• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

2.1. Narkotika dan Obat Berbahaya (Narkoba)

2.2.3 Rute Sintesis Metamfetamin

 

   

Metamfetamin dapat disintesis atau diproduksi melalui beberapa rute. Sedikitnya ada

 

6 (enam) rute sintesis metamfetamin yang seringkali digunakan dan ditemukan dalam produksi ilegalnya.

   

Berdasarkan bahan baku dasarnya, terdapat 2 (dua) grup rute sintesis metamfetamin yaitu (a) sintesis dimulai dengan fenil-2-propanon, menghasilkan metamfetamin rasemat, seperti rute leuckart dan reductive amination dan (b) rute sintesis menggunakan bahan murni bersifat optis l-efedrin atau d-pseudoefedrin sebagai bahan baku awal menghasilkan d-metamfetamin yang efek stimulannya lebih baik. Rute yang digunakan adalah Nagai route, Birch reduction, Rosenmund hydrogenation dan Emde route dengan kloro efedrin sebagai produk intermediet (Remberg&Stead, 1999).

   

Salah satu senyawa kimia yang sangat popular digunakan pada sintesis metamfetamin adalah fenil-2-propanon. Rute sintesis metamfetamin dengan senyawa ini sangat mudah yang disebabkan oleh struktur senyawa yang relatif sederhana dan juga sudah popular penggunaannya. Senyawa fenil-2-propanon ini sangat mudah disintesis dari benzil sianida, asam fenil asetat, kloroaseton ataupun benzil klorida dan asetonitril ( United Nations on Drug and Crime, Characterization/Impurity Profiling of Methamfetamine Tablets In South-East Asia).

Senyawa/bahan kimia lain yang digunakan sebagai bahan awal sintesis metamfetamin adalah efedrin serta pseudoefedrin. Senyawa ini secara ilegal telah lama digunakan dalam produksi metamfetamin. Namun larutan efedrintidak stabil terhadap sinar matahari langsungdan oksigen. Oksidasi efedrin atau pseudoefedrin menghasilkan 2-metilamino-1-fenil-1-propanon, benzaldehida atau asam benzoat (

 

United Nations on Drug and Crime, Characterization/Impurity Profiling of

 

Methamfetamine Tablets In South-East Asia).

 

   

Pengalaman menunjukkan bahwa perubahan kecil dalam sintesis dapat berpengaruh pada formasi yang dihasilkan dan tentunya mempengaruhi kompleksitas pengotornya. Hal-hal yang mempengaruhi profil pengotor dalam metamfetamin hasil akhir dari sintesis antara lain : a) temperatur reaksi, b) waktu reaksi, c)skala reaksi dan proporsi bahan kimia awal yang digunakan dan d)tingkatan dan cara pemurnian produk intermediet dan produk akhir (Remberg&Stead, 1999) .

    2.2.4. Mekanisme Kerja      

Metamfetamin adalah senyawa yang mempunyai efek simpatomimetik tak langsung dengan aktivitas sentral maupun perifer. Strukturnya sangat mirip dengan katekolamin endogen seperti epinefrin, norepinefrin dan dopamin. Efek alfa dan beta adrenergik disebabkan oleh keluarnya neurotransmiter dari daerah presinap. Metampetamin juga mempunyai efek menghalangi re-uptake dari katekolamin oleh neuron presinap dan menginhibisi aktivitas monoamin aksidase, sehingga konsentrasi dari neurotransmitter cenderung meningkat dalam sinapsis. Mekanisme kerja metampetamin pada susunan saraf pusat dipengaruhi oleh pelepasan biogenik amine yaitu dopamin, norepinefrin dan serotonis atau ketiganya dari tempat penyimpanan pada presinap yang terletak pada akhiran saraf. Efek yang dihasilkan dapat melibatkan neurotransmitter atau sistim monoamine oxidase (MAO) pada ujung presinaps saraf.

