• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH: NAILIS SA ADAH PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR AN DAN TAFSIR (IAT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "OLEH: NAILIS SA ADAH PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR AN DAN TAFSIR (IAT)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENCIPTAAN MANUSIA DALAM ALQURAN DITINJAU DARI ILMU KEDOKTERAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Pemerolehan Gelar Sarjana ( S1 ) Pada Jurusan Ilmu Al-Qur‟an Dan Tafsir

OLEH:

NAILIS SA’ADAH 4116012

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT) FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH (FUAD)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) 2019

(2)

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Penjelasan Judul ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II DISKURSUS PENCIPTAAN MANUSIA A. Pengertian Manusia ... 16

B. Tujuan Penciptaan Manusia ... 25

C. Proses Penciptaan Manusia Menurut Alquran dan Ilmu Kedokteran ... 29

1. Proses Penciptaan Manusia Menurut Alquran ... 29

2. Proses Penciptaan Manusia Menurut Ilmu Kedokteran ... 38

D. Ultrasonografi ... 45

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 48

B. Metode Penelitian... 48

C. Sumber Data ... 49

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Teknik Analisis Data ... 51

F. Kajian Pustaka ... 52

BAB IV HUBUNGAN PENCIPTAAN MANUSIA DALAM ALQURAN DENGAN ILMU KEDOKTERAN A. Ayat-ayat Tentang Penciptaan Manusia ... 49

(3)

B. Hubungan Penciptaan Manusia dalam Alquran dan Ilmu Kedokteran ... 74

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan... 90 B. Saran ... 93

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses penciptaan manusia dalam dunia kedokteran selalu mengalami perkembangan. Pada masa Plato dan Aristoteles, banyak pro-kontra mengenai teori terciptanya manusia. Teori pertama percaya bahwa embrio1 manusia berbentuk manusia mikro dan tertanam di sperma laki-laki. Teori kedua juga tidak ada bedanya dengan yang pertama, kecuali bahwa embrio yang berbentuk manusia mini itu tertanam dalam Rahim wanita dan terbentuk dari darah menstruasi.2

Pada awal abad 20 seorang dokter dari ahli biologi berkebangsaan Perancis Muiricc Bucaille, telah menulis sebuah buku yang berjudul “La Bible, La Coranet La Science”. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh H.M Rasjidi ke dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1978 dengan judul “Bibel, al- Qur‟an dan Sains”. Muirice Bucaille dalam buku ini menjelaskan tentang fase-fase perkembangan manusia dari mulai embrio menurut Alquran dan penyelidikan para ahli Biologi dan Kedokteran. Bucaille mengatakan manusia terjadi melalui proses-proses yang umum bagi binatang yang menyusui. Pada permulaannya terjadi pembuahan dalam saluran telur. Ada suatu telur (ovum)

1 Embrio adalah bakal anak (dalam kandungan) hasil pembuahan sel telur pada stadium permulaan yang kemudian menjadi janin, yang berumur antara satu minggu sampai delapan minggu. (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, cet. 4, (Jakarta: Balai pustaka, 2007), h. 297.

2 Kementerian Agama RI, Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains, (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), h. 78.

(5)

yang memisahkan diri dari ovarium ditengah-tengah siklus menstruasi.3 Yang menyebabkan pembuahan adalah sperma laki-laki, atau lebih tepat lagi Spermatozoa, setelah terjadi pembuahan tersebut maka terjadilah kehamilan.

Dan selama masa kehamilan embrio mengalami beberapa fase-fase tertentu.4 Dalam Alquran kata penciptaan biasa disebut dengan (

ََقَهَخ)

khalaqa yang disebutkan dalam Alquran sebanyak 64 kali5, (

َُقُهْخَي)

Yakhluqu sebanyak 15 kali, (

بًقْهَخ

) sebanyak 7 kali6, yang memiliki arti secara bahasa membuat, menciptakan, mengukur dan memperhalus. Kemudian, makna ini berkembang dengan arti menciptakan tanpa contoh sebelumnya. Kata Khalaqa (

ََقَهَخ)

dalam berbagai bentuknya memberikan penekanan tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya. Seperti menciptakan langit dan bumi beserta isinya yang dijelaskan dalam surat al-Kahfi ayat 51.

Sedangkan kata manusia dalam Alquran disebut dengan an – Nas (

سبَُّنا),

al-Insan (

ٌبَسَْلإ)

dan al-Basyar (

رشَبنا)

Kata an-Nas berarti kelompok manusia, ia terambil dari kata al-nauws yang berarti gerak, ada juga yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata unas yang akar katanya berarti tampak. Kata al-Insan terambil dari kata uns yang berarti senang, jinak dan harmonis, atau dari kata nis-y yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat berasal dari kata naus yakni gerak atau dinamika. Kata al-Basyar berakar

3 Ovarium merupakan organ reproduksi wanita yang menghasilkan sel telur pada wanita.

(Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 3, cet. 4, (Jakarta:

Balai pustaka, 2007), h. 805.

4 Maurice Bucaille, La Bible Le Coranetla Science, terj: H.M Rasjidi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), h. 30-31.

5Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Mu‟jam al-Mufahras Li alfadzi al-Qur‟an al-Kariim, (Bandung: Diponegoro, t.th) h. 306-307.

6 Ibid, h. 307.

(6)

dengan huruf ba, syin dan ra, yang bermakna pokok, tampaknya sesuatu dengan baik dan indah. Dari makna ini terbentuk kata kerja basyara yang berarti menggembirakan, bergembira dan menguliti (misalnya buah), dapat pula memperhatikan dan mengurus sesuatu. Menurut al-Ashfahani, kata basyarah yang berarti kulit. Manusia disebut basyar karena kulit manusia tampak jelas dan berbeda dibanding dengan kulit hewan lainnya. Oleh karena itu kata basyar di dalam Alquran secara khusus merujuk kepada tubuh lahiriah manusia.7

Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani.

Jasmani adalah jasad yang terdiri dari unsur yang bersifat materi seperti susunan organ tubuh, sedang unsur yang kedua adalah imateri tidak nampak yaitu ruh. Antara jasmani dan ruh mempunyai hubungan yang erat dalam membentuk manusia seutuhnya, ia disebut manusia apabila adanya ruh atau keduanya bersatu, tetapi sebaliknya bila keduanya berpisah maka ia disebut mati, keduanya tidak dapat disebut manusia melainkan jasad saja atau ruh saja.8

Dalam pandangan Alquran bahwa manusia yang mendiami segenap pelosok bumi sekarang ini berasal dari Adam. Alquran mengistilahkan turunan Adam ini dengan bani atau zhurriyah Adam, sebagaimana firman Allah dalam QS. Yasin [36] ayat 60 dan QS. Maryam [19] ayat 58:

7 Ahmad Syahrudin Asis, ―Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/23: 12- 14 (Kajian Tahlili Dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran)‖, Jurnal UIN Alaudin Makassar, (diakses 15 Mei 2019).

8 Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur‟an, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), h. 119.

(7)

ْاوُطُبۡعَت لَّ ن ا َ

أ َمَداَء ٓ ِنَِبََٰي ًُۡسۡ َلَِإ ۡطَٓۡخَأ ًَۡلَأ۞

َََٰ َطۡي اشلٱ ُّاُِإ

ۥ ّّٞوُطَع ًُۡسَى

ّٞينِبٌُّ

٦٠

Artinya: “Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu".

Pada ayat ini, dalam tafsir al-Maraghi dijelaskan bahwa Allah menyatakan bukankah Aku telah berpesan kepada kalian melalui bukti-bukti yang Aku pancangkan di hadapan mata kalian. Yakni, hendaknya kalian jangan menuruti kemauan setan untuk berbuat durhaka dan menentang Aku.

