Dari uraian tersebut maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan yang timbul:
1. Apa saja ayat-ayat yang berbicara tentang konsep penciptaan manusia serta bagaimana penafsirannya menurut para mufassir ?
2. Bagaimana konsep penciptaan manusia dalam teknologi kedokteran ? 3. Bagaimana relasi konsep penciptaan manusia dalam Alquran dengan
konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran ? D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang konsep penciptaan manusia.
2. Untuk mengetahui konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran.
3. Untuk mengetahui apakah sesuai konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran dengan konsep penciptaan manusia dalam Alquran.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil yang dicapai dalam penelitian ini diharapkan:
1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi strata 1 (S1) di jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.
2. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan keilmuan peneliti.
3. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang berarti bagi para pemerhati masalah konsep penciptaan manusia di dalam Alquran ditinjau dari teknologi kedokteran.
4. Sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan informasi dan juga menambah khazanah keilmuan.
F. Penjelasan Judul
Untuk memudahkan pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud judul yang penulis kemukakan yaitu ‖ Konsep Penciptaan Manusia Di dalam Alquran Ditinjau Dari Teknologi Kedokteran”, maka berikut ini akan penulis berikan penjelasan istilah untuk lebih mengkonkritkan pembahasan. Adapun istilah yang di maksud adalah:
1. Konsep adalah rancangan dasar dari sebuah tulisan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.21 Konsepsi adalah pendapat, paham, padangan, pengertian, cita-cita yang terlintas (ada) dalam pikiran.
Konsep juga mempunyai beberapa pengertian:
a. Konsep berarti ide umum, pengertian, rancangan, atau rencana dasar.
b. Konsep berarti gambaran mental dari objek proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.22
2. Penciptaan berasal dari kata dasar cipta yang berarti kesanggupan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang kreatif. Kata ini kemudian mendapatkan imbuhan menjadi penciptaan yang berarti proses, cara atau perbuatan menciptakan.23
3. Manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).24 Kata manusia dalam Alquran disebut dengan an – Nas Yang memiliki arti manusia, Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani adalah jasad yang terdiri dari unsur yang bersifat meteri seperti susunan organ tubuh, sedang unsur yang kedua adalah imateri tidak nampak yaitu ruh. Antara jasmani dan ruh mempunyai hubungan yang erat dalam membentuk manusia seutuhnya,
21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet. 4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 588.
22Eis Dahlia, Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam al-Ghazali, repository.radenintan.ac.id pdf, (diakses 01 November 2019).
23 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…, h. 215.
24 Ibid, h. 714.
ia disebut manusia apabila adanya ruh atau keduanya bersatu.25 Manusia yang dimaksud disini adalah manusia yang berada di bumi dan manusia setelah Nabi Adam.
4. Alquran secara etimologi diambil dari kata
بًَا ْرُق َٔ َ - ًَةَء َرِق َ - َُأَرْقَي َ - ََأ َرَق
yangberarti sesuatu yang dibaca. Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Secara terminologis Alquran adalah firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.26
5. Teknologi adalah aktifitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, pengobatan atau kedokteran, perdagangan dan lain-lain. Ia juga dapat didefenisikan sebagai kaedah atau proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik termaju seperti menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih dan lain-lain.27
6. Ilmu kedokteran merupakan bagian dari ilmu biologi, termasuk ilmu pengetahuan alam, hanya saja mempelajari masalah penyakit dan segala persoalannya. Orang yang menguasai ilmu ini disebut dokter yang
25 Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur‟an,…, h. 119-120.
26 Anshari, Ulumul Qur‟an: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2013), h. 17-18.
27 Abdurrahman R. Effendi & ing. Gina Puspita, Membangun Sains & Teknologi Menurut Islam, (Jakarta: Giliran Timur, 2007), h. 2.
kemudian menjadi profesinya.28 Saat ini ilmu kedokteran telah mengalami banyak perkembangan dan dibagi kedalam berbagai spesialis.
Ilmu kedokteran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah USG (Ultrasonografi). Ultrasonografi adalah teknik diagnostik untuk pengujian struktur badan dalam yang melibatkan formasi bayangan dua dimensi dengan gelombang ultrasonik.29
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka maksud judul di atas adalah membahas penciptaan manusia di dalam Alquran dengan mengemukakan beberapa pendapat mufasir kemudian melihat bagaimana relasinya dengan ilmu kedokteran.
G. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah melakukan pengkajian secara seksama dan menyeluruh terhadap karya tulis yang pernah dipublikasikan berkenaan dengan judul yang diangkat dalam penelitian.30
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ahmad Syahrudin Asis Mahasiswa Uin Alauddin Makassar, dengan judul Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/ 23: 12-14 (Kajian Tahlili dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran). Dalam penelitian ini Ahmad Syahrudin terfokus mengkaji analisis tahlili Q.S. al-Mu‘minun/ 23: 12-14, dengan membahas syarah kosakata, asbab an-nuzul ayat, munasabah ayat dan pendapat-pendapat para mufassir tentang ayat tersebut. Lalu membahas tentang pertumbuhan dan
28 Ahmad Syahrudin Asis, ―Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/23: 12-14 (Kajian Tahlili Dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran)‖, Jurnal UIN Alaudin Makassar, (diakses 15 Mei 2019).
29 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…, h. 1242.
30 Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,…, h. 121.
perkembangan janin menurut ilmu kedokteran, membahas hubungan antara kajian tahlili mengenai proses penciptaan manusia dalam Q.S. al-Mu‘minun/
23: 12-14 dengan pertumbuhan dan perkembangan janin menurut ilmu kedokteran.31
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas proses penciptaan manusia dengan pendekatan ilmu kedokteran. Adapun perbedaannya ialah skripsi yang ditulis oleh Ahmad Syahrudin Asis hanya membahas proses penciptaan manusia dalam Q.S. al-Mu‘minun/ 23: 12-14, sedangkan penulis membahas proses penciptaan manusia dalam Q.S. al-Hajj: 5, al-Mu‘minun: 12-14 dan al-Mursalat: 20-23.
Pendekatan ilmu kedokteran dalam skripsi Ahmad hanya dibahas secara umum, sedangkan penulis memfokuskannya pada teknologi Ultrasonografi.
Intan Suryani Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya, dengan judul Studi Literatur: Konsep Pembentukan Janin dalam Perspektif Alquran dan Sains. Dalam penelitian ini Intan Suryani terfokus mengkaji penciptaan manusia melalui biologi yang tercantum dalam Q.S al-Mu‘minun ayat 12-14 dan ensiklopedi berjudul Pregnancy day- by- day karya Dr. Maggie Blott.
Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan komparatif.32
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas penciptaan manusia. Adapun perbedaanya dengan skripsi
31 Ahmad Syahrudin Asis, ―Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/23: 12-14 (Kajian Tahlili Dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran)‖, Jurnal UIN Alaudin Makassar, (diakses 15 Mei 2019).
32 Intan Suryani, ―Studi Literatur: Konsep Pembentukan Janin dalam Perspektif Alquran dan Sains‖, Jurnal PGSD (JPGSD), Vol. 07 No. 06, tahun 2019, h. 3648.
yang penulis bahas adalah terletak pada ayat yang dibahas dan pendekatan yang digunakan, penulis menggunakan pendekatan ilmu kedokteran sedangkan skripsi yang ditulis Intan menggunakan pendekatan komparatif, yaitu membandingkan Penciptaan Manusia dalam Q.S. al-Mu‘minun/ 23: 12-14 dengan ensiklopedi Pregnancy day- by- day karya Maggie Blott.
Muhammad Chamdan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Walisongo, dengan judul Penafsiran Ibnu ‗Asyur Terhadap ayat-ayat Penciptaan Manusia (Studi Analisis Kitab Tafsir Tahrir wa al-Tanwir).
Penelititian ini terfokus mengkaji penciptaan manusia menurut ibnu ‗Asyur yang merupakan mufasir kontemporer yang melakukan terobosan penafsiran jenis ‗ilmi.33
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas penciptaan manusia. Adapun perbedaannya ialah Muhammad Chamdan meneliti penafsiran Ibnu ‗Asyur, sedangkan penulis menggunakan penafsiran Quraish Shihab, al-Maraghi, Hamka dan ash-Shabuni.
Farokhi Ramadhon mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo, dengan judul ‗Alaqah dalam Alquran (Analisis Penafsiran Zaglul al-Najjar dalam Kitab Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‘an al-Karim. Fokus
33 Muhammad Chamdan, Penafsiran Ibnu „Asyur Terhadap ayat-ayat Penciptaan Manusia (Studi Analisis Kitab Tafsir Tahrir wa al-Tanwir), (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2013).
penelitiannya adalah tentang bagaimana penafsiran Zaglul al-Najjar tentang makna ‗alaqah dalam kitab tafsirnya.34
Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas tahap penciptaan manusia dalam Alquran, namun skripsi yang ditulis Farokhi hanya membahas satu fase saja yaitu fase ‗alaqah, sedangkan penulis membahas beberapa fase.
Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia oleh Kiptiyah. Dalam buku ini Kiptiyah menjelaskan bahwa embriologi di dalam Alquran pada dasarnya mengkaji proses-proses penciptaan manusia tahap demi tahap, kejadian demi kejadian dibahas secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami tanpa membedakan tingkat pendidikan seseorang. Proses penciptaan tersebut sebagaimana tersurat di dalam Alquran, mulai dari asal-usul diciptakannya manusia hingga perkembangan manusia di dalam Rahim yang melibatkan tiga proses, yaitu:
nutfah, organogenensis (meliputi pembentukan ‗alaqah, mudhghah, dan pembentukan tulang dan otot) serta tahap perkembangan.35
Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas proses penciptaan manusia. Perbedaannya adalah dalam buku ini tidak dijelaskan pemikiran mufasir yang digunakan, sedangkan penulis menggunakan penafsiran Quraish Shihab, al-Maraghi, Hamka dan ash-Shabuni.
34 Farokhi Ramadhan, „Alaqah dalam Alquran (Analisis Penafsiran Zaglul al-Najjar dalam Kitab Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (semarang: Universitas Agama Islam Negeri, 2016).
35 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia,..., h.
35-37.
Sains Berbasis Alquran oleh Ridwan Abdullah Sani. Dalam buku ini Ridwan mengemukakan pemikiran rasional tentang proses penciptaan diri dan penciptaan alam semesta untuk menambah keimanan. Ridwan menjelaskan bahwa dalam Alquran terdapat tahapan pembentukan calon janin di dalam rahim secara akurat, mulai dari nuthfah, „alaqah, mudhghah, dan akhirnya menjadi janin. Buku ini juga memaparkan tentang penciptaan langit dan bumi, proses evolusi bintang, serta karakteristik bintang yang ternyata sesuai dengan keterangan dalam Alquran.36
Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama-sama membahas penciptaan manusia, namun buku ini tidak hanya membahas penciptaan manusia saja dalam buku ini juga membahas tentang alam semesta. Perbedaannya adalah pendekatan yang digunakan, buku ini menggunakan pendekatan sains secara umum sedangkan penulis menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi.
Penciptaan Manusia: dalam Perspektif Alquran dan Sains oleh Kementerian Agama RI. Buku ini menjelaskan kajian terhadap ayat-ayat kauniyah yang disusun secara tematik, dengan cara menghimpun ayat-ayat yang terkait dengan satu persoalan dan mengkajinya secara komprehensif dengan pendekatan ilmiah. Adapun pembahasan dalam buku ini adalah asal muasal kehidupan, asal muasal manusia, catatan Alquran tentang evolusi
36 Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis AlQuran,.., h. IX-X.
kesadaran insani manusia, penciptaan Adam, Alquran, reproduksi, dan kehidupan manusia, dan manusia sebagai khalifah.37
Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah dalam buku ini juga ada dibahas penciptaan manusia, namun perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan, buku ini menggunakan pendekatan sains secara umum, sedangkan penulis menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka di atas, penulis berkesimpulan bahwa belum ada kajian yang membahas Proses Penciptaan Manusia dalam Alquran dengan menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi. Oleh karena itu, penelitian yang akan penulis kaji ini merupakan hal baru dan masih bisa dilakukan penelitian lebih lanjut.
H. Sistematika Penulisan
Supaya lebih terarahnya penelitian ini, penulis perlu untuk mencantumkan sistematika penulisannya sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.
BAB II : DISKURSUS PENCIPTAAN MANUSIA, meliputi Pengertian Manusia, Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia dalam Alquran dan Ilmu Kedokteran, Ultrasonografi.
37 Kementerian Agama RI, Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains,.., h. XIV.
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, menguraikan tentang Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.
BAB IV : HASIL PENELITIAN, menguraikan tentang ayat-ayat penciptaan manusia, serta hubungan penciptaan manusia dalam Alquran dan ilmu kedokteran.
BAB V : PENUTUP, menguraikan tentang kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DISKURSUS PENCIPTAAN MANUSIA A. Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup yang berjenis kelamin baik laki-laki atau perempuan serta mempunyai bentuk yang tampak sehingga dapat dilihat dan diraba. Manusia terdiri dari dua macam unsur yaitu unsur jasmani dan rohani. Dengan jasmaninya dapat menikmati segala sesuatu yang ada di dunia ini. kemudian dengan rohnya, maka manusia dapat menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui, berkehendak, mencintai, membenci dan sebagainya.38
Menurut kaum spiritualis, manusia adalah realitas yang tersusun atas tubuh dan jiwa (ruh). Ruh atau jiwa bersifat abadi dan tak akan binasa karena kematian, dan kita tahu bahwa agama dan teks-teks Islam menegaskan pandangan ini.39
Menurut kaum materialis, manusia hanya tersusun atas tubuh semata, yang akan rusak karena kematian dan berarti terputusnya kepribadiannya.
