• Tidak ada hasil yang ditemukan

05. REKONS MODUL GP MUSIK SMP KK E

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "05. REKONS MODUL GP MUSIK SMP KK E"

Copied!
233
0
0

Teks penuh

(1)

AJAR

GURU PEMBELAJAR

MODUL PELATIHAN GURU

KELOMPOK KOMPETENSI E

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2016

Kelompok Kompetensi E

Profesional :

Harmoni dan Aransemen

Pedagogik :

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Untuk Pembelajaran

Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Musik

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

(2)

KOMPETENSI PROFESIONAL

E

KELOMPOK KOMPETENSI

Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Musik

Sekolah Menengah

Pertama

(SMP)

Penulis : Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn.

Penulis : Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn.

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

(3)
(4)

Copyright 2016

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

c

Penulis : Drs. Heri Yonathan Susanto, M.Sn,08122950107, [email protected] Editor Substansi : Drs. F. Dhanang Guritno, M.Sn,08122969835, [email protected] Editor Bahasa : Lisa Astari, S.Pd, 08158791656, [email protected]

KOMPETENSI PROFESIONAL

E

KELOMPOK KOMPETENSI

Mata Pelajaran Seni Budaya Seni Musik

Sekolah Menengah

Pertama

(SMP)

(5)
(6)
(7)
(8)

   

(9)
(10)

     

HALAMAN JUDUL………... i

SAMBUTAN DIRJEN GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN... iii

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI ... vii

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 3

C. Peta Kompetensi... 3

D. Ruang Lingkup... 4

E. Cara Penggunaan Modul... 5

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. ILMU HARMONI... 7

A. Tujuan... 7

B. Indikator Pencapaian Kompetensi... 7

C. Uraian Materi... 7

D. Aktivitas Pembelajaran... 9

E. Latihan/Kasus/Tugas... 11

F. Rangkuman... 12

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... 12

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2. JENIS SUARA MANUSIA... 13

A. Tujuan... 13

B. Indikator Pencapaian Kompetensi... 13

C. Uraian Materi... 13

D. Aktivitas Pembelajaran... 17

(11)

  viii 

KEGIATAN PEMBELAJARAN 3. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN

ARANSEMEN SATB... 19

A. Tujuan... 19

B. Indikator Pencapaian Kompetensi... 19

C. Uraian Materi... 19

D. Aktivitas Pembelajaran... 27

E. Latihan/Kasus/Tugas... 78

F. Rangkuman... 79

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... 79

KEGIATAN PEMBELAJARAN 4. DASAR-DASAR ARANSEMEN VOKAL DUA DAN TIGA SUARA... 81

A. Tujuan... 81

B. Indikator Pencapaian Kompetensi... 81

C. Uraian Materi... 81

D. Aktivitas Pembelajaran... 96

E. Latihan/Kasus/Tugas... 97

F. Rangkuman... 97

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut... 97

PENUTUP... 99

EVALUASI... 101

GLOSARIUM... 106

DAFTAR PUSTAKA... 109

LAMPIRAN 1. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 1 – Ilmu Harmoni…………... 111

2. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 2 – Jenis Suara Manuasi….. 113

3. Kunci Jawaban Kegiatan Pembelajaran 3 – Langkah-langkah Pembuatan Aransemen SATB………... 115

(12)

A. Latar Belakang

Pembelajaran musik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang paling efektif adalah bernyanyi. Bernyanyi dapat dilakukan oleh semua siswa terlepas apakah suaranya bagus atau kurang bagus. Menyanyi dapat meningkatkan kepekaan dan rasa musikal yang bermanfaat bagi perkembangan siswa. Kepekaan rasa musikal tersebut diharapkan dapat menjadi sarana untuk dapat memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. Bernyanyi dapat dipakai sebagai sarana untuk memupuk rasa cinta terhadap seni, menghargai karya seni, memupuk raca cinta terhadap tanah air dan meningkatkan jiwa patriotisme.

Tidak semua siswa memiliki keberanian untuk tampil secara individu. Salah satu solusinya adalah bernyanyi bersama orang lain dalam bentuk yang

dikemas dalam vocal group atau paduan suara. Vocal group lebih menarik

karena biasanya penggarapannya lebih modern dibandingkan dengan paduan suara. Namun, keduanya dikenalkan juga lebih baik sehingga siswa dapat membedakan kedua jenis format musik vokal ini. Yang perlu diperhatikan adalah tingkat kesulitan harus disesuaikan dengan kondisi siswa pada umumnya sehingga semua siswa dapat terlibat dalam

pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Penggarapan vocal group atau

paduan suara hendaknya tetap berdasarkan ilmu harmoni.

Pembelajaran musik yang menarik selain bernyanyi adalah memainkan alat musik sesuai dengan minat dan kemampuan siswa. Guru hendaknya mengetahui kemampuan dan potensi individu setiap siswa untuk digali menjadi materi pembelajaran sekaligus meningkatkan kompetensi siswa. Kemampuan siswa yang beragam tersebut menjadi modal dan tantangan guru dalam mengembangkan materi pembelajaran sehingga setiap peserta

(13)

 

didik merasa dihargai kemampuannya. Hal ini penting karena dapat menambah kepercayaan diri siswa dan sekaligus dapat menjadi sarana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan. Maka darii tu diperlukan kemampuan guru untuk mengkolaborasikan potensi diri setiap peserta didik untuk dijadikan bentuk penyajian musik yang menarik. Jika dalam satu kelas terdapat siswa yang mampu bernyanyi, bermain gitar, drum atau perkusi, kibor, atau alat musik yang lain maka guru dapat membuat aransemen sesuai dengan potensi peserta didik tersebut. Karena keberagaman tersebut, bisa saja terjadi guru membuat model aransemen yang berbeda untuk tiap kelas untuk melayani kemampuan dan potensi diri siswa.

Untuk membuat aransemen baik vokal maupun instrumen diperlukan ilmu harmoni untuk dijadikan dasar dalam berkarya seni. Ada dua ilmu ilmu harmoni yaitu harmoni untuk vokal dan harmoni untuk instrumen. Harmoni untuk vokal pada tingkat SMP sebenarnya belum mencakup teori harmoni untuk paduan suara berdasarkan pengelompokan jenis suara yaitu sopran, alto, tenor, dan bas atau lebih populer dengan isilah SATB. Harmoni untuk penggarapan aransemen vokal secara SATB akan dimulai pada tingkat SMA atau yang sederajat disesuaikan dengan tingkat kedewasaan dalam pembagian jenis suara manusia. Untuk tingkat SMP jenis pembuatan aransemen biasanya untuk dua suara atau tiga suara baik untuk sejenis untuk wanita dan sejenis untuk pria, atau campuran antara pria dan wanita.

Paduan suara (koor) merupakan kesatuan dari sejumlah penyanyi dari beberapa jenis suara yang berbeda dan dipadukan dibawah pimpinan

seorang dirigen. Dirigen atau conductor adalah seorang yang pekerjaanya

(14)

Dalam modul ini juga akan dibahas tentang penggarapan aransemen untuk instrumen sederhana sesuai dengan kemapuan peserta didik pada umumnya. Siswa yang tidak mampu memainkan instrumen melodi seperti seruling, pianika, atau instrumen lain seperti kibor, gitar, dan bas diberikan tanggung jawab untuk memainkan instrumen perkusi yang sederhana, misalnya tamborin, castagnet, snar drum, bas drum, simbal, atau alat perkusi lain yang mudah untuk dimainkan oleh pemula pembelajar musik. Musik harus dapat dinikmati dan dirasakan oleh semua siswa terlepas mereka mempunyai talenta atau bakat seni atau tidak. Namun dengan menggali potensi diri peserta didik dan membuat pembelajaran yang menyenangkan akan menumbuhkan minat siswa belajar seni musik.

B. Tujuan

Modul Harmoni dan Aransemen ini bertujuan agar guru mampu: 1. menjelaskan ilmu harmoni untuk aransemen vocal;

2. menjelaskan pembagian suara manusia;

3. menjelaskan dasar-dasar membuat aransemen vocal dan instrument; 4. menjelaskan langkah-langkah pembuatan aransemen vocal;

5. membuat aransemen untuk vocal; dan

6. mengajarkan materi harmoni dan aransemen dengan model pembelajaran yang tepat.

