• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Terbuka Hijau Sebagai Tempat Tidur Gelandangan

BAB V DISFUNGSI RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJA

5.4 Ruang Terbuka Hijau Sebagai Tempat Tidur Gelandangan

Gelandangan dan pengemis merupakan masalah yang terus menjadi perhatian pemerintah. Sesuai dengan Undang-Undang (UU), Kementerian Sosial (Kemensos) menjadi leading sektor dalam penangangannya. Tentu saja, dalam penanganannya Kemensos tidak bekerja sendirian. Tetapi menggandeng berbagai pihak terkait, baik lintas sektor dan pemerintah daerah (pemda). Kemensos melakukan penanganan melalui sistem panti dan

tempat tinggal dalam satu atap yang dihuni oleh beberapa keluarga. Liposos adalah Lingkungan Pondok Sosial, merupakan bentuk penanganan yang lebih mengedepankan sistim hidup bersama di dalam lingkungan sosial sebagaimana layaknya kehidupan masyarakat pada umumnya.

Gelandangan adalah seorang yang hidup dalam keadaan yang tidak mempunyai tempat tinggal dan tidak memiliki pekerjaan tetap dan mengembara ditempat umum sehingga hidup tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat. Sedangkan, pengemis adalah seorang yang mendapat penghasilan dengan meminta minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain.12

Gepeng (gelandangan dan pengemis) adalah seorang yang hidup mengelandag dan sekaligus mengemis. Oleh karna tidak mempunyai tempat tinggal tetap dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan, taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari- hari. Karakteristik dari gelandangan dan pengemis yaitu :

1. Tidak memiliki tempat tinggal Kebanyakan dari gepeng dan pengemis ini mereka tidak memiliki tempat hunian atau tempat tinggal mereka ini biasa mengembara di tempat umum.

https://aliseptiansyah.wordpress.com/2013/01/24/sekilas-tentang-gelandangan- pengemis-gepeng/ (diakses pada tangga 01 Agustus 2016, pada pukul 10.10 wib)

2. Hidup di bawah garis kemiskinan, para gepeng tidak memiliki pengahsialan tetap yang bis amenjamin untuk kehidupan mereka kedepan bahkan untuk sehari hari saja mereka harus mengemis atau memulung untuk membeli makanan untuk kehidupannya.

3. Hidup dengan penuh ketidakpastian, para gepeng hidup mengelandang dan mengemis di setiap harinya menreka ini sangat memprihatikan karna jika mereka sakit mereka tidak bisa mendapat jaminan sosial seperti yang dimiliki oleh pegawai negeri yaitu ASKES untuk berobat dan lain lain.

4. Memakai baju yang compang camping, gepeng bisanya tidak pernah mengunakan baju yang rapi atau berdasi melaikan baju yang kumal dan dekil.

Masalah sosial tidak bisa dihindari keberadaanya dalam kehidupan masyarakat, terutama yang berada di daerah perkotaan adalah masalah gelandangan dan pengemis. Permasalahan sosial gelandanagan dan pengemis merupakan akumulasi dan interaksi dari berbagai permasalahan seperti hal – hal kemiskinan, pendidikan rendak, minimnya keterampilan kerja yang di miliki, lingkungan, sosial budaya, kesehatan dan lain sebagaianya. Faktor – faktor penyebab masalah sosial gelandangan dan pengemis adalah sebagai berikut :

Kemiskinan menyebabkan seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal dan menjangkau pelayanan umum sehingga tidak dapat Mengembangkan kehidupan pribadi maupun keluarga secara layak.

2. Masalah Pendidikan

Pada umumnya tingkat pendidikan gelandangan dan pengemis relatif rendah sehingga menjadi kendala untuk memperleh pekerjaan yang layak.

3. Masalah keterampilan kerja

Pada umumnya gelandangan dan pengemis tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja.

4. Masalah sosial budaya

Ada beberapa faktor sosial budaya yang menagkibatkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis. Rendahnya harga diri kepada sekelompok orang, mengakibatkan tidak dimiliki rasa bamu untk minta minta. Sikap pasrah pada nasib yang manggap bahwa kemiskinan adalah kondisi mereka sebagai gelandangan dan pengemis adalah nasib, sehingga tidak ada kemauan untuk melakuan perubahan. Kebebasan dan kesenangan hidup mengelandang merupakan kenikmatan tersendiri bagi orang yang hidup mengelandang

Dengan adanya para gelandangan dan pengemis yang berda di tempat - tempat umum akan menimbulkan banyak sekali masalah sosial di tengah kehidupan bermasyarakat di antaranya :

1. Masalah lingkungan (tata ruang)

Gelandangan dan pengemis pada umumnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, tinggal di wilayah yang sebanarnya dilarang dijadika tepat tinggal, seperti : taman taman, bawah jembatan dan pingiran kali. Oleh karna itu mereka di kota besar sangat mengangu ketertiban umum, ketenangan masyarakat dan kebersihan serta keindahan kota.

2. Masalah kependudukan

Gelandangan dan pengemis yang hidupnya berkeliaran di jalan jalan dan tempat umum, kebnayakan tidak memiliki kartu identitas (KTP/KK) yang tercatat di kelurahan (RT/RW) setempat dan sebagian besar dari mereka hidup bersama sebagai suami istri tanpa ikatan perkawinan yang sah.

3. Masalah keaman dan ketertiban

Maraknya gelandangan dan pengemis di suatu wilayah dapat menimbulkan kerawanan sosial mengagu keamanan dan ketertiban di wilayah tersebut.

4. Masalah kriminal litas

Memang tak dapat kita sangal banyak sekali faktor penyebab dari kriminal litas ini di lakuakan oleh para gelandangan dan pengemis di tempat keramaian mulai dari pencurian kekerasan hingga samapi pelecehan seksual ini kerap sekali terjadi.

Ternyata tidak hanya di kota – kota besar saja seperti Jakarta dan Medan yang bermasalah dengan gelandangan. Meski telah banyak upaya – upaya yang dilakukan untuk menanggulangi para gelandangan dan pengemis tetap saja keberadaan gelandangan dan pengemis terus bertambah bahkan kota satelit seperti Kota Binjai tidak lepas dari keberadaan gelandangan dan pengemis. Mereka menempati area – area ruang terbuka hijau di Kota Binjai, khususnya di Lapangan Merdeka dan taman – taman kota. Lapangan Merdeka Binjai bagaikan rumah bagi para gelandangan. Ruang yang tidak tertutup ini dijadikan tempat beristirahat bagi para gelandangan pada malam hari. Kedatangan para gelandangan ini tidak tentu. Terkadang mereka terlihat diatas pukul 00.00 wib, tetapi terkadang mereka sudah mulai beristirahat pada pukul 23.00 wib. Para gelandangan ini akan meninggalkan lapangan sekitar pukul 07.00 wib. Hal ini dikarenakan kedatangan petugas kebersihan yang akan membersihkan lapangan. Para gelandangan yang memanfaatkan lapangan sebagai tempat istirahat ternyata tidak menetap dan berganti.

Gambar 12: Gelandangan yang sedang tidur di Lapangan Merdeka Binjai

“kita tidak perlu mengusir para gelandangan untuk

tidak ada di sini. Dimaklumi saja, mereka tidak punya tempat tinggal. Sedangkan di emperan toko dan rumah orang saja kadang tidak ada yang mengusik apalagi ruang terbuka seperti ini. Selama mereka tidak merusak fasilitas dan pergi pada waktunya tidak

masalah menurut saya.” (Tommy, 32 tahun)

Menurut Parsudi Suparlan (1986) pemukiman liar dan gelandangan merupakan konsekuensi logis yang muncul akibat gangguan dan pengembangan perkotaan. Timbulnya gelandangan di perkotaan terjadi karena adanya tekanan – tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa mencari tempat yang diduga dapat member kesempatan yang lebih baik di kota.13

“saya yakin sebenarnya pemerintah telah menyiapkan strategi – strategi dalam penertiban penyalahgunaan ruang terbuka hijau di Kota Binjai, tetapi pada kenyataanya oknum – oknum yang ditugaskan ikut campur tangan terhadap ketidaklancaran strategi tersebut. Saya rasa hal – hal seperti keberadaan gelandangan di taman – taman kota merupakan wabah yang secara merata didapatkan seluruh kota di

Indonesia.” (Leonardo,ST, 42 Tahun)

Dokumen terkait