Meskipun ada perbedaan pandangan yang sangat besar, ada sesuatu yang disepakati oleh kedua paham tersebut, yaitu ada kenyataan bahwa ada elemen non-material tertentu yang disebut dengan akal.40
Allah telah memberikan kepada manusia suatu alat perlengkapan hidup yang amat istimewa dan hebat, yaitu akal. Muhammad Ali Al-Hamidy dalam bukunya: ―Jalan Hidup Muslim‖ mengatakan, dalam diri manusia
38 Labib dan Rinayati, Makhluk-Makhluk Allah Yang Berperan di Alam Semesta, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2005), h. 251.
39 Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, (Yogyakarta: Al-Ghiyats-Prisma Media, 2004), h. 25.
40 Ibid, h. 26.
terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang Maha besar dari Tuhan, tidak diberikan-Nya kepada makhluk yang lainnya, yaitu akal.
Sekiranya manusia tidak diberi akal, niscaya keadaan dan perbuatannya akan sama saja dengan hewan.
Syahminan Zaini dalam bukunya ―Mengapa Manusia Harus Beribadah‖ menjelaskan bahwa Muhammad Thalib seorang penulis buku yang berjudul ― Manusia Dalam Pandangan Islam‖ mengatakan: …akal itu diakui sebagai alat tertinggi dari peralatan jiwa manusia untuk menerima bahkan mengolah dan mengetengahkannya kembali dalam bentuk ide-ide, rumusan-rumusan dan kaidah-kaidah yang menjadi tempat perjalanan hidup.41
Karena itulah para ahli ilmu pengetahuan mengatakan manusia adalah homo sapiens (binatang yang berfikir). Orang Inggris lebih tegas lagi, mengatakan: animal rational (binatang yang berfikir). Begitu juga Arab, mengatakan:
ٌقِطَنَ ٌناَوَ يَح ُناَسْنِلإَا
(Manusia adalah binatang yang berfikir)
Jadi kalau berfikirnya itu dibuang, maka tinggallah binatangnya.
Berfikir ini adalah dengan akal. Karena itu para ahli ilmu pengetahuan mengatakan: Yang membedakan manusia daripada binatang adalah akalnya.42
41 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beribadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), h.
23-24.
42 Ibid, h. 24.
Allah SWT yang menciptakan manusia itu mengatakan pula, bahwa apabila manusia tidak dapat menggunakan akalnya untuk berfikir, maka keadaannya akan sama saja dengan binatang, bahkan lebih jelek lagi daripada binatang yang sejelek-jeleknya.43 Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A‘raf [7]: 179)
Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa Allah berfirman, Kami bersumpah bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan di dunia ini banyak sekali calon-calon penghuni neraka jahannam yang akan tinggal disana, baik dari bangsa jin maupun manusia. dan begitu pula kami menciptakan calon-calon penghuni surga, sesuai dengan keadilan masing-masing dari dua golongan itu. Lalu diterangkan pula oleh Allah penyebab mereka menjadi calon penghuni jahannam dan sifat-sifat mereka sehingga patut dimasukkan kesana. Sesungguhnya calon-calon penghuni jahannam itu sekalipun punya hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami cara-cara mensucikan jiwa, seperti tauhid yang dapat menghindarkan jiwa dari khurafat
43 Ibid, 24.
dan dongeng-dongeng yang tak masuk akal, dan menjauhkannya dari kehinaan dan kenistaan. Karena orang yang menyembah kepada Allah semata-mata, maka dengan mengenal Allah itu, dia akan meningkat jiwanya.
Sehingga dia tak sudi menghinakan diri dengan berdoa kepada selain Allah, atau takut berharap dan bersandar kepadanya.44 Demikian pula mereka tidak menggunakan hati untuk memahami kehidupan ruhani dan kelezatan-kelezatan maknawi yang dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan abadi. Begitu pula mereka tidak memahami bahwa dengan meninggalkan kejahatan dan kemungkaran dan bertekad untuk melakukan kebaikan-kebaikan itulah pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat.
Demikianlah pula mereka mempunyai mata dan telinga, namun tidak mereka pergunakan untuk memperhatikan dan berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada makhluk-Nya yang mereka lihat, atau tentang ayat-ayatNya yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya yang mereka dengar.
Bukankah diciptakannya telinga bagi manusia itu tidak lain supaya dipergunakan untuk mengambil pelajaran dari setiap yang didengar dan mata supaya dipergunakan untuk mengambil manfaat dari setiap yang dilihat.