Sesungguhnya setan adalah musuh yang jelas bagi kalian, di antara permusuhannya adalah dijerumuskannya bapak kalian, Adam, dan setan akan senantiasa menjerumuskan kalian ke jurang kebinasaan.9 Dari penjelasan tersebut maka jelas lah bahwa yang dimaksud bani Adam dalam ayat ini adalah seluruh manusia keturunan Nabi Adam.

ِّيِبالنٱ ٌََِّ ًِٓۡيَيَع ُ اللَّٱ ًََعۡجَأ ََيِ الَّٱ َمِئَٰٓ َلْوُأ َِۡيَ ََ َۡاٍَِِو َمَداَء ِِاَِِّّّ ُُ ٌَِ ََ ۧ

َو َويِءَٰٓ َرۡؼوَإِ ًَيََِْٰرۡبِإ ِِاَِِّّّ ُُ ٌََِو ٖحُُٔ َعٌَ

َٰ َلَۡتُت اَُِإ ٓۚ ٓ َِۡيَبَتۡدٱَو َِۡحَطَْ َۡاٍِِ

حۡمَٰنِاعلٱ ُتَٰ َياَء ًِۡٓۡي َيَع ۩ ّّٗيِسُبَو سُجَّدٗاۤ خَرُّواْۤ

٥٨

Artinya: ―Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa as-Suddi dan Ibnu Jarir, berkata bahwa yang dimaksud dari keturunan Adam adalah Idris, dan yang

9 Ahmad Mustafa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi, Terj:Bahrun Abu Bakar, (Semarang: PT.

Karya Toha Putra Semarang, 1974), h. 39.

(8)

dimaksud keturunan orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh adalah Ibrahim. Sedangkan yang dimaksud keturunan Ibrahim adalah Ishaq, Ya‘kub dan Ismail, serta yang dimaksud keturunan Israil adalah Musa, Harun, Zakariya, Yahya dan ‗Isa bin Maryam.10

Dari ayat di atas jelas terlihat bahwa manusia merupakan turunan Adam dan manusia merupakan makhluk yang dimuliakan dan dilebihkan Allah atas sejumlah makhluk-Nya yang lain (al-Isra‘/17: 70). Para Antropolog menyebutnya sebagai produk alam yang terbaik.11 Sebagai makhluk yang paling mulia, ternyata bahan dasar yang dipakai dalam menciptakan manusia adalah tanah. Maha besar Allah Swt, pencipta yang paling baik. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam QS. Shaad [38]

ayat 71-72:









































Artinya: “Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat:

"Sesungguhnya aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya". (Shaad [38]: 71-72).

Ayat di atas menyatakan bahwa Nabi Adam diciptakan dari tanah yang bercampur air. Maka, apabila Aku telah menyempurnakan kejadian fisiknya dan Ku tiupkan ke dalamnya ruh ciptaanKu; maka tunduklah kamu

10 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir, terj: M. Abdul Ghoffar, jilid 5, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008), h. 342.

11 Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur‟an,…, h. 119-120.

(9)

semua serta bersungkurlah secara spontan dan dengan mudah sebagai penghormatan kepadanya dalam keadaan bersujud.12

Ayat tersebut menjelaskan bahwa proses atau (tahapan) penciptaan manusia melibatkan tanah (kerak bumi) sebagai bahan dasar, penyempurnaan dan proses pembentukan, serta ditiupkan ruh Allah SWT. Proses tersebut merupakan salah satu tahapan pembentukan manusia dari tanah yang merupakan salah satu unsur bumi, sebagaimana yang tersurat dalam ayat Alquran tentang proses penciptaan manusia.13

Bumi merupakan tempat berpijaknya manusia. Manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah (bumi). Tanah atau kerak bumi mengandung berbagai macam unsur, antara lain Oksigen (O2) (46,6 %), Silikon (Si) (27,7 %), Aluminium (Al), (8,1 %), Besi (Fe) (5,0 %), Kalsium (Ca) (3,6 %), Natrium (Na) (2,8 %), Kalium (K) (2,6 %), dan Magnesium (Mg) (2,1 %)14. Unsur-unsur inilah yang membentuk fisik manusia. Fisik yang terbentuk akan disempurnakan Allah SWT dengan bentuk yang paling mulia di antara makhluk-makhluk yang lain. Kemudian ditiupkan ruh Allah SWT ke dalamnya, sehinga manusia bernyawa dan hidup.15

Tanah merupakan bagian dari kerak bumi yang terdiri dari beberapa partikel, antara lain seperti silikat dan aluminium. Berdasarkan unsur-unsur

12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-MIshbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an, Vol 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 417.

13 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia, (Malang: UIN Maliki Press, 2014), h. 3-4.

14 Unsur-unsur kimia yang terdapat dalam tanah dan unsur ini juga terdapat dalam tubuh manusia.

15 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia,..., h.

4.

(10)

dan partikel-partikel yang ditemukan di dalam tanah, diduga bahwa tanah yang dipakai sebagai bahan dasar penciptaan manusia adalah tanah liat.

Kemudian dalam Alquran dinyatakan dengan terang dan jelas bahwa proses penciptaan manusia setelah Adam dan Hawa adalah melalui proses reproduksi dalam Rahim sang ibu.16

Allah SWT mengutus Nabi Muhammad Saw sebagai utusan untuk seluruh alam semesta. Nabi Muhammad Saw diutus ke muka bumi agar menjadi petunjuk dan rahmat bagi alam semesta, sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran:













Artinya: “Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (al-Anbiya‘[21]: 107).

Sistem ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw adalah sistem yang membawa bahagia bagi manusia seluruhnya, dan memimpinnya pada kesempurnaan. Risalah Muhammad datang kepada kemanusiaan setelah ia sampai ke zaman kedewasaan akal. Dia datang sebagai sebuah kitab yang selalu terbuka untuk segala turunan demi turunan, generasi demi generasi.17

Demikianlah, Nabi Muhammad Saw sebagai utusan Allah SWT untuk masyarakat Badui di gurun pasir sebagaimana beliau juga diutus bagi para ilmuwan masa kini di laboratorium modernnya. Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah SWT kepada seluruh umat manusia untuk segala zaman. Risalah Nabi Muhammad Saw sampai sekarang masih dijadikan sebagai sumber dari

16 Ubes Nur Islam, Mendidik Anak dalam Kandungan, ( Jakarta: Gema Insani Press, 2003), h. 35.

17 HAMKA, Tafsir al-Azhar, jilid 6, (Jakarta: Gema Insani, 2015), h. 90.

(11)

segala sumber ilmu yang mengungkap kebenaran, dan mukjizat tersebut akan tetap terjaga sampai hari akhir yaitu kitab suci Alquran. Alquran merupakan kitab yang terbuka bagi siapa saja untuk mempelajari isi kebenarannya, sebagaimana yang terdapat dalam Q.S. Al-An‘am [6]: 19.

Dalam Alquran terkandung ilmu pengetahuan yang merupakan dasar dan sumber kebenaran. Dengan demikian para ilmuwan dan peserta didiknya dapat menggunakan kesempatan untuk melakukan penelitian (termasuk proses penciptaan manusia) melalui konsep embriologi yang bersumber dari Alquran. Sebelum para ilmuwan mempelajari dan melakukan penelitian tentang embrio dalam ilmu kedokteran, empat belas abad yang lalu Alquran telah memaparkan proses terbentuknya embrio dan fase-fase perkembangannya secara detail dan akurat, sedangkan embriologi baru berkembang pada abad ke-19. Di dalam Alquran telah dijelaskan mengenai perkembangan manusia, walaupun hampir seluruh pengetahuan ini belum ditemukan hingga beberapa abad kemudian. Ini membuktikan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah utusan Allah SWT dengan mu‘jizatnya yang menjadi dasar riset para ilmuwan modern.18

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang embriologi, terdapat beberapa konsep tentang perkembangan (embriologi) manusia sebelum Alquran diturunkan, antara lain konsep yang dikemukakan oleh Aristoteles (322-384 SM) yang menjelaskan bahwa penciptaan manusia berasal dari sperma laki-laki dan wanita kemudian berkembang menjadi

18 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia,..., h.

