• Tidak ada hasil yang ditemukan

Caritta Sila

H. Sīla sebagai Pelindung

Sebagian orang masih menganggap sīla sebagai beban sehingga berpikir bahwa semakin banyak sīla semakin banyak beban. Sebagian umat Buddha bahkan berpikir bahwa Buddha berlaku diskriminatif terhadap bhikkhuni dengan memberikan sīla lebih banyak dibanding bhikkhu.

Sīla yang merupakan aturan moralitas merupakan pelindung bagi mereka yang mempraktikkannya. Sīla dapat diibaratkan sebagai pagar yang melindungi rumah di dalamnya. Jika sebuah pagar dibangun dengan tiang-tiang yang banyak dan kokoh, maka orang-orang yang berada di dalam rumah akan semakin terlindungi.

Semakin banyak sīla yang dipraktikkan, maka

semakin memberikan kenyamanan karena terlindungi oleh praktik sīla tersebut. Dengan demikian Buddha tidak mendiskriminasikan bhikkhuni, tetapi justru Buddha melindungi para bhikkhuni dengan sīla yang lebih banyak dari bhikkhu.

Ayo Bertanya

1. Buatlah pertanyaan setelah mengamati dan membaca materi tentang klasiikasi sīla berdasar orang yang mempraktikkan, motif/tujuannya, dan cara mempraktikkannya!

1) ____________________________________________ 2) ____________________________________________ 3) ____________________________________________ 4) ____________________________________________ 5) ____________________________________________ 2. Diskusikan dengan temanmu hasil dari menyusun pertanyaan

sehingga memperoleh jawaban atas pertanyaan yang telah dibuat.

Ayo Mengumpulkan Informasi

Cari dan tulislah informasi dari berbagai sumber seperti buku dan internet yang berkaitan dengan klasiikasi sīla berdasar orang yang mempraktikkan, motif/tujuannya, dan cara mempraktikkannya untuk mempertegas jawaban atas pertanyaan yang telah didiskusikan dengan teman-teman kamu. _______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________ _______________________________________________________

Ayo Mengasosiasi

Mari mengasosiasi dengan cara mengolah dan menganalisis informasi yang telah dikumpulkan dengan menggunakan tabel di bawah ini!

No Cakupan Materi Analisis

1 Sīla berdasar orang yang mempraktikkan

2 Sīla berdasar motif/tu-juannya

3 Sīla berdasar cara mem-praktikkannya

Ayo Mengomunikasikan

1. Presentasikan hasil analisis kamu hasil mengasosiasi. 2. Berikan kesempatan teman-teman untuk bertanya atau menanggapi!

Renungan Kisah Dhammapada Puppha Vagga : 58

Kisah Garahadinna

Dua orang sahabat bernama Sirigutta dan Garahadinna tinggal di Savatthi. Sirigutta adalah seorang pengikut Buddha dan Garahadinna adalah pengikut Nigantha, pertapa yang memusuhi Buddha. Dalam hal berkaitan dengan Nigantha, Garahadinna sering kali berkata kepada Sirigutta, Apa manfaat yang kamu dapatkan menjadi pengikut Buddha? Kemarilah, jadilah pengikut guruku”. Setelah berulang kali dibujuk, Sirigutta berkata kepada Garahadinna, Katakan padaku, apa yang diketahui oleh gurumu?”

Garahadinna mengatakan bahwa gurunya dapat mengetahui masa lampau, saat ini, dan masa depan serta dapat membaca pikiran orang lain. Sirigutta kemudian mengundang Nigantha untuk datang ke rumahnya untuk menerima dana makanan. Ia membuat sebuah parit yang dalam dan panjang dan dipenuhi dengan sampah dan kotoran. Tempat duduk untuk Nigantha dan murid-muridnya ditempatkan dengan sembarangan di atas parit. Belanga-belanga kotor dan besar dibawa masuk dan ditutup dengan kain dan daun-daun pisang agar kelihatan seolah-olah penuh dengan nasi dan kari. Ketika pertapa-pertapa Nigantha tiba, mereka dipersilakan masuk satu persatu, untuk berdiri di dekat tempat duduk yang telah disiapkan, dan langsung dipersilakan duduk. Ketika mereka telah duduk, penutup parit tadi pecah dan pertapa-pertapa Nigantha jatuh ke dalam parit yang kotor. Sirigutta kemudian bertanya kepada

mereka, Kenapa kamu tidak mengetahui masa lalu, saat ini dan masa depan? Mengapa kamu tidak tahu pikiran orang lain?” Semua pertapa Nigantha merasa dijebak. Garahadinna sangat marah kepada Sirigutta dan menolak untuk berbicara dengannya selama dua minggu. Ia memutuskan akan membalas perlakuan Sirigutta. Karena itu, ia memutuskan untuk tidak marah lebih lama lagi.

