• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDONESIA NO 11/33/PBI/

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Perbankan Syariah

Menurut Ensiklopedi Islam, Bank Islam atau Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-prinsip Syariat Islam. Namun pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit, jasa dan lain-lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.10

“Orang-orang yang memakan riba itu tidak akan berdiri melainkan sebagaimana berdirinya orang yang dirasuk setan dengan terhuyung-huyung karena sentuhannya. Yang demikian itu karena mereka mengatakan : “Perdagangan itu sama saja dengan riba.” Padahal Allah telah menghalalkan perdagangan dan mengharamkan riba. Oleh karena itu, barangsiapa telah sampai kepadanya peringatan dari Tuhannya lalu ia berhenti (dari memakan riba), maka baginyalah Jadi, bank syariah pengoperasiannya berdasarkan pada tata cara bermuamalat (ketentuan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia) secara islam, yakni mengacu pada ketentuan Alquran dan Hadits.

Dasar pemikiran terbentuknya perbankan syariah adalah adanya larangan riba di dalam Alquran dan Hadits. Dalam Alquran disebutkan bahwa;

10

Heri Sudarsono, “Bank dan Lembaga Keuangan Keuangan Syariah” , (Yogyakarta : Ekonisia, cetakan ketiga, 2005), hal. 27.

apa yang telah lalu dan mengulangi lagi (memakan riba) maka itu ahli neraka,mereka akan kekal di dalamnya”. (QS. Al-Baqarah : 275).11

Di Indonesia awalnya kegiatan perbankan syariah diatur dalam Undang- Undang No. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1998 tentang Perbankan. Dalam undang-undang tersebut disebutkan pengertian Bank Umum adalah “Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”12

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan prinsip syariah.13

Di sini terlihat, bahwa di Indonesia berlaku dua sistem perbankan, yaitu sistem perbankan konvensional yang menggunakan sistem bunga dan sistem syariah yang berlandaskan pada ketentuan Islam.14

11

Departemen Agama,”Alquran Al Karim dan Terjemahannya”, ed. Revisi, ( Semarang : Karya Toha Putra Semarang, 1998), hal. 86.

12

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pasal 1 angka 3.

13

Ibid, Pasal 1 angka 13. 14

Gemala Dewi, ”Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, cetakan kedua, 2006), hal. 155.

Namun kini pengaturan tentang pengoperasian perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.Dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.15

Mengenai prinsip syariah, undang-undang ini menyatakan bahwa prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.16 Mengenai kegiatan usaha perbankan syariah juga telah terlihat dalam pengembangan produk-produk bank yang tidak dapat dilepaskan dari metode operasi bank yang pendekatannya dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu mempelajari ketentuan syariah tentang metode ekonomi Islam atau melihat mekanisme yang lazim berkembang dalam operasional perbankan konvensional dan kemudian menempatkan ketentuan hukum Islam yang dapat diimplementasikan ke dalam mekanisme tersebut.17

Kegiatan usaha bank syariah antara lain:18 a. Menghimpun dana, yang terdiri atas:

1) Giro, yang terdiri atas;

a) Giro wadiah yaitu simpanan dana yang bersifat titipan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dan tidak dipersyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela

15

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 agka 1 16

Ibid, Pasal 1 angka 12 17

Edi Wibowo dan Untung Hendy Widodo, “ Mengapa Memilih Bank Syariah?”, (Bogor : Ghalia Indonesia, cetakan pertama, 2005), hal. 39.

18

Burhanuddin S, “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”, (Yogayakarta: Graha Ilmu, cetakan pertama, 2010, hal. 57-93.

b) Giro mudharabah yaitu simpanan yang bersifat investasi yang penarikannya atas dasar kesepakatan dan diberikan bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati dimuka

2) Tabungan, yang terdiri atas:

a) Tabungan wadiah yaitu simpanan dana nasabah yang bersifat titipan dan dapat ditarik setiap saat yang sifatnya tidak dipersyaratkan untuk dapat imbalan kecuali dalam betuk bonus sukarela

b) Tabungan mudharabah simpanan dana nasabah yang sifatnya investasi yang dapat ditarik setiap saat dan mendapat bagi hasil sesuai nisbah yang disepakati dimuka.