24-26.

(12)

makhluk kecil yang menyerupai manusia. Konsep ini bertahan selama 2000 tahun. Konsep ini ditinggalkan karena muncul penemuan dari Fransisco Redi (1668 M) dan Louis Pasteur (1864 M) yang menjelaskan terbentuknya janin melalui embriologi modern. Pada abad pertengahan, Alquran yang dibawa Rasululah Saw membuka pintu kegelapan konsep embriologi sebelumnya dengan mengemukakan bukti-bukti penciptaan manusia yang sangat kompleks dan menyeluruh.19

Saat ini, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat terutama dalam bidang kedokteran. Salah satunya adalah berkembangnya teknologi ultrasonografi (USG). Ultrasonografi (USG) sangat populer digunakan untuk memantau kondisi janin, perkembangan kehamilan, persiapan persalinan, dan masalah-masalah lain, karena teknologi ini dapat menghasilkan citra atau gambar. Ultrasonografi dijadikan peralatan diagnostik karena dapat memperlihatkan organ di dalam tubuh manusia baik yang diam atau bergerak.20 Melalui teknologi ini dapat diketahui perkembangan manusia di dalam janin yang melahirkan konsep-konsep tentang penciptaan manusia.

Lalu, apakah konsep-konsep penciptaan manusia dalam teknologi kedokteran tersebut sesuai dengan konsep penciptaan manusia di dalam Alquran?. untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, maka diperlukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti ―Konsep Penciptaan Manusia Di dalam Alquran Ditinjau Dari Teknologi Kedokteran‖.

19 Ibid, h. 26.

20 Ni luh Putu Budiayu Tresni, Fisika Tomografi Ultrasonografi, https:// www. academia.

Edu/ 37498068 Pdf, (diakses Sabtu, 11 Mei 2019).

(13)

B. Batasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, terfokus, dan menghindari pembahasan menjadi terlalu luas, maka penulis perlu membatasinya. Adapun yang dimaksud ―Konsep Penciptaan Manusia‖ disini adalah penciptaan manusia dari saripati atau tanah hingga menjadi bentuk manusia atau hanya sampai proses kelahiran. Ayat-ayat yang berbicara tentang penciptaan manusia tesebut dikaji dengan menggunakan kajian tafsir maudhu‘i dengan pendekatan ilmu kedokteran. Pendekatan ilmu kedokteran yang dipakai hanya terfokus pada proses reproduksi.

C. Rumusan Masalah

Dari uraian tersebut maka dapat di rumuskan beberapa permasalahan yang timbul:

1. Apa saja ayat-ayat yang berbicara tentang konsep penciptaan manusia serta bagaimana penafsirannya menurut para mufassir ?

2. Bagaimana konsep penciptaan manusia dalam teknologi kedokteran ? 3. Bagaimana relasi konsep penciptaan manusia dalam Alquran dengan

konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran ? D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang konsep penciptaan manusia.

2. Untuk mengetahui konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran.

(14)

3. Untuk mengetahui apakah sesuai konsep penciptaan manusia dalam ilmu kedokteran dengan konsep penciptaan manusia dalam Alquran.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil yang dicapai dalam penelitian ini diharapkan:

1. Sebagai salah satu syarat bagi penulis dalam menyelesaikan studi strata 1 (S1) di jurusan Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Bukittinggi.

2. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan keilmuan peneliti.

3. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan yang berarti bagi para pemerhati masalah konsep penciptaan manusia di dalam Alquran ditinjau dari teknologi kedokteran.

4. Sebagai sumbangan pemikiran atau sebagai bahan informasi dan juga menambah khazanah keilmuan.

F. Penjelasan Judul

Untuk memudahkan pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami maksud judul yang penulis kemukakan yaitu ‖ Konsep Penciptaan Manusia Di dalam Alquran Ditinjau Dari Teknologi Kedokteran”, maka berikut ini akan penulis berikan penjelasan istilah untuk lebih mengkonkritkan pembahasan. Adapun istilah yang di maksud adalah:

(15)

1. Konsep adalah rancangan dasar dari sebuah tulisan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.21 Konsepsi adalah pendapat, paham, padangan, pengertian, cita-cita yang terlintas (ada) dalam pikiran.

Konsep juga mempunyai beberapa pengertian:

a. Konsep berarti ide umum, pengertian, rancangan, atau rencana dasar.

b. Konsep berarti gambaran mental dari objek proses atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.22

2. Penciptaan berasal dari kata dasar cipta yang berarti kesanggupan pikiran untuk mengadakan sesuatu yang baru, angan-angan yang kreatif. Kata ini kemudian mendapatkan imbuhan menjadi penciptaan yang berarti proses, cara atau perbuatan menciptakan.23

3. Manusia adalah makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain).24 Kata manusia dalam Alquran disebut dengan an – Nas Yang memiliki arti manusia, Manusia diciptakan Allah dari dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Jasmani adalah jasad yang terdiri dari unsur yang bersifat meteri seperti susunan organ tubuh, sedang unsur yang kedua adalah imateri tidak nampak yaitu ruh. Antara jasmani dan ruh mempunyai hubungan yang erat dalam membentuk manusia seutuhnya,

21 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. 3, cet. 4, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 588.

22Eis Dahlia, Konsep Pendidikan Akhlak Perspektif Imam al-Ghazali, repository.radenintan.ac.id pdf, (diakses 01 November 2019).

23 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…, h. 215.

24 Ibid, h. 714.

(16)

ia disebut manusia apabila adanya ruh atau keduanya bersatu.25 Manusia yang dimaksud disini adalah manusia yang berada di bumi dan manusia setelah Nabi Adam.

4. Alquran secara etimologi diambil dari kata

بًَا ْرُق َٔ َ - ًَةَء َرِق َ - َُأَرْقَي َ - ََأ َرَق

yang

berarti sesuatu yang dibaca. Menurut M. Quraish Shihab, Alquran secara harfiyah berarti bacaan sempurna. Secara terminologis Alquran adalah firman Allah SWT yang disampaikan oleh malaikat Jibril dengan redaksi langsung dari Allah SWT kepada Nabi Muhammad Saw dan yang diterima oleh umat Islam dari generasi ke generasi tanpa ada perubahan.26

5. Teknologi adalah aktifitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, pengobatan atau kedokteran, perdagangan dan lain-lain. Ia juga dapat didefenisikan sebagai kaedah atau proses menangani suatu masalah teknis yang berasaskan kajian saintifik termaju seperti menggunakan peralatan elektronik, proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih dan lain- lain.27

6. Ilmu kedokteran merupakan bagian dari ilmu biologi, termasuk ilmu pengetahuan alam, hanya saja mempelajari masalah penyakit dan segala persoalannya. Orang yang menguasai ilmu ini disebut dokter yang

25 Daniel Djuned, Antropologi Al-Qur‟an,…, h. 119-120.

26 Anshari, Ulumul Qur‟an: Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2013), h. 17-18.

27 Abdurrahman R. Effendi & ing. Gina Puspita, Membangun Sains & Teknologi Menurut Islam, (Jakarta: Giliran Timur, 2007), h. 2.

(17)

kemudian menjadi profesinya.28 Saat ini ilmu kedokteran telah mengalami banyak perkembangan dan dibagi kedalam berbagai spesialis.

Ilmu kedokteran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah USG (Ultrasonografi). Ultrasonografi adalah teknik diagnostik untuk pengujian struktur badan dalam yang melibatkan formasi bayangan dua dimensi dengan gelombang ultrasonik.29

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka maksud judul di atas adalah membahas penciptaan manusia di dalam Alquran dengan mengemukakan beberapa pendapat mufasir kemudian melihat bagaimana relasinya dengan ilmu kedokteran.

G. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah melakukan pengkajian secara seksama dan menyeluruh terhadap karya tulis yang pernah dipublikasikan berkenaan dengan judul yang diangkat dalam penelitian.30

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Ahmad Syahrudin Asis Mahasiswa Uin Alauddin Makassar, dengan judul Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/ 23: 12-14 (Kajian Tahlili dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran). Dalam penelitian ini Ahmad Syahrudin terfokus mengkaji analisis tahlili Q.S. al-Mu‘minun/ 23: 12-14, dengan membahas syarah kosakata, asbab an-nuzul ayat, munasabah ayat dan pendapat-pendapat para mufassir tentang ayat tersebut. Lalu membahas tentang pertumbuhan dan

28 Ahmad Syahrudin Asis, ―Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/23: 12- 14 (Kajian Tahlili Dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran)‖, Jurnal UIN Alaudin Makassar, (diakses 15 Mei 2019).

29 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,…, h. 1242.

30 Nashruddin Baidan dan Erwati Aziz, Metodologi Khusus Penelitian Tafsir,…, h. 121.

(18)

perkembangan janin menurut ilmu kedokteran, membahas hubungan antara kajian tahlili mengenai proses penciptaan manusia dalam Q.S. al-Mu‘minun/

23: 12-14 dengan pertumbuhan dan perkembangan janin menurut ilmu kedokteran.31

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas proses penciptaan manusia dengan pendekatan ilmu kedokteran. Adapun perbedaannya ialah skripsi yang ditulis oleh Ahmad Syahrudin Asis hanya membahas proses penciptaan manusia dalam Q.S. al- Mu‘minun/ 23: 12-14, sedangkan penulis membahas proses penciptaan manusia dalam Q.S. al-Hajj: 5, al-Mu‘minun: 12-14 dan al-Mursalat: 20-23.

Pendekatan ilmu kedokteran dalam skripsi Ahmad hanya dibahas secara umum, sedangkan penulis memfokuskannya pada teknologi Ultrasonografi.

Intan Suryani Mahasiswi Universitas Negeri Surabaya, dengan judul Studi Literatur: Konsep Pembentukan Janin dalam Perspektif Alquran dan Sains. Dalam penelitian ini Intan Suryani terfokus mengkaji penciptaan manusia melalui biologi yang tercantum dalam Q.S al-Mu‘minun ayat 12-14 dan ensiklopedi berjudul Pregnancy day- by- day karya Dr. Maggie Blott.

Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan komparatif.32

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas penciptaan manusia. Adapun perbedaanya dengan skripsi

31 Ahmad Syahrudin Asis, ―Proses Penciptaan Manusia Dalam Q.S. Al-Mu‘minun/23: 12- 14 (Kajian Tahlili Dengan Pendekatan Ilmu Kedokteran)‖, Jurnal UIN Alaudin Makassar, (diakses 15 Mei 2019).

32 Intan Suryani, ―Studi Literatur: Konsep Pembentukan Janin dalam Perspektif Alquran dan Sains‖, Jurnal PGSD (JPGSD), Vol. 07 No. 06, tahun 2019, h. 3648.

(19)

yang penulis bahas adalah terletak pada ayat yang dibahas dan pendekatan yang digunakan, penulis menggunakan pendekatan ilmu kedokteran sedangkan skripsi yang ditulis Intan menggunakan pendekatan komparatif, yaitu membandingkan Penciptaan Manusia dalam Q.S. al-Mu‘minun/ 23: 12- 14 dengan ensiklopedi Pregnancy day- by- day karya Maggie Blott.

Muhammad Chamdan Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri Walisongo, dengan judul Penafsiran Ibnu ‗Asyur Terhadap ayat-ayat Penciptaan Manusia (Studi Analisis Kitab Tafsir Tahrir wa al-Tanwir).

Penelititian ini terfokus mengkaji penciptaan manusia menurut ibnu ‗Asyur yang merupakan mufasir kontemporer yang melakukan terobosan penafsiran jenis ‗ilmi.33

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas penciptaan manusia. Adapun perbedaannya ialah Muhammad Chamdan meneliti penafsiran Ibnu ‗Asyur, sedangkan penulis menggunakan penafsiran Quraish Shihab, al-Maraghi, Hamka dan ash- Shabuni.

Farokhi Ramadhon mahasiswa Universitas Islam Negeri Walisongo, dengan judul ‗Alaqah dalam Alquran (Analisis Penafsiran Zaglul al-Najjar dalam Kitab Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‘an al-Karim. Fokus

33 Muhammad Chamdan, Penafsiran Ibnu „Asyur Terhadap ayat-ayat Penciptaan Manusia (Studi Analisis Kitab Tafsir Tahrir wa al-Tanwir), (Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2013).

(20)

penelitiannya adalah tentang bagaimana penafsiran Zaglul al-Najjar tentang makna ‗alaqah dalam kitab tafsirnya.34

Persamaan skripsi ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas tahap penciptaan manusia dalam Alquran, namun skripsi yang ditulis Farokhi hanya membahas satu fase saja yaitu fase ‗alaqah, sedangkan penulis membahas beberapa fase.

Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia oleh Kiptiyah. Dalam buku ini Kiptiyah menjelaskan bahwa embriologi di dalam Alquran pada dasarnya mengkaji proses-proses penciptaan manusia tahap demi tahap, kejadian demi kejadian dibahas secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami tanpa membedakan tingkat pendidikan seseorang. Proses penciptaan tersebut sebagaimana tersurat di dalam Alquran, mulai dari asal-usul diciptakannya manusia hingga perkembangan manusia di dalam Rahim yang melibatkan tiga proses, yaitu:

nutfah, organogenensis (meliputi pembentukan ‗alaqah, mudhghah, dan pembentukan tulang dan otot) serta tahap perkembangan.35

Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas proses penciptaan manusia. Perbedaannya adalah dalam buku ini tidak dijelaskan pemikiran mufasir yang digunakan, sedangkan penulis menggunakan penafsiran Quraish Shihab, al-Maraghi, Hamka dan ash-Shabuni.

34 Farokhi Ramadhan, „Alaqah dalam Alquran (Analisis Penafsiran Zaglul al-Najjar dalam Kitab Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur‟an al-Karim, (semarang: Universitas Agama Islam Negeri, 2016).

35 Kiptiyah, Embriologi dalam Al-Qur‟an: Kajian Pada Proses Penciptaan Manusia,..., h.

35-37.

(21)

Sains Berbasis Alquran oleh Ridwan Abdullah Sani. Dalam buku ini Ridwan mengemukakan pemikiran rasional tentang proses penciptaan diri dan penciptaan alam semesta untuk menambah keimanan. Ridwan menjelaskan bahwa dalam Alquran terdapat tahapan pembentukan calon janin di dalam rahim secara akurat, mulai dari nuthfah, „alaqah, mudhghah, dan akhirnya menjadi janin. Buku ini juga memaparkan tentang penciptaan langit dan bumi, proses evolusi bintang, serta karakteristik bintang yang ternyata sesuai dengan keterangan dalam Alquran.36

Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah sama- sama membahas penciptaan manusia, namun buku ini tidak hanya membahas penciptaan manusia saja dalam buku ini juga membahas tentang alam semesta. Perbedaannya adalah pendekatan yang digunakan, buku ini menggunakan pendekatan sains secara umum sedangkan penulis menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi.

Penciptaan Manusia: dalam Perspektif Alquran dan Sains oleh Kementerian Agama RI. Buku ini menjelaskan kajian terhadap ayat-ayat kauniyah yang disusun secara tematik, dengan cara menghimpun ayat-ayat yang terkait dengan satu persoalan dan mengkajinya secara komprehensif dengan pendekatan ilmiah. Adapun pembahasan dalam buku ini adalah asal muasal kehidupan, asal muasal manusia, catatan Alquran tentang evolusi

36 Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis AlQuran,.., h. IX-X.

