• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lanskap Sejarah Depok Lama

16. Rumah Tinggal

Rumah tinggal kolonial merupakan jenis bangunan bersejarah yang paling mendominasi di daerah Depok Lama. Rumah tinggal tersebut terpengaruh oleh gaya arsitektur modern, klasik dan tradisional. Pengaruh gaya arsitektur modern dapat terlihat dari ciri bangunan yang berbentuk kubus sederhana dengan denah rumah yang tersusun secara geometris dan memakai material alami seperti batu granit dan kali di dinding bagian bawah. Pengaruh gaya arsitektur klasik bisa dilihat dari tata bangunan yang berbentuk simetris, meskipun pada umumnya jarang ditemui pada rumah-rumah di Depok Lama ini. Sedangkan pengaruh gaya arsitektur tradisional terlihat dari bentuk atap limasan yang diadaptasi dari rumah adat Jawa (Triharyati 2005).

Rumah tinggal kolonial di Depok Lama juga telah mengalami penyesuaian bentuk terhadap iklim tropis seperti yang terlihat pada bentukan atap yang dibuat miring agar mudah menurunkan air hujan. Selain itu jendela yang dipakai umumnya berdaun ganda dan berjalusi serta pada bagian atasnya terdapat kanopi yang berfungsi sebagai penghalang air hujan. Sama seperti jendela, bentuk pintu juga berdaun ganda, berjalusi serta berpanil kaca. Dinding rumah sebagian besar dicat putih agar lebih banyak memantulkan cahaya pada siang hari sehingga ruangan menjadi lebih dingin.

Rumah tinggal kolonial di Depok Lama umumnya dibangun di tengah halaman agar tidak berhimpitan antar satu dan lainnya. Pada bagian depan rumah terdapat teras yang atapnya menyatu dengan atap bangunan induk dan biasanya ditopang oleh tiang berbentuk segi 4 atau 8, namun tak jarang pula yang ditopang oleh besi. Terdapat pula bangunanservis yang difungsikan sebagai gudang, kamar mandi, atau kamar tidur pembantu. Daftar rumah tinggal bergaya kolonial di yang masih dapat ditemukan di Depok Lama tertera pada Tabel 9.

Tabel 9 Rumah tinggal bergaya kolonial di kawasan Depok Lama

No Rumah tinggal Keterangan

1 Rumah tinggal Jalan Pemuda No.7

Rumah tinggal ini dimiliki oleh Bapak Yanto, seorang developer di Depok Alam Permai. Rumah dengan pintu utama dan jendela berdaun ganda serta teras di bagian depan ini cenderung kurang terawat ditandai dengan cat yang mengelupas, ubin yang pecah, dan tembok kusam terutama disamping rumah. Pada bagian pintu utama, pintunya terdiri dari 2 lapis, 1 pintu berpanil kayu dengan jalusi dan 1 pintu berpanil kaca. Sekarang rumah ini dipakai sebagai tempat tinggal karyawan Bapak Yanto.

Status: belum BCB. 2 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.11

Rumah milik presiden Gemeente Depok terakhir ini dibangun pada tahun 1930 oleh keluarga Y.M. Jonathans dan diwariskan kepada C.J Jonathans. Saat ini rumah ditinggali oleh anak-anak dan cucunya. Bangunan bercat putih ini terdiri atas gedung utama dan gudang di bagian belakang. Di bagian depan, terdapat sebuah pintu berdaun 2, jendela yang berjalusi, dan teras. Kondisi saat ini masih terawat dengan baik dan bentuk arsitekturnya masih dipertahankan, begitu pula dengan elemen bangunan seperti pintu dan jendela yang masih asli.

Status: inventarisasi cagar budaya BP3 Serang 2011. 3 Kafe Kashanti

Jalan Pemuda No.14

Rumah ini dibangun oleh salah satu marga di Depok Lama di tahun 1930. Kondisi rumah awalnya cukup terbengkalai, hingga kemudian dibeli oleh Bapak Yanto. Saat ini, bangunan terlihat seperti baru setelah dilakukan perbaikan dan penambahan beberapa ruang seperti ruang makan dan kamar di tahun 2013. Bagian yang masih asli hanya terdapat di bagian depan dari samping kanan hingga tengah dan di bagian dapur. Saat ini bangunan difungsikan sebagai kafe.

