• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: FITRIATUL ANITA NIM: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: FITRIATUL ANITA NIM: PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

RUMAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

FITRIATUL ANITA NIM: 11160340000136

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(2)

RUMAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S.Ag)

Oleh:

FITRIATUL ANITA NIM: 11160340000136

Dibawah Bimbingan

Pembimbing

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA.

NIP: 197110031999032001

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442 H/2021 M

(3)

dc

PENGESAHAN SIDANG MUNAQASYAH

Skripsi yang berjudul RUMAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 Juni 2021.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama (S.Ag) pada Program Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir.

Jakarta, 23 Juli 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Dr. Eva Nugraha, M.Ag Fahrizal Mahdi, Lc., MIRKH NIP. 19710217 199803 1 002 NIP. 19820816 201503 1 004

Anggota,

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. Hamdani Anwar, M.A Drs. H. Ahmad Rifqi Muchtar, M.A NIP. 19530107 198303 1 001 NIP. 19690822 199703 1 002

Pembimbing,

Dr. Lilik Ummi Kaltsum, MA.

NIP. 19711003 199903 2 001

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fitriatul Anita NIM : 11160340000136

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul RUMAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR‟AN adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunanya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan berdasarkan sumber kutipan aslinya. Apabila ternyata skripsi ini plagiat atau karya orang lain, maka saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.

Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 30 April 2021

Fitriatul Anita

(5)

ABSTRAK Fitriatul Anita

RUMAH DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Penelitian ini mengungkap ayat-ayat tentang rumah untuk menemukan konsep rumah perspektif Al-Qur‟an. Penyebutan kata rumah dalam Al-Qur‟an disebutkan dalam berbagai macam, yaitu al-bait, al- maskān , al-ma’wā dan al-dār. Pada masa pandemi COVID-19 rumah menjadi tumpuan segala kegiatan. Konsep utuh tentang rumah perspektif Al-Qur‟an sangat diperlukan untuk memaksimalkan fungsi rumah sesuai petunjuk Al-Qur‟an.

Penelitian ini termasuk kategori Library Research yaitu penelitian yang datanya dari penelaahan terhadap buku-buku dan literatur-literatur, sehingga diperoleh data yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mawḍū’ī yaitu metode penafsiran Al-Qur‟an yang berusaha menjelaskan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan mengacu pada satu pokok bahasan tertentu sehingga dapat menghasilkan pemahaman yang lebih sistematis. Metode mawḍū’ī dipilih karena dinilai lebih tepat untuk membangun konsep Al-Qur‟an tentang tema tertentu secara komprehensif. Data primer adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang terkait dengan pembahasan konsep rumah.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemilikan rumah dalam Al- Qur‟an dinisbahkan pada Allah Swt., pada manusia dan pada binatang.

Sedangkan fungsi rumah dalam Al-Qur‟an disebutkan sebagai tempat tinggal, tempat peribadatan, tempat penjara bagi wanita pezina serta sebagai tempat memperoleh keamanan.Tata krama terkait rumah dalam Al-Qur‟an memiliki perincian yang khusus. Al-Qur‟an mengatur tata krama bertamu baik dalam rumah yang berpenghuni maupun rumah yang tidak berpenghuni. Secara khusus Al-Qur‟an juga mengatur tata krama bertamu di rumah Nabi Muhammad Saw., serta mengatur tata krama makan di rumah karib kerabat.

Kata kunci : Rumah, Kepemilikan, Fungsi, Tata Krama

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt, atas segala nikmat iman, jasmani dan rohani. Dialah Tuhan tempat mengadu tata krama penulis sudah merasa lelah dan putus asa dalam menyelesaikan skripsi ini. Tiada henti kepada-Nya penulis meminta agar selalu diberi kesehatan, kemudahan, kesabaran dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Berkat kasih sayang, petunjuk dan rahmat-Nya penulis dapat mengolah data dan menjadi kata, yang menjadi kalimat dan menjadi paragraf- paragraf yang berisi ide, kemudian dari kumpulan paragraf menjadi bab- bab dan akhirnya jadilah skripsi ini.

Shalawat dan salam seiring kecintaan, akan senantiasa tercurah limpahkan pada baginda Rasulullah, yakni Nabi Muhammad Saw., beserta keluarga dan para sahabatnya. Sesungguhnya Ia dan merekalah yang sangat berjasa dalam menyampaikan pesan-pesan Allah Swt., sampai akhirnya pesan itu sampai kepada kita semua saat ini.

Dalam perjalanan penelitian ini, penulis menyadari bahwa skripsi yang berjudul Rumah dalam perspektif Al-Qur’an ini tidak akan selesai dengan daya dan upaya penulis sendiri, melainkan ada banyak sosok kerabat, dan orang-orang spesial dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu penulis, sehingga akhirnya tulisan ini selesai. Maka, pada kesempatan ini, penulis ingin mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya, yaitu kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis MA, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Yusuf Rahman MA, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin

beserta seluruh jajaranya.

(7)

3. Dr. Eva Nugraha, M. Ag, dan Fahrizal Mahdi, MIRKH selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir.

4. Dasrizal, M.I.S, selaku dosen penasehat akademik, dan dosen konsultasi terkait permasalahan-permasalahan akademik.

5. Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.A., selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dengan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Dosen serta seluruh staff/ Karyawan fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang telah diberikan dan atas bantuanya selama penulis menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, dan Perpustakaan Pusat Studi Al-Qur‟an (PSQ) Ciputat.

8. Teman-teman Angkatan 2016 khususnya kelas D (Albiruny), sahabat KKN 175 MAGENTA, sahabat Dwima, Taufik, Sule, Nida, Febi, Vya, Shilfa, Diva, keluarga SIMAHARAJA, ka Syarif, mbak Zuhroh, mbak Yeni, sahabat SEMMEDI‟S CLASS, sahabat KECE, Ridwan Fauzi, Shofiyah, Nurul Rahamnyantel, Teh Lusy, Neng Maulida dan Ririn Hinda, keluarga besar Padepokan Ayatirrohman khususnya kepada Ka Fatimah, Ka Anggi, Diana, Aulia, Fathin, Napik, Om Darda, Om Najih, Om Sholeh dan Om Maulana yang sukarela memberikan sumbangsih pikirannya, dan terlebih kepada Ayah Tarom dan Bu Mimin.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

yang telah memberikan dukungan dan masukannya dalam

penulisan skripsi ini.

(8)

Orang tua penulis yang tercinta, Bapak Tarmuji dan Ibu Ruinnati serta Bapak Hanafi dan Ibu Giyati yang senantiasa memberikan dukungan, biaya, do‟a dan kasih sayang yang tak terhingga dan tiada putusnya; kepada adek saya Eva Nur Faida dan Asyifa Nur Izalatun Nisa dan keluarga besar penulis, semoga keberkahan senantiasa menyertai kalian.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, dan dapat menambah khazanah keilmuan bagi penulis dan para pembaca.

Jakarta, 30 April 2021

Fitriatul Anita

(9)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman Transliterasi Arab Latin yang merupakan hasil keputusan bersama (SKB) Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. Nomor: 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543b/U/1987.