(22)

kesadaran insani manusia, penciptaan Adam, Alquran, reproduksi, dan kehidupan manusia, dan manusia sebagai khalifah.37

Persamaan buku ini dengan skripsi yang penulis bahas adalah dalam buku ini juga ada dibahas penciptaan manusia, namun perbedaannya terletak pada pendekatan yang digunakan, buku ini menggunakan pendekatan sains secara umum, sedangkan penulis menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi.

Berdasarkan beberapa kajian pustaka di atas, penulis berkesimpulan bahwa belum ada kajian yang membahas Proses Penciptaan Manusia dalam Alquran dengan menggunakan pendekatan teknologi Ultrasonografi. Oleh karena itu, penelitian yang akan penulis kaji ini merupakan hal baru dan masih bisa dilakukan penelitian lebih lanjut.

H. Sistematika Penulisan

Supaya lebih terarahnya penelitian ini, penulis perlu untuk mencantumkan sistematika penulisannya sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN, meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan.

BAB II : DISKURSUS PENCIPTAAN MANUSIA, meliputi Pengertian Manusia, Tujuan Penciptaan Manusia, Proses Penciptaan Manusia dalam Alquran dan Ilmu Kedokteran, Ultrasonografi.

37 Kementerian Agama RI, Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains,.., h. XIV.

(23)

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN, menguraikan tentang Jenis Penelitian, Metode Penelitian, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN, menguraikan tentang ayat-ayat penciptaan manusia, serta hubungan penciptaan manusia dalam Alquran dan ilmu kedokteran.

BAB V : PENUTUP, menguraikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

(24)

BAB II

DISKURSUS PENCIPTAAN MANUSIA A. Pengertian Manusia

Manusia adalah makhluk hidup yang berjenis kelamin baik laki-laki atau perempuan serta mempunyai bentuk yang tampak sehingga dapat dilihat dan diraba. Manusia terdiri dari dua macam unsur yaitu unsur jasmani dan rohani. Dengan jasmaninya dapat menikmati segala sesuatu yang ada di dunia ini. kemudian dengan rohnya, maka manusia dapat menemukan, mengingat, berfikir, mengetahui, berkehendak, mencintai, membenci dan sebagainya.38

Menurut kaum spiritualis, manusia adalah realitas yang tersusun atas tubuh dan jiwa (ruh). Ruh atau jiwa bersifat abadi dan tak akan binasa karena kematian, dan kita tahu bahwa agama dan teks-teks Islam menegaskan pandangan ini.39

Menurut kaum materialis, manusia hanya tersusun atas tubuh semata, yang akan rusak karena kematian dan berarti terputusnya kepribadiannya.

Meskipun ada perbedaan pandangan yang sangat besar, ada sesuatu yang disepakati oleh kedua paham tersebut, yaitu ada kenyataan bahwa ada elemen non-material tertentu yang disebut dengan akal.40

Allah telah memberikan kepada manusia suatu alat perlengkapan hidup yang amat istimewa dan hebat, yaitu akal. Muhammad Ali Al-Hamidy dalam bukunya: ―Jalan Hidup Muslim‖ mengatakan, dalam diri manusia

38 Labib dan Rinayati, Makhluk-Makhluk Allah Yang Berperan di Alam Semesta, (Surabaya: Bintang Usaha Jaya, 2005), h. 251.

39 Murtadha Muthahhari, Manusia Sempurna, (Yogyakarta: Al-Ghiyats-Prisma Media, 2004), h. 25.

40 Ibid, h. 26.

(25)

terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya, anugerah yang Maha besar dari Tuhan, tidak diberikan-Nya kepada makhluk yang lainnya, yaitu akal.

Sekiranya manusia tidak diberi akal, niscaya keadaan dan perbuatannya akan sama saja dengan hewan.

Syahminan Zaini dalam bukunya ―Mengapa Manusia Harus Beribadah‖ menjelaskan bahwa Muhammad Thalib seorang penulis buku yang berjudul ― Manusia Dalam Pandangan Islam‖ mengatakan: …akal itu diakui sebagai alat tertinggi dari peralatan jiwa manusia untuk menerima bahkan mengolah dan mengetengahkannya kembali dalam bentuk ide-ide, rumusan-rumusan dan kaidah-kaidah yang menjadi tempat perjalanan hidup.41

Karena itulah para ahli ilmu pengetahuan mengatakan manusia adalah homo sapiens (binatang yang berfikir). Orang Inggris lebih tegas lagi, mengatakan: animal rational (binatang yang berfikir). Begitu juga Arab, mengatakan:

ٌقِطَنَ ٌناَوَ يَح ُناَسْنِلإَا

(Manusia adalah binatang yang berfikir)

Jadi kalau berfikirnya itu dibuang, maka tinggallah binatangnya.

Berfikir ini adalah dengan akal. Karena itu para ahli ilmu pengetahuan mengatakan: Yang membedakan manusia daripada binatang adalah akalnya.42

41 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beribadah, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1981), h.

23-24.

42 Ibid, h. 24.

(26)

Allah SWT yang menciptakan manusia itu mengatakan pula, bahwa apabila manusia tidak dapat menggunakan akalnya untuk berfikir, maka keadaannya akan sama saja dengan binatang, bahkan lebih jelek lagi daripada binatang yang sejelek-jeleknya.43

ۡطَلَىَو ٌََِّ اّٗيرِح َن ًَآََِ ِلِ َُۡأََُِّ

َِِّ ۡ لِٱ ِػنِ ۡ َو

َِٓب َنَُٔٓلۡفَح ا لۡٱ

لَّ ّٞبُٔيُك ًَُۡٓل

ۡبُح لَّ ّٞ ُينۡخ ا َ أ ًَُۡٓلَو َن َمِئَٰٓ َلْوُأ ٓۚٓ َِٓب َنُٔعٍَۡؽَي الَّ ّٞناَُاَء ًَُۡٓلَو َِٓب َنوُ ِصِ

ًَِٰ َعُۡ َ ۡ لۡٱ

ًُُْ َمِئَٰٓ َلْوُأ ٓۚ ُّوَضَأ ًُْۡ ۡوَب َنُٔيِفَٰ َغۡى ٱ

١٧٩

Artinya: Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A‘raf [7]: 179)

Dalam Tafsir al-Azhar karya Hamka dijelaskan bahwa Allah berfirman, Kami bersumpah bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan di dunia ini banyak sekali calon-calon penghuni neraka jahannam yang akan tinggal disana, baik dari bangsa jin maupun manusia. dan begitu pula kami menciptakan calon-calon penghuni surga, sesuai dengan keadilan masing- masing dari dua golongan itu. Lalu diterangkan pula oleh Allah penyebab mereka menjadi calon penghuni jahannam dan sifat-sifat mereka sehingga patut dimasukkan kesana. Sesungguhnya calon-calon penghuni jahannam itu sekalipun punya hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami cara-cara mensucikan jiwa, seperti tauhid yang dapat menghindarkan jiwa dari khurafat

43 Ibid, 24.

(27)

dan dongeng-dongeng yang tak masuk akal, dan menjauhkannya dari kehinaan dan kenistaan. Karena orang yang menyembah kepada Allah semata-mata, maka dengan mengenal Allah itu, dia akan meningkat jiwanya.

Sehingga dia tak sudi menghinakan diri dengan berdoa kepada selain Allah, atau takut berharap dan bersandar kepadanya.44 Demikian pula mereka tidak menggunakan hati untuk memahami kehidupan ruhani dan kelezatan- kelezatan maknawi yang dapat mengantarkan mereka kepada kebahagiaan abadi. Begitu pula mereka tidak memahami bahwa dengan meninggalkan kejahatan dan kemungkaran dan bertekad untuk melakukan kebaikan- kebaikan itulah pangkal kebahagiaan dunia dan akhirat.

Demikianlah pula mereka mempunyai mata dan telinga, namun tidak mereka pergunakan untuk memperhatikan dan berpikir tentang tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada makhluk-Nya yang mereka lihat, atau tentang ayat-ayatNya yang diturunkan kepada Rasul-rasulNya yang mereka dengar.