Status: belum BCB. 4 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.35

Rumah milik keluarga Bacas ini dibangun pada tahun 1930 dan diarsiteki oleh Wed C.S. Mencik. Rumah bercat kuning yang masih terawat dan arsitekturnya terlihat asli ini kemudian difungsikan sebagai play group (Sekolah Katarsis Indonesia). Rumah bernomor 35 ini tergolong unik, terutama di bagian depan yang mengadopsi gaya art deco dengan menempatkan banyak jendela di bagian depan. Rumah ini pernah

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

direnovasi terutama pada atap dan lantainya sedangkan bagian lainnya masih tetap.

Status: belum BCB. 5 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.39

Rumah keluarga bermarga Samuel ini di bangun pada tahun 1930. Rumah ini memiliki atap berbentuk limasan dan teras depan yang menyatu dengan bagian utama bangunan. Saat ini, kondisi rumah masih terawat dengan bentuk dan fasad bangunan yang masih dipertahankan asli meskipun telah mengalami penggantian dibeberapa bagian. Sekarang, rumah ini telah beralih fungsi menjadi kantor kontraktor dan tepat disebelahnya terdapat rumah yang dihuni oleh anak dari Frans Samuel.

Status: belum BCB. 6 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.45

Rumah yang dibangun tahun 1930 oleh keluarga Loen, saat ini diwarisi oleh anaknya, Anton E. Loen. Rumah ini memiliki atap limas dan pada teras bagian depan terdapat sebuah pintu berdaun ganda, serta 2 buah jendela kaca yang berpatri dengan motif bunga. Di samping teras, terdapat kamar tidur dengan jendela kayu berjalusi. Kondisi bangunan masih sangat terawat dan fasadnya masih terlihat asli. Pada bagian kiri bangunan, terdapat ruang servis yang difungsikan sebagai dapur.

Status: belum BCB. 7 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.48

Rumah ini didirikan oleh Margaretha Yuliana Leander Bacas tahun 1920 untuk anaknya, Vanda M. Rasan. Rumah seluas 400 m ini memiliki halaman depan dan belakang yang cukup besar yang menjadikan rumah ini tepat berada di tengah-tengahnya. Rumah ini pernah disewakan serta mengalami renovasi dan mengalami penambahan ruangan. Saat ini, bangunan dalam keadaan terawat dan fasad bangunann sebagian besar masih asli. Di bagian depan, terdapat teras rumah yang atapnya ditopang oleh 2 pilar.

Status: belum BCB. 8 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.50

Rumah keluarga Leander-Bacas ini dibangun tahun 1932, dan saat ini ditempati oleh Nancy Leander Bacas, anak dari Margaretha Yuliana Leander Bacas. Rumah yang bentuk arsitekturnya masih asli ini kondisinya terawat, hanya beberapa bagian saja yang sudah

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

berganti seperti pagar kecil di depan teras dan tembok di bagian samping. Rumah ini memiliki halaman yang cukup luas dan dikelilingi oleh tembok pembatas. Di bagian depan terdapat teras kecil dan sebuah pintu masuk berdaun ganda serta terdapat sebuah jendela yang berkanopi.

Status: belum BCB. 9 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.51

Rumah peninggalan salah satu marga Depok Lama ini dibangun pada 1920, dan saat ini dimiliki oleh Yayasan GPIB, dikhususkan sebagai rumah dinas bagi Pendeta GPIB Immanuel. Kondisi fisik bangunan masih terawat dan asli yang terlihat dari fasad bangunannya. Di bagian depan, rumah terlihat memilki pintu berdaun ganda dan 2 buah jendela yang kesemuanya berpanil kaca, sedangkan dibagian samping terdapat jendela kayu dengan lubang angin yang khas.

Status: belum BCB. 10 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.52

Rumah yang dibangun tahun ±1900 ini awalnya merupakan tempat tinggal dari salah satu Marga di Depok Lama. Rumah bergaya kolonial ini terdiri dari bangunan utama dan paviljoen yang memanjang ke belakang yang berfungsi sebagai kamar pembantu. Kondisi fisik bangunan masih terawat dan asli, tidak mengalami perubahan bentuk pada fasad bangunannya. Rumah yang kerap dipakai sebagai lokasi syuting ini dimiliki oleh anak dari Ibu Sardimun.

