• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.3. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang mendukung terjadinya gengsi dalam perkawinan orang Batak Toba?

2. Bagaimana bentuk gengsi yang ada di dalam perkawinan orang Batak Toba?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian pasti memiliki sasaran agar tercapainya tujuan dan menghasilkan manfaat. Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dalam penelitian ini adalah:

5 Jurnal Uang Nai’: Antara Cinta dan Gengsi oleh Sri Rahayu & Yudi, Universitas Jambi 14 Juli 2015 diakses 3 April 2016.

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apa-apa saja yang mendukung terjadinya gengsi dalam sistem perkawinan orang Batak Toba serta untuk mengetahui seperti apa bentuk-bentuk gengsi yang terjadi dalam sistem perkawinan orang Batak Toba seperti uang maharnya (sinamot), gedung pernikahan, baju pengantin dan seragam, mobil pengantin, pelaminan, catering yang menjadi persiapan dan pelakasaan saat pesta pernikahan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini dari segi akademis semoga berguna dan dapat menjadi bahan bacaan maupun refernsi bagi mahasiswa, dosen dan pihak akademis lainnya dalam menambah wawasan khususnya dalam bidang ilmu Antropologi.

Penelitian ini juga semoga bermanfaat bagi masyarakat khususnya orang Batak Toba agar dalam melaksanakan sistem perkawinan tidak harus ada gengsi tetapi lebih kepada yang bersifat kekeluargaan.

1.5 . Metode Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan adalah metode etnografi dengan mendeskripsikan suatu kebudayaan (Spradley, 2007:3). Seperti yang diungkapkan oleh Spardley (2007:3) bahwa:

“tujuan utama aktivitas ini adalah untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli”.

sehingga diharapkan melalui metode entografi ini dapat terungkapnya

fenomena-penyebab terjadinya gengsi dalam sistem perkawinan orang Batak. Cara penulis mengumpulkan data dalam penelitian ini antara lain:

Observasi Partisipasi

Menurut Spradley, tujuan dari observasi adalah memahami pola, norma dan makna dari perilaku yang diamati, serta peneliti belajar dari informan dan orang-orang yang diamati. Peneliti dalam melakukan teknik observasi partisipasi bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai gejala yang ada di lapangan.

Pada umumnya teknik observasi partisipasi bertujuan untuk melihat gejala-gejala fenomena sosial yang ada di dalam suatu masyarakat. Sehingga melalui observasi ini seorang peneliti diharapkan mampu memahami permasalahan atau kejadian secara mendalam ketika berada di lapangan. Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara6.

Dalam melakukan wawancara peneliti mendapatkan jawaban atau keterangan langsung dari seorang informan. Menurut Spradley informan yang baik memiliki lima persyaratan, yaitu: (1) enkulturasi penuh, (2) keterlibatan langsung, (3) suasana budaya tidak dikenal, (4) waktu yang cukup, dan (5) non-analitis (Spradly 2006:68). Selain memiliki persyaratan, informan sendiri dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya menggunakan pedoman wawancara, tetapi juga peneliti menggunakan alat rekaman dan juga kamera untuk membantu jalannya penelitian dan sebagai bukti dokumentasi atas penelitian ini.

6 Wawancara adalah percakapan tanya jawab dengan pertanyaan yang sudah ada (terstruktur) dan intens (sering) dan dilakukan pada seseorang ataupun kelompok masyarakat.

Peneliti atau orang yang bertanya disebut dengan interviewer dan yang menjawab pertanyaan disebut denggan informan.

Data Sekunder

Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan data sekunder seperti mengutip dari buku, tesis,dan jurnal.

1.6 Pengalaman Penelitian

Sebenarnya agak sulit untuk mendapatkan informan di Kota Medan apalagi terkait gengsi yang ada dalam sebuah pernikahan karena belum tentu semua informan mau memberitahu apa-apa saja yang menjadi persiapan dalam sebuah pernikahan dengan alasan itu adalah rahasia keluarga. Tapi disisi lain yang mempunyai acara pernikahan sebenarnya juga ingin menunjukkan kepada para undangan kalau mereka sebenarnya mampu membuat sebuah pesta yang meriah buat anaknya.

