• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab V Simpulan dan Saran

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.3. Rumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Komisaris Independen padaTax Avoidance

Good Corporate Governance adalah sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Komisaris Independen merupakan bagian yang sangat penting dalam menjalankan good corporate governance karena Komisaris Independen ini dapet mengawasi agar good corporate governance ini dapat dilaksanakan dngan baik. UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Komisaris Independen diangkat berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS) dari pihak yang tidak terafiliasi dengan pemegang saham utama, anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris lainnya.

Komisaris Independen ini sangat penting keberadaannya di perusahaan, karena komisaris ini dapat meminimalkan konflik kepentingan yang disebabkan oleh asimetris informasi yang terjadi di dalam perusahaan yang melibatkan pihak agen dan principal dalam perusahaan tersebut. Selain itu keberadaan Komisaris Independen ini juga dapat menjalankan fungsi sebagai pengawas bagi komisaris internal dalam perusahaan tersebut, maupun sebagai pengawas bagi operasional perusahaan tersebut bagaimana perusahaan dijalankan apakah agar sesuai dengan

Manurut Fadilla Rachmithasari (2015) jika komisaris independen bertambah maka penghindaran pajak akan mengalami penurunan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa komisaris independen yang merupakan bagian dari dewan komisaris melakukan fungsi pengawasan yang cukup baik terhadap manajemen perusahaan. Hasil yang negatif menunjukkan bahwa keberadaan peningkatan komisaris independen dapat mencegah terjadinya penghindaran pajak. Penelitian yang dilakukan Fadilla Rachmithasari (2015) memperoleh hasil Komisaris Independen bepengaruh negatif terhadap tax avoidance. Berdasarkan penjelasan dan hasil penelitian terdahulu maka hipotesis pertama penelitian ini adalah.

H1: Komisaris Independen berpengaruh negatif padaTax Avoidance. 2.3.2. PengaruhLeveragepadaTax Avoidance

Semakin tinggi leverage suatu perusahaan maka menunjukkan semakin tinggi ketergantungan perusahaan tersebut untuk membiayai asetnya dari pinjaman atau hutang dari pihak luar. Sedangkan sebaliknya semakin kecil leverage di perusahaan tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai asetnya dengan modalnya sendiri.

Leverage menggambarkan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Leverage dihitung dari total utang dibagi dengan total aset. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan lebih banyak bergantung pada utang dalam membiayai aset perusahaan. Utang bagi perusahaan memiliki beban tetap yang berupa beban bunga. Semakin besar utang yang dimiliki perusahaan maka beban bunga yang harus dibayarkan juga semakin tinggi. Perusahaan yang memiliki utang tinggi akan mendapatkan insentif pajak

berupa potongan atas bunga pinjaman sehingga perusahaan yang memiliki beban pajak tinggi dapat melakukan penghematan pajak dengan cara menambah utang perusahaan (Suyanto dan Suparmono, 2012). Karena memiliki leverage yang tinggi dan terdapat beban bunga yang harus di bayar maka perusahaan akan berusaha melakukan penghindaran pajak agar beban yang dimiliki perusahaan dapat berkurang. Penelitian terkait leverage pernah dilakukan oleh Fadilla Rachmithasari (2015) yang menemukan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap tax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya maka hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah.

H2:Leverageberpengaruh Positif padaTax Avoidance. 2.3.3. PengaruhSizepadaTax Avoidance

Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan besar dan kecil menurut berbagai cara seperti total aktiva atau total aset perusahaan, nilai pasar saham, rata-rata tingkat penjualan, dan jumlah penjualan. Sudarmadji dan Sularto (2007) semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam dan semakin besar perputaran uang.

Perusahaan yang memiliki sumber daya (asset) yang besar memiliki banyak sumber informasi yang lebih canggih. Kelebihan-kelebihan tersebut memugkinkan perusahaan besar mampu untuk mengatur perpajakannya dengan melakukantax planning. Perusahaan yang memiliki aset yang besar juga memiliki system pengendalian internal yang kuat. Semakin besar perusahaan cenderung mempunyai manajemen dan sumber dana yang baik dalam menjalankan

perusahaan. Perusahaan yang memiliki manajemen yang baik maka sumber daya yang dimiliki akan dapat melakukantax planningyang baik sehingga beban pajak yang harus di bayarkan bisa berkurang. Beberapa penelitian terdahulu sudah ada meneliti mengenai pengaruh size pada tax avoidance yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ngadiman (2014) ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang dilakukan Calvin Swingly (2014) menemukan bahwa ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif padatax avoidance. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah.

H3:Sizeberpengaruh positif padaTax Avoidance.

2.3.4 Pengaruhcapital intensity ratio padatax avoidance

Capital intensity ratiosering dikaitkan dengan seberapa besar aktiva tetap dan persediaan yang dimiliki perusahaan. Rodiguez dan Arias (2012) menyebutkan bahwa aktiva tetap yang dimiliki perusahaan memungkinkan perusahaan untuk memotong pajak akibat depresiasi dari aktiva tetap setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat aktiva tetap yang tinggi memiliki beban pajak yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang rendah.

Liu dan Cao (2007) menyebutkan bahwa metode penyusutan aset didorong oleh hukum pajak, sehingga biaya depresiasi dapat dikurangkan pada laba sebelum pajak. Dengan demikian semakin besar proporsi aktiva tetap dan biaya depresiasi modal, perusahaan akan mempunyai effective tax rate yang rendah. Lebih lanjut, Sabli dan Noor (2012) menjelaskan bahwa perusahaan yang

mempunyai aset tetap yang tinggi cenderung melakukan perencanaan pajak, sehingga mempunyai effective tax rate yang rendah. Penelitian terkait capital intensity ratio pernah dilakukan oleh Subakti (2012) yang menemukan bahwa capital intensity ratio berpengaruh positif pada penghindaran pajak, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Richardson dan lanis (2007) yang menemukan capital intensity ratio berpengaruh positif pada tax avoidance. Berdasarkan uraian teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis keempat penelitian adalah sebagai berikut.

Dokumen terkait