Ruang lingkup modul ini terdiri dari:
1. Ilmu harmoni membahas tentang keselarasan bunyi yang akan menjadi bekal dalam membuat aransemen;
2. Pembagian jenis suara manusia terdiri dari sopran, alto, tenor, dan bass; 3. Dasar-dasar aransemen adalah ketentuan-ketentuan dasar yag harus
dikuti sebagai dasar dalam membuat aransemen vokal SATB dan suara dua/tiga; dan
4. Langkah-langkah dalam membuat aransemen mulai dari menentukan akor sampai pertimbangan vertikal dan horizontal agar hasil aransmen merupakan melodi yang indah jika dinyanyikan.
E.
Saran Cara Penggunaan Modul
1. Penjelasan bagi Petatar:a. Cermati isi modul secara keseluruhan.
b. Modul ini lebih banyak penekanannya pada praktek, maka semakin Anda banyak berlatih hasilnya akan baik.
c. Ikuti langkah-langkah belajar yang ada pada setiap modul.
d. Perhatikan dan ikuti prosedur penilaian sesuai dengan kriteria yang ada pada modul.
2. Penjelasan bagi Penatar:
a. Ajaklah petatar untuk mencermati isi modul secara keseluruhan. b. Lakukan pengontrolan dan bimbingan pada setiap langkah belajar
yang dilakukan petatar pada setiap bagian modul.
c. Bimbinglah petatar untuk menyelesaikan modul sesuai dengan rentang waktu yang ditentukan.
d. Lakukan penilaian sesuai dengan prosedur dan kriteria yang ada pada modul.
ILMU HARMONI
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini guru mampu: 1. menjelaskan pengertian ilmu harmoni;
2. menjelaskan pengertian akor; dan
3. menyusun akor dalam berbagai tangga nada.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan pengertian ilmu harmoni; 2. Menjelaskan pengertian akor;3. Menyebutkan macam-macam akor; 4. Menjelaskan tingkatan akor;
5. Menyusun akor dalam berbagai tangga nada; dan 6. Menentukan jenis akor.
C. Uraian Materi
Sebelum membahas tentang akor marilah kita ingat susunan tangga nada berikut.
Dalam notasi angka kita kenal istilah 1 2 3 4 5 6 7. Dalam tangga nada C mayor maka:
8
Notasi balok Notasi angka
C 1 D 2 E 3 F 4 G 5 A 6 B 7
Nada-nada yang harmonis adalah nada-nada yang tidak saling berdekatan, misalnya:
Nada C harmonis dengan nada E, tidak harmonis dengan nada D Nada D harmonis dengan nada F, tidak harmonis dengan nada E Nada E harmonis dengan nada G, tidak harmonis dengan nada F Nada F harmonis dengan nada A, tidak harmonis dengan nada G Nada G harmonis dengan nada B, tidak harmonis dengan nada A Nada A harmonis dengan nada C, tidak harmonis dengan nada B Nada B harmonis dengan nada D, tidak harmonis dengan nada C
Tingkat I : tonika : terdiri dari nada pertama, ke tiga dan ke lima
Tingkat II : sub tonika : terdiri dari nada ke dua, ke empat, dan ke enam
Tingkat III : median : terdiri dari nada ke tiga, ke lima, dan ke tujuh
Tingkat IV : sub dominan : terdiri dari nada ke empat, ke enam, dan pertama
Tingkat V : dominan : terdiri dari nada ke lima, ke tujuh, dan ke dua
Tingkat VI : sub median : terdiri dari nada ke enam, petama, dan ke tiga Tingkat VII: leading tone : terdiri dari nada ke tujuh, ke dua, dan ke empat
D. Aktivitas Pembelajaran
Pembelajaran tentang ilmu harmoni tiga suara lebih banyak dilakukan dengan metode praktik untuk mencapai target sampai dapat membedakan antara tingkat satu dengan tingkat lain. Penguasaan harmoni dapat dilatih dengan memperdengarkan dua tingkatan akor yang berbeda. Misalnya kita cari lagu yang hanya memiliki dua jenis tingkatan akor, kemudian setelah terampil membedakan antara dua tingkatan akor kemudian dilatih untuk membedakan tiga tingkatan akor.
10
E. Latihan/Kasus/Tugas
Tentukan akor untuk lagu di bawah ini.