Suatu hari Garahadinna menyuruh Sirigutta mengundang Buddha dan lima ratus muridnya untuk berpindapatta. Sirigutta menghadap Sang Buddha dan mengundang Beliau ke rumah Garahadinna. Ia mengatakan kepada Sang Buddha apa yang ia lakukan kepada pertapa-pertapa Nigantha. Ia juga menunjukkan rasa takut bahwa undangan tersebut mungkin suatu jebakan.

Buddha dengan kekuatan supranatural mengetahui bahwa akan ada suatu kesempatan bagi dua sahabat itu untuk mencapai tingkat kesucian sotapatti. Dengan tersenyum Buddha menyatakan undangan tersebut diterima. Garahadinna membuat sebuah parit, dipenuhi dengan bara yang menyala dan ditutup dengan karpet. Dia juga meletakkan belanga-belanga kosong yang ditutup dengan kain dan daun-daun pisang agar kelihatannya penuh dengan nasi dan kari.

Keesokan harinya, Buddha datang diikuti oleh lima ratus bhikkhu dalam satu rombongan. Ketika Buddha melangkah di atas karpet yang menutupi bara yang menyala, karpet dan bara api tiba-tiba menghilang, dan lima ratus bunga teratai sebesar roda kereta membentang untuk Buddha dan murid-murid Nya duduk. Melihat keajaiban ini, Garahadinna sangat cemas dan dia mengatakan

kepada Sirigutta: Bantulah saya, teman. Bukan keinginan saya untuk membalas dendam. Saya telah melakukan perbuatan yang salah. Rencana buruk saya tidak ada yang berpengaruh terhadap gurumu. Periuk yang ada di dapur semuanya kosong. Tolonglah saya”.

Sirigutta kemudian berkata kepada Garahadinna untuk pergi dan melihat periuk-periuk tersebut. Ketika Garahadinna melihat ke dapur, semua periuk-periuknya telah berisi makanan. Ia menjadi sangat kagum. Pada waktu yang sama juga menjadi sangat lega dan gembira. Makanan tersebut disajikan kepada Sang Buddha dan murid Nya. Selesai makan, Sang Buddha menyatakan anumodana terhadap perbuatan baik itu dan beliau berkata, Mereka yang tidak tahu, kurang pengetahuan, tidak mengetahui kualitas yang unik dari Buddha, Dhamma, dan Sangha, mereka seperti orang buta. Tetapi orang bijaksana yang memiliki pengetahuan, seperti orang melihat”. Kemudian Buddha membabarkan syair 58 dan 59 berikut ini:

Seperti bunga teratai yang tumbuh di antara tumpukan

sampah yang dibuang di tepi jalan raya, indah dan harum serta menimbulkan perasaan senang.

Demikian pula siswa Sang Buddha bersinar karena

kebijaksanaannya di antara para manusia yang hidup

tertutup oleh kegelapan.

tubuh Garahadinna diliputi oleh kegembiraan dan kebahagiaan. Pada akhir khotbah, Sirigutta dan Garahadinna mencapai tingkat sotapatti. Keduanya memperbarui persahabatan mereka dan menjadi penyokong utama bagi Buddha dan para bhikkhu. Mereka juga banyak berdana untuk kepentingan Dhamma.

I. Evaluasi

Uji kompetensi Pengetahuan

Uraikan jawaban dari pertanyaan berikut ini! 1. Buatlah tabel perbedaan jumlah patimokkha bhikkhu !

Theravada dan Bhiksu Mahayana serta patimokkha bhikkhuni Theravada dan Bhiksuni Mahayana!

2. Jelaskan perbedaan antara paññati sīla dan pakatti sīla! 3. Jelaskan perbedaan antara varitta sīla dan caritta sīla! 4. Tuliskan masing-masing satu contoh perbuatan untuk

membedakan antara hina sīla, majjhima sīla dan panitta sīla! 5. Apakah seorang upasaka/upasika dapat mencapai kebahagiaan

tertinggi Nirvana? Jelaskan jawaban kamu!

Uji Kompetensi Keterampilan

Projek kreativitas ”Kliping”

1. Carilah berita tentang aktivitas para Bhikkhu/Bhikkhuni/ Bhiksu/Bhiksuni dalam mempraktikkan patimokkha sila dari majalah, surat kabar buku maupun internet.

2. Potonglah atau cetaklah berita tersebut dan tempel pada kertas HVS menggunakan lem.

3. Berilah komentar pada setiap berita yang kamu tempel. 4. Jilidlah hasil mengumpulkan dan menyusun berita tersebut. 5. Ceritakan di depan kelasmu berita apa saja yang telah kamu

temukan.

Pembelajaran 4.1

Bab IV

Dokumen terkait