• Tidak ada hasil yang ditemukan

2011 2012 2013 2014 2015 1 Rumah tangga pengguna air

Dalam dokumen B. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 45-50)

bersih (%) 94,30 95,40 98,30 98,33 98,40

2 Rumah tangga pengguna listrik

(%) 97,15 95,00 95,60 99,00 99,96

3 Rumah tangga ber-Sanitasi (%) 65,12 74,28 81,65 88,27 88,90 4 Rumah layak huni (%) 90,92 91,24 91,73 93,64 94,42

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan, 2015

2.3.1.1.5. Urusan wajib Ketenteraman, ketertiban umum, dan

perlindungan masyarakat

Stabilitas sosial dan politik adalah prasyarat terhadap tumbuh kembang investasi, infrastruktur, teknologi maupun tenaga kerja. Untuk meningkatkan antisipasi terhadap ancaman stabilitas keamanan Pemerintah Kabupaten Sleman juga koordinasi dengan BIN, Intel Kodim, Intel Kejaksaan, dan Intel Polres melalui forum Kominda (Komunitas Intelijen Daerah). Peran aktif deteksi dini komunitas intelijen sangat diperlukan untuk menciptakan stabilitas keamanan terutama pelaksanaan Pilkada tahun 2015 hingga proses pelantikan Bupati dan Wakil Bupati.

Tantangan utama stabilitas sosial dan politik adalah memelihara kebhinekaan Indonesia agar tetap menjadi faktor yang menginspirasi, memperkaya dan menguatkan Indonesia dalam mencapai visi pembangunan. Konsolidasi demokrasi diharapkan dapat menguatkan lembaga-lembaga demokrasi yang mampu memelihara keanekaragaman menjadi berkah yang besar untuk Indonesia juga untuk Kabupaten Sleman dimana masyarakatnya merupakan masyarakat multikultur dengan banyaknya perguruan tinggi yang berlokasi di wilayah Kabupaten Sleman. Konflik berbau SARA, aksi terorisme dan separatisme berpotensi menjadi komoditas politik sehingga deteksi dini atas potensi kerawanan harus dilakukan.

Kondisi politik, benturan antar kelompok masyarakat dalam penyelenggaraan maupun paska Pilkada, isu radikalisme dapat mengganggu pembangunan, dan stabilitas keamanan. Terkait hal tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Gangguan Keamanan Dalam Negeri. Kementerian Dalam Negeri juga telah mengeluarkan SE MENDAGRI NO:

RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 46

330/3757/SJ tentang Petunjuk Pelaksanaan Tindak Lanjut Undang- Undang Nomor 7 Tahun 2012.

Iklim daerah yang kondusif perlu diciptakan salah satunya melalui pembinaan politik daerah dan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP. Fungsi deteksi dini, cegah dini dan lapor cepat perlu dibangun tidak hanya di komunitas intelejen tetapi juga tiap individu masyarakat. Sehingga kepercayaan publik terhadap jaminan keamanan pemerintah meningkat. Pencapaian upaya yang telah dilakukan tersebut seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.38

Kegiatan Pembinaan Organisasi dan Politik Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

No Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Kegiatan pembinaan terhadap

LSM, Ormas dan OKP(kali) 4 4 2 2 3

2 Kegiatan pembinaan politik

daerah (kali) 3 4 12 2 2

Sumber : Kantor Kesatuan Bangsa, 2015

Dalam hal pelaksanaan kewenangan penanganan gangguan ketentraman dan ketertiban umum dalam 1(satu) daerah kabupaten, dilakukan oleh anggota Polisi Pamong Praja dan anggota Linmas Kabupaten Sleman.

