• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perumahan dan Permukiman Perkotaan

2.1.1 Rumah dan Perumahan

Rumah memiliki pengertian sebagai bangunan yang direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman atau tempat tinggal oleh satu keluarga atau lebih. Perumahan adalah sekelompok tempat kediaman yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan fasilitas sosial, sedangkan tempat kediaman adalah tempat tinggal untuk seseorang atau satu keluarga yang terdiri dari ruangan dan pekarangan. (Buku Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana – Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/KPTS/1986). Jadi, rumah dan perumahan merupakan satu kesatuan sebagai tempat bermukim manusia.

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 829/Menkes/SK/VII/1999, rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari iklim dan makhluk hidup lainnya, serta sebagai tempat pengembangan kehidupan keluarga. Rumah terdiri dari ruangan, halaman dan area sekelilingnya, sedangkan perumahan terdiri dari rumah-rumah atau kelompok rumah, baik kelompok rumah dalam satu tapak ataupun kelompok rumah dalam

satu bangunan seperti rumah susun atau kondominium, beserta sarana dan prasarana pendukungnya.

Menurut Kirmanto (2002) beberapa permasalahan di bidang perumahan

yang terjadi saat ini adalah: a) alokasi tanah dan tata ruang yang kurang tepat, b) ketimpangan pelayanan infrastruktur, pelayanan perkotaan, dan perumahan, c) konflik kepentingan dalam penentuan lokasi perumahan, d) masalah lingkungan dan eksploitasi sumberdaya alam, dan e) komunitas lokal yang tersisih dimana orientasi pembangunan terfokus pada kelompok masyarakat mampu. Kirmanto (2002) juga mengemukakan tantangan perkembangan pembangunan perumahan yang akan datang antara lain:

1. Urbanisasi yang tumbuh cepat merupakan tantangan bagi pemerintah untuk berupaya agar pertumbuhan lebih merata,

2. Perkembangan tak terkendali pada daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh,

3. Marjinalisasi sektor lokal oleh sektor nasional dan global,

4. Kegagalan implementasi dari kebijakan penentuan lokasi perumahan.

Permen PU RI No. 45 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. menjelaskan bahwa berdasarkan luasannya, perumahan dibedakan menjadi 3 (tiga) tipe, yaitu: tipe rumah mewah, tipe rumah menengah, dan tipe rumah sederhana. Lebih jauh dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan tipe rumah mewah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling lebih dari > 600 m2

atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan tertinggi per m2 untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas A yang berlaku. Tipe rumah menengah adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 200 m2 – 600 m2 atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan tertinggi per m2 untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C sampai A yang berlaku. Sementara tipe rumah sederhana adalah rumah yang dibangun di atas tanah dengan luas kavling antara 54 m2 sampai200 m2 atau biaya pembangunan per m2 diatas harga satuan tertinggi per m2

Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia selain kebutuhan sandang dan pangan. Menurut Maslow (1954) dalam memenuhi kebutuhan dasar manusia terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:

untuk pembangunan perumahan dinas pemerintah kelas C yang berlaku.

1. Kebutuhan fisiologis, yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang meliputi:

a. Udara segar dan lingkungan yang hijau, b. Air bersih (minum, masak, MCK, dll),

c. Makanan yang sehat dan pakaian yang layak, d. Tempat tinggal yang memadai.

2. Kebutuhan keamanan, yaitu kebutuhan dimana manusia terbebas dari rasa takut, yang meliputi :

a. Perlindungan dari bencana alam dan kriminalitas, b. Perlindungan dari kemiskinan, kelaparan, dan penyakit,

c. Struktur Kelembagaan, hukum, pemerintahan dan adat istiadat.

3. Kebutuhan interaksi sosial, yaitu kebutuhan dalam hidup bermasyarakat atau berkelompok, meliputi :

a. Rasa setia kawan, dicintai dan disenangi di dalam kelompok, b. Mau bekerja sama dalam hal positif.

4. Kebutuhan penghargaan dan pengakuan diri, meliputi : a. Penghargaan dari orang lain,

b. Memperoleh keadilan dan kebebasan, c. Mendapatkan kepercayaan diri, d. Prestise.

5. Kebutuhan Aktualisasi Diri, yaitu harapan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan sesuai dengan potensi tanpa mengganggu orang lain, serta memberikan kebaikan kepada orang lain.

UU RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menjelaskan definisi rumah yaitu sebuah bangunan yang terdiri dari beberapa ruang yang memiliki fungsi yang berbeda. Berdasarkan pedoman teknis pembangunan perumahan, persyaratan bangunan rumah secara umum harus cukup memenuhi syarat teknis dan kesehatan, yaitu:

1. Udara di dalam ruangan tidak boleh lembab atau harus ada sirkulasi udara yang baik, yaitu dengan adanya ventilasi sehingga udara dapat mengalir dengan baik dan selalu berganti.

2. Penetrasi sinar matahari harus cukup bisa masuk ke dalam ruangan untuk membunuh bibit-bibit penyakit dan menghindari kelembaban.