Status: inventarisasi cagar budaya BP3 Serang 2011. 11 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.67

Rumah tinggal yang dibangun pada 1930 ini merupakan peninggalan milik keluarga Tholense. Bangunan masih terlihat asli, namun dibeberapa bagian terlihat sedikit kerusakan seperti pada atap teras di bagian depan. Renovasi pernah dilakukan untuk menurunkan bagian atapnya. Rumah ini sekarang ditempati oleh Edward Tholense yang merupakan cucu dari Tholense.

Status: belum BCB. 12 Rumah tinggal

Jalan Pemuda No.78

Rumah tua ini terletak di bagian ujung Jalan Pemuda. Sejarah bangunan ini tidak diketahui secara pasti dikarenakan tidak ada yang menempati. Kondisi rumah dengan atap limas dan teras dibagian luar ini dalam kondisi kosong, tidak terawat, namun masih dapat dikenali sebagai bangunan bergaya kolonial. Kerusakan

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

terjadi pada bagian atap, lantai, dan jendela. Status: belum BCB.

13 Rumah tinggal Jalan Kamboja No.8

Rumah tinggal milik keluarga Soedira ini dibangun pada tahun 1920 dan kemudian diwariskan kepada anaknya yaituTina Soedira. Oleh Tina rumah ini dijual kepada Franky Loen dan sempat mengalami renovasi. Kondisi bangunan saat ini cukup terawat dan terkesan baru. Meskipun demikian, bentuk arsitektur bangunan masih tetap dipertahankan, terlihat dari bentuk depan rumah yang masih dihiasi dengan jendela yang panjang, dan teras dengan tiang penyangga.

Status: belum BCB. 14 Rumah tinggal

Jalan Kamboja No.10

Rumah ini dibangun oleh keluarga Bapak Edward Soedira di tahun 1902 dan kemudian diwariskan kepada anak mereka. Secara keseluruhan rumah dengan halaman yang cukup luas ini tergolong asli dengan material bilik bambu serta tiang kayu yang masih asli. Selain itu bentuk jendela dan pintu pun belum diganti. Renovasi yang pernah dilakukan hanya sebatas pada penggantian atap atau tembok yang melapuk. Rumah ini dikelola oleh Ibu Sarmonah dengan beberapa anak- anaknya yang telah berkeluarga.

Status: belum BCB. 15 Rumah tinggal

Jalan Jambu No.10

Rumah tinggal dari keluarga Isakh diperkirakan dibangun pada 1919-1930. Pemilik saat ini adalah Ibu Indah. Adapun kondisi bangunan masih terawat dengan baik. Bangunan utama rumah ini terletak di bagian kiri sedangkan di sebelah kanan terdapat beberapa kamar. Selain itu, rumah dikelilingi halaman yang cukup luas dan sering dipakai sebagai lokasi syuting karena bangunannya dinilai masih asli.

Status: belum BCB. 16 Rumah tinggal

Jalan Flamboyan No.7

Rumah milik keluarga Loen ini diperkirakan dibangun pada 1919-1920 oleh keluarga David Loen. Rumah dengan teras yang memiliki relung di bagian pinggir dindingnya ini tergolong masih sangat terawat, namun fasadnya cukup berubah. Perubahan terutama di bagian

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

pagar depan teras, serta penambahan atap yang digunakan sebgai tempat parkir. Rumah ini sekarang ditempati oleh Anita Loen yang merupakan salah satu anggota YLCC.

Status: belum BCB. 17 Rumah tinggal

Jalan Flamboyan No.11

Rumah yang dibangun tahun 1919-1920 tersebut merupakan milik keluarga Loen yang saat ini ditempati oleh Yohan Loen. Rumah berbentuk persegi panjang dengan atap limas dan teras di bagian depan ini terlihat masih terawat dan baru saja dicat hijau. Elemen bangunan dan bentuk arsitekturnya masih dipertuan- kan asli. Baik jendela maupun pintu belum pernah dirubah bentuknya.

Status: belum BCB. 18 Rumah tinggal

Jalan Flamboyan No.23

Sejarah rumah ini belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan milik marga Loen yang dibangun sekitar 1919-1930. Sama seperti rumah-rumah tua lainnya, rumah ini juga memiliki teras namun ditopang oleh 3 tiang penyangga. Selain itu, jendela bagian depan memiliki jalusi. Bangunan masih asli dan dalam kondisi terawat hanya saja sudah tidak berpenghuni.