Bukankah diciptakannya telinga bagi manusia itu tidak lain supaya dipergunakan untuk mengambil pelajaran dari setiap yang didengar dan mata supaya dipergunakan untuk mengambil manfaat dari setiap yang dilihat.

Semua itu hanya bisa dilakukan dengan mengarahkan kemauan hati untuk mempergunakan masing-masing telinga dan mata dengan semestinya. Orang- orang yang mempunyai sifat-sifat tersebut, bagaikan binatang ternak, unta, lembu atau kambing. Orang-orang yang dimisalkan sebagai binatang ternak

44 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi,…, h. 209-211.

(28)

atau lebih sesat lagi itulah orang-orang yang lalai terhadap apa yang memberi kebahagiaan kepada mereka di dunia maupun akhirat.45

ا َشَ انِإ۞

ِّب ٓاَوالدٱ َطِِع

ِ اللَّٱ ًُّ ُّصلٱ ًُۡسُ لۡٱ ۡ ََيِ لَّٱ ا

َنُٔيِلۡعَح لَّ َ ٢٢

Artinya: Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (Q.S. Al-Anfal [8]: 22).

Ad-Dawabbu, jamak dari dabbah, artinya setiap yang melata di atas bumi.kata-kata dabbah ini jarang sekali dipakai untuk arti manusia, bahkan pada umumnya dipakai dalam arti binatang-binatang kecil dan binatang- binatang tunggangan. Kalau dipakai juga untuk arti manusia, maka hal itu adalah dalam rangka penghinaan. Jadi maksud ayat, sesungguhnya seburuk- buruk yang melata di atas bumi pada hukum dan keputusan Allah ialah orang- orang tuli. Maksudnya, orang-orang yang tidak menggunakan pendengaran mereka untuk mengetahui kebenaran dan memahami nasehat yang baik.

Kesimpulannya, bahwa orang-orang yang dianggap makhluk terburuk itu, karena tidak mau menggunakan telinga, mulut dan akal mereka dengan baik, maka seolah mereka telah kehilangan indera dan potensi tersebut.46

Ayat-ayat tersebut jelas sekali menyatakan, bahwa orang-orang yang tidak dapat mempergunakan akalnya, karena tidak dikembangkan, seperti binatang saja, bahkan lebih jelek daripada binatang yang sejelek-jeleknya.

Karena itu manusia harus dapat mempergunakan akalnya, agar ia terlepas dari ikatan kebinatangan itu, dan agar manusia dapat mempergunakan akalnya, akal itu harus dikembangkan. Mengembangkan akal itu ialah dengan ilmu.

45 Ibid, 112-214.

46 Ibid, 349-350.

(29)

Akal yang berilmu itulah yang dapat dipergunakan dan dapat membedakannya daripada binatang itu. Tetapi Allah menyatakan, bahwa akal itu pada mulanya tidak tahu apa-apa (tidak berilmu).47

ُ اللَّٱَو

َ أ ۡيَش َنٍَُٔيۡعَت َ

لَّ ًُۡسِتَٰ َهاٌ ُ

أ ِنٔ ُطُب ٌَِّۢ ًُسَدَعۡص ّٗٔ

ًُُسَى َوَعَدَو

َعٍۡ اؽلٱ َو َعَٰ َصۡب َ ۡ لۡٱ َو

ۡف َ ۡ لۡٱ

ِٔ

َةَط َنوُعُه ۡشَت ًُۡسايَعَى ٧٨

Artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. (An-Nahl [16]: 78).

Al1ah Ta‘ala menyebutkan berbagai anugerah yang Dia limpahkan kepada hamba-hamba–Nya ketika mereka dikeluarkan dari perut ibunya dalam keadaan tidak mengetahui apapun. Setelah itu Dia memberikan pendengaran yang dengannya mereka mengetahui suara, penglihatan yang dengannya mereka dapat melihat berbagai hal, dan hati, yaitu akal yang pusatnya adalah hati, demikian menurut pendapat yang shahih. Ada juga yang mengatakan, otak dan akal.48 Allah membuat akal bagi manusia sebagai kunci pemahaman dan pembeda antara mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang berbahaya. Allah melimpahkan kepadamu, wahai manusia, nikmat-nikmat ini agar kamu mensyukuri nikmat-nikmat Allah yang diberikan kepadamu, dengan menggunakan setiap anggota badan pada fungsinya yang diciptakan untuknya, dan agar kamu dapat menunaikan ibadah kepada Tuhanmu.49

47 Syahminan Zaini, Mengapa Manusia Harus Beribadah,..., 25-26.

48 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir,…., jilid 5, h. 216.

49 Wahbah az – Zuhaili, Tafsir Al-Wasith, jilid 2, Terj: Muhtadi, dkk, (Jakarta: Gema Insani, 2013), h. 319-320.

(30)

Karena itu Allah dan Nabi Muhammad Saw memerintahkan untuk menuntut ilmu, agar akal itu menjadi tahu segala macam hal, mulai dari lahir sampai mati, kemana saja dan dari apa saja. Allah berfirman:

ٓ ٌََو ۡسَف ًِۡٓۡ َلَِإ ٓ ِحُُِّٔ ّٗلَّ َدِِّ الَِّإ َمِيۡبَر ٌَِ َِۡيَؼَِّۡأ َٔ

َوْۡ َ أ ْآُٔي ِع نِّلَّٱ ۡ

ًُۡتُِن نِإ

َنٍَُٔيۡعَت لَّ َ ٤٣

Artinya: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang- orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.

(An-Nahl [16]: 43).

Maksudnya, bertanyalah kepada orang-orang Ahli Kitab terdahulu, apakah para Rasul yang diutus kepada mereka berupa manusia atau Malaikat?

Jika para Rasul itu berupa Malaikat, berarti kalian boleh mengingkari dan jika dari manusia, maka janganlah kalian mengingkari kalau Muhammad Saw adalah seorang Rasul. Mereka bukan penduduk langit seperti yang kalian katakan. Kemudian Allah Ta‘ala menyebutkan bahwa sesungguhnya Dia telah mengutus mereka ―bilbayyinati” dengan keterangan-keterangan (mu‘jizat), maksudnya, dengan bukti-bukti dan dalil-dalil, “wazzuburi”

maksudnya, kitab-kitab. Ini adalah pendapat Ibnu ‗Abbas, Mujahid, adh- Dhahhak, dan lain-lain.50

َ لََّو ِِّب َم َل َػۡيَى ٌَ ُفۡلَت انِإ ًٌٓۚ ۡيِع ۦ

َعٍۡ اؽلٱ َو

َ َصَِ لۡٱ ۡ َو َداَؤُفۡىٱ َمِئَٰٓ َلْوُأ ُّ ُكُ

ۡسٌَ َُِّۡخ َن َكَ

ّٗ ُٔ

لَّٔ

٣٦

Artinya: Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,

50 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir,..., jilid 5, h. 187-188.

(31)

penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

(Al-Isra‘ [17]: 36)

Di awal ayat ini tersebut wa laa taqfu. Kata-kata taqfu ialah dari mengikuti jejak, ke mana orang pergi, ke sana awak pergi. Ke mana tujuan orang itu, awak tak tahu. Di ujung ayat ditegaskan, bahwa orang yang hanya menuruti saja jejak langkah orang lain, baik nenek moyangnya karena kebiasaan, adat-istiadat dan tradisi yang diterima, atau keputusan dan ta‟ashshub pada golongan, membuat orang tidak lagi mempergunakan pertimbangan sendiri. Padahal, dia diberi Allah alat-alat penting agar dia berhubungan sendiri dengan alam yang di kelilingnya. Dia diberi hati, atau akal, atau pikiran untuk menimbang buruk dan baik. Sementara itu, pendengaran dan penglihatan adalah penghubung di antara diri, atau di antara hati sanubari kita dan segala sesuatu untuk diperhatikan dan dipertimbangkan mudarat dan manfaatnya, atau buruk dan baiknya.51 Ayat-ayat tersebut jelas memerintahkan manusia menuntut ilmu.