3. Perletakan rumah sebaiknya mempertimbangkan arah mata angin guna memperlancar sirkulasi udara dari luar ke dalam bangunan atau sebaliknya. 4. Antara rumah yang satu dengan rumah yang lain harus memiliki jarak yang

cukup agar memperoleh sinar matahari yang cukup, menghindari bahaya kebakaran dan penyakit menular, serta untuk tujuan keindahan (estetika). 5. Kebutuhan ruang-ruang di dalam rumah harus sesuai dengan kebutuhan.

6. Rumah harus memberikan rasa nyaman, aman dan tenteram bagi penghuninya.

Rumah sebagai tempat pertemuan berbagai kegiatan keluarga mempunyai arti penting dalam memberikan ruang dan suasana yang dapat menunjang kegiatan itu sendiri. Oleh karena itu, rumah yang sehat sangat diperlukan agar tercipta suasana hidup yang tentram, aman dan tertib.

Menurut Komarudin (1997) rumah sehat harus memenuhi persyaratan penyehatan lingkungan, ketertiban, dan keserasian lingkungan. Komponen lingkungan perumahan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat hendaknya dilengkapi sesuai dengan kebutuhan, antara lain penyediaan prasarana lingkungan yang memadai dan sesuai dengan jumlah penghuni, serta pengamanan lingkungan perumahan terhadap pencemaran (pemeliharaan sumber air bersih, pengelolaan air limbah dan sampah).

Ditjen Cipta Karya menegaskan bahwa rumah sehat harus memenuhi 4 (empat) persyaratan yaitu: aspek kesehatan, kekuatan bangunan, kenyamanan, dan keterjangkauan. United Nation Center for Human Settlement (UNCHS) menetapkan 11 (sebelas) persyaratan rumah sehat, yaitu: 1) Proteksi terhadap penyakit yang dapat menular, 2) Proteksi terhadap kecelakaan dan gangguan pencemaran pada peralatan rumah tangga, polusi udara, zat kimiawi, dan penggunaan rumah untuk tempat kerja, 3) Promosi kesehatan mental, 4) Promosi kesehatan lingkungan permukiman, 5) Promosi kebersihan rumah dan lingkungan yang mendorong penghuni untuk selalu menjaga kesehatan keluarga, 6) Penciptaan keamanan lingkungan dan upaya peniadaan gangguan terhadap ibu, wanita, dan anak-anak. 7) Penciptaan kesehatan sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dan swasta, 8) Penciptaan kesehatan yang selalu dikaitkan dengan daya dukung tanah, ruang terbuka dan lingkungan, 9) Rumah merupakan wadah proses pengembangan sosial ekonomi, 10) Pendidikan kesehatan umum dan profesi hendaknya secara langsung mendorong upaya penciptaan rumah sehat, 11) Partisipasi masyarakat harus diwujudkan dalam proses pembangunan perumahan sehat dalam lingkungan yang sehat (UNCHS, 1999). Komarudin (1997) menjelaskan beberapa indikator rumah sehat, yaitu:

1. Perilaku hidup sehat penduduk kota. Membuang sampah ke sungai, buang hajat besar di sungai, membiarkan selokan kotor dan air tergenang di halaman, merupakan perilaku hidup tidak sehat. Perilaku hidup sehat adalah budaya hidup bersih di rumah, halaman, dan lingkungan.

2. Berkenaan denga kondisi fisik perumahan, yaitu ukuran rumah dan pengaruhnya terhadap kesehatan, lingkungan fisik perumahan, kualitas udara permukiman, ventilasi, dan sarana kesehatan lingkungan permukiman.

Program Perbaikan Kampung di DKI Jakarta telah mendefinisikan dengan jelas bahwa lingkungan permukiman sehat harus memenuhi persyaratan berikut: 1. Fisik, yaitu tersedianya sarana air bersih yang memenuhi syarat fisik,

bakteriologis, dan kimia, sarana sanitasi, pengelolaan sampah, air limbah, dan perumahan sehat.

2. Biologis, yaitu lingkungan bebas dari binatang serangga dan pengerat.

3. Sosial, yaitu perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penting adalah menurunnya angka penyakit saluran pencernaan, pernapasan, dan kulit.

Komarudin (1997) mengatakan sehat tidaknya rumah ditentukan oleh sistem pengadaan air di rumah yang baik dan memenuhi syarat kesehatan. Tersedianya fasilitas untuk mandi, cuci, dan kakus, sistem pembuangan air bekas atau limbah, pembuangan tinja, tersedianya ventilasi dan jendela untuk sirkulasi udara, serta kekuatan bangunan rumah. Komarudin (1997) menyimpulkan bahwa Rumah Sehat harus memenuhi 4 (empat) persyaratan utama, yaitu:

1. Memenuhi kebutuhan fisik penghuni, meliputi: suhu lingkungan dapat dipertahankan, cukup penerangan, ventilasi yang sempurna, dan terlindung dari pengaruh bising.

2. Memenuhi kebutuhan kejiwaan, menjamin hubungan yang serasi antar anggota keluarga, menyediakan sarana tanpa menimbulkan kelelahan, membina dan menjamin kepuasan estetis, sesuai dengan kehidupan masyarakat di sekitarnya.

3. Dapat melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit.

4. Dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya/kecelakaan.

Dokumen terkait