Status: belum BCB. 19 Rumah tinggal

Jalan Kartini No.18

Rumah peninggalan dari salah satu marga di depok lama ini dibangun pada tahun 1930. Kepemilikan rumah saat ini dimiliki oleh Dr. Erlang dan selain dipakai sebagai tempat tinggal juga dipakai sebagai tempat praktek. Kondisi bangunan masih terawat dan arsitektur bangunanya masih asli dengan elemen bangunan yang tidak banyak diubah. Di bagian depan, terdapat 2 buah jendela yang salah satunya dapat dibuka, berdaun ganda, dan memiliki pintu masuk utama terletak di samping kiri bangunan. Selain itu, atapnya berbentuk limas dengan sudut kemiringan yang tajam, sedangkan dinding rumah dicat dengan warna putih dan cukup tinggi.

Status : inventarisasi cagar budaya BP3 Serang 2011. 20 Rumah tinggal

Jalan Kartini No.42

Rumah ini dibangun oleh Martinus Bacas ditahun 1920. Rumah yang berlokasi di pinggir Jalan Kartini pernah terkena pelebaran jalan hingga bagian depan rumah terpaksa dipotong dan terpaksa dialihkan ke bagian samping rumah.

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

Sekarang, rumah ini dihuni oleh Matheus Stefanus Bacas beserta anak dan cucunya. Adapun bentuk bangunan termasuk asli dan masih terawat. Jendela di bagian depan memeliki jalusi sedangkan jendela kamarnya terbuat dari kayu dan berdaun ganda.

Status: belum BCB. 21 Rumah tinggal

Jalan Citayam Raya No 10

Rumah yang dibangun tahun 1917 ini awalnya merupakan rumah tinggal milik orang Belanda yang kemudian dibeli oleh keluarga Jonathans. Bangunan ini berbentuk L dengan pintu masuk terletak dibagian kiri. Kondisi fisik bangunan sedikit mengalami kerusakan pada beberapa bagian, namun bentuk arsitektur dan elemen bangunan masih asli, hanya beberapa bagian saja yang pernah diganti seperti atap dan penambahan pagar di bagian depan. Rumah ini dihuni oleh Jheery Jonathans.

Status: belum BCB. 22 Rumah tinggal

Jalan Siliwangi No.11

Rumah yang dibangun tahun 1930 ini dibangun oleh keluarga Otto Misseyer. Tahun 2013, rumah ini dijual dan kondisi rumah saat ini masih terawat dan arsitekturnya masih asli. Ciri khas rumah ini yaitu terdapat elemen batu didinding bawah, dinding bangunan tinggi, dan banyak memiliki jendela. Rumah ini tengah direnovasi dan dalam keadaan tak berpenghuni.

Status: belum BCB. 23 Rumah tinggal

Jalan Mawar No.8

Rumah ini dibangun tahun 1930 oleh salah satu keturunan marga di Depok Lama. Kondisi bangunan masih terawat dengan bentuk arsitektur dan elemen bangunan yang masih asli seperti jendela berjalusi. Halaman rumah cukup rindang dengan adanya beberapa pohon rambutan. Perubahan hanya terdapat di bagian luar yaitu dengan penambahan sekat didepan kamar depan yang sudah disewakan. Rumah ini ditempati oleh Petrus Arfani.

Status: belum BCB. 24 Rumah tinggal

Jalan Mawar No.14

Rumah tinggal ini merupakan peninggalan dari keluarga Isakh dan diperkirakan dibangun pada tahun 1930. Saat ini, rumah ditempati oleh Bapak Matilda Isakh. Kondisi bangunan terlihat bersih karena belum lama dicat dan dikelilingi oleh pagar dibagian luar.

Lanjutan Tabel 9

No Rumah tinggal Keterangan

Renovasi pada bangunan pernah dilakukan namun bentuknya masih dipertahankan tetap.

Status: belum BCB.

25 Rumah tinggal Jalan Mawar No.16

Rumah yang dibangun pada tahun 1930 ini merupakan milik keluarga Jonathans. Rumah tersebut kemudian diwariskan kepada anaknya, Samuel Joseph Jonathans. Kondisi bangunan saat ini agak kurang terawat dan beberapa bagian seperti teras depan dan atap bagian samping yang mulai rusak. Meskipun demikian, bentuk arsitektur bangunan masih asli dan tidak mengalami banyak perubahan.