A. Konsonan

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf Latin dapat dilihat pada halaman berikut:

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

ﺍ - Tidak dilambangkan

ﺏ b Be

ﺕ t Te

ﺙ ṡ Es (dengan titik di atas)

ﺝ J Je

ﺡ ḥ h (dengan titik di bawah)

ﺥ kh Ka dan Ha

ﺩ d De

ﺫ ż Zet (dengan titik di atas)

ﺭ r Er

ﺯ z Zet

ﺱ s Es

ﺵ sy Es dan Ye

ﺹ ṣ Es dengan titik di bawah

ﺽ ḍ De dengan titik di bawah

ﻁ ṭ Te dengan titik di bawah

ﻅ ẓ Zet dengan titik di bawah

ﻉ „ Apostrof terbalik

(10)

ﻍ g Ge

ﻑ f Ef

ﻕ q Qi

ﻙ k Ka

ﻝ l El

ﻡ m Em

ﻥ n En

ﻭ w We

ﻫ h Ha

ء ` Apostrof

ﻱ y Ye

Hamzah (ء) yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apa pun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda (‟).

B. Tanda Vokal

Vokal dalam bahasa Arab- Indonesia terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau disebut doftong. Untuk vokal tunggal sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

َ a Fatḥah

َ i Kasrah

َ u Ḍa mmah

Adapun untuk vokal rangkap, sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﻱ َ ai a dan i

ﻭ َ au a dan u

(11)

alam bahasa Arab untuk ketentuan alih aksara vokal panjang (mad) dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ﺁ ā a dengan garis di atas

ﻱﻱ ī i dengan garis di atas

ﻭ ﻯ ū u dengan garis di atas

C. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan “al-“, yang diikuti huruf syamsiyah dan huruf qamariyah.

al-Qamariyah

ﺭْﻱ ﻥ ﻡﻝﺍ

al-Munīr

al- Syamsiyah ﻝﺍ ﺝ ﺭْﻝﺍ al-Rijāl

D. Syaddah atau Tasydîd

Dalam bahasa Arab syaddah atau tasydîd dilambangkan dengan “

َ “ tata krama dialihkan ke bahasa Indonesia dilambangkan dengan huruf, yaitu:

al-Qamariyah ﺓ .ﻭ ﻕْﻝﺍ al-Quwwah

al- Syamsiyah ﺓ ﺭ ْﻭ ﺭ َّﺽْﻝﺍ al-Ḍarūrah

(12)

E. Ta Marbutah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau endapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah [h]. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al-serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan ha (h). Contoh:

No Kata Arab Alih Aksara

1 ﺓ ﻕﻱ ﺭ ﻁ Ṭarīqah

2 ﺓَّﻱ ﻡ لاْﺱلإْﺍ ﺓ ﻉ ﻡﺍ ﺝْﻝﺍ al-Jāmi’ah al-Islāmiah 3 ﺩ ْﻭ ﺝ ﻭْﻝﺍ ﺓ ﺩْﺡ ﻭ Waḥdat al-Wujūd

F. Huruf Kapital

Penerapan huruf kapital dalam alih aksara ini, juga mengikuti Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) yaitu, untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya. Contoh: Abū Hāmīd al-Gazālī, al-Kindī.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang

berasal dari Indonesia sendiri, disarankan tidak dialihsarakan meskipun

akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-

Palimbani, tidak „Abd al-Samad al-Palimbānī; Nuruddin al-Raniri, tidak

Nūr al-Dīn al-Rānīrī.

(13)

G. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia

Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang belum dibakukan dalam bahasa Indonesia. Kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari pembendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur‟an (dari al-Qur‟ān), Sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh. Contoh:

Fī ẓilāl al-Qur’an

al-‘Ibārāt bi ‘umūm al-lafẓ lā bi khuṣūṣ al-sabab H. Singkatan-singkatan

Singkatan Keterangan

Qs. al-Qur`an Surah

Swt. Subḥānahu wa Ta„alā

Saw. ṣa llallāhu „Alaihi Wasallam

Ra. Raḍiyallāhu „Anhu

h. Halaman

Terj. Terjemah

M Masehi

H Hijriah

w. Wafat

(14)

x DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 5

F. Metodologi Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TERM TEMPAT TINGGAL DALAM AL-QUR'AN A.Term Tempat Tinggal dalam Al-Qur’an ... 15

1. Al-Bait ... 15

2. Al-Maskan ... 16

3. Al-Ma’wā ... 21

4. Al-Dār ... 24

5. Manzil ... 26

6. Mustaqarrun ... 27

B. Persamaan dan Perbedaan Term Rumah ... 28

(15)

BAB III KEPEMILIKAN DAN FUNGSI RUMAH ... 30

A. Kepemilikan Rumah ... 30

1. Rumah yang dinisbahkan pada Allah ... 30

2. Rumah yang dinisbahkan pada Manusia ... 33

3. Rumah yang dinisbahkan pada Binatang ... 35

B. Fungsi Rumah ... 36

1. Rumah sebagai Tempat Tinggal ... 36

2. Rumah sebagai Tempat Peribadatan ... 38

3. Rumah sebagai tempat memperoleh Keamanan ... 40

BAB IV TATAK RAMA DALAM RUMAH ... 42

A. Tata krama Memasuki Rumah ... 42

1. Rumah yang Berpenghuni ... 42

2. Rumah yang tidak Berpenghuni ... 46

B. Tata krama Bertamu di Rumah Nabi Muhammad Saw. ... 48

C. Tata krama Makan di rumah Karib Kerabat ... 51

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak muncul di akhir tahun 2019 lalu pertama kalinya di Wuhan, China, Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) kini sudah menyebar ke seluruh dunia, bahkan di Indonesia pun kasus positif masih terus meningkat dari hari ke hari. COVID-19 adalah penyakit yang ditimbulkan oleh infeksi virus corona baru atau SARS-CoV-2 yang berasal dari keluarga corona. Namun, jenis virus yang menyebar kali ini belum pernah ada sebelumnya. Mengingat cepatnya proses penyebaran dan penularan di seluruh dunia, Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan COVID- 19 sebagai pandemic global.

1

Kasus positif COVID-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada 2 Maret 2020, tata krama dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang.

2

Bahaya COVID- 19 dan percepatan penularan yang terus meningkat membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk menjaga kebersihan dan sesering mungkin untuk mencuci tangan, tidak kontak secara fisik dan tidak berhubungan sosial untuk sementara COVID-19 masih menghantui negeri ini, sehingga kebijakan untuk bekerja, belajar, ibadah di rumah serta memusatkan semua kegiatan di rumah.

3

Menurut data dari covid19.go.id pada tanggal 26 Juni 2020 tercatat bahwa yang sudah positif terjangkit COVID-19 sebanyak 50.187

1

https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/31/162000665/virus-corona--

penyebab-gejala-pencegahan-dan-kapan-harus-segera-ke-dokter?page=all diakses pada tanggal 22 Agustus 2020: 13:47 WIB

2

https://id.wikipedia.org/wiki/Pandemi_COVID-19_di_Indonesia diakses pada tanggal 22 Agustus 2020: 13:55 WIB

3

Hasbiyallah dkk,” Fikih Corona (Studi Pandangan Ulama Indonesia terhadap

Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19)”, Perpustakaan Digital UIN Sunan Gunung

Djati

,(April 2020), 2.