Berangkat dari membuka facebook saya melihat postingan dari senior Antro angkatan 2005 yang mengunggah foto acara martumpol abangnya. Ketika itu saya berpikir kira-kira keluarga kakak ini bersedia tidak kalau dijadikan sebagai informan skripsi saya. Akhirnya saya putuskan untuk men-chat kak Kartika dan saya tanyakan boleh tidak saya penelitian waktu pernikahan.

Bersyukur ternyata kak Kartika mau membantu saya dan mengijinkan untuk melakukan penelitian saat abangnya menikah.

Tanggal 6 Agustus 2016 acara pernikahan abangnya kak Kartika diselenggarakan. Lokasi pesta dibuat di Wisma Taman Sari yang terletak di jalan Kapten Muslim. Sebelum saya ke pesta saya menghubungi kak Kartika terlebih dahulu untuk memberi tahu kalau saya akan datang. Setelah mendapatkan balasan

“ya” lalu saya berangkat ke sana. Sesampai di Wisma Taman Sari saya melihat

banyak papan bunga yang berderet ditujukan untuk kedua mempelai. Saya tidak langsung masuk ke dalam wisma karena saya belum tahu posisi kak Kartika ada dimana. Saya memlilih duduk di luar gedung dekat parkiran mobil sembari menunggu balasan sms dari Kak Kartika. Cukup lama saya menunggu, lebih dari satu jam tetapi tetap saja saya tidak berani untuk masuk, sementara waktu sudah semakin sore. Akhirnya kak Kartika membalas sms saya dan mengatakan kalau dia ada di lantai dua dibagian nasional. Segera saya melangkahkan kaki untuk naik ke lantai dua.

Sampai di atas saya menemui kak Kartika sebagai bentuk perkenalan dan kakak itu mengijinkan saya untuk melakukan pengamatan selama pesta berlangsung dan mempersilahkan saya untuk makan. Sebenarnya saya merasa canggung untuk melakukan pengamatan dan rasanya juga tidak etis jika langsung melakukan wawancara saat itu karena saya belum membangun rapport dengan keluarga kak Kartika sendiri. Akhirnya saya hanya melakukan pengamatan baik di acara nasional dan adat yang berlangsung di bawah dengan janji akan menghubungi kakak itu lagi setelah pesta.

Keterbatasan saya sebagai peneliti yang bukan warga medan membuat sedikit lamanya mendapat informan. Untungnya kakak Marth Intan kerabat dari Antropologi 2012 akan melangsungkan pernikahan di bulan Oktober tepatnya ditanggal 5 Oktober 2016 dan Marth pun mengajak saya untuk melakukan penelitian saat pesta kakaknya.

Pesta kakaknya Marth diadakan di Wisma Menteng Indah yang terletak di jalan Menteng. Wisma dengan cat berwarna pink tersebut cukup besar tetapi

kurangnya dibagian parkiran. Kurang luasnya parkiran gedung membuat sebagian para undangan memarkirkan mobilnya di pinggir jalan dan menimbulkan kemacetan. Sampai di gedung saya dan kawan-kawan yang lain langsung mencari Marth dan bersalaman dengan mamanya Marth untuk mengucapkan selamat dan turut berbahagia. Lalu Marth menyarankan kami untuk naik ke lantai dua agar kami bisa mendapat nasi kotak begitu katanya.

Penelitian selanjutnya saya lakukan di wisma Taman Sari diacara pernikahan Kak Ester Sibarani. Awal untuk memulai penelitian saat itu saya merasa takut karena saya belum konfirmasi untuk minta ijin melakukan penelitian. Berbekal dengan keyakinan dan modal nekat kalau akan mendapatkan izin maka saya pun berangkat ke sana. Sesampainya disana saya langsung menemui orangtua dari salah satu pengantin yang ternyata itu adalah orangtua pengantin perempuan. Lalu saya mulai perkenalan diri dan menjelaskan maksud serta tujuan saya datang. Sebenarnya saat itu deg-degan sekali takut tidak dapat izin, tetapi ternyata saya diizinkan. Tidak lupa saya meminta nomor hp orangtau Kak Ester yang tak lain adalah namboru saya karena mamanya boru Silitonga, satu marga dengan saya. Setelah mendapatkan nomor telepon dan diizinkannya saya melakukan penelitian di pesta, maka saya pun sudah lebih tenang dan dapat mengamati proses perkawinan dan adat dari Kak Ester Sibarani dan Bang Yohanes.

