• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Rumah Sakit

Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 Tahun 2010). Rumah sakit menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Rumah Sakit seluruh Indonesia (PERSI) Bab I Pasal 1 adalah suatu lembaga dalam mata rantai Sistem Kesehatan Nasional yang mengemban tugas pelayanan kesehatan untuk seluruh masyarakat.

37 Ibid.

41

Rumah sakit adalah suatu sarana yang merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan yang menjalankan rawat inap, rawat jalan, dan rehabiitasi berikut segala penunjangnya. Menurut American Hospital Association, rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien. Pelayanan tersebut merupakan diagnostic dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah.

b. Pengaturan Rumah Sakit

Dalam konsep Negara hukum berakar dari paham kedaulatan hukum yang pada hakikatnya berprinsip bahwa kekuasaan tertinggi di dalam suatu Negara adalah berdasarkan atas hukum. Negara hukum merupakan substansi dasar dari kontrak sosial setiap Negara hukum. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pengaturan badan hukum Rumah Sakit berdasarkan teori stufenbau.

Rumah Sakit diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial. Pengertian tersebut sejalan dengan Pasal 28 Huruf H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 bahwa “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan setiap warga Negara mempunyai hak atas pelayanan kesehatan” dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan

42

bahwa “Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Kesehatan rakyat adalah salah satu modal pokok dalam rangka pertumbuhan dan kehidupan bangsa, dan mempunyai peran penting dalam penyelesaian revolusi nasional dan penyusunan masyarakat sosialis Indonesia. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Kesehatan menjelaskan bahwa tiap-tiap warganegara berhak memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dan perlu diikut-sertakan dalam usaha-usaha kesehatan Pemerintah.

Dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan kesehatan dan daya saing bangsa bagi pembangunan nasional. Berdasarkan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.” Dalam hal ini pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan kesehatan untuk meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan masyarakat secara optimal.

Untuk meningkatkan mutu kesehatan dan jangkauan pelayanan Rumah Sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

43

Sakit. Dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 dijelaskan bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swasta”. Rumah Sakit yang berbentuk swasta dalam hal ini adalah badan hukum yang berbentuk Yayasan atau Perseroan dimana kegiatan usahanya bergerak di bidang perumahsakitan.

Dalam memberikan pelayanan tenaga kesehatan memiliki peranan penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan keseahtan. Penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh tenaga kesehatang yang bertanggung jawab, yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian, dan kewenangan yang secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya memalui sertfikasi, perizinan, pembinaan, pengawasan dan pemantauan agar penyelenggaraan upaya kesehatan memenuhi rada keadilan dan perikemanusiaan serta sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. Pasal 8 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan mengenai kualifikasi dan pengelompokan tenga kesehatan.

Selain tenaga kesehatan, penyelenggaraan praktik kedokteran menjadi penting, karena merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang secara terus-menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, serta pembinaan, pengawasan, dan pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran menjelaskan

44

bahwa “Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk: memberikan perlindungan kepada pasien; mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi.”

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan bahwa “Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan atau masyarakat” Masyarakat yang dimaksudkan adalah pihak swasta dalam penyelenggaraan Rumah Sakit baik berbentuk Yayasan maupun Perseroan Terbatas.

Rumah Sakit yang berbadan hukum harus memiliki tenaga kerja yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan. Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan bahwa “Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”

Tenaga kesehatan yang berada di Rumah Sakit diatur dalam suatu orgnisasi. Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit menjelaskan bahwa “Pengaturan pedoman organisasi Rumah Sakit bertujuan untuk mewujudkan organisasi Rumah Sakit yang efektif, efisien, dan akuntabel

45

dalam rangka mencapai visi dan misi Rumah Sakit sesuai tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good Clinical Governance).” Peraturan pedoman organisasi Rumash Sakit tersebut berlaku bagi seluruh Rumah Sakit di Indonesia.

Dalam rangka mewujudkan organisasi Rumah Sakit yang baik maka perlu adanya pengaturan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Rumah Sakit. Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/MEN.KES/PER/II/1998 tentang Rumah Sakit mengatur mengenai Penyelenggaraan Rumah Sakit mencakup pelaksanaan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan pelayanan administrasi, pendidikan, pemeliharaan gedung, peralatan dan perlengkapan. Rumah Sakit berbentuk swasta dimiliki dan diselenggarakan oleh Yayasan, yang sudah disahkan sebagai badan hukum; dan badan hukum lain (Perseroan Terbatas).

Penyelenggaraan Rumah Sakit di lingkup Departemen Kesehatan diharapkan agar sesuai dengan arah pembinaan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, perlu didukung dengan organisasi yang efektif. Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan menjelaskan bahwa Rumah Sakit merupakan Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen Kesehata yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.

Untuk mendirikan Rumah Sakit diperlukan izin sesuai dengan Pasal 1 butir 6 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/MENKES/PER/I/2010 tentang Perizinan

46

Rumah Sakit bahwa “Izin mendirikan Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk mendirikan Rumah Sakit setelah memenuhi persyaratan untuk mendirikan”. Sedangkan Izin operasional Rumah Sakit adalah izin yang diberikan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan setelah memenuhi persyaratan dan standar.

Menurut Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit bahwa “Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau swsta.” Untuk Rumah Sakit yang didirikan oleh swasta harus berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang perumahsakitan. Dikecualikan bagi Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh badan hukum yang bersifat nirlaba (Yayasan).

Pasal 3 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Dan Prasarana Rumah Sakit menjelaskan bahwa “Persyaratan teknis Bangunan dan Prasaranan Rumah Sakit harus memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan dan kesehatan kerja penyelenggaraan Rumah Sakit”.

Selain penyelenggaraan dan persyaratan teknis Rumah Sakit, Akreditasi Rumah Sakit menjadi penting dalam penyelenggaraan Rumah Sakit. Hal ini dilakukan untuk melindungi masyarakat terhadap mutu pelayanan Rumah Sakit. Pasal 3 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 34 tahun 2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit menjelaskan bahwa Setiap Rumah Sakit wajib terakreditasi. Akreditasi ini bertujua untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dan melindungi keselamatan pasien Rumah Sakit.

47

Dokumen terkait