(17)

orang, 20.449 sembuh dan 2.620 meninggal dunia. Pemerintah Indonesia memberikan kebijakan dalam upaya menghentikan rantai penyebaran COVID-19. Kebijakan-kebijakan tersebut dari berbagai bidang, diantaranya bidang sosial seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga menghimbau masyarakat untuk tinggal di rumah saja.

5

Pemerintah Indonesia telah merumuskan definisi rumah yang dituangkan pada UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman, dimana rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya.

6

Rumah dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai bangunan untuk tempat tinggal.

7

Kata rumah dalam bahasa Arab berasal dari kata bait ( تيبلا ). Dalam kamus Maqāyis al-Lugah, kata bait berarti tempat berlindung.

8

Kata bait berasal dari kata bata ( تبا ). Bentuk jamak dari kata bait adalah abyātun dan buyūtun.

9

Di dalam al-Qur‟an kata bāta ( تبا ) dan

derivasinya terulang 73 kali dan tersebar di dalam 28 surah.

10

Dalam Al-Qur‟an pengertian rumah juga disebut dengan al-Maskan ( نكسلما ) yang berati sesuatu tempat untuk memperoleh ketenangan.

Rumah diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi penghuninya,

4

https://covid19.go.id/ diaksses pada tanggal 26 Juni 2020:13.23 WIB

5

https://nasional.kompas.com/read/2020/04/04/17042991/jubir-pemerintah-tetap- tinggal-di-rumah-adalah-solusi-terbaik-cegah diakses pada tanggal 22 Agustus 2020:

13:47 WIB

6

Agus Fitriandi dan Farida Nurhasanah, Rumah Dunia Akhirat (Jakarta:

Krigan Capital Press, 2020

), 3.

7

https://kbbi.web.id/ diakses pada tanggal 22 Agustus 2020: 08:35 WIB

8

Abū Ḥusain Aḥmad bin Fāris bin Zakariyyā, Mu’jam Maqāyīs al-Lugah (Mesir:

Dār al-Fikr, 1979), 324.

9

Abū Qāsim al-Ḥusain bin Muḥammad, al-Mufradāt fī garīb al-Qur’ān (t.t.

Maktabah Najar Muṣṭofa al-Bazar), 82.

10

Muḥammad Fuad „Abd al-Bāqī. Al Mu’jam al-Muhfaras li Alfāẓ al-Qur’ān al-

Karīm (Mesir: Dār al-Kutub. 1364 H), 140.

(18)

baik secara psikis maupun fisik. Kenyamanan psikis berkaitan dengan aspek kepercayaan, agama, adat istiadat dan sebagainya. Kenyamanan psikis lebih bersifat kualitaatif, yaitu suatu kesenangan secara jiwa.

Adapun kenyamanan fisik dapat dibagi menjadi empat jenis, yakni kenyamanan spatial (ruang), kenyamanan visual (penglihatan), kenyamanan audial (pendengaran) dan kenyamanan thermal (termis/suhu).

11

Perkembangan ruang dan bentuk rumah tinggal sebagai material budaya yang dihasilkan oleh manusia dapat digunakan untuk mengukur tingkat peradaban dan kebudayaan manusia yang hidup pada saat itu.

Perkembangan peradabaan manusia di muka bumi mengenal adanya 7 peradaban awal. Manusia pada awal peradaban dengan pola kehidupan dimulai dari „ladang berpindah‟ sampai „berladang tetap‟ di alam semesta membutuhkan ruang untuk berlindung. Disadari bahwa tidak semua kegiatan dapat dilakukan di alam terbuka. Manusia membutuhkan „kulit kedua‟ yang dapat melindungi dan mewadahi kegiatannya seperti beristirahat dan bereproduksi.

Tempat berlindung pada awalnya sangat sederhana dan terus berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia. Mulai dari mencari lekukan pada alam (goa) sampai membuat bangunan dalam bentuk rumit. Perkembangan bentuk tempat tinggal merupakan hasil dari imajinasi yang kemudian digunakan sebagai wadah kehidupan sehari-hari.

Saat ini, banyak media massa memuat berita mengenai keluhan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah agar tetap tinggal di rumah (stay at home) dan bekerja di rumah. Orang tua yang merasa berat bekerja

11

Hendra Simbolon dan Irma Novrianty Nasution, “Desain Rumah Tinggal yang

Ramah Lingkungan untuk Iklim Tropis”. Education Building, vol.3, no.1 (Juni 2017): 47.

(19)

di rumah karena terbebani oleh urusan-urusan rumah, mulai dari mengasuh anak serta mengajari anak sekolah secara online. Tugas-tugas rumah terebut sudah diberikan kepada guru di sekolah, tetapi kini harus dijalankan sendiri di rumah. Orang tua merasa tidak sanggup mendampingi anak belajar saat pandemi serta kurangnya pemahaman materi oleh orang tua dan kesulitan orang tua untuk menumbuhkan minat belajar anak di rumah. Padahal proses belajar, mengaji serta bekerja di rumah merupakan bentuk dari upaya memutus rantai COVID-19.

Penelitian ini akan mengungkap wawasan Al-Qur‟an tentang rumah.

Hasil dari penelitian diharapkan dapat menumbuhkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya rumah yang dianggap hanya sebagai tempat untuk penyimpanan barang (gudang), sebagai gaya hidup dan tempat tidur saja. Ketidaktahuan akan fungsi rumah ini dapat mengakibatkan tidak adanya rasa tenang dan aman di dalam rumah.

Dari pemaparan di atas, penulis merasa penting untuk membahas konsep rumah perspektif Al-Qur‟an. Bagaimana esensi rumah dalam konteks zaman sekarang, mengingat adanya kurang kesadaran bahwa rumah memiliki peran yang penting dalam kelangsungan hidup. Penulis merasa penting untuk membahas masalah ini guna mengetahui wawasan Al-Qur‟an tentang rumah dengan pendekatan tafsir mauḍū’ī bi al-ayah.

B. Identifikasi Masalah

Bila diidentifikasi dari judul di atas, maka masalah yang akan muncul adalah:

1. Bagaimana konsep rumah dalam Al-Qur‟an?

2. Apakah ada keterkaitan antara rumah dan manusia?

3. Apakah esensi rumah menurut Al-Qur‟an?

(20)

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang telah disebutkan diatas, maka untuk memperjelas dan menghindari pembahasan yang tidak mengarah pada maksud dan tujuan penulisan skripsi ini, penulis hanya menyusun tema bahasan ayat-ayat rumah dengan term al-bait yang hanya berkaitan dengan rumah yang dinisbahkan pada manusia

Secara spesifik rumusan masalah dalam skripsi adalah bagaimana konsep Al-Qur‟an tentang rumah?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengungkap ayat-ayat tentang rumah.

b. Menemukan konsep rumah perspektif Al-Qur‟an.