Alquran melihat manusia tidak hanya dilihat dari sisi ia sebagai zoon politicon (binatang yang bisa hidup bersama), homo sapien (binatang berakal), homo creator (binatang yang berkarya), homo economicus (binatang yang berekonomi), homo faber (binatang yang bekerja), homo loquen (binatang yang bisa berbahasa), dan lain sebagainya, tetapi juga manusia dilihat sebagai homo religius (binatang yang beragama), rasional being (makhluk yang berpikir) dan historical being (makhluk yang bersejarah)52.

51 HAMKA, Tafsir al-Azhar,…, h. 288.

52 Sebutan lain untuk manusia dalam bahasa latin.

(32)

Sebagai makhluk berpikir dan menyejarah, manusia berbeda dengan burung atau makhluk lainnya. Burung, misalnya, sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang tidak mengalami perubahan monumental. Burung adalah hewan yang tidak bersejarah, tidak menyimpan peristiwa, tidak mengakumulasikan pengalaman dan tidak mewarisi eksperimen-eksperimen.

Sedangkan manusia adalah kebalikan itu semua, karena dengan fenomena sejarah, manusia telah melahirkan peradaban dan kemajuan-kemajuan yang sedemikian pesat. Pandangan Alquran yang melihat manusia secara utuh, integral, dan komprehensif ini tentunya tidak mengherankan. Hal ini karena di dalam Alquran jelas-jelas disebutkan tentang berbagai aspek yang terkait dengan manusia. dan oleh karenanya tidak berlebihan jika banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa manusia adalah puncak ciptaan-Nya.53

B. Tujuan Penciptaan Manusia

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia ke dunia ini mempunyai tujuan tertentu yang tidak akan sia-sia bagi semua makhluk ciptaan-Nya, karena antara satu dengan yang lain saling membutuhkan. Di dalam Alquran dijelaskan bahwa terdapat tiga poin tujuan penciptaan manusia, yaitu, khalifah, „ibadah, dan imarah.54

1. Khalifah

Kata khalifah berasal dari akar kata khalafa- yakhlufu- khalfan- khalafan- khilafatan yang artinya: berada di belakang; pihak yang datang

53 Nunu Burhanuddin, Al-Qur‟an dan Perempuan: Membincang Tafsir Misoginis, (Yogyakarta: Interpena, 2009), h. 13-14.

54 Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat, Pendidikan, Pembangunan Karakter dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Tafsir Alquran Tematik), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran, 2010), h. 95.

(33)

di belakangnya dan berada pada posisinya; pengganti; yang datang sesudahnya; yang ditempatkan sebagai pengganti bagi yang sebelumnya.

Menggantikan yang lain berarti melaksanakan sesuatu atas nama yang digantikan, baik bersama yang digantikan maupun sesudahnya.

Malaikat semula menyangkal perlunya seorang khalifah di bumi karena sudah ada mereka sendiri yang selalu bertasbih dengan memuji Allah dan menguduskan-Nya, sedangkan khalifah itu mempunyai potensi untuk membuat kerusakan di bumi dan menumpahkan darah. Allah lalu mengatakan bahwa ada sesuatu yang tak diketahui oleh para malaikat mengenai khalifah itu, yang tidak diketahui itu adalah kemampuan untuk menyebut nama-nama, sebagaimana firman Allah dalam Q.S. al- Baqarah/2 ayat 30:55

ُۡوَإِ

ِفِ ّٞوِع َد ِّنِّإ َِِهِئَٰٓ َلٍَۡيِل َمُّبَِّ َل َك ِضرۡ َ ۡ لۡٱ

َك َِّٗفيِيَص ُوَعۡ تَ َ َ

أ ْآُٔل

ُمِف ۡؽَيَو َٓيِذ ُطِؽۡفُح ٌََ َٓيِذ َءٓ ٌَِّلدٱ

ُسِّطَلُجَو َكِطٍَۡ ِبِ ُرِّب َؽ ُن َُۡ َنََو

َنٍَُٔيۡعَت لَّ ٌَ ًَُيۡع َ َ أ ٓ ِّنِّإ َل َك َمَل ٣٠

Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

Kata khalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami kata khalifah disini dalam arti yang menggantikan Allah

55 Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Azhim li An-Nisa‟, cet. 1, terj:

Samson Rahman, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2003), h. 8.

(34)

dalam menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan- ketetapanNya, tetapi bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.

Ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari wewenang yang dianugerahkan Allah SWT, makhluk yang diserahi tugas, yakni Adam as dan anak cucunya, serta wilayah tempat bertugas, yakni bumi yang terhampar ini. Jika demikian, kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas dan wewenang. Kebijaksanaan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan.56 Ayat ini berkenaan dengan Nabi Adam dan anak cucunya yang dijadikan khalifah di bumi, yakni pengelola yang diberi mandat oleh Allah untuk mengelola bumi dengan segala isinya.

2. Ibadah

Kata ibadah adalah akar kata „abada- ya‟budu- „ibadah yang artinya menyembah, mengabdi, merendahkan diri, mempertuhan kepada- Nya. Ibadah artinya taat. Taat dan merendahkan diri yang dimaksud disini ialah mentauhidkan Allah SWT dan menetapi syariat agama-Nya, karena Dia pencipta semua makhluk yang mengatur segala urusannya,

56 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-MIshbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an,…, h.

142.

(35)

yang memberi petunjuk dan sarana pengetahuan apa saja untuk kebutuhan hidupnya. Ayat ibadah yang muncul pertama kali dalam surah al-Baqarah/2 ayat 21:57

َُّٓح َ أَٰٓ َي ُس النٱ

ْاوُطُبۡخٱ ًُُسابَِّ

يِ لَّٱ ا َو ًُۡسَلَيَص ََيِ لَّٱ ا

ًُۡسِيۡبَر ٌَِ

َنُٔلاتَت ًُۡسايَعَى ٢١

Artinya: Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

Ayat di atas menyeru seluruh manusia agar beribadah, yakni tunduk, patuh dengan penuh hormat, dan kagum kepada Allah SWT Tuhan Pemelihara dan Pembimbing, karena Dialah yang menciptakan semua manusia, dari dahulu hingga kini. Ibadah adalah suatu bentuk kepatuhan dan ketundukan yang berpuncak kepada sesuatu yang diyakini menguasai jiwa raga seseorang dengan penguasaan yang arti dan hakikatnya tidak terjangkau. Karena itu, ketundukan dan kepatuhan kepada orang tua atau penguasa tidak wajar dinamai ibadah.58

3. ‗Imarah

Kata „imarah berasal dari akar kata „amara- ya‟muru- „imarah yang artinya meramaikan, memakmurkan. Manusia dijadikan penghuni dunia untuk menguasai dan memakmurkan dunia.59

57 Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Tafsir Al-Qur‟an Al-Azhim li An-Nisa‟,…, h. 108.

58 Ibid, h. 109.

59 Ibid, h. 122.

(36)

ِمَۡٔلَٰ َي َل َك ٓۚ ّٗسِيَٰ َص ًُْۡ َص َ

أ َدٍَُٔث َٰ لَوَإِ۞ َ ْاوُطُبۡخٱ

َ اللَّٱ َى ٌَ

ٍََّٰلِإ ٌَِّۡ ًُس

ُهُ ۡيرَد ۥ ٌََِّ ًُز َ

أ َشن َ أ َُْٔ

ِضرۡ َ ۡ لۡٱ َو

ًُۡكَعٍَۡعَتۡؼٱ َف َٓيِذ

ُهوُعِفۡغَتۡؼٱ اًُث

ّٞبيِ ُّمُّ ّٞبَِّعَك ِّبَِّّ انِإ ِِّۚۡ َلَِإ ْآُٔبُٔت ٦١

Artinya: Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba- Nya)". (Hud/11: 61).