12
F. Rangkuman
Akor adalah tiga nada atau lebih yang dibunyikan bersama-sama. Setiap
tangga nada memiliki tiga jenis akor yaitu mayor, minor, dan diminished.
Akor diletakkan pada ketukan pertama dalam setiap birama. Akor disesuaikan dengan melodi lagu yang terdapat pada ketukan pertama.
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Pembelajaran tentang akor dituntut kreativitas, selain harus melalui tahapan seperti diuraikan dalam materi. Banyak variasi dalam menentukan akor antara satu orang dengan yang lain sehingga dituntut untuk saling menghargai perbedaan pendapat tersebut. Perbedaan dalam menetukan akor tersebut disebabkan karena dalam setiap melodi memiliki minimal tiga kemungkinan dalam menentukan akor. Penguasaan terhadap akor perlu dilatih dengan banyak mendengarkan lagu sehingga memiliki banyak apresiasi terhadap akor dalam suatu lagu.
JENIS SUARA MANUSIA
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, guru mampu: 1. menyebutkan jenis suara manusia;
2. menjelaskan ambitus suara manusia; dan
3. menjelaskan karakter masing-masing jenis suara manusia.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menyebutkan jenis suara manusia; 2. Menjelaskan ambitus suara manusia; 3. Menjelaskan karakter suara sopran; 4. Menjelaskan karakter suara alto; 5. Menjelaskan karakter suara tenor; dan 6. Menjelaskan karakter suara bass.C. Uraian Materi
Pada dasarnya suara manusia dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Sopran: jenis suara wanita dengan wilayah nada tinggi.
Sopran adalah suara tertinggi dalam klarifikasi vokal di dalam budaya
musik klasik barat. Istilah sopran berasal dari bahasa Italia 'sopra' yang berarti melampaui dan juga bahasa latin 'supra' yang berarti super. Di masa kini, istilah sopran hanya digunakan untuk penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Di dalam sejarah musik barat, sopran digunakan pada abad 16 untuk menyebut bagian suara paduan suara paling tinggi yang biasa dinyanyikan oleh anak laki-laki. Pada abad 16 dan 17, agama Kristen di Eropa melarang kaum wanita untuk tampil di
14
tempat umum, khususnya di katedral dan gereja. Dengan berkembangnya opera, peran wanita diperlukan. Karena wanita dilarang menyanyi di panggung, digunakan penyanyi kasastri, dan masih terus dipergunakan hingga akhir musik barok. Dengan perkembangan agama kristen protestan, doktrin katolik lambat laun memudar dan penyanyi wanita diperbolehkan menyanyi dalam paduan suara di gereja atau di opera. Sejak masa tersebut, istilah sopran dipergunakan untuk suara
wanita dan suara sopran anak-anak (sopran treble).
2. Alto: jenis suara wanita dengan wilayah nada rendah
Istilah alto biasanya dirujukkan kepada suara wanita terendah dalam nada nyanyian atau suara nyanyian lelaki yang menggunakan teknik pemalsuan suara (falseto) yang juga dikenal sebagai penyanyi kuantertenor.
3. Tenor: jenis suara pria dengan wilayah nada tinggi
Kata tenor juga dipakai oleh beberapa jenis alat musik seperti saxophone untuk mengindikasikan rentang nada yang dihasilkan dari alat musik
tersebut. Kata tenor berasal dari bahasa Latin tenere yang berarti
menahan.
4. Bas: jenis suara pria dengan wilayah nada rendah
Sesuai dengan namanya, bas juga berfungsi sebagai root atau akar;
dasar dari sebuah lagu. Oleh karena itu bas merupakan jenis suara yang diharuskan ada dalam setiap komposisi paduan suara campuran atau
paduan suara sejenis pria (male choir).
Pembagian jenis suara yang lebih detail lagi masih ada, misalnya meso sopran adalah jenis suara wanita yang wilayah suaranya lebih rendah dari sopran tetapi lebih tinggi dari alto. Bariton adalah jenis suara pria yang wilayah suaranya lebih rendah dari tenor dan lebih tinggi dari bas.
Untuk dapat membuat aransemen paduan suara, pengetahuan yang wajib dimiliki adalah dapat menentukan wilayah suara manusia sesuai dengan
jenisnya. Hal ini penting karena aransemen tersebut diharapkan nantinya dapat dinyanyikan sesuai dengan wilayah suara masing-masing jenis suara. Berikut ini gambar wilayah suara manusia.
