RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 77
2.3.3. Urusan Administrasi Pemerintahan dan Fungsi Penunjang
Urusan Pemerintahan
Pada prinsipnya, urusan administrasi pemerintahan dan fungsi penunjang urusan pemerintahan adalah berbagai kewenangan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka penyelenggaraan tata kelola pemerintahan. Pelaksanaan tata kelola pemerintahan secara umum digambarkan dengan pencapaian pelaksanaan reformasi birokrasi yang berupa indeks reformasi birokrasi. Pada tahun 2015, indeks reformasi birokrasi Kabupaten Sleman masih di angka 61,40, begitu pula hasil penilaian mandiri birokrasi juga masih di angka 68,68. Dari data ini diperoleh gambaran bahwa pemerintah Kabupaten Sleman masih harus bekerja keras dalam rangka melaksanakan 8(delapan) area perubahan yang diamanatkan dalam reformasi birokrasi guna menuju tata kelola pemerintahan yang baik.
Jika indeks reformasi birokrasi masih belum seperti yang diamanatkan hasil penilaian terkait dengan kinerja pemerintahan dan kinerja keuangan sudah dilaksanakan dengan relatif baik. Dalam 5(lima) tahun terakhir, Sleman memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dalam hal penilaian kinerja pengelolaan keuangan dan predikat B+ untuk pelaksanaan kinerja pemerintahan (LAKIP). Indeks Kepuasan Masyarakat pada angka 78,54 dari 79 yang ditargetkan. Persentase keterlibatan publik baru mencapai 76,94 % dari target 96%. Leveling Aparat Pemeriksa Intern Pemerintah Kabupaten Sleman masih di level 2 dari skala 4.
Terkait dengan penggunaan teknologi informasi, jenis layanan masyarakat yang berbasis teknologi informasi masih relatif sedikit dan belum terintegrasi. Dalam era pelibatan masyarakat dan transparansi penyelenggaran pemerintahan ke depan pemerintah Kabupaten Slemn perlu memperbaiki system pelayanan yang lebih baik yang merupakan paduan regulasi, kebijakan, sikap dan perilaku yang didukung oleh penggunaan teknologi informasi yang modern sehingga mampu memberikan respon dan efektivitas yang tinggi dalam pelaksanaan tata kelola pemerintahan. Berikut capaian kinerja urusan administrasi pemerintahan dan fungsi penunjang urusan pemerintahan:
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 78 Tabel 2.68
Capaian Kinerja Urusan Administrasi Pemerintahan Dan Fungsi Penunjang Urusan Pemerintahan Kabupaten Sleman
No Uraian Tahun 2011 2012 2013 2014 2015 1. Indeks Kepuasan Masyarakat 75,34 78,67 78,65 72,77 78,54 2. Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah B B B BB - 3. Opini BPK WTP WTP WTP WTP WTP 4. Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi - - 60,87 60,97 68,68 5. Indeks Reformasi Birokrasi - - - - 61,40 6. Persentase Keterlibatan Publik - - - 82,35 76,94
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
2.4.1.1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Analisis fokus kemampuan ekonomi daerah dilihat dari indikator kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten Sleman selama tahun 2011-2014 mengalami kenaikan sebesar 9,87% per tahun. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita pada tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013, yaitu dari Rp26.544.860,00 menjadi Rp30.263.496,00.
Peningkatan konsumsi rumah tangga per kapita tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya konsumsi barang dan jasa. Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi masyarakat serta perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan selera dan perilaku konsumsi masyarakat.
Meningkatnya pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita lebih banyak ditopang oleh pengeluaran konsumsi non pangan per kapita. Besarnya kontribusi pengeluaran konsumsi rumah tangga non pangan per kapita terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita selama tahun 2011-2015 rata-rata sebesar 52,31%.