3) Deposito yaitu simpanan yang dapat ditarik pada waktu tertentu sesuai kesepakatan.

b. Menyalurkan dana yang terdiri atas:

1) Pembiayaan prinsip bagi hasil yang terdiri atas:

a) Pembiayaan mudharabah yaitu penyediaan dana dari bank untuk modal berdasarkan persetujuan para pihak yang wajib melakukan settlement atas investasi sesuai akad

b) Pembiayaan musyarakah yaitu penyediaan dana untuk sebagian modal usaha atas persetujuan para pihak sesuai akad.

a) Pembiayaan Ijarah yaitu penyediaan dana berupa transaksi sewa dalam bentuk akad ijarah dengan opsi perpindahan hak kepemilikan.

b) Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik yaitu pembiayaan sewa beli atas kesepakatan bersama sesuai akad

3) Pembiayaan dengan prinsip jual beli yang terdiri atas:

a) Pembiayaan mudharabah yaitu penyediaan dana untuk transaksi jual beli sebesar harga pokok ditambah keuntungan atas kesepakatan bersama

b) Pembiayaan salam yaitu penyediaan dana transaksi jual beli melalui pesananyang dibayar dimuka secara tunai.

c) Pembiayaan Istishna yaitu penyediaan dana transaksi jual belimelalui pesanan pembuatan barang sesuai kesepakatan dalam akad.

4) Pembiayaan dengan prinsip Pinjam Meminjam 5) Pelayanan jasa perbankan yang terdiri atas:

a) Letter of Credit syariah yaitu surat pernyataan akan membayar kepada eksportir yang diterbitkan oleh bank syariah atas permintaan importer dengan pemenuhan syarat-syarat tertentu sesuai prinsip syariah

b) Syariah Charge Card yaitu alat pembayaran dengan menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi.

c) Bank garansi syariah yaitu jaminan yang diberikan oleh bank syariah oleh pihak ketiga sebagai pengganti atas kewajiban nasabah bank selaku pihak yang dijamin.

d) Transfer dan Inkaso yaitu jasa dalam pemindahan dana dari rekening nasabah atau melakukan penagihan untuk untung rekening nasabah (inkaso).

e) Pertukaran valuta asing

2. Good Corporate Governance Pada Perbankan Syariah

Good Corporate Governance merupakan isu yang tidak pernah usang untuk terus dikaji pelaku ekonomi maupun pembuat kebijakan. GCG yang merupakan tata kelola perusahan yang baik yang terkait dengan struktur organ perusahaan dalam mengelola perusahaan telah memainkan peran penting di seluruh dunia dan terintegrasinya pasar keuangan yang mendorong terciptanya perkembangan pasar keuangan yang baik.

GCG merupakan hal yang dipandang sangat penting bagi sistem keuangan. Hal ini sangat beralasan karena hampir tiga perempat bank-bank di lebih dari 130 negara yang menjadi anggota IMF telah mengalami masalah yang sangat serius selama kurang dari dua dekade terakhir. Beberapa resiko itu sudah sangat jelas, di antaranya adalah resiko penarikan dana secara besar-besaran dari bank (rush), perputaran dana yang cepat dan tidak terduga dari pemegang saham dan

ketidakstabilan di pasar valuta asing yang menyebabkan kepanikan para pemegang aset finansial.19

Krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1998 tidak lepas dari pengaruh lemahnya penerapan GCG. Hal ini diperparah oleh pengelolaan perbankan dan kebijakan pemberian kredit yang penuh dengan kolusi hanya menghasilkan pemberian kredit pada pihak-pihak yang terkait dengan pemilik bank. Pada saat krisis, perbankan Indonesia menanggung kredit macet hampir 70% dari total pinjaman. Kebangkrutan sektor keuangan dalam negeri ditandai dengan dilikuidasinya 16 bank oleh Bank Indonesia pada tanggal 1 November 1998.20

Pengaturan tentang kewajiban pelaksanaan GCG pada perbankan telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanan GCG bagi Bank Umum. Namun seiring dengan lahir dan mulai berkembangnya perbankan syariah di Indonesia maka PBI No. 8/4/PBI/2006 juga dinyatakan berlaku bagi bank syariah. Hal ini disebabkan karena dalam pengoperasiannya, perbankan syariah layaknya perbankan konvensional juga mempunyai kebutuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip GCG dikarenakan situasi eksternal dan internal perbankan semakin kompleks juga disertai dengan semakin beragamnya tingkat Untuk itu agar perekonomian Indonesia bisa pulih kembali sehingga dapat keluar dari krisis, maka langkah yang tepat dilaksanakan adalah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip GCG pada perbankan di Indonesia.