2. Manfaat Penelitian

Secara akademis penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah keilmuan tentang ulum Al-Qur‟an. Memberikan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi para pengkaji tafsir Al-Qur‟an baik perorangan maupun lembaga guna meningkatkan kualitas pemahaman Al- Qur‟an. Penelitian ini sebagai rekomendasi pihak manapun untuk memaksimalkan fungsi rumah bukan hanya pada masa pandemi.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah menelaah beberapa

hasil penelitian seputar tentang rumah berupa kitab, buku, skripsi ataupun

artikel jurnal, untuk kemudian penulis cari perbedaan temanya dengan

karya tulis yang sedang penulis susun. Penulis telah melakukan

penelusuran terhadap beberapa literatur yang bisa dijadikan sebagai

(21)

pijakan bahwa karya tulis ini belum ada yang membuat sebelumnya dan layak untuk diangkat dalam bentuk karya tulis ini. Penulis mengkategorikan menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Rumah secara Fisik dan Bangunan

a. Hendra Simbolon dan Irma Novrianty Nasution dalam artikelnya

12

menyebutkan bahwa desain rumah yang tidak sesuai dengan iklim tropis adalah jendela tipe berporos. Tipe ini mampu mensirkulasikan udara secara maksimal, juga berperan sebagai akses masuknya cahaya matahari sebagai sumber cahaya alami.

b. Nunik Junara dan Tarranita Kusumadewi dalam artikelnya

13

membahas mengenai nilai-nilai al-sunnah untuk mengkaji aspek-aspek yang di pertimbangkan dalam rumah tinggal terutama privasi dan interaksi. Hal itu karena terjadinya akulturasi budaya dan pergeseran nilai-nilai dalam rumah hunian sehingga mempengaruhi kondisi fisik dan non fisik rumah dan lingkungannya.

c. M. Benny Hermawan dalam artikelnya

14

menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa berdasarkan tinjauan lapangan dan fakta-fakta seluruh rumah tinggal yang ada tidak dijumpai ruang yang sengaja “khusus”

dirancang untuk keperluan “ Ruang Sholat”, kecuali ruang- ruang yang berfungsi ruang gabungan antara ruang keluarga/ruang tidur dengan ruang sholat.

12

Hendra Simbolon dan Irma Novrianty Nasution, “Desain rumah Tinggal yang Ramah Lingkungan Untuk Iklim Tropis”. Education Building, vol. 3, no.1(Juni 2017)

13

Nunik Junara dan Tarranita Kusumadewi,” Studi Privasi dan Aksebelitas dalam Rumah Hunian yang Memiliki Pondokan Mahasiswa ditinjau dari Nilai-Nilai As- Sunnah”. El-Harakah, vol.15, no.1(2013)

14

M. Benny Hermawan. “Explorasi Rumah Tinggal Islami di Kota Pekanbaru”.

Arsitektur Universitas Lancang Kuning

. vol.1, no.1(Januari 2014)

(22)

d. Surya Ardhy dalam artikelnya

15

menyebutkan bahwa nilai- nilai Islam sangat potensial untuk dieksplorasi dalam mengembangkan prinsip-prinsip perancangan rumah tinggal.

Dalam penerapan konsep-konsep perancangan yang diturunkan dari nilai-nilai Islam sangat memungkinkan mengadaptaasi dari kearifan-kearifan lokal sehingga pengamalan religious dapat diselaraskan dengan konteks spesifik kasus perancangan atau pembangunan. Arsitek dan masyarakat Muslim umumnya, perlu mencermati dan menjadikan nilai-nilai Islam sebagai salah satu acuan dalam merencanakan dan merancang lingkunan berhuninya.

2. Rumah dan Nilai-Nilai Islami

a. Ronim Azizah dalam artikelnya

16

menyimpulkan bahwa penerapan konsep hijab pada rumah tinggal perkotaan Surakarta memiliki dua jenis hijab yaitu: 1) hijab fisik, dengan memisahkan antara ruang publik (ruang kantor dan ruang tamu) dan ruang privat (rumah induk). 2) hijab non fisik, dengan menerapkan perilaku yang melarang kontak fisik antar pemilik rumah dengan tamu bukan muhrim atau kerabat.

b. Artikel karya Hafidz Zamroni dan Tarranita Kusumadewi

17

yang didalamnya membahas tentang Sebuah rumah yang islami memiliki dua fungsi dalam kehidupan. Pertama, menyediakan kesejahteraan dunia diantaranya rasa kasih sayang (mawaddah waraḥmah), menjamin pendidikan anak,

15

Surya Ardhy. “Penerapan Nilai-Nilai Islam dalam Sebuah Simulasi Perancangan Hunian Rumah Tinggal Sederhana”. Arsitektur dan Perencanaan, vol.1, no.

1 (Februari 2018)

16

Ronim Azizah, “Penerapan Konsep Hijab pada Rumah Tinggal Perkotaan”.

Teknik Sipil dan Perencanaan

, vol. 17, no. 2 (Juni 2015)

17

Hafidz Zamroni dan Tarranita Kusumadewi,” Menata Rumah yang Islami”. El-

Harakah

. vol. 13, no.1(Juni 2012)

(23)

menjamin kesehatan (ukhūwah Islāmiyah), membentuk individu muslim, mendukung karier, dan kesehatan. Kedua, kesejahteraan akhirat termasuk: mudah untuk melaksanakan ibadah mahdah, melaksanakan mu’āmalah dan mampu menjaga penghuninya dari hal yang dilarang dan makruh.

c. Sukmayati dalam artikelnya

18

menjelaskan bahwa rumah memiliki fungsi dan sifat yang digunakan untuk melakukan kegiatan sesuai keinginan para penghuni rumah. Perempuan sebagai pusat keluarga yang selama ini memegang peran domestik utama dalam rumah tinggal mempengarui pembentukan ruang dan pengelompokan ruang dalam rumah tinggal. Sehingga mengakibatkan adanya makna lain pada rumah tinggal. Peran gender dalam dalam rumah tinggal adalah tidak hanya sebagai peran domestik namun sebagai pemenuhan kebutuhan sosial bagi perempuan untuk berinteraksi dengan nyaman dan menjadi rumah bermanfaat bagi seluruh penghuni rumah.

d. Widyastutik Nurjayanti dalam artikelnya

19

menjelaskan mengenai pendekatan nilai Islam sangat diperlukan untuk menemukenali karakter rumah tinggal islami. Karakter atau sifat dan karakteristik atau ciri-ciri khas rumah tinggal islami dapat ditemukan dari: 1) aktivitas berdasar ibadah mencari ridlo Allah; 2) penzoningan berkonsep muhrim sesuai dengan struktur keluarga Islam; 3) tata ruang islami berkonsep akhlak mulia; 4) seni islami berupa seni tauhid untuk mendekatkan

18

Sukmayati Rahmah,” Pengaruh Hijab Perempuan pada Tata Ruang Rumah Tinggal Muslim”. Egalita, vol.7, no.1(Januari 2012)

19

Widyastuti Nurjayanti dkk. Karakter Rumah Tinggal dengan Pendekatan Nilai

Islami. Simposium Nasional RAPI XIII

. (2014)

(24)

diri dan mengingat Allah; 5) bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitarnya dengan konsep raḥmatan lil ‘ālamīn. Karakter islami dapat berpengaruh pada penataan ruang berkarakteristik islam, merupakan upaya transformasi disain dari konsep yang telah dihasilkan menjadi model disain.