Status: belum BCB.

Sumber gambar: survey lapang 2014

Kebijakan Pelestarian Lanskap Sejarah Kawasan Depok Lama

Kebijakan pelestarian yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok dalam hal ini Dinas Pemuda Olahraga Pariwisata Seni dan Budaya (Disporaparsenbud) Kota Depok berpedoman pada Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 tentang Benda Cagar Budaya (BCB). Kegiatan yang telah dilakukan terkait kawasan lanskap sejarah Depok Lama sejauh ini baru sampai pada inventarisasi data untuk mengidentifikasi, mendokumentasi, dan mengetahui jumlah elemen lanskap sejarah yang masih tersisa di kawasan tersebut. Kegiatan inventarisasi ini dilakukan pada tahun 2013 dan melibatkan Depok Herritage Community

didalamnya. Hasil inventarisasi kemudian dibukukan kedalam “Dokumentasi dan Inventarisasi Cagar Budaya Kota Depok” yang selanjutnya menjadi database bagi keberadaan situs atau bangunan-bangunan bersejarah di Kota Depok (Disporaparsenbud 2013). Disporaparsenbud berkoordinasi pula dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang dalam kegiatan pendataan ini.

Berdasarkan data inventarisasi, terdapat 40 elemen lanskap sejarah yang tersebar di Depok Lama yang berhubungan dengan Cornelis Chastelein dan keluarga ke 12 marga Depok. Dikarenakan statusnya yang sebagian besar milik perorangan dan sebagian besar pemilik belum mendaftarkannya, maka secara otomatis belum ditetapkan sebagai benda cagar budaya, sehingga pihak Disporaparsenbud belum dapat melakukan tindakan apa pun yang berhubungan dengan pelestarian atau pengelolaannya. Mereka belum memiliki wewenang untuk mengatur penggunaan dari elemen lanskap sejarah yang ada. Saat ini, Disporaparsenbud tengah mengupayakan kepada pemerintah agar semua bangunan dan situs yang telah diinventarisasi, termasuk juga kawasan Depok Lama untuk dapat disahkan oleh undang-undang sebagai situs dan bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Sehingga dimasa mendatang, tidak ada lagi bangunan

bersejarah yang dihancurkan karena alasan ekonomi, mahalnya perawatan, dan sebagainya, melainkan nantinya keberadaan bangunan tersebut diharapkan dapat menjadi sumber perekonomian bagi masyarakat sekitar.

Pengelolaan elemen lanskap sejarah di Depok Lama dapat dikategorikan menjadi beberapa golongan yaitu oleh pemerintah, YLCC, warga masyarakat (pemilik bangunan bersejarah), dan lainnya. Pemerintah Kota Depok mengelola elemen lanskap sejarah berupa Jembatan Panus, Tahura Depok, Sumur Pancoran Mas, dan Situ Pancoran Mas yang sudah dimiliki oleh mereka. Pihak YLCC umumnya mengelola bangunan-bangunan milik bersama (communal bezit)

keluarga ke 12 marga asli Depok yang meliputi: Gedung YLCC, GPIB Immanuel, RS. Harapan Depok, Lapangan Olahraga YLCC, Pemakaman Kamboja, SDN 02 Pancoran Mas, SMA Kasih, dan tiang telepon di Jalan Kartini. Lanskap sejarah berupa rumah tinggal bergaya kolonial dikelola oleh perorangan (pemiliknya masing-masing). Sedangkan elemen lanskap sejarah lain seperti stasiun dan depo listrik dikelola oleh PT. KAI, dan gedung kantor pos dikelola oleh PT. POS Indonesia.