19

Lindgren, Garcia dan Seal, 1996 dikutip dari M. Umer Chapra dan Habeb Ahmed,

“Corporate Governance Lembaga Keaungan Syariah”, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, cetakan pertama, 2008), hal. 13.

20

Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, “Penerapan Good Corporate Governance ; Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha”, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, cetakan kedua, 2008), hal 59-60.

resiko kegiatan perbankan syariah. Penerapan prinsip GCG selain untuk meningkatkan daya saing perbankan namun juga untuk lebih memberikan perlindungan terhadap masyarakat pengguna jasa perbankan. Penerapan GCG menjadi suatu keniscayaan mengingat sektor perbankan mengelola dana publik.

Setelah berlakunya Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, ketentuan mengenai tata kelola perusahaan yang baik yang identik dengan GCG juga dicantumkan secara singkat. Dalam undang-undang tersebut dinyatakan bahwa Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib menerapkan tata kelola yang baik yang mencakup prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan kewajaran dalam menjalankan kegiatan usahanya.21

Dalam PBI No. 11/33/PBI/2009 disebutkan bahwa Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut GCG adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional (professional), dan kewajaran (fairness).

Namun pengaturan ini kemudian dilengkapi dengan dikeluarkannya Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah pada tanggal 29 Januari 2009.

22

21

Undang-Undang Perbankan Syariah, Pasal 34 ayat 1. 22

Peraturan Bank Indonesia No. 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan GCG bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Pasal 1 angka 10.

Namun dalam pertimbangannya, PBI menyatakan bahwa pelaksanaan GCG dalam industri perbankan syariah harus memenuhi prinsip syariah (sharia compliance). Hal inilah salah satu yang membedakan penerapan GCG pada perbankan konvensional dengan perbankan syariah.

Implementasi GCG pada perbankan syariah memerlukan adanya pemahaman mengenai prinsip GCG yaitu;23

a. Akuntabilitas yang berarti manajemen harus mampu merespon pertanyaan dari

stakeholders atas mengenai pertanggungjawaban pelaksanaan manajemen perusahaan.

b. Transparansi yang berarti tersedianya informasi yang akurat, relevan dan mudah dimengerti sehingga stakeholders dapat memberi keputusan.

c. Responsibilitas yaitu perusahaan mampu dikelola sesuai dengan hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Independensi yang berarti tindakan hanya dilakukan untuk kepentingan perusahaan tanpa ada pengaruh dari pihak lain untuk menghindari adanya

conflict of interest.

e. Fairness yang berarti adanya perlindungan terhadap hak-hak stakeholders. Dalam ajaran Islam, kelima prinsip-prinsip pokok di atas sesuai dengan norma dan nilai Islami dalam aktivitas dan kehidupan seorang muslim. Islam sangat intens mengajarkan diterapkannya prinsip ‘adalah (keadilan), tawazun

(keseimbangan), mas’uliyah (akuntabilitas), akhlaq (moral), shiddiq (kejujuran),

amanah (pemenuhan kepercayaan, fathanah (kecerdasan), tabligh (transparansi),

hurriyah (independensi dan keterbukaan yang bertanggung jawab), ihsan

(profesional), wasathan (kewajaran), ghirah (pengelolaan syariah), khilafah

(kepemimpinan), aqidah (keimanan), ijabiyah (berpikir positif), waqabah

23

Endri, “Penerapan Good Corporate Governance pada Perbankan Syariah”, <http://www.tazkiaonline.com.mht>, diakses tanggal 20 September 2010.

(pengawasan), qira’ah dan islah (organisasi yang selalu melakukan perbaikan).24

Penyusunan skripsi ini dilakukan penulis dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Penelitian hukum normatif yaitu pendekatan dengan meninjau masalah yang diteliti dari segi ilmu hukum dan dengan melakukan analisis terhadap norma-norma hukum yang berlaku dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan bahan hukum primer, sekunder dan tersier untuk mendapatkan kesimpulan dari data-data yang diperoleh dalam penelitian.

Jadi pada dasarmya konsep GCG yang harus diterapkan dalam perbankan syariah sesuai dengan konsep norma islami dalam hukum Islam.