3. Rumah dan Pengajaran atau Pendidikan

a. Sebuah artikel karya Haerudin

20

menjelaskan bahwa rumah memiliki fungsi bagi orang tua untuk mendidik, mendampingi serta mengawasi anak-anak yang sedang dalam proses belajar di rumah atau work from home akibat adanya COVID-19.

Selain itu, dalam proses belajar di rumah juga sebagi upaya untuk memutus rantai COVID-19.

b. Artikel karya Anita Wardani dan Yulia Azria

21

menyebutkan bahwa secara umum kendala-kendala orang tua dalam mendampingi anak belajar di masa pandemi COVID-19 adalah kurangnya pemahaman materi oleh orang tua, kesulitan orang tua dalam menumbuhkan minat belajar anak, tidak memiliki cukup waktu untuk mendampingi anak karena harus bekerja, orang tua tidak sabar dalam mendampingi anak saat belajar di rumah, kesulitan orang tua dalam mengoperasikan gadged, dan kendala terkait jangkuan layanan internet.

F. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

20

Haerudin,.” Peran Orangtua dalam Membimbing Anak selama Pembelajaran di Rumah sebagai Upaya Memutus COVID-19”. Pendidikan dan Pembelajaran Universitas

Singaperbangsa Karawang

, (Mei 2020).

21

Anita Wardani dan Yulia Azria. “Analisis Kendala Orang Tua dalam

Mendampingi Anak Belajar di rumah Pada MAsa Pandemi”. Obsesi, vol 5, no. 1(2020).

(25)

Penulis menempuh dan memakai jenis penelitian kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang data-datanya dari penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan- catatan dan laporan yang ada sehingga diperoleh data yang diperlukan yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan.

22

2. Sumber Data

Kajian yang disajiakan sumber data terbagi menjadi dua bagian yaitu primer dan sekunder. Sumber primer penelitian ini adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan kata rumah.

Karena keterbatasan penulis memahami ayat, maka dalam memaknai ayat diperlukan beberapa tafsir. Adapun tafsir yang penulis jadikan alat bantu untuk memahami ayat-ayat yang terpilih yaitu tafsir Ibnu Katsīr, al-Munīr, al-Mishbah, al-Ibrīz, Mafātih al- Gaib dan al-Sya’rawī. Alasan penulis mengambil keenam tafsir ini adalah adanya perbedaan masa penulisan pada kitab tafsir tersebut, yaitu tafsir Ibnu Katsīr dan tafsir Mafātiḥ al-Gaib pada masa klasik, al-Sya’rāwī dan al-Munīr pada masa modern dan al- Mishbah dan al-Ibrīz pada masa kontemporer, dua tafsir ini karya orang Indonesia. Selain tafsir-tafsir tersebut, penulis juga menggunakan beberapa artikel lain yang menjadi sumber sekunder penelitian ini.

3. Metode Penelitian

Penulis menggunakan metode deskriptif-analitis. Metode deskripstif analisis diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek dan obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan

22

M. Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Pt. Ghalia Indonesia, 2003), 27.

(26)

lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.

23

Metode deskriptif adalah studi utnuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat.

24

Sedangkan metode tafsir Al-Qur‟an yang digunakan adalah metode mawdū’ī, penulis merujuk pada „Abd al-Hay al Farmāwī dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Memilih atau menetapkan masalah yang akan dibahas (topik/tema). Tema yang penulis tetapkan adalah rumah dalam Al-Qur‟an.

b. Melacak dan menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang telah ditetapkan. Penulis menghimpun ayat-ayat Al-Qur‟an yang membicarakan tentang rumah. Secara rinci akan dibahas dalam Bab II.

c. Mempelajari ayat demi ayat yang berbicara tentang rumah sambil memperhatikan sabab nuzul-nya.

d. Mengetahui korelasi (munāsabah) ayat-ayat rumah tersebut dalam surahnya masing-masing.

e. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, sistematis dan utuh. Kerangka pembahasan dalam skripsi ini merupakan hasil klasifikasi dan kategorisasi ayat-ayat yang berkaitan dengan rumah.

f. Melengkapi penjelasan ayat dengan hadis, riwayat sahabat dan lain-lain yang relevan bila dipandang perlu, sehingga pembahasan menjadi semakin sempurna dan semakin jelas.

23

Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kuantitatif (Yogyakarta: Deepublish,2018), 141.

24

Ismail Nurdin dan Sri Hartati, Metode Penelitian Sosial (Surabaya: Media

Sahabat Cendekia,2019), 33.

(27)

g. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematik dan menyeluruh dengan cara menghimpun ayat-ayat yang mengandung pengertian serupa, mengkompromikan antara pengertian yang

‘am dan khaṣ, antara yang muṭlaq dan muqayyad, mensinkronkan ayat-ayat yang lahirnya tampak kontradiktif, menjelaskan ayat nasikh dan mansukh, sehingga semua ayat tersebut bertemu pada satu muara, tanpa perbedaan dan kontradiksi atau tindakan pemaksaan terhadap sebagian ayat kepada makna-makna yang sebenarnya tidak tepat.

25

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membaginya dalam lima bab, dimana setiap babnya mempunyai spesifikasi dan penekanan mengenai topic tertentu, yaitu :

Bab pertama adalah latar belakang masalah, identifikasi masalah dan rumusan masalah, pendekatan yang digunakan untuk menganalisa masalah, tujuan dilakukannya penelitian, kajian pustaka untuk menunjukkan penelitian lama yang masih berkaitan dan relevan dengan penelitian yang dilakukan penulis hingga sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan pembahasan mengenai term rumah dalam Al-Qur‟an yang meliputi al-bait, al-maskan, al-dār, al-ma’wā, manzilun dan mustaqarrun.

25

Abd. Ḥay Al-Farmāwī, Al-Bidāyah Fī al-Tafsīr al-Mauḍū’ī, terj. Suryan A.

Jamrah (PT Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1994), 45.

(28)

Bab ketiga merupakan penjelasan mengenai kepemilikan dan fungsi rumah.

Bab keempat menjelaskan mengenai tata krama-tata krama yang terkait dengan rumah.

Bab kelima merupakan bab terakhir dari penelitian ini yang

berisikan penutup, kesimpulan dan saran-saran.

(29)
(30)

15 BAB II

TERM TEMPAT TINGGAL DALAM AL-QUR’AN

Al-Qur‟an menggunakan term-term tata krama menjelaskan tentang rumah. Istilah rumah dalam Al-Qur‟an terdapat dalam enam kata yang sepadan yaitu al-bait, al-maskan,al-dār, al-ma’wā, mustaqarrun dan manzil.

A. Term Tempat Tinggal dalam Al-Qur’an 1. Al-Bait

Kata al-bait berasal dari bahasa Arab تبا . Dalam kamus Maqāyis al-Lugah, kata bait berarti tempat berlindung.

1

Kata bait berasal dari kata bāta ( تبا ). Bentuk jamak dari kata bait adalah abyātun dan buyūtun.