Sopran c1 sampai a2 Alto f sampai d2 Tenor c sampai a1 Bass F sampai d1
Masing-masing jenis suara memiliki wilayah nada dan karakter yang berbeda antara jenis suara yang satu dengan lainnya. Setiap wilayah nada dari masing-masing jenis suara memiliki register suara dada, tengah, dan kepala.
16
Suara dada terdapat pada nada-nada bawah, suara tengah pada nada-nada tengah, dan suara kepala pada nada-nada atas.
Keterangan:
suara dada : menciptakan suasana tenang, kurang energik, mudah lelah, dan biasanya lembut
suara tengah : memiliki nada yang cemerlang, mantap karena paling mudah dinyanyikan
suara kepala : memperlihatkan ketegangan sehingga lebih tepat apabila digunakan pada pada puncak-puncak lagu.
Ke empat jenis suara yaitu sopran, alto, tenor, dan bas dapat dipadukan dalam bermacam-macam kombinasi sebagai berikut.
1. Sopran dan Alto (SA), biasanya aransemen ini dinyanyikan oleh paduan suara (koor) wanita atau anak-anak. Suara yang rendah tidak selalu dipandang sebagai suara bass oleh karenanya paduan suara ini sebaiknya diiringi dengan instrumen untuk memperkuat nada-nada yang rendah.
2. TTBB (Tenor, Tenor, Bas, dan Bas) adalah paduan suara yang dinyanyikan oleh suara pria, tetapi yang lebih banyak kita jumpai adalah paduan suara pria untuk tiga suara yaitu TTB.
Jenis paduan suara di atas disebut paduan suara sejenis, artinya hanya dinyanyikan oleh suara wanita atau pria saja. Aransemen ini kurang sempurna karena wilayah suaranya cukup terbatas, maka lagu-lagu yang memiliki wilayah nada yang luas tidak tepat untuk diaransir untuk paduan suara jenis ini. Oleh karena keterbatasan wilayah nada maka dalam aransemen ini diperbolehkan suara rendah berpindah lebih tinggi dari suara pertama tetapi masing-masing suara menjadi kabur. Dalam paduan suara sejenis akor-akornya tidak lengkap senhingga aransemennya menjadi ‘miskin’ harmonisasinya.
3. SATB (Sopran, Alto, Tenor, dan Bas) adalah aransemen yang dinyanyikan oleh suara pria dan wanita atau sering disebut dengan istilah paduan suara campuran. Aransemen ini dianggap paling sempurna karena wilayah nada yang dapat dijangkau lebih luas, setiap suara dapat memperlihatkan semua registernya.
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran ini lebih menekanan pada kegiatan praktik setelah mempelajari ambitus suara manusia berdasarkan penggolongannya. Masing-masing orang dapat mengetahui jenis suara yang dimiliki dengan berpedoman pada ambitus suara tersebut. Langkahnya adalah masing-masing pembelajar menyanyikan nada yang dapat dicapai mulai nada terendah sampai nada tertinggi. Perlu dinformasikan bahwa jenis suara tersebut tidak berhubungan denga kualitas suara. Misalnya ada peserta yang hanya mampu menjangkau nada-nada rendah bukan berarti tidak kompeten, demikian juga sebaliknya.
E. Latihan/Kasus/Tugas
Buatlah kelompok kecil dan buatlah penggolongan jenis suara berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.
F. Rangkuman
Pada dasarnya jenis suara manusia dalam bernyanyi dibagi menjadi empat jenis yaitu:
Sopran : jenis suara tinggi untuk wanita dengan wilayah nada tinggi,
wilayah nadanya mulai dari c1–a2
Alto : jenis suara rendah untuk wanita dengan wilayah nada
rendah dengan wilayah nada mulai dari f–d2
Tenor : jenis suara tinggi untuk pria dengan wilayah nada tinggi,
wilayah nadanya mulai dari c–a1
Bas : jenis suara rendah untuk pria dengan wilayah nada rendah
18
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Setiap orang dapat diketahui jenis suaranya dalam bernyanyi dengan cara menyanyikan nada yang dapat dijangkau mulai dari nada terrendah sampai nada tertinggi. Setelah semua orang mengetahui klasifikasi jenis suaranya maka jika bergabung dalam kelompok vokal baik paduan suara maupun
vocal group dapat menentukan notasi musik yang dinyanyikan. Hal ini sangat bermanfaat dalam memilih notasi lagu sehingga dapat menyanyi dengan nyaman sesuai dengan jenis suaranya.