Produktivitas total Kabupaten Sleman selama tahun 2011-2015 menunjukkan kenaikan sebesar 10,82% per tahun. Produktivitas daerah tahun 2014 mengalami peningkatan jika dibandingkan tahun 2013, yaitu dari Rp31.783.752,00 menjadi Rp35.715.863,00. Sedangkan produktivitas daerah pada tahun 2015 diasumsikan tidak berubah dari tahun 2014.
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 79
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.69
Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga dan Non Pangan per-Kapita
Kabupaten Sleman Tahun 2011–2015
No Indikator Tahun 2011 2012 2013 2014 2015*) 1 Pengeluaran konsumsi rumah tangga (ADHB)(Rp) 22.925.637 25.552.069 26.544.860 30.263.496 30.263.496 2 Pengeluaran konsumsi non pajak perkapita (ADHB) (%) 52,68 52,59 51,89 51,89 51,89
3 Produktivitas total daerah 25.457.722 29.004.746 31.783.752 35.715.863 35.715.863 Sumber: BPS Kab. Sleman, 2015 *) angka sementara
2.4.1.2. Nilai Tukar Petani
Nilai Tukar Petani merupakan nilai tukar (term of trade) antara barang/produk pertanian dengan barang-barang konsumsi dan faktor produksi yang dibutuhkan petani yang dinyatakan dalam persen. NTP berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung dari perkembangan harga barang yang dijual petani (It) dan barang dan jasa yang dikonsumsi petani (Ib). Apabila harga produk pertanian yang dihasilkan petani naik dengan persentase lebih besar dari persentase kenaikan barang dan jasa yang dibayar petani, dengan asumsi volume produksi tidak berkurang, maka NTP naik dan dengan sendirinya pendapatan petani naik relatif lebih besar dari kenaikan pengeluaran atau terjadi surplus. Dengan demikian secara konseptual, hubungan antara NTP dan pertambahan pendapatan petani sangat erat. Karena pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani. Secara umum ada tiga macam pengertian NTP yaitu:
NTP>100, berarti petani mengalami surplus. Harga produksinya naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik dibanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
NTP=100, berarti petani mengalami impas (breakeven). Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase kenaikan/penurunan harga barang konsumsinya. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 80 NTP<100, berarti petani mengalami defisit. Kenaikan harga barang
produksinya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. S Tingkat kesejahteraan petani pada suatu periode mengalami penurunan dibanding tingkat kesejahtaraan petani pada periode sebelumnya.
Dalam kurun waktu empat tahun, sejak tahun 2012-2015 perkembangan rata-rata NTP subsektor tanaman pangan Kabupaten Sleman dapat dilihat dalam gambar 2.4 Pada tahun 2012 rata-rata NTP subsektor tanaman pangan Kabupaten Sleman sebesar 99,96, kemudian naik menjadi 111,93 pada tahun 2013. Pada tahun 2014 rata-rata NTP subsektor tanaman pangan mengalami sedikit penurunan menjadi 109,41, dan periode Desember 2014-Nopember 2015 rata-rata NTP subsektor tanaman pangan sebesar 109,57. 90 95 100 105 110 115 2012 2013 2014*) des14-nop15 NTP; 99,96 NTP; 111,93 NTP; 109,41 NTP; 109,57 *) angka perbaikan
Gambar 2.4 Grafik Nilai Tukar Petani Kabupaten Sleman Tahun 2012-2015.
Selama periode bulan Desember 2014 sampai dengan bulan November 2015 rata-rata indeks yang diterima petani subsektor tanaman pangan di Kabupaten Sleman sebesar 132,51. Sedangkan rata-rata indeks harga yang dibayar petani subsektor tanaman pangan sebesar 120,94 dengan indeks konsumsi rumah tangga 121,55 dan indeks BPPBM 117,41. Rata- rata nilai tukar petani subsektor tanaman pangan Kabupaten Sleman sebesar 109,57 yang berarti bahwa dalam periode Desember 2014 sampai November 2015 kenaikan bahan pokok kebutuhan rumah tangga dan biaya produksi tanaman pangan tidak melebihi kenaikan harga hasil produksi tanaman pangan, dengan kata lain kesejahteraan petani tanaman pangan mengalami peningkatan (lihat Gambar diatas).