2

Dalam Mu’jam al-Mufahras Li Alfāz Al-Qur’ān al-Karīm term bait dan kata-kata yang seasal kata tersebut disebutkan dalam Al-Qur‟an sebanyak 51 kali

3

.

Bentuk Kata Lafadz Qur’an : Surat Kata Benda

ٌٌتْيَ ب [2]:125, [2]:158, [2]:127, [3]:96, [3]:97, [5]:2, QS.

[5]:97, [8]:35, [10]:73, QS.

[17]:93, [22]:26, [22]:29, [22]:33, [28];12, [29]:41, [33]:33, [52]:36, [52]:4, [106]:3.

1

Abū Ḥusain Aḥmad bin Fāris bin Zakariyyā, Mu’jam Maqāyis al-Lugah (Mesir:

Dār al-Fikr, 1979), 324.

2

Abū Qāsim al-Ḥusain bin Muḥammad, al-Mufradāt fī garīb al-Qur’ān (t.t.

Maktabah Najar Muṣṭofa al-Bazār) , 82.

3

Muḥammad Fuad „Abd al-Bāqy. Al Mu’jam al-Muhfaras li Alfāẓ al-Qur’ān al-

Karīm (Mesir: Dār al-Kutub. 1364 H), 140.

(31)

ٌِتْوُ يُ ب [2]:189, [4]:15, [24]:36, [33]:53.

ٌُ يُ بٌْو

ًٌت [7]:74, [10]:87 [15]:82,

[16]:68, [16]:80, [24]:29, [24]:61, [26]:149, [66]:11.

ٌْمُكِتْوُ يُ ب [3]:49, [10]:10, [16]:80, [24]:38, [24]:61.

ٌ نُكِتْوُ يُ ب [33]:33, [33]:34, [33]:13, [28]:52, [33]:33, [33]:34.

ٌْمِِتِْوُ يُ ب [28]:52, [43]:33, [43]:34, [59]:2.

ٌّنِِتِْوُ يُ ب [65]:1.

ًٌتاَيَ ب [7]:4, [7]:97, [10]:50.

Kata al-bait dalam Al-Qur‟an hanya disebutkan dalam bentuk kata benda. Dari penelusuran penulis, telah ditemukan dua tema terkait term al-bait dalam Al-Qur‟an. Tema yang pertama dalam lafadz al- bait yang berkaitan dengan rumah dan tema yang kedua tidak berkaitan dengan rumah. Term al-bait dalam Al-Qur‟an yang tidak berkaitan dengan hanya terdapat dalam Qs. al-A‟rāf/7:4, Qs. al-A‟rāf /7:97, dan Qs. Yūnus/10:50. Selain empat ayat tersebut term al-bait memiliki kaitan dengan rumah.

2. Al-Maskan

Kata al-maskan berasal dari kata sakana-yaskunu yang artinya

tetap atau tenang, sehingga rumah sebagai tempat menetap dengan

tenang. Kata al-Maskan dalam kamus al-Mu’jam al-Muhīṭ berarti

(32)

tempat tinggal.

4

Kata sakana atau sukkān juga bisa digunakan bagi penghuni rumah atau kampung, karena mereka telah bermukim dan menetap secara mantap di tempat tersebut, tanpa berpindah-pindah.

5

Kata sakana diambil dari kata al-sukun yaitu tetap dan diam yang merupakan antonim dari al-harakah yaitu pergerakan.

6

Kata sakana bentuk jamaknya adalah al-masākin. Kata ini biasanaya digunakan untuk menununjukkan tempat tinggal.

7

Kata sakana memiliki isim makān yaitu maskanun dan jamaknya yaitu masākinu seperti yang terdapat dalam QS. al-Aḥqāf/46:25.



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ

ٌ 



ٌٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 

Artinya: “yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah ٌٌ

Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa”

Kata sakīnah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia dengan ejaan yang disesuaikan menjadi sakinah yang berarti kedamaian, ketentraman, ketenangan dan kebahagiaan.

8

Rumah berfungsi sebagai tempat mencari ketenangan dan kebahagiaan batin. Istilah keluarga

4

Ibrāhīm Ānis dan „Abdul Ḥalim Muntaṣir, Mu’jam al-Muḥīt (Majma‟ Lugah al-

„Arabiyyah, 2014), 440.

5

M. Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur’an, jilid III, cet I (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 864.

6

Ibn Manzūr. Lisān al-„Arab (Beirut: Dār Ṣādir), 2052.

7

Abū Ḥusain Aḥmad bin Fāris bin Zakariyyā, Mu’jam Maqāyis al-Lugah, 311.

8

A.M. Ismatullah.” Konsep Sakinah, Mawaddah dan Rahmah dalam Al-Qur‟an

(Pespektif Penafsiran Kitab Al-Qur‟an dan Tafsirnya)”. Mazahib .vol.14, no.1 (Juni

2015), 55.

(33)

sakinah disebutkan dalam Al-Qur‟an untuk menggambarkan keluarga yang tentram

9

.

Indikator keluarga sakinah diantaranya adalah:

1. muncul rasa saling perhatian

2. saling mencintai antar anggota keluarga atas dasar adanya rasa tanggungjawab diantara mereka

3. saling menerima kekurangan dan saling menghargai. Hal ini pada dasarnya dapat menciptakan suasana keserasian dan keharmonisan dalam sebuah rumah tangga.

10

Kata sakīnah memiliki arti ketenangan. Allah telah memberikan ketenangan dan rasa aman kepada Nabi Muhammad Saw.

dan Abu Bakar tata krama mereka dikejar dan bersembunyi dalam gua Hira‟. Firman Allah Swt.:

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ

ٌ 



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ

ٌ 

ٌ 



ٌٌ



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

 ٌ



ٌ

ٌ 

ٌ 



ٌٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌٌٌ 

9

Sebagaimana Allah telah berfiman dalam Qs. Al-Rum/30:21 Di dalam rumah inilah manusia membangun keluarga sakinah, yaitu tatanan keluarga yang membawa kebahagiaan dan ketenangan hati. Sebagaimana firman Allah SWT.:



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌٌ

ٌ 

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ 

Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”.

10

Ali Zainuddin, Hukum perdata Islam Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006),

7.

(34)

Artinya: “Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang dari dua orang tata krama keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir Itulah yang rendah. dan kalimat Allah Itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Qs. al- Taubah/9:40).

Di dalam Mu’jam al-Muhfaras Li Alfāz Al-Qur’an al-Karīm kata sakana dan kata-kata yang sesuai dengan kata tersebut disebutkan dalam Al-Qur‟an sebanyak 67 kali.

11

No. Bentuk Kata Lafadz Qur’an: Surat 1. Kata Kerja

ٌْمُتْ نَكَس [65]:6.

اْوُ نُكْسَتِل [10]:67, [28]:73, [30]:21, [40]:61.

ٌَنْوُ نُكْسَت [28]:72.

ٌَنُكْسَيِل [7]:189.

ٌْوُ نُكْسَيِل [27]:86.

ٌْنُكْسَت [28]:58.

ٌُتْنَكْسَا [14]:37.

ٌُها نَكْسَا [23]:18.