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN
ARANSEMEN SATB
A. Tujuan
Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, guru mampu: 1. menjelaskan urutan pembuatan aransemen;
2. menentukan nada tengah secara vertikal dan horisontal; 3. menentukan prioritas nada yang didobel;
4. menghindari aransemen yang overlapping; dan
5. Menghindari parallel kwint dan oktaf.
.
B. Indikator Pencapaian Kompetensi
1. Menjelaskan urutan pembuatan aransemen; 2. Menentukan nada tengah secara vertikal ; 3. Menentukan nada tengah secara horisontal; 4. Menentukan prioritas nada pertama yang didobel; 5. Menentukan prioritas nada kedua yang didobel; 6. Menentukan prioritas nada ketiga yang didobel;7. Menghindari aransemen yang overlapping;
8. Menghindari parallel kwint;
9. Menghindari parallel oktaf.
C. Uraian Materi
1. Langkah pertama adalah menentukan suara bas berdasarkan akor yang telah ditetapkan. Buatlah pergerakan melodi yang berlawanan dengan suara sopran (melodi pokok), misalnya pergerakan melodi sopran pada birama pertama naik, berarti Anda disarankan membuat pergerakan bas
20
pada birama pertama turun. Hati-hati hindarilah parallel kwint maupun
parallel oktaf seperti penjelasan terdahulu. Setelah selesai menetukan suara bas, coba nyanyikan agar bisa diketahui kemelodisannya sehingga orang yang menyanyikan nantinya terasa ‘enak’, bukan hanya sekedar menyusun nada-nada untuk melengkapi akor yang ditentukan. Inilah yang disebut pertimbangan horizontal.
2. Langkah ke dua adalah menentukan suara tengah, yaitu alto atau tenor. Usahakan interval/jarak nada antara sopran dan alto tidak lebih dari satu oktaf, demikian juga antara suara alto dan tenor. Sedangakan interval untuk tenor dan bas boleh lebih dari satu oktaf seperti dapat dilihat pada contoh sebelumnya.
3. Usahakan agar secara vertikal nada-nadanya lengkap sesuai dengan jenis akornya.
4. Prioritas pertama pendobelan nada adalah untuk nada dasar dan prioritas ke dua adalah untuk interval tertsnya. Prioritas pertama pendobelan pada akor C mayor adalah pada nada c, dan prioritas ke dua untuk nada e. Hal ini dimaksudkan agar kualitas akor tetap terjaga dan tidak menimbulkan interpretasi akor yang lain.
5. Urutan nada dari atas ke bawah adalah sopran, alto, tenor, dan bass. Apabila ditemukan suara alto lebih rendah daripada suara tenor, atau suara tenor lebih rendah dari sura bas, maka ini disebut dengan istilah
overlapping. Hal ini sedapat mungkin dihindari agar masing-masing jenis suara tidak jelas atau kabur dan untuk pertimbangan estetika penulisan.
Perlu diingat bahwa yang paling penting dari semuanya itu adalah ‘bagaimana bunyinya’. Semua melodi untuk masing-masing jenis suara dianjurkan merupakan suara yang ‘nyata’, artinya suara alto, tenor, dan bas harus dapat dinyanyikan dengan ‘enak’ dan seakan-akan menjadi lagu baru yang dinyanyikan secara bersama-sama. Maka dari itu nyanyikanlah berulang-ulang melodi jenis suara yang Anda buat agar kesan melodisnya selalu muncul, bukan hanya pertimbangan vertikal saja.
Apabila suatu kalimat lagu perlu penekanan atau penonjolan dapat disusun secara unisono. Tidak menjadi masalah meskipun terjadi beberapa kasus paralel, baik kwint maupun oktaf.