    2.2.5 PATOFISIOLOGI      

Penggunaan metampetamin kronis dan dosis tinggi menimbulkan perubahan toksik secara patofisiologi. Efek toksik penggunaan metampetamin kronis dengan dosis tinggi terhadap:

   

a. Otak

 

Penggunaan metampetamin secara kronis dengan dosis tinggi akan menginduksi perubahan toksik pada sistim monoaminergik pusat. Seiden dan kawan

 

kawan melakukan penelitian pada kera dengan menyuntikkan sebanyak 8kali/hari (dosis 3-6,5 mg/kg) selama 3-6 bulan. Setelah 24 jam pemberian dosis terakhir memperlihatkan kekosongan norepinefrin pada semua bagian otak (pons, medula, otak tengah, hipothalamus dan korteks frontal). Setelah 3-6 bulan suntikan terakhir, norepinefrin masih tetap rendah di otak tengah dan korteks frontal. Sedangkan pada hipothalamus dan pons kadar norepinefrin sudah meningkat. Kadar dopamin terdepresi hanya pada darah, bagian otak lain tidak terpengaruh. Kondisi toksik metampetamin ini juga mempengaruhi sistim serotoninergik, hal ini diperlihatkan dengan perubahan aktivitas triptophan hidroksilase terutama pada penggunaan fenfluramin. Rumbaugh melaporkan pada pemakaian amfetamine kronis dengan dosis tinggi mempengaruhi vaskularisasi otak. Penelitian pada kera yang diberi injeksi metamfetamin selama 1 tahun menunjukkan perubahan yang luas dari arteriola kecill dan pembuluh kapiler.

   

b. Perifer  

Efek yang menonjol adalah terhadap kerja jantung. Katekolamin mempengaruhi sensitivitas miokardium pada stimulus ektopik, karena itu akan menambah resiko dari aritmia jantung yang fatal. Efek perifer yang lain adalah terhadap pengaruh suhu (thermo-regulation). Amfetamine mempengaruhi pengaturan suhu secara sentral di otak oleh peningkatan aktivitas hipothalamus anterior. Penyebab kematian yang besar pada toksisitas amfetamine disebabkan oleh hiperpireksia. Mekanisme toksisitas dari amfetamine terutama melalui aktivitas sistim saraf simpatis melalui situmulasi susunan saraf pusat, pengeluaran ketekholamin perifer, inhibisi re uptake katekholamine atau inhibisi dari monoamin aksidase. Dosis toksik biasanya hanya sedikit diatas dosis biasa. Amfetamine juga merupakan obat/zat yang sering disalahgunakan.

Efek amfetamine yang berhubungan dengan penyalahguaan dapat dibedakan dalam 2 fase:

1. Fase awal Selama fase ini efek akut dari amfetamine ditentukan oleh efek farmakologinya (pelepasan dopamin) dan akan menimbulkan:

a) Euforia

 

b) Energi yang meningkat  

 

Efek ini timbul sesaat setelah mengkonsumsi  

2. Fase konsilidasi Konsumsi yang lama dan intermiten, membuat individu akan meningkatkan dosis untuk mendapatkan efek yang lebih besar. Pada pemakaian yang terus-menerus individu akan meningkatkan frekuensi dan dosis zat untuk merasakan flash atau rush dari penggunaan amphetamine. Selama masa transisi penggunaan dosis tinggi, individu menggunakan amfetamine yang bereaksi cepat, yaitu secara intravena atau dihisap.     2.3.Sonikasi      

Sonikasi termasuk kedalam ekstraksi cair-cair. Pada ektraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair-cair terutama digunakan bila pemisahan campuran dengan cara destilasi tidak mungkin dilakukan misalnya karena pembentukan azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis. Seperti ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan kedua fase cair itu sesempurna mungkin. Sonikasi memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan frekuensi 42kHz yang dapat mempercepat waktu kontak antara sampel dan pelarut meskupun pada suhu ruang. Hal ini menyebabkan proses perpindahan massa senyawa bioaktif dari dalam sel tanaman ke pelarut menjadi lebih cepat. Sonikasi mengandalkan energi gelombang yang menyebabkan proses kavitasi, yaitu proses pembentukan gelembung-gelembung kecil akibat adanya transmisi gelombang ultrasonik untuk membantu difusi pelarut kedalam dinding sel tanaman .(Ashley, et.al ,2001). Metode ekstraksi sonikasi juga efisien dan mempersingkat waktu ekstraksi (Melecchi et al.2006)

   

Energi dalam ultrasonik merupakan intensitas gelombang ultrasonik yang merambat dan membawa energi pada suatu luas permukaan per satuan waktu. Jika energi gelombang ultrasonik tersebut melalui jaringan, maka akan melepaskan energi kalor sehingga terjadi pemanasan yang mengakibatkan suhu jaringan meningkat dan kemudian menimbulkan efek kavitasi, yaitu pembentukan, pertumbuhan dan pecahnya gelembung didalam sebuah cairan. Ketika gelembung kavitasi akustik pecah