11

Muḥammad Fuād „Abd al-Bāqy. Al Mu’jam al-Muhfaras li Alfāẓ al-Qur’ān al-

Karīm, 353.

(35)

ٌْنِكْسُي [42]:32.

ٌْمُك نَ نِكْسُنَلَو [14]:14.

2. Kata Perintah

ٌْنُكْسُا [2]:35, [7]:19.

اْوُ نُكْسُا [7]:161, [17]:104.

ٌ نُىْوُ نِكْسَا [65]:6.

3. Kata Benda

ٌٌنَكَس [10]:103.

اًنَكَس [6]:96, [16]:80.

اًنِكاَس [25]:45.

ٌٌةَنْ يِكَس [2]:248, [48]:4, [48]:18.

ٌُوَتَ نْ يِكَس [9]:26, [9]:40, [48]:26.

ٌْمِهِنَكْسَم [24]:15.

ٌْنِكاَسَم [9]:24, [14], [61]:12.

ٌْمُكُنِكاَسَم [21]:13, [27]:18.

ٌْمُهَ نِكاَسَم [20]:128, [28]:58,

[29]:38, [32]:26 , [46]:25.

ٌٍةَنْوُكْسَم [24]:29.

ٌُةَنَكْسَمَلْا [2]:61, [3]:112.

(36)

ٌٌْيِكْسِم [3]:184, [17]:26, [30]:38, [68]:24, [69]:34, [74]:44, [89]:18, [108]:3.

اًنْ يِكْسِم [58]:4, [76]:8, [90]:16.

ٌُْيِكاَسَم [2]:83, [2]:188, [2]:215, [4]:8, [4]:36, [5]:89, [5]:95, [8]:41, [9]:60, [18]:79, [24]:22, [59]:7.

اًنْ يِّكِس [12]:31.

3. Al-Ma’wā

Kata al-Ma‟wā ( ىوألما ) adalah isim makān dari akar kata awā- ya’wī-awiyyan wa ma’wā ( ىوأموٌياوا ٌ - ٌىويأ ٌ – ٌىوا ). Ibnu Faris, seperti yang dikutip oleh Quraish Shibab, menyebutkan bahwa rangkaian kata yang terdiri dari huruf hamzah ( أ ), waw ( و ) dan ya‟ ( ي ) memiliki arti

عمتج yaitu berkumpul. Ma’wa adalah tempat kembali (berkumpul) segala sesuatu, baik itu siang dan malam.

12

Di dalam berbagai bentuknya, kata ini disebut 22 kali dalam Al-Qur‟an.

13

Kata al-Ma’wā digunakan untuk menunjuk kepada dua tempat kembali (berkumpul) manusia di akhirat kelak, yaitu surga dan neraka. Surga sebagai ma’wā disebut 3 kali dan neraka sebagai ma’wā disebut 19 kali.

14

Term

12

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosakata, 539.

13

Muḥammad Fuād „Abd al-Bāqy , Al Mu’jam al-Muhfaras li Alfāẓ al-Qur’ān al-

Karīm,

103.

14

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosakata, 539.

(37)

ma’wā dalam Al-Qur‟an hanya berbentuk kata benda dan tidak ditemukan dalam bentuk kata kerja maupun kata perintah.

Bentuk Kata Lafadz Qur’an : Surat Kata Benda

ىَوْأَم [32]:19, [53]:15, [79]:39, [79]:41.

ٌْمُكىَوْأَم [29]:25, [45]:34, [57]:15.

ٌُوىَوْأَم [3]:162, [5]:72, [8]:16.

ٌْمُهىَوْأَم [3]:151,[3]:197,[4]:97,[4]:21,[9]:73, [9]:95,[10]:5,[13]:18, [17]:97, [24]:57,[32]:20, [66]:9.

Penyebutan kata ma’wa yang berarti surga terdapat dalam Qs. al- Sajdah/32:19, Qs. al-Najm/53 dan Qs. al-Nāzi‟āt/79:41.

Ma’wā yang berkaitan dengan surga sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh terdapat dalam Qs.

al-Sajdah/32:19:



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌٌٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌٌ



ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



15

Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, Maka bagi mereka jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang mereka kerjakan. Dan Adapun orang-orang yang Fasik (kafir) Maka tempat mereka adalah Jahannam. Setiap kali mereka hendak keluar daripadanya, mereka dikembalikan ke

15

Qs. al-Sajdah/32:19-20.

(38)

dalamnya dan dikatakan kepada mereka: "Rasakanlah siksa neraka yang dahulu kamu mendustakannya."

Ma’wa yang berkaitan dengan pembicaraan tentang balasan surga sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang takut melakukan maksiat kepada Tuhannya serta bagi orang yang tidak menuruti hawa nafsunya terdapat dalam Qs. al-Nāzi‟āt/79:41.

16

Kemudian ma’wā dalam Qs. al-Najm/53:15

17

berkaitan dengan sidratul muntahā yang disana terdapat jannah al-Ma’wa.

Ma’wa sebagai tempat kembali bagi orang-orang yang kafir dan berkata bahwa Allah adalah Isa al-Masih putra Maryam serta orang yang menyekutukan Allah SWT. seperti yang terdapat dalam Qs. al- Māidah/5:72. Dalam Qs. al-Anfāl/8:16 disebutkan bahwa orang yang mengangkat orang kafir sebagai pemimpin juga akan dikembalikan ke neraka kelak. Berbagai bentuk kedurhakaan serta pelanggaran yang diperbuat manusia di dunia akan mendapat tempat kembali di akhira berupa neraka. Seperti orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Allah yang terdapat dalam Qs. Yūnus/10:7-8, orang yang melupakan hari pertemuan dengan Allah yang terdapat dalam Qs. al- Ḥ adīd/57:15, orang yang menjadikan berhala sebagai sesembahan seperti yang terdapat dalam Qs. al-„Ankabut/29:25 serta orang yang sesat tempat kembalinya kelak adalah neraka.



16

ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ

ٌٌٌ 

Artinya:”Maka Sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)”



17

ٌ



ٌ



ٌ

ٌٌٌ 

Artinya: “di dekatnya ada surga tempat tinggal”

(39)

4. Al-Dār

Dār berarti rumah tempat menetap atau tempat tinggal karena sebagai pusat tempat saling menjaga. Kata dār juga ada yang membaca mufrodnya sebagai ةراد sedangkan bentuk jamaknya رياد.

Kemudian kosakata berkembang hingga ada juga yang menyebutnya

رادٌةدلبلا . Kata ةدلبلا 'negara' disebutkan menggunakan kata dār. Kata

ٌ عقصلا atau daerah disebutkan menggunakan kata dār. Begitupula menyebut kata dunia juga sebagai dār. Adapun penggunaan kata ٌراد ةرخلااٌرادلاوٌايندلا menunjukkan atau mengisyaratkan bahwa dār adalah tempat tinggal.

18

Firman Allah Swt. Qs. al-An‟ām/6:127:



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



Artinya : “bagi mereka (disediakan) darussalam (syurga) pada sisi ٌٌٌ

Tuhannya dan Dialah pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan.”

Kata dār al-salām dalam ayat diatas memiliki arti surga.