1. Menentukan Lagu
Membuat aransemen dalam bentuk apapun baik instrumen maupun vokal ditentukan oleh ketepatan dalam memilih suatu lagu. Lagu yang tepat akan mudah dipahami dan dinyanyikan karena sesuai dengan tingkat perkembangan usia yang akan menyanyikan hasil aransemen lagu tersebut. Pada tingkat dasar, lagu dan harmonisasi yang digunakan masih sederhana. Ciri-ciri lagu sederhana adalah:
a. melodi mudah dinyanyikan dengan lompatan nada yang tidak terlalu jauh;
b. tidak terlalu banyak menggunakan nada-nada alterasi; c. jumlah birama tidak terlalu banyak;
d. harmonisasi sederhana misalnya banyak menggunakan akor pokok (I, IV, dan V); dan
e. analisis bentuk lagunya sederhana, misalnya bentuk AB.
22
2. Menentukan Nada Dasar
Seringkali kita mendengar ada orang menyanyi dengan jangkauan nada yang terlalu rendah dan terlalu tinggi sehingga terkesan merasa kurang nyaman. Hal ini antara lain disebabkan oleh penentuan nada dasar yang kurang tepat. Pada dasarnya setiap orang memiliki jangkauan nada yang bervariasi, ada yang dapat mencapai nada tinggi sementara ada juga yang dapat mencapai nada yang rendah. Pencapaian nada rendah atau tinggi tidak berhubungan dengan masalah kualitas vokal seseorang. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa apabila seseorang tidak mampu menyanyilkan nada-nada tinggi berarti orang tersebut memliki kualitas suara yang kurang baik atau sebaliknya.
Nada d2 adalah nada yang dapat dijangkau oleh wanita pada umumnya, sedangkan nada d1 adalah nada yang masih dapat dijangkau oleh pria pada umumnya. Kita ingat dalam ambitus suara antara pria dan wanita terdapat selisih satu oktaf. Berdasarkan pengalaman jika kita menggunakan nada tersebut sebagai nada tertinggi pada umumnya masih dapat dinyanyikan dengan nyaman. Jika secara tertulis kita tidak dapat melihat notasi maka kita dituntut memiliki kemampuan untuk mencari solmisasi dari suatu lagu. Kemampuan musikal ini perlu dilatih karena sangat penting bagi kita untuk segera mendeteksi nada tertinggi suatu lagu dan kita gunakan nada d (d1 untuk pria dan d2 untuk wanita). Misalnya lagu “Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail Mz., kita dapat mendeteksi secara solmisasi bahwa nada tertinggi adalah nada 6 (la). Pada notasi balok nada 6 (la) ditempatkan pada nada d seperti berikut:
Nada 6 (la) disamakan dengan nada d sehingga jika diurutkan sebagai berikut:
Nada 6 = d Nada 5 = c Nada 4 = bes Nada 3 = a Nada 2 = g Nada 1 = f
Dari urutan nada tersebut kita dapat menentukan lagu “Indonesia Pusaka” bernada dasar 1=F. Nada dasar tersebut dapat digunakan sebagai dasar kita menentukan nada dasar dan membuat aransemen.
Contoh lain yaitu lagu “Tanah Air” ciptaan Ismail Mz., kita dapat mendeteksi nada tertinggi adalah 4 (fa). Nada tertinggi tersebut disamakan dengan nada d, maka urutannya sebagai berikut:
Nada 4 = d Nada 3 = cis Nada 2 = b Nada 1 = a
Lagu “Tanah Air” tersebut dapat diberikan nada dasar 1 = A. Kemampuan mendeteksi nada tertinggi tersebut memang perlu dilatih dengan disiplin sehingga setiap kita mendengarkan suatu lagu maka kita akan dapat mencari solmisasinya. Kemampuan solmisasi ini dapat dilatih dengan kemampuan awal tentang: interval, tangganada (mayor dan minor) dan jenis lagu (mayor dan minor).
Jika salah satu dari kemampuan awal di atas belum dapat dikuasai maka kemampuan solmisasi belum dapat digunakan secara efektif. Misalnya kita belum dapat menebak interval dengan tepat maka kita belum dapat menentukan nada awal pada suatu lagu. Masing-masing lagu dimulai oleh nada yang berbeda-beda tergantung komponisnya. Misalnya lagu “Bengawan Solo” ciptaan Gesang. Bagaimanakah kita mengetahui kalau lagu itu dimulai dengan nada 5 (sol) sementara kita tidak dapat
24
menunjukkan notasi musiknya. Pada umumnya orang yang memiliki rasa musikal dapat menentukan bahwa lagu tersebut dimulai dengan nada sol tetapi mengapa mereka dapat menentukan nada tersebut harus dibertanggungjawabkan secara ilmiah berdasarkan teori musik:
a. Lagu “Bengawan Solo” ciptaan Gesang merupakan jenis lagu mayor. Lagu yang menggunakan tangga nada mayor pada umumnya diakhiri dengan nada 1 (do). Syair terakhir:
Kaum pedagang slalu naik itu perahu. Suku kata terakhir “hu”
merupakan nada 1 (do) karena lagu tersebut menggunakan tangga nada mayor.