Tabel 2.39

Rasio jumlah Polisi Pamong Praja dan Linmas per 10.000 penduduk Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

No Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Per 10.000 penduduk (%)

0,632 0,686 0,736 0,736 1,4

2

Rasio Jumlah Linmas Per 10.000 penduduk (%)

64,24 60,60 59,40 58,67 54,72

Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja , 2015

Apabila dilihat dari rasio dan jumlah anggota Satuan Polisi Pamong Praja di bandingkan dengan jumlah peduduk Kabupaten Sleman terdapat kekurangan personil anggota dari idealnya antara 250 s/d 400 orang, kenyataannya sekarang baru terdapat 153 orang, jumlah Satuan Polisi Pamong Praja ini sudah termasuk Satuan Polisi Pamong Praja di Kecamatan dan Banpol 10 orang direkrut melalui outsourching. Jumlah anggota Linmas berkurang karena banyak yang sudah pensiun. Rata-rata jumlah linmas per desa ada 74 orang. Presentase tingkat penyelesaian K3 (ketertiban, ketentraman, keindahan) di Kabupaten Sleman pada tahun 2014 dan 2015 sebesar 100%.

RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 47

Pelanggaran Peraturan Daerah dari tahun 2013 hingga 2015 menurun karena selalu diadakan pembinaan dan sosialisasi Peraturan Daerah kepada masyarakat. Dari jumlah pelanggaran sebanyak 533, sidang ditempat 177, sidang di Pengadilan Negeri 124. Sebanyak 168 mengurus izin setelah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan pembinaan, 5 pengusaha pindah lokasi di luar Sleman dan 59 pengusaha masih dalam pembinaan.

Tabel 2.40

Data Jumlah Pelanggaran Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

No Uraian Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Pelanggaran 560 590 608 584 533

2 Pelanggaran Sidang ditempat 151 163 173 169 177

3 Pelanggaran Sidang di PN 123 109 97 129 124

Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja , 2015

Berkaitan dengan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), jumlah PPNS di Kabupaten Sleman berjumlah 44 orang. Terdiri dari 5 orang di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja dan 39 orang lainnya tersebar di beberapa SKPD di Kabupaten Sleman. PPNS yang berada di SKPD banyak yang sudah menempati jabatan struktural sehingga dalam menjalankan tugas sebagai PPNS tidak aktif karena kesibukan tugas sebagai pejabat struktural. Pembinaan setiap tahun yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja berupa coaching clinic dan pemberdayaan gugus tugas PPNS.

Dalam hal perlindungan masyarakat, Kabupaten Sleman termasuk daerah yang rawan bencana karena terdapat Gunung Merapi dan berada di patahan sesar Opak. Berikut jenis potensi bencana di Kabupaten Sleman yaitu:

1) Erupsi Gunungapi Merapi 2) Aliran/Banjir Lahar

3) Gempa Bumi 4) Gerakan Tanah 5) Angin Puting Beliung 6) Kebakaran

7) Kekeringan

Sedangkan data kejadian bencana di Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut:

RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 48 Tabel 2.41

Data Jumlah Kejadian dan Korban Bencana Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

NO URAIAN DATA Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

1 Jumlah Daerah Rawan

Bencana (desa) 86 86 86 86 86

2 Jumlah Gladi Lapang

Penanggulangan bencana 6 7 8 13 16

3 Penanggulangan Bencana:

- erupsi - - 1 1 -

- gempa bumi - - - 2 -

- banjir - 1 - 3 6

- banjir lahar hujan 7 9 3 3 -

- tanah longsor 2 5 5 9 12

- angin ribut 9 17 23 22 50

- petir 1 - 2 - 5

-Kekeringan 3 5 - - 1

-Kebakaran - - - - 1

4 Jumlah korban jiwa akibat bencana

- erupsi - - - 1 - - gempa bumi - - - - - - banjir - - - 3 - - tanah longsor - - 1 - - -angin ribut - 1 - 1 3 - petir 1 - - - - -Kekeringan - - - - -

Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah, 2015

Berkaitan dengan penanggulangan bencana, Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan Bencana. Beberapa program dan kegiatan yang mendukung berkaitan dengan penanggulangan bencana adalah peta risiko bencana, sosialisasi daerah rawan bencana, operasional dan pemeliharaan Early Warning System (EWS), Pembentukan dan operasional Tim SAR dan Komunitas Peduli Bencana.