 

mendekati atau pada permukaan solid, maka permukaan solid tersebut memberikan resistensi terhadap aliran cairan. (Bendicho, 2000)

   

Sedangkan kelemahan metode sonikasi yaitu harganya yang mahal dan membutuhkan proses curing (Ulilalbab, 2012). Proses curing pada prinsipnya merupakan suatu proses terjadinya reaksi kimia awal jaringan ikat kolagen kulit dengan bahan curing baik dengan menggunakan bahan curing asam, basa ataupun enzim. Proses curing menyebabkan struktur ikatan intermolekuler dan intramolekuler pada protein kolagen kulit melemah ataupun terjadi proses pemutusan rantai ikatan asam amino secara parsial (Kolodziejska,2007;Hidayat,2008)

Gambar 2.2 menunjukkan perangkat ultrasonik yang paling umum digunakan saat ini dalam aplikasi analitis. Tidak semua perangkat berkinerja sama dan tidak semua ditujukan untuk aplikasi yang sama. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu ketika mengembangkan kimia analitik dengan bantuan ultrasonikasi adalah pengetahuan tentang perbedaan antara peralatan ultrasonik yang tersedia, terutama dari keuntungan dan kerugian yang telah diperkirakan untuk masing-masing.

                                    2009) (Luis,

 

Gambar 2.2 Teknologi ultrasonik : (a) probe kaca silika; (b) probe spiral; (c) probe ganda; (d) sonoreaktor; (e) dan (f) prob multi; (g) horn microplate; (h) horn cup

 

 

2.3.1. Kavitasi

 

Suara, termasuk ultrasonik, yang diteruskan melalui media fisik oleh gelombang yang mengkompresi dan meregangkan jarak molekul dari medium yang dilalui hilang. Karena ultrasound yang melalui medium pada Gambar 2.2 dimana jarak rata-rata antara molekul akan bervariasi karena mereka terombang-ambing terhadap posisi rata-

 

rata mereka. Bila tekanan negatif yang ditimbulkan karena gelombang ultrasonik melintasi cairan cukup besar, maka jarak antara molekul cairan melebihi molekul minimum jarak yang dibutuhkan untuk menahan cairan tetap utuh, dan kemudian cairan akan pecah dan turun ke bawah dan ruang kosong dibuat. Ruang kosong itu yang disebut gelembung kavitasi. Karna cairan mengalami kompresi dan peregangan, maka gelembung kavitasi dapat berperilaku dalam dua cara. Pada bagian pertama, yang disebut kavitasi stabil, gelembung terbentuk pada ultrasonik yang cukup rendah

dengan intensitas osilasi (10–3 W cm-2 ) mengenai beberapa ukuran keseimbangan

 

bagi banyak siklus akustik. Pada bagian kedua, yang disebut kavitasi sementara,

gelembung terbentuk menggunakan suara intensitas lebih dari 10 W cm-2 .

(Luis, 2009)

 

Gambar 2.2 (a) Pergeseran grafik (x); (b) Kavitasi Sementara; (c) Kavitasi Sementara; (d) Kavitasi Stabil; (d) Tekanan grafik (P)

 

Dari sudut pandang kimia analitik, efek yang paling menarik mengenai ultrasonikasi berhubungan erat dengan kavitasi. Kavitasi menyebabkan zat terlarut termolisis bersamaan dengan pembentukan radikal yang sangat reaktif dan reagen, seperti radikal hidroksil dan hidrogen peroksida, yang menginduksi kondisi reaktif drastis dalam media cairan.

   

Secara umum, ultrasonikasi membantu analisis kimia dengan:

 

1.meningkatkan ekstraksi padat-cair suatu unsur;

 

2. memperpendek skema ekstraksi sekuensial untuk penentuan unsur

 

4. mempercepat ekstraksi padat-cair spesies organik

 

5. mempercepat pengukuran elektroanalitik dengan meningkatkan transportasi efesiensi massa

6. mempercepat reaksi enzimatik

 

7. mempercepat teknik ekstraksi cair-cair

 

8. meningkatkan kinerja dalam ekstraksi fase padat dan microekstraksi

 

9. meningkatkan akurasi dalam teknik dispersi matrix padat.  

Dokumen terkait