Assesment Lanskap Sejarah Depok Lama

Assesment yang dilakukan terhadap lanskap sejarah di Depok Lama terdiri dari penilaian keaslian (originality) dan keunikan (uniqueness) dengan menggunakan berbagai kriteria serta nilai yang terbagi kedalam 3 kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penilaian ini dilakukan dengan melihat kawasan Depok Lama secara keseluruhan yang kemudian dibandingkan dengan peta Depok tahun 1924 sebagai dasar acuan. Selanjutnya, hasil penilaian keaslian dan keunikan tersebut dispasialkan dan dioverlay untuk mengetahui tingat signifikansi sejarahnya. Hasil signifikansi kemudian dispasialkan kembali dan dioverlay dengan peta penggunaan lahan untuk melihat apakah penggunaan lahan sudah sesuai dengan karakteristik lanskap sejarahnya. Hal ini penting guna mengetahui apakah kawasan atau elemen lanskap sejarah yang ada dalam kondisi terancam atau tidak. Selanjutnya, kompostit kedua peta tersebut dipakai sebagai pertimbangan dalam penentuan upaya pelestarian.

Kawasan Depok Lama yang merupakan kawasan bertipe pemukiman kolonial dapat dikelompokkan secara lebih rinci kedalam 3 zona berdasarkan jenis penggunaan lahan oleh masyarakat tempo dulu mengacu pada peta Depok Lama tahun 1924. Zona I dengan luas 39 ha dikategorikan sebagai wilayah pusat

Gemeente Depok dan awal pemukiman di Depok Lama. Terdapat beberapa elemen lanskap penting yang menjadi pusat keagamaan seperti gereja, pusat pendidikan berupa sekolah, bangunan pemerintahan seperti gemeente huis, serta rumah tua berada di wilayah ini. Meskipun pusat pemerintahan dan keberadaan rumah tua lebih terkonsentrasi di Jalan Pemuda, Jalan Kartini, dan Jalan Siliwangi, namun pembagian batas pada bagian barat zonasi yang dipilih adalah rel kereta (spoorweg), bukan Jalan Kartini. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa di sekitar rel kereta terdapat infrastruktur berupa stasiun dan sentral listrik yang masih satu kesatuan dengan Depok Lama. Sedangkan di bagian selatan dan timur, batas yang dipilih adalah jalan-jalan lingkungan yang dekat dengan elemen lanskap sejarah.

Selanjutnya, zona II seluas 44 ha adalah wilayah perkembangan pemukiman penduduk Depok Lama. Beberapa rumah tua ditemukan di wilayah ini dan menjadi bukti bahwa pemukiman yang ada berkembang dari Jalan Pemuda ke sekitar Jalan Kamboja, dan selanjutnya menyebar ke wilayah lain. Dasar penentuan batas untuk zona II mengikuti bentukan spasial dari perkampungan Depok Lama tahun 1924, yang dibatasi oleh Jalan Kamboja dan Jalan Cempaka di sebelah barat, serta batas alami berupa Sungai Ciliwung di bagian timur.

Zona III seluas 79 ha merupakan area yang awalnya berupa lahan pertanian, rawa, dan cagar alam, yang kemudian berkembang menjadi pemukiman padat seperti saat ini. Penentuan batas pada zona ini ditujukan agar elemen lanskap sejarah yang letaknya cukup berjauhan dapat tercakup dalam satu kawasan. Oleh karena itu, Jalan Dewi Sartika dan Jalan Pitara di utara, rel kereta di bagian timur, Kali Krukut di sebelah barat, dan Jalan Cagar Alam di bagian selatan, dipilih menjadi batas pada zona III. Secara spasial, zonasi Depok Lama dapat dilihat pada Gambar 30

Gambar 30 Peta pembagian zona penilaian lanskap sejarah kawasan Depok Lama Nilai Keaslian (Originality) Lanskap Sejarah Depok Lama

Penilaian keaslian lanskap sejarah dilakukan dengan memakai beberapa kriteria yang diadaptasi dari Haris dan Dines (1988) sebagai parameter untuk menentukan tingkat keaslian, yang terdiri dari kondisi bangunan, pola pemukiman, pola penggunaan lahan, dan jalur sirkulasi. Setiap kriteria yang ada memiliki bobot rendah, sedang, dan tinggi, yang kemudian diakumulasikan dan dibagi kedalam rentang kelas tertentu untuk dapat dinilai tingkat keasliannya. Penilaian keaslian (originality) lanskap sejarah kawasan Depok Lama tertera pada Tabel 10 dan secara spasial dapat dilihat pada Gambar 31.

Tabel 10 Penilaian keaslian lanskap sejarah kawasan Depok Lama No Kriteria keaslian Lanskap sejarah Depok Lama

Zona I Zona II Zona III

Dokumen terkait