktur yang bertugas untuk memastikan kepatuhan terhadap PBI dan peraturan perundang-undanagan lainnya.

Untuk menciptakan fungsi kepatuhan yang efektif dan mengurangi resiko yang timbul dari setiap transakasi perbankan yang berhubungan dengan nasabah, bank dapat melakukan penerapan kepatuhan ;83

a) Pengawasan kepatuhan yaitu memastikan setiap operasional telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

b) Sistem kepatuhan dilakukan dengan melaksanakan rencana kerja dan anggaran divisi tahunan, pengujian kepatuhan, pemberian opini dan 82

Ibid., Pasal 51. 83

GCG Bank Syariah Mandiri, <http://www.syariahmandiri.co.id/wp- content/uploads/2010/05/GCG.pdf>, diakses tanggal 18 Agustus 2010.

catatan kepatuhan, kebijakan pedoman kepatuhan dan sistem informasi kepatuhan

c) Monitoring dan Supporting yaitu membuat laporan rutin kinerja pengawasan kparuhan, memantau realisasi kepatuhan

Secara berkala direktur kepatuhan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya terkait dengan pelaksanaan fungsi kepatuhan kepada direktur utama dan Dewan komisaris.

2) Penerapan fungsi audit intern

Satuan kerja audit intern merupakan unit kerja yang independen yang bertanggung jawab secara langsung kepada direktur utama. Sebagai pedoman kerja biasanya bank harus memiliki ;84

a) Audit charter

b) Pedoman standar sistem pengendalian intern

c) Panduan audit intern untuk aktivitas dan operasional bank misalnya, pedoman audit pendapatan, pedoman audit biaya dan lain-lain.

Dalam pelaksnaan tugasnya, satuan kerja audit intern secara berkala menyusun program kerja audit tahunan dan menyampaikan hasil laporan audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

3) Penerapan fungsi audit ekstern

Untuk menjamin transparansi dan integritas kondisi keuangan serta sesuai dengan PBI No. 3//22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank yang telah disempurnakan dengan PBI No. 7/50/PBI/2005, bank wajib menunjuk

84

Laporan pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance), <http://www.bpddiy.co.id/download.php?file=22>, diakses tanggal 26 September 2010.

akuntan publik dan kantor akuntan publik yang terdaftar di Bank Indonesia untuk mengaudit laporan keuangan bank dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari RUPS berdasarkan calon yang diajukan dewan komisaris sesuai rekomendasi dari komite audit.

Ruang lingkup pemeriksaan biasanya meliputi:85 a) Audit atas laporan keuangan tiap tahun buku b) Laporan hasil evaluasi kinerja

c) Memberikan rekomendasi dalam bentuk management letter yaitu komentar tertulis dari akuntan publik kepada manajemen bank mengenai hasil kaji ulang terhadap struktur pengendalian intern, pelaksanaan Standar Akuntansi Keuangan atau masalah lain yang ditemui dalam pelaksanaan audit, beserta dengan saran-saran perbaikannya.86

e. Batas maksimum penyaluran dana

Ketentuan terkait dengan lending limit atau batas maksimum penyaluran dana bank syariah masih mengacu pada PBI No. 7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 tentang Batas Maksimum Penyaluran Kredit yang telah diubah dengan PBI No. 8/13/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006. Namun dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dikemukakan bahwa Bank Indonesia menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga yang berbasis syariah atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank syariah

85

Laporan pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan (Good Corporate Governance, <http://www.bpddiy.co.id/download.php?file=22s>, diakses tanggal 26 September 2010

86

PBI No. 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank, Pasal 1 angka 16.

dan unit usaha syariah kepada nasabah penerima fasilitas atau sekelompok nasabah penerima fasilitas terkait, termasuk kepada perusahaan dalam kelompok yang sama dengan bank syariah dan unti usaha syariah yang bersangkutan dengan batas maksimum tidak boleh melebihi 30% (tiga puluh persen) dari modal bank syariah.87

Bank Indonesia juga menetapkan ketentuan mengenai batas maksimum penyaluran dana berdasarkan prinsip syariah, pemberian jaminan, penempatan investasi surat berharga yang berbasis syariah atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh bank syariah kepada dengan batas maksimum penyaluran dana tidak melebihi 20% (dua puluh persen) dari modal bank syariah kepada;88

1) Pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal yang disetor bank syariah

2) Anggota dewan komisaris 3) Anggota direksi

4) Keluarga dari pihak pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal yang disetor bank syariah, anggota dewan komisaris dan dewan direksi

5) Pejabat bank lainnya

6) Perusahaan yang didalamnya terdapat kepentingan dari pihak pemegang saham yang memiliki 10% (sepuluh persen) atau lebih dari modal yang disetor bank syariah, anggota dewan komisaris dan dewan direksi dan pejabat bank lainnya

87

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008, Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2). 88

f. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank

Bank wajib menyampaikan transparansi kondisi keuangan dan non- keuangan secara akurat dan tepat waktu kepada stakeholders. Penyajian laporan tersebut harus sesuai dengan ketentuan PBI No. 7/50/PBI/2005 tentang Peubahan atas PBI No. 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank.

Selain itu, bank juga wajib melaksanakan transparansi mengenai produk bank syariah sesuai dengan ketentuan PBI No. 10/17/PBI/2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Jika ada terjadi perubahan terhadap pedoman manajemen resiko, sistem pengendalian intern dan sistem teknologi informasi yang digunakan sebagai pedoman GCG maka bank wajib menyampaikannya kepada Bank Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN