• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Pori Total

Dalam dokumen Penampakan Sifat Fisik Tanah Terbakar da (Halaman 50-54)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Dampak Kebakaran Terha dap Sifat Fisik Tanah

4.5.3. Ruang Pori Total

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Ruang Pori Total pada masing-masing vegetasi adalah berbeda-beda.Hal tersebut dapat ditunjukkan pada hasil uji lanjutan BNJ, yang menyatakan bahwa proses pembakaran memberikan pengaruh yang nyata terhadap ruang pori total tanah. Hal tersebut disebabkan karena kebakaran pada umumnya merusak sisstem ruang pori. Sehingga terjadinya suatu kebakaran pada hutan dan lahan berdampak langsung dengan sitem ruang pori tanahnya. Pada Gambar 4.4. menunjukkan perubahan nilai ruang pori total.

Universitas Sriwijaya Gambar 4.4. Perubahan Nilai Ruang Pori Total Tanah Pada Vegetasi Terbakar dan

Tidak Terbakar

Pada Gambar 4.4, kondisi ruang total pori pada hutan tidak terbakar sangat tinggi yaitu 69,96%. Namun pada hutan terbakar, nilai ruang total pori menurun menjadi 77,90%. Sementara pada vegetasi karet tidak terbakar, kondisi ruang total pori adalah sebesar 65,92%. Kemudian setelah terjadi pembakaran ruang pori total menurun menjadi 77,23%. Selanjutnya pada vegetasi semak tidak terbakar nilai ruang pori total adalah sebesar 71,46%, kemudian setelah terjadi pembakaran ruang pori total sedikit menurun menjadi 72,20%.

Penurunan nilai ruang pori total diatas berlawanan dengan kondisi kerapatan isi yang meningkat yang disebabkan oleh pembakaran. Apabila nilai kerapatan isi meningkat sesaat setelah terbakar maka nilai ruang pori total akan mengalami penurunan. Penurunan nilai ruang pori total sesaat setelah terbakar disebabkan oleh mengembangnya tanah akibat pemanasan yang ditimbulkan dari proses kebakaran sehingga tanah akan semakin padat dan daya ikat terhadap air menjadi rendah serta berkurangnya volume pori tanah. Ruang pori total tanah dipengaruhi oleh bahan organik tanah. Khoiri (2013) menyatakan bahwa bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah berupa peningkatan Ruang pori total, pori air tersedia, permeabilitas tanah dan menurunnya ketahanan penetrasi. Saribun (2007) juga menyatakan bahwa bahan organik dapat meningkatkan porositas tanah dan menurunkan tingkat kepadatan tanah.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Hutan Karet Semak Tidak Terbakar 77.9 77.23 72.2 Terbakar 69.96 65.92 71.46 R uang Pori Tota l (% )

4.5.4. Permeabilitas Tanah

Berdasarkan Uji lanjutan BNJ juga menunjukkan bahwa proses pembakaran memberikan perubahan yang nyata terhadap permeabilitas tanah. Hal tersebut terjadi dikarenakan permeabilitas dipengaruhi oleh sistem ruang pori tanah. Sehingga dikala kebakaran berdampak nyata pada ruang pori, maka kebakaran juga berdampak nyata pada permeabilitas tanah. Hal tersebut dapat ditunjukkan pada perubahan nilai ruang total pori berdasarkan hasil analisis. Hasil analisis permeabilitas tanah, pada Gambar 4.5 menunjukkan bahwa permeabilitas pada vegetasi terbakar lebih rendah daripada vegetasi yang tidak terbakar. Permeabilitas paling tinggi terjadi pada hutan tidak terbakar yaitu sebesar 28,87 cm/jam dan digolongkan dengan kriteria sangat cepat, sesuai dengan klasifikasi permeabilitas menurut Uhland dan O’neal (1951). Pada kasus vegetasi tidak terbakar, permeabilitas paling besar terjadi pada hutan sebesar 28,87 cm/jam, karet 23,94 cm/jam dan semak belukar adalah sebesar 25,56 cm/jam. Sedangkan pada vegetasi terbakar, permeabilitas tanah pada tiap vegetasi menjadi berubah yaitu pada vegetasi hutan permebilitas menjadi 24,50 cm/jam, kemudian pada karet permeabilitas tanah menjadi 19,84 cm/jam, kemudian pada vegetasi semak, permeabilitas tanah menjadi 19,64 cm/jam. Untuk melihat grafik penurunan permeabilitas dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Gambar 4.5. Perubahan Nilai Permeabilitas Tanah Pada Vegetasi Terbakar dan Tidak Terbakar 0 5 10 15 20 25 30

Hutan Karet Semak Tidak Terbakar 28.87 23.94 25.56 Terbakar 24.5 19.84 19.64 Per m ea bi li tas ( cm /j am )

Universitas Sriwijaya Menurut Hakim et al., (1986), permeabilitas merupakan kemampuan tanah untuk mentransfer air dan udara, permeabilitas biasanya diukur dengan istilahnya jumlah air yang mengalir melalui tanah dalam waktu yang ditetapkan. Berdasarkan nilai permeabilitas diatas, menunjukkan bahwa penurunan nilai permeabilitas tanah pada vegetasi terbakar disebabkan oleh semakin padatnya tanah dan berkurangnya ruang pori serta pengerutan ruang pori akibat pemanasan yang ditimbulkan dari proses kebakaran yang akan mengahmbat laju air dan udara untuk menembus tanah. Menurut Buckman dan Brady (1982), kecepatan gerakan air dipengaruhi oleh gaya yang menggerakkan air dan gaya hantar hidrolik. Gaya hantar hidraulik ditentukan oleh sejumlah faktor, termasuk ukuran pori.

4.5.5. Tekstur Tanah

Hasil analisis tekstur tanah terhadap tanah terbakar dan tidak terbakar pada vegetasi hutan, karet dan semak dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Tekstur Tanah pada Vegetasi Tidak Terbakar dan Terbakar

Vegetasi % Fraksi Kelas

Pasir Debu Liat

Hutan Tidak Terbakar 89,07 3,33 7,60 Lempung Berpasir Terbakar 73,73 18,67 7,60 Pasir Berlempung Karet Tidak Terbakar 83,73 8,67 7,60 Lempung Berpasir

Terbakar 80,07 12,33 7,60 Pasir Berlempung Semak Tidak Terbakar 85,10 7,30 7,60 Lempung Berpasir

Terbakar 82,40 10,0 7,60 Pasir Berlempung Tabel 4.1. menunjukkan bahwa pada vegetasi hutan tidak terbakar persentase fraksinya adalah 89,07% pasir, 3,33% debu dan 7,60% liat. Sedangkan pada vegetasi hutan terbakar persentase fraksi menjadi berubah yaitu 73,73% pasir, 18,67% debu dan 7,60% liat. Perubahan fraksi tersebut menunjukkan bahwa pada hutan tidak terbakar tanah digolongankan pada kelas lempung berpasir, namun pada hutan terbakar fraksi berubah menjadi pasir berlempung.

Pada vegetasi karet tidak terbakar, tekstur digolongkan pada kelas lempung berpasir dengan nilai fraksi adalah 83,73% pasir, 8,67% debu dan 7,60% liat. Namun pada vegetasi karet terbakar kelas tekstur berubah menjadi pasir berlempung degan nilai fraksi 80,07% pasir, 12,33% debu dan 7,60% liat. Kemudian pada vegetasi semak belukar tidak terbakar nilai fraksinya adalah 85,10% pasir, 7,30% debu dan 7.60% liat dengan kelas lempung berpasir.

Sedangkan pada semak terbakar nilai fraksinya adalah 82,4% pasir, 10% debu dan 7,60% liat masuk kedalam kelas pasir berlempung. Berdasarkan nilai fraksi diatas, setelah diuji dengan uji lanjutan BNJ menyatakan bahwa nilai fraksi pasir, debu dan liat tidak memiliki perbedaan yang nyata pada tanah yang mendapat perlakukan terbakar. Hal tersebut diduga karena sifat tekstur yang tidak dapat dispesifikkan atau dapat berubah pada suatu wilayah. Kelas tekstur pada vegetasi hutan,karet dan semak diduga karena pemanasan yang tinggi sehingga memecah fraksi-fraksi tanah menjadi lebih halus. Dan tidak berubahnya tekstur pada vegetasi semak mungkin disebabkan oleh jenis bahan bakar yang berbeda pada setiap vegetasi. Menurut Hatta (2009), perubahan tekstur tanah yang terjadi dalam kurun waktu yang panjang. Berbeda halnya pada struktur tanah, sehingga perbedaan tekstur tanah bukan karena adanya kebakaran tetapi karena komposisi fraksi-fraksi debu, liat, dan pasir.

Dalam dokumen Penampakan Sifat Fisik Tanah Terbakar da (Halaman 50-54)

Dokumen terkait