Saat melakukan penelitian yang menjadi kendala saya adalah kurangnya kemampuan saya dalam berbahasa daerah (Batak Toba) sehingga saat pesta banyak kata-kata ataupun istilah yang lain yang menggunakan bahasa Batak.

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Medan meerupakan ibukota dari salah satu provinsi yang ada di Indonesia, yaitu Provinsi Sumatera Utara. Medan menjadi salah satu kota nomor tiga yang terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Lokasi yang berdekatan dengan Malaysia dan Singapura menjadikan kota Medan dengan posisi yang strategis dalam hal perekonomian.

2.1. Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan berdiri pada tanggal 1 Juli 1950. Secara geografis Kota Medan terletak pada koordinat wilayah Kota Medan berada antara 3o30’ – 3o43’

LU dan 98o35’ – 98o44’ BT dengan luas wilayah 265,10 km2. Medan memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

Batas Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka Batas Selatan : Kabupaten Deli Serdang

Batas Timur : Kabupaten Deli Serdang Batas Barat : Kabupaten Deli Serdang Berikut gambar peta Kota Medan:

Gambar 2.1: peta kota Medan, sumber : google

Pada tahun 1951 Walikota Kota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951 yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas dan pada akhirnya Kota Medan memiliki 21 kecamatan yang mencakup 151 kelurahan. Berikut kecamatan Kota Medan7:

1. Kecamatan Medan Tuntungan 12. Kecamatan Medan Amplas 2. Kecamatan Medan Selayang 13. Kecamatan Medan Area 3. Kecamatan Medan Helvetia 14. Kecamatan Medan Maimun 4. Kecamatan Medan Barat 15. Kecamatan Medan Baru

7 http://www.pemkomedan.go.id/ diakses pada 04 Januari 2017 diakses pada 20.37

5. Kecamatan Medan Timur 16. Kecamatan Medan Sunggal 6. Kecamatan Medan Tembung 17. Kecamatan Medan Petisah 7. Kecamatan Medan Labuhan 18. Kecamatan Medan Johor 8. Kecamatan Medan Belawan 19. Kecamatan Medan Denai 9. Kecamatan Medan Perjuangan 20. Kecamatan Medan Kota 10. Kecamatan Medan Deli 21. Kecamatan Medan Polonia 11. Kecamatan Medan Marelan

2.2. Kota Medan Secara Demografis

Kota Medan memiliki keberagaman penduduk baik dalam suku, agama, ras, budaya dan adat istiadat yang berbeda dan sangat beragam. Demografi kota Medan yang selalu berubah setiap tahunnya membuat Medan menjadi salah satu kota yang terbuka.

Tabel 1: Jumlah penduduk kota Medan menurut BPS Kota Medan tahun 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun jumlah penduduk kota Medan semakin meningkat. Kota Medan sebagai tempat tujuan untuk merantau untuk melanjutkan pendidikan, bekerja dan lain sebagainya.

Demografi kota Medan baik dari kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan arus perpindahan penduduk (migrasi), perpindahan urbanisasi penduduk mempengaruhi kebijakan kependudukan yang ada.

2.3. Sistem Kepercayaan di Kota Medan

Masyarakat kota Medan memiliki beranekaragam sistem kepercayaan yang dikarenakan keberagaman etnik yang ada di kota Medan, misalnya suku Jawa pada umumnya beragama Islam, dan suku Batak Toba serta Batak Karo memeluk agama Kristen (Protestan dan Katolik). Tidak hanya agama Islam dan Kristen yang ada di kota Medan namun Budha, Hindu, dan Kong Hu Chu juga diantut oleh masyarakat yang ada di Kota Medan. Selain kepercayaan yang diakui oleh negara, masyarakat kota Medan juga menganut sistem kepercayaan yang diwariskan dari nenek moyang dahulu, yaitu Malim di suku Batak Toba dan Pemena yang ada di Batak Karo. Meskipun memiliki banyak sistem kepercayaan di dalamnya justru membuat masyarakat kota Medan saling menghormati dan toleransi antar sesama umat beragama.