Penunjukan kata dār yang memiliki makna tempat tinggal pada hari akhir juga terdapat dalam Qs. al-Baqarah/2:94.

Kata dār dan berbagai derivasinya dalam Al-Qur‟an disebut sebanyak 55 kali. Kata dār berasal dari kata dawara yang artinya bergerak dan kembali pada tempat semula.

19

Kata ini kemudian memiliki pengertian luas yaitu tempat tinggal atau rumah, karena rumah berfungsi sebagai tempat kembali setelah melakukan berbagai

18

Abū Qāsim al-Ḥusain bin Muḥammad, al-Mufradāt fī garīb al-Qur’ān, 231.

19

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosakata, 127.

(40)

aktivitas.

20

Term dār dalam Al-Qur‟an hanya berbentuk kata benda dan tidak ditemukan dalam bentuk kata kerja serta kata perintah.

Bentuk Kata Lafadz Qur’an : Surat Kata Benda

ٌٌراَد [2]:94, [6]:32, [6]:127,

[6]:135, [7]:154, [7]:169, [10]:25, [12]:109, [13]:22, [13]:24, [13]:25, [13]:42, [14]:28, [16]:30, [16]:30, [28]:38, [28]:77, [28]:83, [29]:64, [33]:29, [35]:35, [38]:45, [40]:39, [40]:52, [41]:28, [59]:9.

ٌْمُكِراَد [11]:65.

ٌِهِراَد [28]:81.

ٌْمِىِراَد [7]:78, [7]:91, [13]:31, [29]:38.

ٌْرَيادِّلا ٌ [17]:5.

ٌْمُكِرَياِد [2]:84, [4]:66, [60]:8, [60]:9.

ٌَنِرَياِد [2]:246.

ٌْمِىِرَياِد [2]:85, [2]:243, [3]:195,

20

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosakata, 164.

(41)

[11]:67, [11]:94, [22]:40, [33]:27, [59]:2, [59]:8.

اًر ياَد [71]:26.

ٌٌةَرِئاَد [5]:52, [9]:98, [48]:6.

ٌْرِئاَوَد [9]:98.

5. Manzilun

Manzilun adalah isim makan yang merupakan turunan dari kata

لزن -

ٌٌليزنت yang artinya „turun‟ atau „tinggal di‟ atau „menetap‟. Jadi manzilun adalah tempat berhenti atau menetap.

21

Dalam Al-Qur‟an terdapat 9 kata turunan yang berbentuk kata benda.

Bentuk Kata Lafadz Qur’an : Surat Kata Benda ٌٌلْيِزْنَ ت [32]:2, [36]:5, [39]:1,

[40]:2, [41]:2, [41]:42, [45]:2, [46]:2, [56]:80, [69]:43.

ًٌلْيٌِزْنَ ت [17]:106, [20]:4,

[25]:25, [76]:23.

ٌَلِزاَنَم [10]:5, [36]:39,

اَُلُِّزَ نُم [5]:115

ٌٌل زَ نُم [6]:114

ٌَنْوُلِزْنُم [29]:34, [56]:69

21

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian Kosakata, 722.

(42)

ٌَْيِلِزْنُم [12]:59, [23]:29,[36]:28

ًٌلاَزْ نُم [23]:29

ٌَْيِلَزْ نُم [3]:124

6. Mustaqorrun

Lafad mustaqorrun berasal dari kata qarra-yaqirru. Qarra berarti

„kokoh tertancap di tempatnya‟. Dalam Al-Qur‟an disebut 38 kali.

22

Makna mustaqarrun memiliki makna tempat kediaman dibumi.

Allah Swt. berfiman dalam Qs. al-Baqarah/2:36.



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌ



ٌ

ٌ 



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ



ٌ

ٌٌٌ 

Artinya:”Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan ٌ

dikeluarkan dari Keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan." Qs. al-Baqarah/2:36.

Dalam Al-Qur‟an lafadz mustaqarrun hanya berbentuk kata benda.

Bentuk Kata lafadz Qur’an: Surat Kata Benda

ٌّرَقَ ت [20]:40, [28]:13,

[33]:51

ٌَنْرَ ق [33]:33

ىِّرَ ق [19]:26

ٌُْتْرَرْ قَا [2]:84, [3]:81

22

M. Quraish Shihab, Ensiklopedi Al-Qur’an Kajian ,759.

(43)

ٌَنْرَرْ قَا [3]:81

ٌ رِقُن [22]:5

ٌ رَقَ تسْا [7]:143

راَرَقْلا [14]:26, [14]:29,

[23]:13, [23]:50, [38]:60,

[40]:39,[77]:21

ارًاَرَ ق [28]:61, [40]:64

ٌُة رُ ق [25]:74, [28]:9.[32]:17

ٌ رَقَ تْسُم [2]:36,[6]:67,[6]:98,[

7]:24,[36]:38,[75]:12

اًرَقَ تْسُم [25]:24,[25]:66,[25]:7

6

اَى رَقَ تْسُم [11]:6

ٌ رِقَتْسُم [54]:3, [54]:38

اًّرِقَتْسُم [27]:40

رْيِرِاَوَ ق [28]:44

اَرْ يِرِاَوَ ق [76]:15, [76]:16

Dari term-term tersebut, penelitian ini hanya mengkaji ayat-ayat dengan term al-bait, karena term al-bait berkaitan dengan fungsi serta tata krama dalam rumah.

B. Perbedaan dan Persamaan dari Term-Term Rumah

Setelah menelusuri semua term rumah dalam Al-Qur‟an, penulis menemukan perbedaan dan persamaan dari masing-masing term.

Berikut adalah perbedaan dan persamaan antara term-term rumah

dalam Al-Qur‟an.

Referensi

Dokumen terkait

2. Lihat juga al-Suyūṭī, al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, h. Lihat juga al-Suyūṭī, al-Itqān Fī ‘Ulūm al-Qur’ān, h.. Nama-nama surah dan nama lainnya yang

Bidang atau seksi yang menangani kerja sama melaporkan hasil penatausahaan kerja sama kepada Kepala UK/UPT, yang selanjutnya Kepala UK/UPT secara berjenjang wajib menyampaikan

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan di bidang embriologi, terdapat beberapa konsep tentang perkembangan (embriologi) manusia sebelum Alquran diturunkan,

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menyusun materi dalam bentuk power point sesuai dengan bahan kajian yang telah ditentukan dalam matakuliah Telaah Teks Arab. Deskripsi Tugas

Capaian Pembelajaran Mahasiswa mampu menyusun materi dalam bentuk power point sesuai dengan bahan kajian yang telah ditentukan dalam matakuliah Rasmul Qur’an. Deskripsi Tugas

Karena agama merupakan hubungan antara seorang makhluk dengan sang Khalik, selain itu Allah sebagai sang pencipta memerintahkan kepada kita makhluk-Nya untuk tidak

Mata kuliah ini memuat pembelajaran gramatikal dan sintaksis bahasa Inggris yang diperlukan mahasiswa untuk membaca teks-teks berbahasa Inggris (text reading),

Skripsi Yang Ditulis Oleh Siti Azizah, Program Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (Uin)Mataram 2019, Dengan