Semua itu hanya bisa dilakukan dengan mengarahkan kemauan hati untuk mempergunakan masing-masing telinga dan mata dengan semestinya. Orang-orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, bagaikan binatang ternak, unta, lembu atau kambing. Orang-orang yang dimisalkan sebagai binatang ternak
44 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,…, h. 209-211.
atau lebih sesat lagi itulah orang-orang yang lalai terhadap apa yang memberi kebahagiaan kepada mereka di dunia maupun akhirat.45
ا َشَ انِإ۞
Artinya: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Q.S. Al-Anfal [8]: 22).
Ad-Dawabbu, jamak dari dabbah, artinya setiap yang melata di atas bumi.kata-kata dabbah ini jarang sekali dipakai untuk arti manusia, bahkan pada umumnya dipakai dalam arti binatang kecil dan binatang-binatang tunggangan. Kalau dipakai juga untuk arti manusia, maka hal itu adalah dalam rangka penghinaan. Jadi maksud ayat, sesungguhnya seburuk-buruk yang melata di atas bumi pada hukum dan keputusan Allah ialah orang-orang tuli. Maksudnya, orang-orang-orang-orang yang tidak menggunakan pendengaran mereka untuk mengetahui kebenaran dan memahami nasehat yang baik.
Kesimpulannya, bahwa orang-orang yang dianggap makhluk terburuk itu, karena tidak mau menggunakan telinga, mulut dan akal mereka dengan baik, maka seolah mereka telah kehilangan indera dan potensi tersebut.46
Ayat-ayat tersebut jelas sekali menyatakan, bahwa orang-orang yang tidak dapat mempergunakan akalnya, karena tidak dikembangkan, seperti binatang saja, bahkan lebih jelek daripada binatang yang sejelek-jeleknya.
Karena itu manusia harus dapat mempergunakan akalnya, agar ia terlepas dari ikatan kebinatangan itu, dan agar manusia dapat mempergunakan akalnya, akal itu harus dikembangkan. Mengembangkan akal itu ialah dengan ilmu.
45 Ibid, 112-214.
46 Ibid, 349-350.
Akal yang berilmu itulah yang dapat dipergunakan dan dapat membedakannya daripada binatang itu. Tetapi Allah menyatakan, bahwa akal itu pada mulanya tidak tahu apa-apa (tidak berilmu).47
ُ اللَّٱَو
keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (An-Nahl [16]: 78).Al1ah Ta‘ala menyebutkan berbagai anugerah yang Dia limpahkan kepada hamba-hamba–Nya ketika mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun. Setelah itu Dia memberikan pendengaran yang dengannya mereka mengetahui suara, penglihatan yang dengannya mereka dapat melihat berbagai hal, dan hati, yaitu akal yang pusatnya adalah hati, demikian menurut pendapat yang shahih. Ada juga yang mengatakan, otak dan akal.48 Allah membuat akal bagi manusia sebagai kunci pemahaman dan pembeda antara mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Allah melimpahkan kepadamu, wahai manusia, nikmat-nikmat ini agar kamu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu, dengan menggunakan setiap anggota badan pada fungsinya yang diciptakan untuknya, dan agar kamu dapat menunaikan ibadah kepada Tuhanmu.49
47 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beribadah,..., 25-26.
48 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir,…., jilid 5, h. 216.
49 Wahbah az – Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, jilid 2, Terj: Muhtadi, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 319-320.
Karena itu Allah dan Nabi Muhammad Saw memerintahkan untuk menuntut ilmu, agar akal itu menjadi tahu segala macam hal, mulai dari lahir sampai mati, kemana saja dan dari apa saja. Allah berfirman:
ٓ ٌََو
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.(An-Nahl [16]: 43).
Maksudnya, bertanyalah kepada orang-orang Ahli Kitab terdahulu, apakah para Rasul yang diutus kepada mereka berupa manusia atau Malaikat?
Jika para Rasul itu berupa Malaikat, berarti kalian boleh mengingkari dan jika dari manusia, maka janganlah kalian mengingkari kalau Muhammad Saw adalah seorang Rasul. Mereka bukan penduduk langit seperti yang kalian katakan. Kemudian Allah Ta‘ala menyebutkan bahwa sesungguhnya Dia
Jika para Rasul itu berupa Malaikat, berarti kalian boleh mengingkari dan jika dari manusia, maka janganlah kalian mengingkari kalau Muhammad Saw adalah seorang Rasul. Mereka bukan penduduk langit seperti yang kalian katakan. Kemudian Allah Ta‘ala menyebutkan bahwa sesungguhnya Dia