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 81
2.4.1.3. Produktifitas Total Daerah
Produktivitas Total Daerah dihitung untuk mengetahui tingkat produktivitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukkan seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Produktivitas Total Daerah dapat diketahui dengan menghitung produktivitas daerah per sektor (9 sektor) yang merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor. Adapun produktivitas per sektor di Kabupaten Sleman dari tahun 2011-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.70
Produktivitas per Sektor di Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015
No Sektor 2011 2012 2013 2014 2015*)
(juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) % (juta Rp) %
1 Pertanian 979.024 14,60 1.019.264 14,42 1.034.154 13,84 1.027.160 13,05 1.111.987,1 13,42 2 Pertambang an & Penggalian 38.084 0,57 38.636 0,55 39.486 0,53 40.172,6 0,51 43.485 0,52 3 Industri Pengolahan 1.010.358 15,07 1.005.640 14,23 1.055.973 14,13 1.075.466,3 13,66 1.150.740 13,88 4 Listrik,Gas &Air Bersih 61.282 0,91 65.150 0,92 69.343 0,93 71.686,5 0,91 76.064,1 0,92 5 Bangunan 780.153 11,64 827.196 11,70 886.231 11,86 945.557 12,01 989.009,8 11,93 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.526.308 22,77 1.636.136 23,14 1.743.449 23,33 1.858.108 23,60 1.945.857,3 23,48 7 Pengangkut an & Komunikasi 410.324 6,12 433.134 6,13 458.431 6,14 493.830,8 6,27 514.826,6 6,21 8 Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan 715.317 10,67 779.721 11,03 836.345 11,19 919.887,1 11,69 919.887 11,45 9 Jasa-jasa 1.183.251 17,65 1.264.352 17,89 1.348.486 18,05 1.440.038,4 18,29 1.506.632,7 18,18 PDRB 6.704.100 100,0 7.069.229 100,0 7.471.780 100,0 7.871.906,8 100,0 8.287.543,5 100,0 Sumber: BPS PDRB Kab. Sleman, 2015
*) angka sementara
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Pembangunan sarana dan prasarana wilayah atau infrastruktur direncanakan untuk mendukung terwujudnya visi dan misi pembangunan di Kabupaten Sleman. Sarana dan prasarana wilayah pada dasarnya merupakan elemen pendukung bagi berlangsungnya kehidupan suatu wilayah karena masyarakat yang tinggal di suatu wilayah akan membutuhkan sarana prasarana untuk melangsungkan kegiatan. Fasilitas sarana prasarana wilayah tersebut diantaranya :
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 82
2.4.2.1. Perhubungan
Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dari tahun ke tahun semakin menurun, artinya bahwa dengan panjang jalan tetap jumlah kendaraan semakin bertambah sehingga kepadatan kendaraan semakin bertambah. Pertumbuhan jumlah orang/barang yang melalui terminal dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kepemilikan kendaraan pribadi. Rasio panjang jalan dan jumlah orang yang melalui terminal tahun 2011-2015 dapat dilihat tabel berikut:
Tabel 2.71
Rasio Panjang Jalan dan Jumlah Orang/Barang Pengguna Terminal Kabupaten Sleman Tahun 2011-2015
No Indikator
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015
1 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan(km/kend) 0,1309 km/kend 0,1301 km/kend 0,1290 km/kend 0,1232 km/kend 0,006443 km/kend 2 Jumlah orang/barang melalui terminal per tahun
5.641.029 4.463.688 4.254.314 4.068.315 3,882,326
Sumber : Dinas Hubkominfo, 2015
Kabupaten Sleman dari sisi ketersediaan infrastruktur transportasi wilayah ditunjang oleh kondisi jalan dan jaringan jalan yang baik serta terkoneksi dengan pusat-pusat kegiatan vital Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Kawasan Perkotaan Yogyakarta, Bandara Adi Sucipto, Pusat Pendidikan Tinggi, dan lain-lain. Ketersediaan infrastruktur perhubungan didukung dengan beroperasinya Transjogja pada Kawasan Perkotaan Yogyakarta serta keberadaan Bandara Adi Sucipto sebagai pusat transportasi udara Daerah Istimewa Yogyakarta yang terkoneksi dengan moda transportasi kereta api, transjogja, maupun bis antarkota.
Daya saing daerah Kabupaten Sleman didukung oleh Rencana Pengembangan Transportasi Kabupaten Sleman dalam draft Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu: 1. Pengembangan sistem dan jaringan transportasi
a. Pengembangan sistem dan jaringan transportasi darat
i. Pengembangan jaringan pelayanan LLAJ untuk angkutan massal berbasiskan jalan berupa: Jaringan Utama bis berjalur khusus; Jaringan angkutan bis besar; dan Jaringan angkutan pengumpan/feeder (feeder direncanakan pada lokasi stasiun Jombor)
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 83
ii. Sistem dan Prasarana Jalan
Pengembangan jaringan jalan nasional (Jalan Arteri Primer Jalan Strategis Nasional)
Pengembangan jaringan jalan provinsi (Jalan Kolektor Primer)
iii. Pengembangan sistem fasilitas parkir perpindahan moda (park and ride) di pusat kegiatan, stasiun angkutan jalan rel, shelter angkutan massal dan terminal angkutan umum
iv. Pengembangan sistem prasarana angkutan barang berupa penyediaan terminal angkutan barang beserta fasilitas untuk mendukung Kawasan Industri dan kegiatan ekspor impor
b. Pengembangan sistem dan Jaringan Transportasi Perkeretaapian
i. Pengembangan jaringan dan layanan perekerataapian perkotaan yang melayani jalur timur – barat dan utara – selatan;
ii. Stasiun kereta api kecil :
Stasiun Maguwo sebagai pendukung terminal angkutan udara di bandarudara Adisutjipto;
Stasiun Patukan sebagai stasiun penumpang;
Stasiun Kalasan sebagai stasiun barang.
2. Pengembangan outer ringroad khusus angkutan barang sebagai upaya memecah tumpukan kendaraan pada Kawasan Perkotaan Yogyakarta agar kendaraan angkutan ber-tonase besar tidak masuk ke Perkotaan Yogyakarta sehingga dapat memperlancar jalur distribusi dan transportasi.
Pembangunan persilangan garis bidang Gejayan, Kentungan, dan Monjali sebagai upaya menambah kelancaran transportasi Kawasan Perkotaan Yogyakarta.
2.4.2.2. Sarana Perekonomian
Jumlah restoran di Kabupaten Sleman lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah rumah makan. Pada tahun 2014 persentase jumlah restoran sebesar 20,06%, bertambah menjadi 36,37% pada tahun 2015. Sementara itu persentase jumlah rumah makan menurun dari 79,94% pada tahun 2014 menjadi 63,63% pada tahun 2015.
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 II - 84
Persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar pada tahun 2014 adalah Pondok Wisata sebesar 59,53% kemudian menurun menjadi 26,92% pada tahun 2015. Sedangkan pada tahun 2015 persentase jumlah penginapan di Kabupaten Sleman terbesar adalah Hotel Berbintang sebesar 42,31% yang sebelumnya pada tahun 2014 hanya sebesar 7,67%. Kemudian Persentase hotel melati sebesar 32,79% pada tahun 2014 menjadi 30,77% pada tahun 2015. Persentase jumlah restoran dan hotel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.72
Persentase Jumlah Restoran dan Hotel Menurut Jenis Kabupaten Sleman Tahun 2010-2015
No Indikator Tahun
2010 2011 2012 2013 2014 2015