2.4. Sistem Mata Pencaharian di Kota Medan

Medan memiliki kekayaan sumber daya alam yang cukup banyak seperti dari sektor sektor pertanian dan perkebunan menambah potensi menjadi pusat perdagangan.

Penduduk yang beraneka ragam juga mempengaruhi sistem mata pencaharian di kota Medan. Sebagian besar penduduk kota Medan memiliki mata pencaharian sebagai pegawai baik pegawai negeri maupun pegawai swasta. Selain itu penduduk kota Medan juga membuka usaha (wiraswasta) baik dalam bentuk barang, makanan maupun jasa.

Latar belakang etnik sangat mempengaruhi sistem mata pencaharian masyarakat di Kota Medan. Etnik Tionghoa, etnik Minang, etnik Jawa pada umumnya bermata pencaharian sebagai pedagang atau wiraswasta. Etnik Toba dan etnik Karo lebih banyak bermata pencaharian sebagai penjual jasa seperti sopir. Tetapi ada juga sebagian dari masing-masing etnis tersebut mewakili di bangku pemerintahan.

2.5. Sistem Sosial

Penduduk kota Medan hidup di beraglomerasi, hal ini bisa dilihat dari berbagai lokasi yang ada di kota Medan, sebagai contoh misalnya untuk wilayah kawasan Padang Bulan kebanyakan penduduk yang berdomisili di daerah tersebut adalah suku Batak Karo. Wilayah Mandala dan Sisingamangaraja kebanyakan yang mendiami adalah suku bangsa Batak Toba, sedangkan suku bangsa Tiongkok tinggal di wilaya pusat kota Medan.

Organisasi berdasarkan suku juga banyak berdiri di kota Medan, yang menunjukkan tidak adanya budaya yang dominan dari suku tertentu di Kota Medan. Organisasi-organisasi berdasarkan etnik begitu mudahnya berdiri di Medan seperti yang ada di setiap kampus, misalnya: FORMAN (Forum Mahasiswa Nias) yang anggotanya adalah mahasiswa Nias yang kuliah di USU, IMABATOB (Ikatan Mahasiswa Batak Toba) merupakan kumpulan mahasiswa suku Batak Toba yang ada di USU.

Selain organisasi berdasarkan kesukuan, banyak juga organisasi yang berdiri berdasarkan satu kampung halamannya. Kesamaan kampung halaman menjadikan seseorang memiliki ikatan emosional yang sama dan peduli dengan kampung halamannya. Berbagai bentuk organisasi berdasarkan kampung halamannya seperti: IMAJAKSEK (Ikatan Mahasiswa Jakarta dan Sekitarnya) atau Ikatan Mahasiswa Padang Sidempuan (IMAKO PASID)8.

2.6. Bahasa Pengantar dalam Kehidupan Kota Medan

Bahasa pengantar yang digunakan oleh penduduk kota Medan adalah bahasa Indonesia. Pada umumnya masyarakat menggunakan bahasa pengantar bahasa Indonesia kepada orang yang baru di kenal atau saat melakukan interaksi, tetapi mereka akan menggunakan bahasa dari suku masing-masing saat sudah kenal atau berada dalam satu kelompok etniknya.

Berbeda ketika berada di Bandung, kebudayaan dominan di sana begitu terasa. Penduduk asli maupun pendatang pasti akan mengikuti cara berbicara saat

berada di sana, dan ketika sudah tinggal cukup lama semakin terasalah kebudayaan dominan tersebut dikarenakan penduduk pendatang pun akhirnya bisa berbahasa Sunda karena pada umumnya masyrakat di sana memakai bahasa Sunda dalam berinteraksi di kehidupan sehari-hari.

2.7. Sistem Pengetahuan

Kota Medan termasuk dalam 5 kota terbesar yang ada di Indonesia dan termasuk dalam kota yang cukup maju menjadikan kota Medan sebagai daerah untuk mengadu nasib baik untuk mencari pekerjaan, melanjutkan pendidikan, membuka usaha dan lain sebagainya.