Maksudnya, menjadikan kamu kaum yang memakmurkannya dan memanfaatkannya dalam pertanian, kerajinan tangan, bangunan, dan penambangan, sehingga bumi dapat dimakmurkan dan berguna bagi manusia. terkait bahwa manusia mampu memakmurkannya adalah dalil atas adanya Pencipta yang bijaksana yang telah menetapkan ketentuan dan memberi petunjuk, serta memberi manusia kemampuan untuk berbuat, memahami, menyusun, mengatur, dan mengembangkan.60

C. Proses Penciptaan Manusia Menurut Alquran dan Ilmu Kedokteran 1. Proses Penciptaan Manusia Menurut Alquran

Kejadian penciptaan manusia yang pertama yaitu Nabi Adam diterangkan berasal dari tanah liat kering yang kemudian diberi bentuk.

Banyak ayat Alquran menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan turunannya, antara lain:61

60 Wahbah az – Zuhaili, Tafsir Al-Wasith,…, h. 106.

61 Kementerian Agama RI, Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains,.., h. 27.

(37)

ِمَۡٔلَٰ َي َل َك ٓۚ ّٗسِيَٰ َص ًُْۡ َص َ

أ َدٍَُٔث َٰ لَوَإِ۞ َ ْاوُطُبۡخٱ

َ اللَّٱ ٍََّٰلِإ ٌَِّۡ ًُس َى ٌَ

ُهُ ۡيرَد ۥ ٌََِّ ًُز َ

أ َشن َ أ َُْٔ

ِضرۡ َ ۡ لۡٱ َو

ًُۡكَعٍَۡعَتۡؼٱ َف َٓيِذ

ُهوُعِفۡغَتۡؼٱ اًُث

ّٞبيِ ُّمُّ ّٞبَِّعَك ِّبَِّّ انِإ ِِّۚۡ َلَِإ ْآُٔبُٔت ٦١

Artinya: “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba- Nya)". (Hud/11: 61)

Dalam Tafsir al-Wasit karya Wahbah az-Zuhaili dijelaskan bahwa, firman-Nya, “Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah).”

Maksudnya, memulai penciptaan kamu dari tanah. Sebab, bapakmu yang juga merupakan bapak umat manusia, Adam as diciptakan dari tanah.

Unsur tanah adalah unsur yang utama yang darinya Adam as diciptakan.

Kemudian Allah menciptakan kamu dari saripati berasal dari tanah dengan perantara sperma berasal dari darah, darah berasal dari gizi, dan gizi bisa dari tanaman bumi atau dari daging yang pada mulanya juga berkaitan dengan tanaman.62

ٓيِ ا َُّلَيَص ٍء ۡ َشَ ا ُكُ ََ َؽۡز َ لَّٱ ۥ أ

َقۡيَص َ أَطَبَو ََِٰ َسنِ ۡ

ٖينِط ٌَِ لۡٱ ٧

Artinya: ―Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. (as- sajdah/37:7).

Allah Ta‘ala berfirman mengabarkan bahwa Dialah yang memperbaiki, memperkokoh, dan memperindah terciptanya segala sesuatu. Malik meriwayatkan dari Zaid bin Aslam tentang: ―Yang

62 Wahbah az – Zuhaili, Tafsir Al-Wasith,…, h. 105-106.

(38)

membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya”, dia berkata:

―Dengan sebaik-baiknya dalam menciptakan sesuatu. Seakan-akan dia menjadikannya dari yang terdepan dan terbelakang. Kemudian ketika Allah telah menyebutkan penciptaan langit dan bumi, Dia mulai menyebutkan tentang penciptaan manusia. yaitu, Dia telah menciptakan bapak manusia, yaitu Adam dari tanah.63

َص َقَي َََٰ َسنِ لۡٱ ۡ َن ٖوَٰ َص ۡي َص ٌَِ

ِِّ اضَف ۡىٱ ١٤

Artinya: ―Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar”. (ar-Rahman/55: 14)

Di antara bukti-bukti kekuasaan ilahi, bahwasanya Allah SWT menciptakan asal manusia, yaitu Adam, dari tanah kering yang memilki suara seperti suara tembikar (porselen), yaitu tanah yang dibakar dengan api agar menjadi padat dan keras.64 Alquran melalui ayat-ayat di atas memperlihatkan berbagai bentuk campuran dari unsur-unsur tanah yang membentuk manusia. semua komponen kimia yang ada di tanah betul ada pada tubuh manusia. Adapun temuan ilmu pengetahuan, sesungguhnya Alquran telah lebih dulu menyebutkannya.65

Manusia selanjutnya yang merupakan keturunan Nabi Adam diciptakan melalui proses lahir dari perut ibunya termasuk Nabi Isa.

Berkaitan dengan hal ini dalam Alquran telah dijelaskan bahwa

63 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir Min Ibni Katsir,..., jilid 6, h. 424.

64 Ibid, h. 559.

65 Kementerian Agama RI, Penciptaan Manusia dalam Perspektif Al-Qur‟an dan Sains,…, h. 27-28.

(39)

perkembangan manusia di dalam Rahim ibu melibatkan beberapa proses, yaitu:

a. Nutfah

Kata nutfah memiliki banyak arti, dapat berarti satu tetes air atau ukuran kecil dari benda yang dapat membasahi atau tetesan zat cair. Nutfah yang disimpan dalam Rahim adalah nutfah yang telah bercampur atau nutfah amsyaj. Nutfah mengandung arti tunggal, sedangkan amsyaj mengandung arti jamak. Dengan demikian, nutfah amsyaj berarti tetesan yang bercampur dari dua air.66

b. Pembentukan ‗alaqah (segumpal darah)

Kata ‗alaq atau ‗alaqah berasal dari kata ‗alaqa yang artinya sesuatu yang membeku, tergantung, atau berdempet; sehingga ditafsirkan sebagai gumpalan darah yang bersifat seperti lintah yang menempel di dinding rahim. Surah al-‗Alaq yang pertama diturunkan kepada Rasulullah dengan perantaraan malaikat Jibril, menerangkan bahwa manusia diciptakan dari ‗alaq. Urgensi dari hal tersebut adalah mengajari manusia tentang ilmu yang belum mereka ketahui pada saat itu. Perintah membaca yang diikuti dengan informasi pengetahuan tersebut mengindikasikan bahwa manusia harus mempelajari tentang dirinya sendiri dan bagaiamana ia diciptakan.67 c. Pembentukan Mudgah (segumpal daging)

66 Ridwan Abdullah Sani, Sains Berbasis AlQuran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 48.

67 Ibid, h. 51.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun yang diharapkan adalah memberi kontribusi tentang penentuan sikap-sikap yang harus dimiliki manusia, dan memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya

Penggunaan kata ini pun berkembang seiring dengan perkembangan dalam penggunaannya. api, sebagaimana tertera dalam QS. Kata fitnah juga digunakan untuk menyebutkan

Dalam konteks seperti ini maka alquran merupakan pedoman hidup manusia sudah selayaknya ummat muslim untuk membaca alquran, karena tidak ada bacaan pun sejak manusia

pengetahuan, kemampuan manajerial dan tanggung jawab sebagai pendidik dalam bidang mata pelajaran Al Quran dan Fiqh di SMPIT atau SMAIT/Se-derajat dan rumpun bidang mata

Ada beberapa penekanan dari al-Ghazali, bahwasanya seorang pendidik adalah orang tua kedua dan pewaris ilmu para nabi, untuk itu pendidik harus menjadi teladan yang

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang ilmu politik, terkait dengan masalah

Sebagaimana yang sudah penulis paparkan di latar belakang, untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang nantinya akan melebar sehingga tidak sampai pada

Proses pendidikan di program Studi IAT Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung diarahkan agar mahasiswa memiliki kompetensi utama yang mencakup