C. Peta Kompetensi

1. Terkait dengan KU, modul ini ditujukan untuk kalangan pedagogik dan kalangan profesional

(15)

 

3. Terkait dengan SKG pada ranah pedagogik, modul ini dimaksudkan agar peserta mampu melaksanakan langkah-langkah mengatasi kesulitan belajar, memilih model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, mengevaluasi penerapan pengalaman belajar, memilih materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, mengevaluasi rancangan pembelajaran yang telah disusun, menerapkan pembelajaran yang profesional di kelas, di laboratorium, dan di lapangan sesuai hasil rancangan, menguraikan konsep belajar mengajar sesuai keterampilan abad 21, menguraikan pentingnya mengembangkan media pembelajaran yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran yang

diampu, menerapkan digital literacy skills dalam pembelajaran secara

bertahap sesuai hasil rancangan, menerapkan keterampilan belajar kritis dan inovasi dalam pembelajaran sesuai hasil rancangan, menerapkan prinsip-prinsip dan strategi komunikasi efektif antara guru dan peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai budaya kesantunan bangsa Indonesia pada proses pembelajaran. Terkait dengan SKG pada ranah profesional peserta diklat mampu menyusun harmoni dan aransemen untuk paduan suara campuran (sopran, alto, tenor, dan bas) dan membuat aransemen

paduan suara untuk dua suara dan tiga suara.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup modul ini terdiri dari:

1. Ilmu harmoni membahas tentang keselarasan bunyi yang akan menjadi bekal dalam membuat aransemen;

2. Pembagian jenis suara manusia terdiri dari sopran, alto, tenor, dan bass; 3. Dasar-dasar aransemen adalah ketentuan-ketentuan dasar yag harus

dikuti sebagai dasar dalam membuat aransemen vokal SATB dan suara dua/tiga; dan

(16)

E.

Saran Cara Penggunaan Modul

1. Penjelasan bagi Petatar:

a. Cermati isi modul secara keseluruhan.

b. Modul ini lebih banyak penekanannya pada praktek, maka semakin Anda banyak berlatih hasilnya akan baik.

c. Ikuti langkah-langkah belajar yang ada pada setiap modul.

d. Perhatikan dan ikuti prosedur penilaian sesuai dengan kriteria yang ada pada modul.

2. Penjelasan bagi Penatar:

a. Ajaklah petatar untuk mencermati isi modul secara keseluruhan. b. Lakukan pengontrolan dan bimbingan pada setiap langkah belajar

yang dilakukan petatar pada setiap bagian modul.

c. Bimbinglah petatar untuk menyelesaikan modul sesuai dengan rentang waktu yang ditentukan.

(17)
(18)

ILMU HARMONI

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini guru mampu: 1. menjelaskan pengertian ilmu harmoni;

2. menjelaskan pengertian akor; dan

3. menyusun akor dalam berbagai tangga nada.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan pengertian ilmu harmoni; 2. Menjelaskan pengertian akor;

3. Menyebutkan macam-macam akor; 4. Menjelaskan tingkatan akor;

5. Menyusun akor dalam berbagai tangga nada; dan 6. Menentukan jenis akor.

C. Uraian Materi

Sebelum membahas tentang akor marilah kita ingat susunan tangga nada berikut.

Dalam notasi angka kita kenal istilah 1 2 3 4 5 6 7. Dalam tangga nada C mayor maka:

(19)

 

Notasi balok Notasi angka

C 1

D 2

E 3

F 4

G 5

A 6

B 7

Nada-nada yang harmonis adalah nada-nada yang tidak saling berdekatan, misalnya:

 Nada C harmonis dengan nada E, tidak harmonis dengan nada D  Nada D harmonis dengan nada F, tidak harmonis dengan nada E  Nada E harmonis dengan nada G, tidak harmonis dengan nada F  Nada F harmonis dengan nada A, tidak harmonis dengan nada G  Nada G harmonis dengan nada B, tidak harmonis dengan nada A  Nada A harmonis dengan nada C, tidak harmonis dengan nada B  Nada B harmonis dengan nada D, tidak harmonis dengan nada C

Tingkat I : tonika : terdiri dari nada pertama, ke tiga dan ke lima

Tingkat II : sub tonika : terdiri dari nada ke dua, ke empat, dan ke enam

Tingkat III : median : terdiri dari nada ke tiga, ke lima, dan ke tujuh

Tingkat IV : sub dominan : terdiri dari nada ke empat, ke enam, dan pertama

Tingkat V : dominan : terdiri dari nada ke lima, ke tujuh, dan ke dua

(20)

D. Aktivitas Pembelajaran

(21)

  10 

(22)

E. Latihan/Kasus/Tugas

Tentukan akor untuk lagu di bawah ini.

(23)

 12 

F. Rangkuman

Akor adalah tiga nada atau lebih yang dibunyikan bersama-sama. Setiap

tangga nada memiliki tiga jenis akor yaitu mayor, minor, dan diminished.

Akor diletakkan pada ketukan pertama dalam setiap birama. Akor disesuaikan dengan melodi lagu yang terdapat pada ketukan pertama.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

(24)

JENIS SUARA MANUSIA

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, guru mampu: 1. menyebutkan jenis suara manusia;

2. menjelaskan ambitus suara manusia; dan

3. menjelaskan karakter masing-masing jenis suara manusia.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menyebutkan jenis suara manusia; 2. Menjelaskan ambitus suara manusia; 3. Menjelaskan karakter suara sopran; 4. Menjelaskan karakter suara alto; 5. Menjelaskan karakter suara tenor; dan 6. Menjelaskan karakter suara bass.

C. Uraian Materi

Pada dasarnya suara manusia dibagi menjadi empat jenis, yaitu: 1. Sopran: jenis suara wanita dengan wilayah nada tinggi.

Sopran adalah suara tertinggi dalam klarifikasi vokal di dalam budaya

musik klasik barat. Istilah sopran berasal dari bahasa Italia 'sopra' yang berarti melampaui dan juga bahasa latin 'supra' yang berarti super. Di masa kini, istilah sopran hanya digunakan untuk penyanyi wanita yang memiliki jarak suara sopran. Di dalam sejarah musik barat, sopran digunakan pada abad 16 untuk menyebut bagian suara paduan suara paling tinggi yang biasa dinyanyikan oleh anak laki-laki. Pada abad 16 dan 17, agama Kristen di Eropa melarang kaum wanita untuk tampil di

(25)

 14 

tempat umum, khususnya di katedral dan gereja. Dengan berkembangnya opera, peran wanita diperlukan. Karena wanita dilarang menyanyi di panggung, digunakan penyanyi kasastri, dan masih terus dipergunakan hingga akhir musik barok. Dengan perkembangan agama kristen protestan, doktrin katolik lambat laun memudar dan penyanyi wanita diperbolehkan menyanyi dalam paduan suara di gereja atau di opera. Sejak masa tersebut, istilah sopran dipergunakan untuk suara

wanita dan suara sopran anak-anak (sopran treble).

2. Alto: jenis suara wanita dengan wilayah nada rendah

Istilah alto biasanya dirujukkan kepada suara wanita terendah dalam nada nyanyian atau suara nyanyian lelaki yang menggunakan teknik pemalsuan suara (falseto) yang juga dikenal sebagai penyanyi kuantertenor.

3. Tenor: jenis suara pria dengan wilayah nada tinggi

Kata tenor juga dipakai oleh beberapa jenis alat musik seperti saxophone untuk mengindikasikan rentang nada yang dihasilkan dari alat musik

tersebut. Kata tenor berasal dari bahasa Latin tenere yang berarti

menahan.

4. Bas: jenis suara pria dengan wilayah nada rendah

Sesuai dengan namanya, bas juga berfungsi sebagai root atau akar;

dasar dari sebuah lagu. Oleh karena itu bas merupakan jenis suara yang diharuskan ada dalam setiap komposisi paduan suara campuran atau

paduan suara sejenis pria (male choir).

Pembagian jenis suara yang lebih detail lagi masih ada, misalnya meso sopran adalah jenis suara wanita yang wilayah suaranya lebih rendah dari sopran tetapi lebih tinggi dari alto. Bariton adalah jenis suara pria yang wilayah suaranya lebih rendah dari tenor dan lebih tinggi dari bas.

(26)

jenisnya. Hal ini penting karena aransemen tersebut diharapkan nantinya dapat dinyanyikan sesuai dengan wilayah suara masing-masing jenis suara. Berikut ini gambar wilayah suara manusia.

 Sopran

c1 sampai a2

 Alto

f sampai d2

 Tenor

c sampai a1

 Bass

F sampai d1

(27)

 16 

Suara dada terdapat pada nada-nada bawah, suara tengah pada nada-nada tengah, dan suara kepala pada nada-nada atas.

Keterangan:

 suara dada : menciptakan suasana tenang, kurang energik, mudah lelah, dan biasanya lembut

 suara tengah : memiliki nada yang cemerlang, mantap karena paling mudah dinyanyikan

 suara kepala : memperlihatkan ketegangan sehingga lebih tepat apabila digunakan pada pada puncak-puncak lagu.

Ke empat jenis suara yaitu sopran, alto, tenor, dan bas dapat dipadukan dalam bermacam-macam kombinasi sebagai berikut.

1. Sopran dan Alto (SA), biasanya aransemen ini dinyanyikan oleh paduan suara (koor) wanita atau anak-anak. Suara yang rendah tidak selalu dipandang sebagai suara bass oleh karenanya paduan suara ini sebaiknya diiringi dengan instrumen untuk memperkuat nada-nada yang rendah.

2. TTBB (Tenor, Tenor, Bas, dan Bas) adalah paduan suara yang dinyanyikan oleh suara pria, tetapi yang lebih banyak kita jumpai adalah paduan suara pria untuk tiga suara yaitu TTB.

(28)

3. SATB (Sopran, Alto, Tenor, dan Bas) adalah aransemen yang dinyanyikan oleh suara pria dan wanita atau sering disebut dengan istilah paduan suara campuran. Aransemen ini dianggap paling sempurna karena wilayah nada yang dapat dijangkau lebih luas, setiap suara dapat memperlihatkan semua registernya.

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran ini lebih menekanan pada kegiatan praktik setelah mempelajari ambitus suara manusia berdasarkan penggolongannya. Masing-masing orang dapat mengetahui jenis suara yang dimiliki dengan berpedoman pada ambitus suara tersebut. Langkahnya adalah masing-masing pembelajar menyanyikan nada yang dapat dicapai mulai nada terendah sampai nada tertinggi. Perlu dinformasikan bahwa jenis suara tersebut tidak berhubungan denga kualitas suara. Misalnya ada peserta yang hanya mampu menjangkau nada-nada rendah bukan berarti tidak kompeten, demikian juga sebaliknya.

E. Latihan/Kasus/Tugas

Buatlah kelompok kecil dan buatlah penggolongan jenis suara berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

F. Rangkuman

Pada dasarnya jenis suara manusia dalam bernyanyi dibagi menjadi empat jenis yaitu:

Sopran : jenis suara tinggi untuk wanita dengan wilayah nada tinggi,

wilayah nadanya mulai dari c1–a2

Alto : jenis suara rendah untuk wanita dengan wilayah nada

rendah dengan wilayah nada mulai dari f–d2

Tenor : jenis suara tinggi untuk pria dengan wilayah nada tinggi,

wilayah nadanya mulai dari c–a1

Bas : jenis suara rendah untuk pria dengan wilayah nada rendah

(29)

 18 

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setiap orang dapat diketahui jenis suaranya dalam bernyanyi dengan cara menyanyikan nada yang dapat dijangkau mulai dari nada terrendah sampai nada tertinggi. Setelah semua orang mengetahui klasifikasi jenis suaranya maka jika bergabung dalam kelompok vokal baik paduan suara maupun

vocal group dapat menentukan notasi musik yang dinyanyikan. Hal ini

sangat bermanfaat dalam memilih notasi lagu sehingga dapat menyanyi dengan nyaman sesuai dengan jenis suaranya.

(30)

LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN

ARANSEMEN SATB

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, guru mampu: 1. menjelaskan urutan pembuatan aransemen;

2. menentukan nada tengah secara vertikal dan horisontal; 3. menentukan prioritas nada yang didobel;

4. menghindari aransemen yang overlapping; dan

5. Menghindari parallel kwint dan oktaf.

.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan urutan pembuatan aransemen; 2. Menentukan nada tengah secara vertikal ; 3. Menentukan nada tengah secara horisontal; 4. Menentukan prioritas nada pertama yang didobel; 5. Menentukan prioritas nada kedua yang didobel; 6. Menentukan prioritas nada ketiga yang didobel;

7. Menghindari aransemen yang overlapping;

8. Menghindari parallel kwint;

9. Menghindari parallel oktaf.

C. Uraian Materi

1. Langkah pertama adalah menentukan suara bas berdasarkan akor yang telah ditetapkan. Buatlah pergerakan melodi yang berlawanan dengan suara sopran (melodi pokok), misalnya pergerakan melodi sopran pada birama pertama naik, berarti Anda disarankan membuat pergerakan bas

(31)

 20 

pada birama pertama turun. Hati-hati hindarilah parallel kwint maupun

parallel oktaf seperti penjelasan terdahulu. Setelah selesai menetukan

suara bas, coba nyanyikan agar bisa diketahui kemelodisannya sehingga orang yang menyanyikan nantinya terasa ‘enak’, bukan hanya sekedar menyusun nada-nada untuk melengkapi akor yang ditentukan. Inilah yang disebut pertimbangan horizontal.

2. Langkah ke dua adalah menentukan suara tengah, yaitu alto atau tenor. Usahakan interval/jarak nada antara sopran dan alto tidak lebih dari satu oktaf, demikian juga antara suara alto dan tenor. Sedangakan interval untuk tenor dan bas boleh lebih dari satu oktaf seperti dapat dilihat pada contoh sebelumnya.

3. Usahakan agar secara vertikal nada-nadanya lengkap sesuai dengan jenis akornya.

4. Prioritas pertama pendobelan nada adalah untuk nada dasar dan prioritas ke dua adalah untuk interval tertsnya. Prioritas pertama pendobelan pada akor C mayor adalah pada nada c, dan prioritas ke dua untuk nada e. Hal ini dimaksudkan agar kualitas akor tetap terjaga dan tidak menimbulkan interpretasi akor yang lain.

5. Urutan nada dari atas ke bawah adalah sopran, alto, tenor, dan bass. Apabila ditemukan suara alto lebih rendah daripada suara tenor, atau suara tenor lebih rendah dari sura bas, maka ini disebut dengan istilah

overlapping. Hal ini sedapat mungkin dihindari agar masing-masing jenis

suara tidak jelas atau kabur dan untuk pertimbangan estetika penulisan.

(32)

Apabila suatu kalimat lagu perlu penekanan atau penonjolan dapat disusun secara unisono. Tidak menjadi masalah meskipun terjadi beberapa kasus paralel, baik kwint maupun oktaf.

1. Menentukan Lagu

Membuat aransemen dalam bentuk apapun baik instrumen maupun vokal ditentukan oleh ketepatan dalam memilih suatu lagu. Lagu yang tepat akan mudah dipahami dan dinyanyikan karena sesuai dengan tingkat perkembangan usia yang akan menyanyikan hasil aransemen lagu tersebut. Pada tingkat dasar, lagu dan harmonisasi yang digunakan masih sederhana. Ciri-ciri lagu sederhana adalah:

a. melodi mudah dinyanyikan dengan lompatan nada yang tidak terlalu jauh;

b. tidak terlalu banyak menggunakan nada-nada alterasi; c. jumlah birama tidak terlalu banyak;

d. harmonisasi sederhana misalnya banyak menggunakan akor pokok (I, IV, dan V); dan

e. analisis bentuk lagunya sederhana, misalnya bentuk AB.

(33)

  22 

2. Menentukan Nada Dasar

Seringkali kita mendengar ada orang menyanyi dengan jangkauan nada yang terlalu rendah dan terlalu tinggi sehingga terkesan merasa kurang nyaman. Hal ini antara lain disebabkan oleh penentuan nada dasar yang kurang tepat. Pada dasarnya setiap orang memiliki jangkauan nada yang bervariasi, ada yang dapat mencapai nada tinggi sementara ada juga yang dapat mencapai nada yang rendah. Pencapaian nada rendah atau tinggi tidak berhubungan dengan masalah kualitas vokal seseorang. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa apabila seseorang tidak mampu menyanyilkan nada-nada tinggi berarti orang tersebut memliki kualitas suara yang kurang baik atau sebaliknya.

Nada d2 adalah nada yang dapat dijangkau oleh wanita pada umumnya, sedangkan nada d1 adalah nada yang masih dapat dijangkau oleh pria pada umumnya. Kita ingat dalam ambitus suara antara pria dan wanita terdapat selisih satu oktaf. Berdasarkan pengalaman jika kita menggunakan nada tersebut sebagai nada tertinggi pada umumnya masih dapat dinyanyikan dengan nyaman. Jika secara tertulis kita tidak dapat melihat notasi maka kita dituntut memiliki kemampuan untuk mencari solmisasi dari suatu lagu. Kemampuan musikal ini perlu dilatih karena sangat penting bagi kita untuk segera mendeteksi nada tertinggi suatu lagu dan kita gunakan nada d (d1 untuk pria dan d2 untuk wanita). Misalnya lagu “Indonesia Pusaka” ciptaan Ismail Mz., kita dapat mendeteksi secara solmisasi bahwa nada tertinggi adalah nada 6 (la). Pada notasi balok nada 6 (la) ditempatkan pada nada d seperti berikut:

(34)

 Nada 6 = d  Nada 5 = c  Nada 4 = bes  Nada 3 = a  Nada 2 = g  Nada 1 = f

Dari urutan nada tersebut kita dapat menentukan lagu “Indonesia Pusaka” bernada dasar 1=F. Nada dasar tersebut dapat digunakan sebagai dasar kita menentukan nada dasar dan membuat aransemen.

Contoh lain yaitu lagu “Tanah Air” ciptaan Ismail Mz., kita dapat mendeteksi nada tertinggi adalah 4 (fa). Nada tertinggi tersebut disamakan dengan nada d, maka urutannya sebagai berikut:

 Nada 4 = d  Nada 3 = cis  Nada 2 = b  Nada 1 = a

Lagu “Tanah Air” tersebut dapat diberikan nada dasar 1 = A. Kemampuan mendeteksi nada tertinggi tersebut memang perlu dilatih dengan disiplin sehingga setiap kita mendengarkan suatu lagu maka kita akan dapat mencari solmisasinya. Kemampuan solmisasi ini dapat dilatih dengan kemampuan awal tentang: interval, tangganada (mayor dan minor) dan jenis lagu (mayor dan minor).

(35)

  24 

menunjukkan notasi musiknya. Pada umumnya orang yang memiliki rasa musikal dapat menentukan bahwa lagu tersebut dimulai dengan nada sol tetapi mengapa mereka dapat menentukan nada tersebut harus dibertanggungjawabkan secara ilmiah berdasarkan teori musik:

a. Lagu “Bengawan Solo” ciptaan Gesang merupakan jenis lagu mayor. Lagu yang menggunakan tangga nada mayor pada umumnya diakhiri dengan nada 1 (do). Syair terakhir:

Kaum pedagang slalu naik itu perahu. Suku kata terakhir “hu”

merupakan nada 1 (do) karena lagu tersebut menggunakan tangga nada mayor.

b. Nada pertama dari lagu “Bengawan Solo” tidak sama dengan nada terakhir. Pada umumnya setiap orang yang memiliki rasa musikal akan dapat secara langsung menyanyikan lagu tersebut seandainya atau nada terakhir sudah dinyanyikan, apalagi jika didahului dengan intro.

c. Syair pada bait pertama lagu tersebut adalah:

Bengawan Solo riwayatmu ini....

Nada pada syair pertama (Be) tidak sama dengan nada terakhir pada

lagu tersebut. Nada terakhir adalah 1 (do) karena menggunakan tangga

nada mayor. Syair Be adalah 5 (sol) karena kita dapat mengurutkan atau

menyanyikan interval dari nada 1 pada syair hu dengan suara Be pada

awal lagu. Kita juga memahami jika nada pertama dari lagu tersebut lebih rendah dibandingkan nada terakhir. Untuk lebih jelasnya seperti notasi berikut:

(36)

Nada c merupakan nada do, kemudian secara berurutan ke bawah menjadi b (si), a (la), dan 5 (sol). Jadi lagu “Bengawan Solo” dimulai dengan nada 5 (sol). Jika nada pertama sudah terdeteksi maka kemampuan berikutnya yang dituntut adalah interval. Jika kita telah hafal menyanyikan lagu tersebut maka kita tinggal mengganti syairnya dengan nada sesuai dengan intervalnya:

Notasi ini hanya dipakai sebagai ilustrasi karena untuk lagu “Bengawan Solo” tidak menggunakan tangga nada C mayor karena nada tertinggi adalah me. Jika nada me disamakan dengan d maka nada dasar yang bisa dijangkau oleh semuanya adalah 1 = Bes.

Pada waktu kita telah menentuan nada sol pada syair Be maka setelah

kita menyanyikan syair nga kita dapat menentukan nadanya yaitu juga sol

karena bunyi antara Be dan nga sama ketinggiannya. Syair wan lebih

tinggi dari Be dan nga sehingga secara otomatis nadanya lebih tinggi

dari sol dan berjarak 1 maka nada tersebut adalah la. Demikian seterusnya secara berurutan akan dapat menentukan solmisasi dari lagu tersebut.

3. Membuat suara 2, 3, dan 4

(37)

  26 

yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan suara 2, 3 dan 4. Cara menentukan tingkatan akor telah kita bahas pada unit modul sebelumnya yaitu pada tingkat dasar hanya digunakan akor pokok saja yaitu I, IV, dan V. Contoh:

Setelah kita tentukan tingkatan akornya kita dapat melangkah ke tahapan berikutnya yaitu membuat suara bas. Perlu diingat beberapa hal yang harus kita perhatikan pada unit modul sebelumnya mengenai:

a. prioritas pendobelan nada; b. posisi terbuka dan tertutup;

c. overlapping;

d. paralel kwint dan oktaf; dan

(38)

D. Aktivitas Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran lebih banyak bersifat praktik menerapkan ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah yang telah dibahas sebelumnya. Pada unit terdahulu telah kita susun birama pertama sebagai berikut:

Telah ditentukan nada c (i) diberikan tingkat I sehingga ada nada e, g, dan pendobelannya yaitu nada c. Langkah pertama menentukan bas, misalnya kita tentukan nada C sekaligus menjadi nada yang dilakukan pendobelan.

(39)

  28 

Nada berikutnya yang belum terpasang, nada g, kita letakkan pada suara tenor:

(40)

Nada e dan c telah digunakan oleh sopran dan bas, maka untuk alto kita pilih nada g (5). Nada c tidak dianjurkan karena jarak sopran dan alto melebihi satu oktaf.

(41)

  30 

Nada d2 atau 2 pada awal birama ke tiga ditentukan dengan tingkat V karena satu-satunya tingkatan akor pokok yang memiliki nada d. Pada tingkat V terdapat nada g, b, dan d. Nada d telah digunakan sebagai melodi pokok oleh sopran maka untuk suara bas kita pilih nada yang lain misalnya nada g untuk memperkuat posisi akor V.

(42)

Nada g dan d telah disusun. Masih ada satu nada lagi, yaitu nada b, yang akan kita tempatkan pada suara tenor sebagai berikut.

Kita amati jarak interval bas dan tenor lebih dari satu oktaf tetapi hal ini diperbolehkan.

(43)

  32 

posisi akor C mayor maka kita boleh melakukan pendobelan nada dasar, jadi bas kita berikan nada c.

(44)

Suara tenor akan kita tempatkan nada g karena nada c dan e telah digunakan.

Nada berikutnya diberikan tingkatan akor V karena tidak ada alternatif lain yaitu nada b hanya ada pada tingkat V saja. Sopran telah menggunakan nada g maka suara bas dapat kita gunakan nada dasar dari akor tingkat V (G mayor).

(45)

  34 

Suara tenor secara otomatis diberikan nada g sebagai nada prioritas pendobelan.

(46)

Suara alto dapat kita pilih antara nada e dan g. Nada sebelumnya adalah nada d maka nada yang paling dekat adalah nada e.

(47)

  36 

Nada a hanya terdapat pada akor tingkat IV sehingga tidak dapat ditentukan tingkatan lain. Tingkat IV (F mayor) terdiri dari nada f, a, dan c. Untuk memperkuat posisi akor maka suara bas dapat kita pilih nada f sebagai berikut.

(48)

Masih ada satu nada lagi yaitu nada c yang akan kita gunakan sebagai suara tenor karena nada f dan a telah disusun untuk suara yang lain.

(49)

  38 

Nada untuk suara alto dapat memilih nada d dan g namun karena nada sebelumnya adalah f maka nada yang paling dekat adalah d.

Untuk suara tenor dapat memilih nada g sebagai prioritas pendobelan nada pada tingkat V yaitu:

(50)

Suara alto dapat memilih nada e dan c, misalnya kita pilih nada yang paling dekat yaitu e adalah seperti berikut ini.

(51)

  40 

Nada selanjutnya adalah g. Kita tentukan akor tingkat I karena nada-nada pada birama ini lebih dominan pada akor I (C mayor). Suara bas kita samakan dengan nada sebelumya yaitu nada c seperti berikut.

(52)

Suara tenor dapat disamakan dengan nada sebelumnya, yaitu:

Nada selanjutnya adalah c. Kita dapat menentukan tingkatan akornya adalah tingkat I (C mayor). Suara bas dapat memperkuat nada c sebagai nada dasar.

(53)

  42 

Suara tenor dapat menggunakan nada g untuk melengkapi akor C mayor yaitu:

Nada g pada sopran kita berikan tingkat V (g, b, dan d) agar dalam birama ini tidak terlalu monoton dengan akor tingkat I. Suara bas kita letakkan nada yang bukan merupakan nada dasar dari akor G mayor yaitu d.

(54)

Suara alto dapat kita pilih nada terdekat yaitu nada d.

Suara tenor dapat kita buat sedikit bervariasi agar tidak terlalu monoton yaitu dengan memperpanjang nada sebelumnya. Ini dapat dilakukan karena posisi syair pada notasi ini terdapat lengkung legatura yang hanya terdapat satu

suku kata yaitu syair nah. Pada posisi ini tenor tidak menyanyikan nada lagi

namun hanya memperpanjang nada sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dinyanyikan secara bersama-sama dengan teman lain.

(55)

  44 

tingkat V seperti akor terdahulu tetapi akor V7 seperti yang pernah dipelajari pada teori musik.

Akor V7 terdiri dari nada g, b, d, dan f. Nada f sudah dinyanyikan oleh sopran berarti masih ada tiga nada lagi yang sedapat mungkin kita gunakan secara lengkap. Untuk suara bas kita berikan nada b agar pergerakannya lebih fleksibel atau tidak kaku.

Untuk suara alto kita pilih nada paling dekat yaitu nada d yang sama dengan nada sebelumnya agar lebih mudah dalam menyanyikannya.

(56)

Suara tenor dapat memilih nada g sehingga susunan akor V7 menjadi lengkap seperti berikut ini:

(57)

  46 

Untuk suara alto bisa kita pilih nada yang paling dekat yaitu c untuk memperkuat posisi akor C mayor.

Suara tenor menggunakan nada g sama dengan nada sebelumnya sehingga mudah dinyanyikan sekaligus melengkapi akor C mayor.

(58)

Nada pertama pada birama di atas adalah d dan kita beri tingkatan akor V karena akor I dan IV tidak memiliki nada tersebut. Nada bas pada birama sebelumnya adalah c maka kita gunakan nada g untuk menghindari

pendobelan pada terts, karena jika diberikan nada b maka akan terjadi

pendobelan nada b karena yang paling dekat dengan alto adalah b.

(59)

  48 

Untuk suara tenor kita bisa menempatkan nada g sekaligus memberikan pendobelan pada nada dasar, yaitu:

(60)

Suara alto kita gunakan nada c karena nada sebelumnya adalah b.

Suara tenor kita gunakan nada g karena nada c dan e telah digunakan suara sopran.

(61)

  50 

Suara alto dapat kita pilih antara nada c dan f. Suara alto pada nada sebelumnya adalah c sehingga kita pilih c karena pergerakan ke nada f terlalu jauh baik ke bawah maupun ke atas.

(62)

Nada terakhir pada birama ini adalah nada a dan secara otomatis ditentukan tingkatan IV karena pada tingkat I dan V tidak terdapat nada a. Suara bas kita gunakan nada c karena yang paling dekat. Jika kita tetap menggunakan nada a seperti pada nada sebelumnya mungkin terkesan agak monoton.

Untuk suara alto kita dapat memilih nada f karena nada a dan c telah digunakan oleh sopran dan bas.

(63)

  52 

Nada pertama pada birama berikutnya adalah g. Ada dua kemungkinan akor yang digunakan, yaitu akor tingkat I dan tingkat V. Sebagai contoh, apabila kita memilih akor I maka suara bas yang kita gunakan adalah nada c

(64)

Untuk suara tenor kita bisa memilih alternatif pendobelan yang ke dua yaitu nada kwint yaitu nada g.

(65)

  54 

Untuk suara alto kita bisa melakukan pendobelan dengan suara sopran sehingga suara sopran dan alto sama yaitu nada c. Perhatikan cara penulisan notasi balok seperti berikut ini.

Untuk suara tenor kita dapat meletakkan nada e karena c dan g telah digunakan oleh sopran, alto, dan bas.

Nada selanjutnya adalah d yang merupakan kelompok nada pada tingkat V sehingga tidak dapat ditentukan akor I dan IV. Suara bas dapat dipilih nada g untuk memperkuat posisi akor ini.

(66)

Untuk suara alto kita bisa memilih nada b atau g, namun yang paling dekat adalah nada b.

(67)

  56 

Nada berikutnya adalah f yang dinyanyikan sopran. Kita tentukan tingkat V7 seperti pada birama terdahulu. Suara bas dapat dipilih nada b sebagai berikut.

Untuk suara alto kita dapat memilih nada d dan nada g. Nada yang paling dekat adalah nada d. Jika kita memilih nada g selain pergerakannya akan

menjadi overlapping dengan suara sopran juga terlalu jauh jika bergerak

(68)

Untuk suara tenor kita bisa menggunakan nada g untuk melangkapi susunan akor G7 (g, b, d, dan f).

Nada terakhir sebagai akhir frase ini adalah nada e. Nada ini hanya bisa diberikan akor tingkat I karena akor tingkat IV dan V tidak memiliki nada tersebut. Untuk suara bas kita pilih nada dasar dari akor C mayor, yaitu c untuk memperkuat posisi akor ini.

Untuk suara alto kita bisa memilih nada g atau c. Kita pilih nada c karena lebih dekat pergerakannya dengan nada sebelumnya. Nada g terlalu jauh pergerakannya ke bawah dan jika bergerak ke atas akan menimbulkan

(69)

  58 

Untuk suara tenor kita tempatkan nada g untuk melengkapi akor C mayor. Posisi nada sebelumnya juaga berada pada nada c sehingga mempermudah dalam menyanyikannya:

Akor C mayor pada birama ini mengakhiri bagian pertama dari lagu tersebut. Setelah nada tersebut terdapat tanda ulang yang berarti lagu diulang dari permulaan sampai bagian ini lagi.

(70)

(Pono Banu, Hal. 426). Penulisan notasi SATB sama dengan aturan penulisan terdahulu.

(71)

  60 

Untuk suara alto kita gunakan nada g dengan menggunakan dua buah garis bantu yang masih dapat dijangkau oleh suara manusia pada umumnya.

(72)

Nada berikutnya adalah d. Kita berikan tingkatan akor V karena tingkat I dan IV tidak memiliki nada tersebut. Suara bas dapat bergerak berlawanan dengan sopran sehingga pergerakannya turun dan nada yang paling dekat adalah b.

Untuk suara alto kita letakkan nada b yang paling ekat dengan nada g sebelumnya.

(73)

  62 

Nada berikutnya adalah e. Tingkatan akornya adalah I. Suara bas yang paling dekat adalah c.

(74)

Untuk suara tenor kita dapat meletakkan nada g sekaligus melengkapi akor tingkat I.

(75)

  64 

Untuk suara alto kita pilih antara nada c dan f. Kita lihat nada sebelumnya adalah c jika bergerak ke f terlalu jauh maka kita pilih nada c lagi yaitu:

Unuk suara tenor kita tempatkan nada f sesuai dengan pergerakan melodi sebelumnya sekaligus dapat memperkuat dan melengkapi akor F mayor,

(76)

Nada berikutnya adalah nada e. Kita tentukan tingkatan akornya adalah I karena akor IV dan V tidak memiliki nada tersebut. Untuk suara bas kita pilih antara nada c dan g. Karena nada sebelumnya adalah a sedangkan pergerakan sopran ke bawah, kita usahakan pergerakannya berlawanan sehingga kita pilih nada c.

(77)

  66 

Untuk suara tenor kita pilih nada g untuk melengkapi akor C mayor:

(78)

Untuk suara alto kita dapat memilih nada c atau f. Jika nada f dipilih maka

akan terjadi overlapping dengan suara sopran atau mungkin juga dengan

suara tenor. Untuk itu kita pilih nada c.

Suara tenor kita pilih nada f untuk memperkuat posisi akor IV yaitu:

(79)

  68 

Untuk suara alto kita bisa memilih antara nada c dan g. Jika kita memilih

nada g ada kemungkinan terjadi overlapping pada sopran dan tenor. Untuk

itu kita memilih nada c meskipun sedikit monoton untuk menghindari

overlapping tersebut.

(80)

Melodi pokok berikutnya adalah f pada suara sopran. Kita tentukan akor IV. kita usahakan suara bas bergerak turun agar berlawanan dengan sopran yaitu pada nada a.

Untuk suara alto kita pilih antara nada f dan c. Untuk menghindari

(81)

  70 

Untuk suara tenor kita memprioritaskan nada f sebagai penguat akor F mayor, yaitu:

Melodi pokok berikutnya pada sopran adalah nada a. Kita tentukan tingkat IV. Untu suara bas kita pilih nada c karena yang paling dekat dengan nada sebelumnya.

(82)

Untuk suara tenor kita dapat menggunakan nada f sebagai alternatif pertama pandobelan nada dasar.

(83)

  72 

Untuk suara alto kita dapat memilih nada c atau e. Nada sebelumnya adalah f maka nada yang paling dekat adalah e.

Untuk suara tenor kita dapat memberikan pendobelan alternatif ke dua untuk akor c mayor yaitu nada g.

(84)

Untuk suara alto kita dapat melakukan pendobelan dengan suara sopran sehingga suara sopran dan alto sama yaitu nada c seperti berikut ini.

(85)

  74 

Nada selanjutnya adalah d. Nada d merupakan kelompok nada pada tingkat V sehingga tidak dapat ditentukan akor I dan IV. Suara bas dapat dipilih nada g untuk memperkuat posisi akor ini.

(86)

Untuk suara tenor kita memilih nada g sebagai prioritas pertama pendobelan karena nada sebelumnya tidak terlalu jauh.

Nada berikutnya adalah f yang dinyanyikan sopran. Kita tentukan tingkat V7 seperti pada birama terdahulu. Untuk suara bas dapat dipilih nada b sebagai berikut.

Untuk suara alto kita dapat memilih nada d dan nada g. Nada yang paling dekat adalah d. Jika kita memilih nada g selain pergerakannya akan menjadi

(87)

  76 

Untuk suara tenor kita dapat menggunakan nada g untuk melangkapi susunan akor G7 (g, b, d, dan f).

(88)

Untuk suara alto kita dapat memilih nada g atau c. Kita pilih nada c karena lebih dekat pergerakannya dengan nada sebelumnya, sedangkan nada g terlalu jauh pergerakannya ke bawah dan jika bergerak ke atas akan

menimbulkan overlapping.

(89)

  78 

Menyusun atau membuat suara 2, 3, dan 4 dilakukan melalui langkah-langkah yang sistematis. Hal ini dimaksudkan agar hasil aransemen jika dilihat secara vertikal maupun horisontal dapat dipertanggungjawabkan. Aransemen yang baik adalah aransemen yang mudah dinyanyikan dan buka semata-mata memenuhi pertimbangan akor yang digunakan sehingga meskipun bukan sebagai melodi pokok akan terdengar seperti lagu baru yang melodis. Beberapa hal yang harus dihindari adalah agar aransemen terdengar indah dan tidak menimbulkan suara yang kabur dan tidak jelas melodi pokoknya.

E. Latihan/Kasus/Tugas

(90)

F. Rangkuman

Langkah pertama adalah menentukan suara bas berdasarkan akor yang telah ditetapkan. Buatlah pergerakan melodi yang berlawanan dengan suara sopran (melodi pokok), misalnya pergerakan melodi sopran pada birama pertama naik, berarti Anda disarankan membuat pergerakan bas pada birama pertama turun.

Langkah ke dua adalah menentukan suara tengah, yaitu alto atau tenor. Usahakan interval/jarak nada antara sopran dan alto disarankan untuk tidak lebih dari satu oktaf, demikian juga antara suara alto dan tenor. Sedangakan interval untuk tenor dan bass boleh lebih dari satu oktaf seperti dapat dilihat pada contoh sebelumnya.

Prioritas pendobelan nada adalah untuk nada dasar dan prioritas ke dua adalah untuk interval tertsnya. Prioritas pertama pendobelan pada akor C mayor adalah pada nada c, dan prioritas ke dua untuk nada e. Hal ini dimaksudkan agar kualitas akor tetap terjaga dan tidak menimbulkan interpretasi akor yang lain.

G.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Pembelajaran aransemen 4 suara ini melatih kecermatan, kedisplinan, ketelitian, dan kreativitas dalam membuat karya baru. Pada dasarnya banyak kemungkinan terjadi perbedaan hasil karya meskipun progresi akor telah ditentukan. Kreativitas dan pengalaman dalam mengapresiasi karya-karya aransemen lain merupakan modal yang sangat berharga untuk dapat membuat aransemen yang sederhana, enak an mudah dinyanyilan, namun etetap mengikuti ketentuan dasar dalam membuat aransemen.

(91)
(92)

DASAR-DASAR ARANSEMEN VOKAL

DUA DAN TIGA SUARA

A. Tujuan

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran ini, guru mampu: 1. menulis notasi musik untuk vokal;

2. menentukan nada dasar; 3. menentukan suara dua; dan 4. menentukan suara tiga.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menulis notasi balok untuk vokal; 2. Menulis notasi angka untuk vokal; 3. Menentukan nada dasar;

4. Menentukan suara dua; dan 5. Menentukan suara tiga.

C. Uraian Materi

Membuat aransemen untuk paduan suara baik sejenis maupun campuran pada dasarnya adalah membuat lagu baru. Maksud dari membuat lagu baru tersebut adalah notasi baru yang kita buat untuk suara dua maupun suara tiga harus berupa melodi yang indah untuk dinyanyikan, bukan sekedar pelengkap harmonisasi. Melodi pokok biasanya sebagai suara satu sehingga kita membuat melodi untuk suara dua dan suara tiga. Pada perkembangannya suara satu tidak selalu sebagai melodi pokok, bisa jadi suara dua bahkan suara tiga sebagai melodi pokok.

(93)

  82 

Aransemen untuk vokal dua suara dan tiga suara sebenarnya tidak ada teori tesendiri atau teori khusus yang membahas hal tersebut seperti penggarapan aransemen vokal untuk paduan suara lengkap dalam format SATB (Sopran, Alto, Tenor, Bass). Dalam harmoni SATB tersebut terdapat beberapa aturan yang mendasari pembuatan aransemen harmoni SATB. Dasar-dasar tersebut adalah:

1. Penulisan dalam Notasi Balok.

a. Sopran dan tenor ditulis dengan arah tangkai ke atas b. Alto dan bas ditulis dengan arah tangkai ke bawah

C mayor

2. Menentukan Nada

Inti dari pembuatan aransemen adalah menentukan nada berdasarkan akor yang sudah ditentukan. Untuk menentukan nada yang baik cermatilah beberapa hal berikut.:

a. Pendobelan nada

1) Prioritas pertama pada nada dasar Perhatikan contoh berikut.

C mayor

(94)

2) Prioritas ke dua pada nada ke lima (kwint). Perhatikan contoh berikut.

C mayor

Pendobelan nada dilakukan pada nada ‘g’ yang dinyanyikan alto dan tenor.

3) Tidak dianjurkan pada nada ke tiga (terts) Perhatikan contoh berikut.

C mayor

Pada gambar di atas pendobelan nada dilakukan pada nada e yang merupakan nada ke tiga. Hal tersebut sebaiknya dihindari untuk menjaga kualitas akor yang bersangkutan.

b. Jarak nada pada masing-masing jenis suara

1) Usahakan agar jarak/interval sopran dengan alto, dan alto dengan tenor tidak lebih dari 1 oktaf. Perhatikan contoh berikut.

C mayor

(95)

  84 

2) Jarak tenor dengan bass boleh lebih dari 1 oktaf Perhatikan contoh berikut.

C mayor

3. Posisi Terbuka dan Tertutup

a. Posisi terbuka artinya antara sopran, alto dan tenor dapat disisipi nada yang lain.

Gambar di atas menunjukkan bahwa antara sopran dan alto masih dapat disisipkan nada yang merupakan keluarga akor C mayor yaitu nada g. Antara alto dan tenor juga terdapat nada yang merupakan isi dari akor C mayor yaitu nada c.

b. Posisi tertutup artinya antara sopran, alto dan tenor tidak dapat disisipi nada yang lain.

(96)

Penggarapan secara vertikal dan horisontal juga perlu mendapat perhatian.

a. Vertikal artinya apabila ditarik garis lurus ke atas, nada-nadanya merupakan isi dari akor yang ditentukan.

b. Horisontal artinya deretan nada dalm setiap jenis suara hendaknya bersifat melodis, artinya interval nadanya mudah dinyanyikan, maka dari itu biasanya dicari nada yang paling dekat.

Contoh:

C C F G G7 C C

Nada-nada diatas akor tersebut secara vertikal merupakan keluarga dari akor yang tertulis dibawahnya dan secara horisontal masing-masing merupakan melodi yang berdiri sendiri dan mudah untuk dinyanyikan, jadi bukan semata-mata hanya melengkapi akor yang ada. Hal ini penting karena perlu diingat lagi bahwa suara alto, tenor, dan bass juga merupakan lagu yang berjalan bersama secara harmonis.

4. Overlapping.

Dalam penggarapan aransemen SATB tidak diperbolehkan terjadi

overlapping antara suara sopran, alto, tenor, dan bas.

Contoh:

Gambar di atas menunjukkan adanya overlapping, yaitu suara tenor lebih

(97)

  86 

5. Paralel Kwint dan Oktaf

Parallel kwint dan oktaf tidak diperbolehkan dalam penggarapan

aransemen paduan suara, karena seharusnya kedua jenis suara yang dapat bergerak sendiri-sendiri tersebut menjadi terikat kebebasannya. Contoh:

Berikut adalah contoh aransemen yang benar.

Berikut adalah contoh paralel yang salah.

(98)

Paralel oktaf tidak diperbolehkan untuk suara sopran dan bas karena akan terjadi pendobelan suara melodi. Hal ini harus dihindari.

Contoh:

Aransemen tersebut sebaiknya sebagai berikut:

6. Kadens (cadence)

(99)

  88  -

Lagu tersebut bernada dasar do=C. Dalam teori musik dan ilmu harmoni telah dipelajari berbagai macam akor dalam berbagai tangga nada, misal akor C Mayor terdiri dari c, e, dan g; F Mayor terdiri dari nada f, a, dan c, dan seterusnya.

Dalam harmoni SATB, suara sopran biasanya sudah ada dan menjadi melodi pokok, meskipun kadang-kadang ada juga melodi pokok diletakkan pada jenis suara yang lain. Hal tersebut merupakan perkecualian. Pada lagu di atas, melodi pokok sudah dimainkan oleh sopran.

Penggarapan aransemen untuk dua suara prinsipnya sama dengan aransemen SATB dalam hal pertimbangan vertikal dan horizontal. Pertimbangan vertikal berarti secara garis lurus ke atas merupakan nada-nada yang harmonis. Pertimbangan horizontal berarti secara melodis merupakan lagu yang indah jika dinyanyikan.

a. Penulisan Notasi

(100)

dua garis para nada atau dapat juga dijadikan satu dalam satu garis para nada.

1) Penulisan dalam dua suara:

Aransemen tersebut juga dapat ditulis dalam satu garis para nada sebagai berikut.

Dilihat dari sisi cara membaca notasi, penulisan notasi dengan dua garis para nada lebih mudah dinyanyikan karena suara satu dan dua ditulis secara terpisah, namun penulisan dengan satu garis para nada menjadi lebih praktis dan efisien. Jika ditulis dalam notasi angka menjadi seperti berikut.

(101)

  90 

Jika ditulis dalam satu garis para nada penulisan notasi sama seperti halnya dengan penulisan dua suara, lebih praktis dan efisien namun sedikit lebih sulit cara membacanya. Perhatikan notasi berikut.

Jika ditulis dalam notasi angka menjadi seperti berikut ini.

b. Menentukan Nada Dasar

Cara menentukan nada dasar yang tepat telah dibahas pada kegiatan pembelajaran sebelumnya. Teori khusus yang membicarakan hal tersebut belum pernah ditemukan, namun secara pengalaman dapat ditentukan seperti pada pembahasan sebelumnya.

(102)

c. Menentukan Suara Dua

Suara dua dalam harmoni dua suara tidak sama dengan suara dua yang dinaksudkan dalam harmoni SATB. Suara dua dalam harmoni SATB adalah suara alto dengan ketentuan seperti yang telah diuraikan dalam ketentuan pembuatan suara alto. Dalam harmoni dua suara, suara dua mempunyai kemungkinan lebih tinggi atau lebih rendah suaranya dibandingkan dengan suara satu karena suara dua tidak sama dengan suara alto. Membuat atau menyanyikan suara dua bahkan suara tiga bagi sebagian masyarakat kita merupakan hal yang biasa. Jika kita mengamati orang daerah Indonesia timur misalnya Papua, NTT, dan Ambon, mereka secara otomatis dapat menyanyikan suara dua atau suara tiga. Menyanyi bagi kebanyakan masayarakat tersebut merupakan kegiatan yang sering dilakukan dan merupakan bagian dari budaya mereka.

Prinsip dasar membuat suara dua secara teoretis adalah dapat menentukan akor terlebih dahulu. Dalam pembelajaran teori musik telah dijelaskan tentang akor. Akor adalah tiga nada atau lebih yang dibunyikan bersama-sama dan menimbulkan suara yang harmonis. Akor terbentuk dari nada-nada dalam suatu tangga nada.

Tingkat I, IV, dan V

: akor mayor karena berjarak 3M dan 3m

Tingkat II, III, dan VI : akor minor karena berjarak 3m dan 3M

(103)

  92 

Akor tingkat I, IV, dan V merupakan akor pokok, sedangkan akor II, III, VI, dan VII merupakan akor bantu. Disebut akor pokok karena apabila kita mengiringi lagu yang bertangga nada mayor dan tidak ada nada yang mendapat tanda aksidental, diberikan ketiga akor pokok tersebut sudah cukup. Akor lain (akor bantu) digunakan untuk memperindah harmonisasi sehingga lebih kelihatan fleksibel atau tidak kaku. Kedudukan akor bantu berfungsi membantu akor pokok untuk memberikan alternatif lain dalam mengiringi lagu.

Dalam notasi angka kita kenal tangga nada 1 2 3 4 5 6 7 i. Dalam tangga nada C mayor atau C=1, D=2, E=3, F=4, G=5, A=6, B=7. susunan akornya adalah sebagai berikut.

Tingkat I C mayor = C E G

1 3 5

Tingkat II D minor = D F A

2 4 6

Tingkat III E minor = E G B

3 5 7

Tingkat IV F mayor = F A C

4 6 1

Tingkat V G mayor = G B D

5 7 2

Tingkat VI A minor = A C E

6 1 3

Tingkat VII B dim = B D F

7 2 4

(104)

Nada pertama pada setiap birama merupakan tempat untuk menentukan akor, misalnya untuk birama pertama (nada 5) kita dapat menentukan akornya melalui tabel di atas khususnya untuk akor primer yaitu tingkat I, IV, dan V. Nada 5 merupakan unsur nada dari akor tingkat I dan V. Jika ada dua kemungkinan maka kita dapat memilih salah satu.

Jika kita memilih tingkat I, ada dua nada yang dipilih yaitu 3 dan 1. Apabila kita memilih akor tingkat V, kita dapat memilih antara 7 dan 2, misalnya:

Untuk nada selain ketukan pertama kita tentukan nada yang harmonis dengan melodi pokok namun hendaknya berdekatan dengan nada sebelumnya karena jika kita tentukan nada yang jauh intervalnya dengan nada sebelumnya akan sulit dinyanyikan dan perlu pertimbangan secara horisontal. Nada yang paling dekat dengan 3 adalah 4 sebagai berikut.

(105)

  94 

Nada 4 kita carikan nada yang harmonis disekitar nada sebelumnya (3) yaitu nada 2.

Pada birama ke dua terdapat nada 3 yang harmonis dengan nada di sekitar nada sebelumnya (2) adalah 1 sesuai dengan unsur nada pada tingkat I.

Nada selanjutnya adalah 4. Akan kita pilih nada yang harmonis dan dekat dengan nada 1 sebelumnya, yaitu 2.

(106)

Nada berikutnya adalah 2. Nada ini harmonis dengan nada yang dekat dengan 1, yaitu 7 yang posisinya di bawah nada 1.