Pendidikan menjadi penting bagi sebagian besar masyarakat dikarenakan dengan mendapatkan pendidikan yang baik berarti bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Pendidikan di kota Medan cukup bagus terbukti dengan adanya dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yaitu: USU (Universitas Sumatera Utara) dan UNIMED (Universitas Negeri Medan), tidak hanya itu saja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) juga sudah banyak berdiri di kota Medan.

BAB III

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDUKUNG GENGSI DALAM PERKAWINAN SUKU BATAK TOBA

3.1. Pendidikan

Dulu prinsip hidup pada umumnya dalam masyarakat Batak Toba adalah banyak anak banyak rejeki. Anak dalam hal ini lebih bersifat kepada nilai ekonomi dimana orangtua yang memiliki banyak anak berarti memiliki harapan kepada anak tersebut agar bisa membantu pekerjaan orangtua seperti pekerjaan di ladang, di sawah atau pekerjaan rumah tangga misalnya mengurus adik-adiknya, memasak, mencuci atau membersihkan rumah. Nilai ekonomi yang berada dalam diri si anak tersebut bukan nilai jual seperti kepada suatu barang tetapi lebih kepada kontribusi tenaga yang dapat diberikan untuk keluarganya.

Banyaknya penduduk Indonesia membuat pemerintah memiliki program

“Dua anak lebih baik” agar dapat mengontrol laju pertumbuhan penduduk yang ada di Indonesia. Pemahaman-pemahaman yang diberikan kepada masyarakat agar memiliki anak yang sedikit salah satunya adalah pentingnya pendidikan untuk anak-anak.

Pendidikan menjadi penting didalam kelompok masyarakat dikarenakan pendidikan merupakan jalan yang harus ditempuh seseorang agar memiliki nasib yang baik. Tidak hanya itu dengan pendidikan anak-anak diajarkan sikap dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi suku Batak Toba saat ini mendapatkan pendidikan menjadi hal yang utama yang harus didapatkan anak-anak. Oleh sebab itu tidak sedikit para orangtua suku Batak Toba yang rela menjual apa saja dan mendukung anaknya jika tujuan utamanya untuk sekolah. Tidak heran jika anak-anak Batak Toba sudah mulai merantau meski mereka masih kecil agar memperoleh pendidikan yang lebih baik.

Ajang pendidikan menjadi suatu gengsi didalam masyarakat Batak Toba.

Ketika seorang anak berhasil mendapatkan pendidikan yang baik maka dengan bangganya orangtua akan menjawab pertanyaan jika anaknya ditanya sekolah dimana. Tidak hanya itu, orangtua yang lain pun menjadi membuat perbandingan kepada anaknya dengan anak tetangganya atau sanak saudaranya sendiri. Jika sang anak mampu menyelesaikan masa pendidikannya dengan baik (lulus cepat, dapat ranking, jadi siswa terbaik, mahasiswa cumlaude) maka orangtua semakin bangga dengan anaknya tersebut, tetapi ketika anak tersebut gagal, kurang berhasil atau biasa-biasa saja dalam masa pendidikannya maka orangtua pun bisa malu dan menjadi bahan pembicaraan di lingkungan yang ada.

Pendidikan yang sudah menjadi gengsi di dalam suku Batak Toba membuat para orangtua melihat jodoh atau pasangan hidup anaknya juga harus seimbang dalam hal pendidikannya. Pada umumnya orangtua kurang setuju jika anaknya menikah tetapi calon anaknya tidak melanjutkan pendidikannya (misalnya: kuliah). Mereka (orangtua) pada umumnya lebih menyukai jika pasangan anaknya kuliah, karena mereka tidak mau ada yang berpendapat “masa anaknya kuliah tapi menantunya tidak”. Menantu yang mengenyam pendidikan

yang lebih tinggi tidak hanya menaikkan derajat keluarganya, juga menaikkan derajat mertuanya. Sehingga saat akan membicarakan sinamot untuk calon perempuan, pendidikan bisa menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan harga sinamot.

3.2. Profesi

Pekerjaan atau profesi merupakan kegiatan yang dilakukan dan mendapatkan imbalan. Anak yang memiliki pekerjaan yang baik akan membuat orangtua merasa bangga, terlebih jika anak tersebut bekerja di instansi pemerintahan, pelayaran, perbankan, atau perusahaan-perusahaan yang terkenal.