2.3.1.1.6. Urusan wajib Sosial

Pelaksanaan urusan sosial diarahkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, penyandang masalah kesejahteraan sosial, perlindungan anak terlantar, korban kekerasan dalam rumah tangga, karang taruna, korban bencana, lansia, dan anak sekolah. Upaya

RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 49

yang telah dilakukan adalah dengan pemberian bantuan, subsidi, pembinaan, pendampingan terhadap anak panti asuhan, penyandang cacat, korban bencana, korban kekerasan, dan lansia rawan sosial. Upaya-upaya yang telah dilakukan tersebut seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 2.42

Indikator Urusan Sosial Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

No Indikator Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1 Sarana sosial: - Panti Asuhan - Panti Jompo - PantiSosial

- Rumah Singgah (girlan & Diponegoro) - Panti cacat 38 24 1 3 2 8 38 24 1 3 2 8 38 24 1 3 2 8 41 26 1 3 2 9 43 27 1 4 2 9 2 PMKS yang memperoleh bantuan sosial (%) 64 68,36 69,31 78,94 79,36 3 Anak Jalanan 19* 91* 19* 35* 34*

Sumber: DinasTenaga Kerja dan Sosial, 2015* Sumber : Dinsos DIY

Kebersamaan dari semua pihak untuk mengurangi angka PMKS, khususnya peran pemerintah daerah, keterlibatan masyarakat, baik secara langsung maupun melalui kelompok-kelompok masyarakat akan membuahkan hasil yang maksimal. Terlihat adanya peningkatan dari tahun 2014 ke 2015 pada sarana sosial yaitu sebesar 41 menjadi 43. Untuk PMKS tahun 2014 hingga tahun 2015 juga terjadi peningkatan yaitu dari 78,94% menjadi 79,36%. Untuk anak Jalanan dari peningkatan yang terjadi pada tahun 2013 sebesar 19 menjadi 35 pada tahun 2014, lalu pada tahun 2015 dapat ditekan menjadi 34.

2.3.1.2. Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar

2.3.1.2.1. Urusan Wajib Tenaga Kerja

Pembangunan bidang ketenagakerjaan dewasa ini masih menghadapi berbagai permasalahan antara lain tingginya pencari kerja (penganggur), terbatasnya penciptaan dan perluasan kesempatan kerja, serta rendahnya produktivitas kerja.

Pelaksanaan urusan ketenagakerjaan diarahkan sebagai upaya pengurangan pengangguran dan melindungi tenaga kerja maupun perusahaan. Angka pengangguran adalah salah satu indikator penting untuk kesejahteraan ekonomi masyarakat, sehingga menjadi ukuran kinerja pemerintah.

RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 50

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) merupakan rasio antara banyaknya Angkatan Kerja dengan banyaknya Penduduk Usia Kerja. TPAK pada tahun 2014 sebesar 65,09% dan meningkat menjadi 68,68% pada tahun 2015.

Pencari kerja yang ditempatkan adalah angka dari jumlah tenaga kerja yang ditempatkan baik melalui Antar Kerja Lokal (AKAL), Antar Kerja Daerah (AKAD) maupun Antar Kerja Negara (AKAN). Dari pencari kerja terdaftar, pencari kerja yang ditempatkan menunjukan angka 97,58% di tahun 2014, dan 94,52% di tahun 2015. Pengangguran merupakan indikator bahwa terjadi kesenjangan antara pertambahan kesempatan kerja dengan pertambahan angkatan kerja. Untuk angka tingkat pengangguran terbuka masih menunjukan angka yang cukup tinggi yaitu 6,17% di tahun 2014, dan 6,12% di tahun 2015.

Persentase penerapan keselamatan dan perlindungan K3 di tahun 2014 dan tahun 2015 sudah mencapai angka 100%. Jumlah perusahaan bertambah yaitu 1.264 perusahaan di tahun 2014 menjadi 1.324 perusahaan di tahun 2015. Angka penyelesaian perselisihan pengusaha dengan pekerja di tahun 2015 sebesar 100% yaitu dari 25 kasus dapat terselesaikan semua. Perkembangan capaian indikator ketenagakerjaan dari tahun 2011-2015 secara jelasnya dapat diamati pada tabel berikut :

Tabel 2.43

Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015

No Indikator Tahun

2011 2012 2013 2014 2015

Dalam dokumen B. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH (Halaman 45-50)

Dokumen terkait