b. Nada pertama dari lagu “Bengawan Solo” tidak sama dengan nada terakhir. Pada umumnya setiap orang yang memiliki rasa musikal akan dapat secara langsung menyanyikan lagu tersebut seandainya atau nada terakhir sudah dinyanyikan, apalagi jika didahului dengan intro.
c. Syair pada bait pertama lagu tersebut adalah:
Bengawan Solo riwayatmu ini....
Nada pada syair pertama (Be) tidak sama dengan nada terakhir pada
lagu tersebut. Nada terakhir adalah 1 (do) karena menggunakan tangga
nada mayor. Syair Be adalah 5 (sol) karena kita dapat mengurutkan atau
menyanyikan interval dari nada 1 pada syair hu dengan suara Be pada
awal lagu. Kita juga memahami jika nada pertama dari lagu tersebut lebih rendah dibandingkan nada terakhir. Untuk lebih jelasnya seperti notasi berikut:
Nada c merupakan nada do, kemudian secara berurutan ke bawah menjadi b (si), a (la), dan 5 (sol). Jadi lagu “Bengawan Solo” dimulai dengan nada 5 (sol). Jika nada pertama sudah terdeteksi maka kemampuan berikutnya yang dituntut adalah interval. Jika kita telah hafal menyanyikan lagu tersebut maka kita tinggal mengganti syairnya dengan nada sesuai dengan intervalnya:
Notasi ini hanya dipakai sebagai ilustrasi karena untuk lagu “Bengawan Solo” tidak menggunakan tangga nada C mayor karena nada tertinggi adalah me. Jika nada me disamakan dengan d maka nada dasar yang bisa dijangkau oleh semuanya adalah 1 = Bes.
Pada waktu kita telah menentuan nada sol pada syair Be maka setelah
kita menyanyikan syair nga kita dapat menentukan nadanya yaitu juga sol
karena bunyi antara Be dan nga sama ketinggiannya. Syair wan lebih
tinggi dari Be dan nga sehingga secara otomatis nadanya lebih tinggi
dari sol dan berjarak 1 maka nada tersebut adalah la. Demikian seterusnya secara berurutan akan dapat menentukan solmisasi dari lagu tersebut.
3. Membuat suara 2, 3, dan 4
Pada unit pembelajaran sebelumnya kita telah mencoba langkah-langkah yang sistematis dalam membuat aransemen paduan suara SATB. Langkah pertama setelah kita menentukan melodi pokok sebagai suara sopran maka langkah berikutnya adalah menentukan suara 2 yaitu bas. Sebelum menentukan suara bas kita harus menentukan tingkatan akor
26
yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan suara 2, 3 dan 4. Cara menentukan tingkatan akor telah kita bahas pada unit modul sebelumnya yaitu pada tingkat dasar hanya digunakan akor pokok saja yaitu I, IV, dan V. Contoh:
Setelah kita tentukan tingkatan akornya kita dapat melangkah ke tahapan berikutnya yaitu membuat suara bas. Perlu diingat beberapa hal yang harus kita perhatikan pada unit modul sebelumnya mengenai:
a. prioritas pendobelan nada; b. posisi terbuka dan tertutup;
c. overlapping;
d. paralel kwint dan oktaf; dan
D. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran lebih banyak bersifat praktik menerapkan ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah yang telah dibahas sebelumnya. Pada unit terdahulu telah kita susun birama pertama sebagai berikut:
Telah ditentukan nada c (i) diberikan tingkat I sehingga ada nada e, g, dan pendobelannya yaitu nada c. Langkah pertama menentukan bas, misalnya kita tentukan nada C sekaligus menjadi nada yang dilakukan pendobelan.
Suara berikutnya adalah alto. Kita akan memilih nada e atau g karena nada c telah digunakan sebagai suara sopran dan bas. Kita akan ambil nada e