Jika anaknya sudah bekerja maka harapan orangtua untuk anaknya segera menikah semakin tinggi. Orangtua pada umumnya mengharapkan anaknya akan memilih calon pasangan hidup yang juga memiliki pekerjaan. Jika pekerjaannya keduanya bagus maka tak heran jika sinamot-nya juga mahal karena pertimbangan pekerjaannya tadi.

Profesi menjadi sebuah aspek penentu terjadinya gengsi dalam perkawinan suku Batak Toba karena adanya stereotif masyarakat sekitar. Orang-orang akan mudah mencemooh pasangan yang hendak menikah apabila terjadi ketimpangan profesi mereka, misalnya calon suami berprofesi sebagai tentara dan calon istri berprofesi sebagai cleaning service dalam sebuah hotel. Selain itu keluar laki-laki juga akan dicemooh karena tidak memperhatikan status pekerjaan calon menantunya. Hal ini sebenarnya yang menyebabkan tingginya gengsi penikahan

pernikahan yang baik itu adalah pernikahan yang didasarkan atas rasa cinta dan kasih sayang. Ketimpangan profesi antara calon pasangan keluarga tidak menjadi masalah apabila kehidupan keluarga tersebut nantinya didasarkan oleh cinta kasih.

Stereotif masyarakat dalam kehidupan masyarakat Batak Toba memang sangat berpengaruh khususnya dalam pernikahan dengan membanding-bandingkan profesi yang dimiliki oleh kedua mempelai.

3.3 Faktor budaya

3.3.1 Suku

Beragam suku bangsa yang ada di Indonesia membuat semakin beragam juga penduduknya. Indonesia yang memiliki jumlah 300 kelompok suku bangsa dan memiliki lebih dari 1000 suku bangsa yang ada dengan persentase terbesar adalah suku Jawa9.

Perbedaan budaya yang dimiliki oleh masing-masing suku menjadikan keberagaman tersendiri bagi Bangsa Indonesia baik dalam bahasa, adat istiadat, sistem pengetahuan, sistem perkawinan dan lain sebagainya. Salah satu yang menarik adalah sistem perkawinan setiap suku yang ada. Ada banyak aturan dan tata cara yang harus dilewati setiap mempelai untuk melaksanakan suatu proses perkawinan. Perkawinan dianggap penting dan sakral karena menentukan garis keturunan selanjutnya.

9 https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bangsa_di_Indonesia diakses pada 03 Januari 2017 jam 23.57

Pada umumnya suku Batak Toba akan menikah dengan pariban-nya karena dianggap yang paling ideal dalam perkawinan orang Batak, selain mengambil perempuan dari marga lain (sesama orang Batak Toba) atau kelompok lain tetapi mereka melarang jika ada perkawinan yang berasal dari satu kelompok marganya. Sekarang ini masih ada suku Batak Toba yang masih menginginkan perkawinan dengan sesama sukunya. Mereka menganggap bahwa perkawinan sesama suku Batak Toba lebih baik karena jika mereka harus mengambil menantu dari luar sukunya pasti harus menjalani dua kali adat dan belum tentu menantunya dapat mengerti dan menerima dengan adat yang ada didalam suku Batak Toba.

Meskipun sudah ada yang mendukung dan mengijinkan perkawinan dari luar kelompok sukunya akan tetapi tetap saja pernikahan sesama suku Batak Toba lebih dirasa ideal.

3.3.2. Agama

Agama di Indonesia yang diakui oleh negara ada enam, yaitu: Islam, Kristen (Protestan dan Katolik), Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Selain keenam agama ini masih banyak kepercayaan-kepercayaan dari masyarakat sekitar kita, misalnya saja Malim dan Pemena. Pada umumnya suku Batak Toba beragama Kristen Protestan dan Kristen Katolik.

Agama bagi suku Batak sendiri merupakan bagian dari kehidupan yang sangat penting karena termsuk dalam falsafah hidup suku Batak Toba itu sendiri.

Satu agama (seiman) menjadi penting dalam memlilih pasangan hidup dalam pada suku Batak Toba. Jika ada yang menjalin hubungan (pacaran) dengan yang

Dokumen terkait