Ketukan pertama pada birama ke tiga telah ditentukan akornya adalah tingkat I. Perlu diketahui bahwa jika kita membuat suara dua dan tiga tidak selamanya harus selalu berbeda nadanya dengan melodi pokok. Jika tidak memungkinkan dicari nada lain yang harmonis karena pertimbangan horisontal, dapat juga diberikan nada yang sama dengan melodi pokok. Nada 1 pada awal birama ke tiga setelah dtentukan akornya maka nada yang harmonis adalah nada 3 dan 5, namun nada-nada tersebut terlalu jauh dari nada sebelumnya (7). Dengan pertimbangan tersebut maka dapat juga dipilih nada 1 yang sama dengan melodi pokok.

Nada berikutnya (2) harmonis dengan nada di dekat nada 1, yaitu 7 pada register dibawahnya.

(107)

  96 

Nada berikutnya adalah 4. Kita tentukan nada yang harmonis dan dekat dengan na da sebelumnya, yaitu 2.

Nada terakhir pada birama ke empat tersebut adalah 2 dan telah ditentukan akor tingkat V sehingga nada yang dekat dengan nada sebelumnya dan merupakan unsur dari akor tingkat V adalah 7 pada register bawah.

Prinsip dasar membuat suara tiga sama dengan membuat suara dua. Pada prisipnya jika memungkinkan harmoni selengkap mungkin sehingga semua unsur akor dapat terpenuhi. Namun dalam kondisi tertentu, pertimbangan vertikal dan horisontal lebih diutamakan.

D. Aktivitas Pembelajaran

(108)

E. Latihan/Kasus/Tugas

Berikan simbol atau tingkatan akor sesuai dengan melodi yang ada pada lagu di bawah ini.

EDELWEISS

F. Rangkuman

Suara dua dan tiga merupakan jenis aransemen yang biasa ditujuan untuk anak-anak. Aransemen ini termasuk dalam kategori aransemen sederhana dan tidak lengkap seperti dalam paduan suara campuran (SATB). Meskipun sederhana namun tetap dituntut cermat dan indah dengan memperhatikan pertimbangan vertikal dan horisontal. Sama halnya dengan paduan suara campuran, membuat suara dua dan tiga adalah membuat lagu baru yang dapat dipertanggungjawabkan keindahan melodi bagi orang yang menyanyikannya. Maka dari itu dituntut kreativitas agar hasil karyanya menjadi sebuah karya seni yang memiliki nilai dan keindahan musik.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

(109)
(110)

Kemampuan membuat aransemen khususnya untuk paduan suara baik campuran maupun sejenis merupakan tuntutan mutlak yang harus dimiliki oleh guru. Modul ini diharapkan dapat menjadi panduan dalam membuat aransemen yang sesuai dengan kemampuan penggunanya. Aransemen yang baik adalah aransemen yang dapat dinyanyikan dengan mudah namun tetap indah jika dinyanyikan. Meskipun dalam modul ini terdapat ketentuan-ketentuan dan langkah-langkah dalam menyusun aransemen namun tidak mengekang kreativitas dalam menuangkan ide-ide musikal.

(111)
(112)

Untuk lebih memahami isi modul pada kegiatan pembelajaran ini marilah kita kerjakan latihan berikut ini:

1. Penulisan notasi untuk sopran tangkainya ... a. ke bawah

b. ke atas

c. ke bawah dan ke atas d. ke atas dan ke bawah

2. Penulisan tangkai ke bawah untuk suara ... a. sopran dan alto

b. tenor dan bas c. sopran dan tenor d. alto dan bas

3. Prioritas untuk pendobelan nada untuk ... a. nada dasar

b. nada ke 2 c. nada ke 3 d. nada ke 4

4. adalah contoh pendobelan prioritas ke dua

yaitu nada ... a. c

b. e c. g d. e2

(113)

 102 

5. Jarak/interval sopran dengan alto, dan alto dengan tenor tidak lebih dari ... a. 1 nada

b. 1 oktaf c. 2 nada d. 2 oktaf

6. Jarak interval boleh lebih dari 1 oktaf untuk suara ... a. sopran dan alto

b. alto dan bas c. tenor dan bas d. sopran dan tenor

7. Jarak antara sopran, alto dan tenor yang dapat disisipi nada lain disebut … a. posisi tertutup

b. posisi terbuka c. posisi paralel

d. posisi overlapping

8. merupakan contoh penggarapan aransemen …

a. paralel

b. posisi terbuka dan tertutup c. pendobelan nada

d. overlapping

9. Cara mengakhiri suatu karya komposisi dengan berbagai kemungkinan akor sebagai akhir suatu frase lagu disebut …

(114)

c. ritardando d. kadens

10. merupakan contoh penggarapan

aransemen SATB yang terjadi … a. paralel

b. posisi terbuka dan tertutup c. pendobelan nada

d. 0verlapping

11. Penulisan aransemen untuk vokal harus harmonis, jika dilihat secara garis ke atas merupakan petimbangan ...

a. melodis b. harmonis c. horisontal d. vertikal

12. Melodi suara dua dan tiga hendaknya merupakan rangkaian melodi yang indah. Hal tersebut disebut pertimbangan ...

a. melodis b. harmonis c. horisontal d. vertikal

13. Langkah pertama pembuatan aransemen adalah menentukan suara ... a. sopran

(115)

 104 

14. Yang dimaksud suara tengah adalah ... a. sopran dan alto

b. alto dan tenor c. tenor dan bas d. alto dan bas

15. Pertimbangan vertikal artinya kelengkapan nada berdasarkan akor yang dapat dilihat ...

a. ke samping kiri b. ke atas

c. ke samping kanan d. ke kiri dan ke kanan

16. Jika secara vertikal merupakan akor G mayor maka prioritas pertama nada yang didobel dalah ...

a. G b. B a. D b. F

17. Jika urutan nada dari atas ke bawah adalah sopran, tenor, alto, dan bass menunjukkan terjadi penggarapan aransemen ...

a. paralel b. kadens

c. overlapping

d. posisi tertutup

18. Membuat aransemen pada prinsipnya adalah membuat lagu baru, maksudnya adalah ...

a. lagu yang diaransemen dianggap tidak ada

b. lagu baru tidak ada hubungannya dengan lagu yang diaransemen c. lagu yang diaransemen sama dengan lagu baru

(116)

19. Aransemen yang baik adalah aransemen yang ... a. mudah dan indah dinyanyikan

b. kelihatannya sederhana tetapi sebenarnya rumit c. kelihatannya rumit tetapi sebenarnya sederhana d. indah tetapi sulit dinyanyikan

20. Fasilitator dan peserta membutuhkan informasi satu sama lain merupakan hukum …

a. feedback

b. 2- Way Communication

c. active learning

(117)
(118)

ambitus : wilayah nada

alto : jenis suara wanita dengan wilayah nada rendah

bariton : jenis suara pria dengan wilayah nada sedang

bass : jenis suara pria dengan wilayah nada rendah

conducor/dirigen : pemimpin pertunjukan musik

kadens : akhir frase atau kalimat musik

kwart : nada ke empat

kwint : nada ke lima

overlapping : situasi pergerakan nada yang saling tumpang

tindih

pop/populer : terkenal di masyarakat

SATB : Sopran, Alto, Tenor, dan Bass

sopran : jenis suara wanita dengan wilayah nada tinggi.

tenor : jenis suara pria dengan wilayah nada tinggi.

terts : nada ke tiga

(119)
(120)

Banu, Pono. 1994. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.

Jones, George Thaddeus. 1974. Music Theory. New York: Harper & Row

Publisher.

Karl-Edmund Prier SJ. 2001. Ilmu Harmoni: Yogyakarta: PML.

Randegger, Alberto. Metode of Singing, New York: G. Shirmer.

Siagian, M. Pardosi. 1975. Indonesia Yang Kucinta. Yogyakarta: PML.

http://mcdens.blogspot.co.id/2010/03/prinsip-pengembangan-pembelajaran.htm

(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)

Penglompokan jenis suara manusia dalam bernyanyi dibagi menjadi empat jenis, yaitu:

Sopran : jenis suara tinggi untuk wanita dengan wilayah nada tinggi, wilayah nadanya mulai dari c1–a2

Alto : jenis suara rendah untuk wanita dengan wilayah nada rendah dengan wilayah nada mulai dari f–d2

Tenor : jenis suara tinggi untuk pria dengan wilayah nada tinggi, wilayah nadanya mulai dari c–a1

Gambar

Gambar di atas menunjukkan bahwa antara sopran dan alto masih
Gambar di atas menunjukkan adanya overlapping, yaitu suara tenor lebih
Gambar 1. Ruang lingkup
gambar 3 menunjukkan jenis pekerjaan abad 21.
+7

Referensi

Dokumen terkait