• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

B. Saham

1. Pengertian Saham

Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan perusahaan sehingga pemegang saham memiliki hak klaim atas dividen atau distribusi lain yang dilakukan perusahaan kepada pemegang sahamnya. Termasuk juga hak klaim atas aset perusahaan, dengan prioritas setelah hak klaim pemegang surat berharga lain dipenuhi jika terjadi likuiditas. Menurut husnan (2004:303), menyebutkan bahwa “sekuritas (saham) merupakan secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut) untuk memperoleh bagian dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas tersebut dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut menjalankan haknya”.

Pengertian lainnya, menurut Tandelilin (2001:18) “saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham.”

Maka, saham adalah surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), dimana saham tersebut menyatakan bahwa pemilik saham adalah juga pemilik sebagian perusahaan tersebut.

2. Jenis-jenis Saham

Jenis-jenis saham menurut Hanafi ialah:

1) Blue Chip Stock (saham unggulan) adalah saham dari perusahaan yang dikenal secara nasional dan memiliki sejarah laba, pertumbuhan, dan manajemen yang berkualitas.

2) Growth Stock adalah saham-saham yang diharapkan memberikan pertumbuhan laba yang lebih tinggi dari rata-rata saham lain, dan karenanya mempunyai PER yang tinggi.

3) Defensif Stock (saham-saham defensive) adalah saham yang cenderung lebih stabil dalam masa resesi atau perekonomian yang tidak menentu berkaitan dengan dividen, pendapatan, dan kinerja pasar.

4) Cyclical Stock adalah sekuritas yang cenderung naik nilainya secara cepat saat ekonomi semarak dan jatuh juga secara cepat saat ekonomi lesu.

5) Seasonal Stock adalah saham perusahaan yang penjualannya bervariasi karena dampak musiman, misalnya karena cuaca dan hiburan.

6) Speculative Stock adalah saham yang kondisinya memiliki tingkat spekulasi yang tinggi yang kemungkinan tingkat pengembalian hasilnya adalah rendah atau negative.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:7) saham dapat dibagi menjadi dua jenis saham. Yaitu saham biasa dan saham preferen. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior

atau akhir terhadap pembagian dividend dan hak atas harta kekayaan

perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak–

hak istimewa). Karakteristik saham biasa yang lainnya ialah dividen dibayarkan selama perusahaan memperoleh laba. Pemegang saham biasa memiliki tanggung jawab terbatas terhadap klaim pihak lain sebesar proporsi sahamnya dan memiliki hak untuk mengalihkan kepemilikan sahamnya kepada orang lain. Sedangkan saham preferen merupakan saham yang memiliki karakteristik golongan antara obligasi dan saham biasa, karena menghasilkan pendapatan tetap (seperti Bunga obligasi).

3. Harga Saham

Menurut Jogiyanto (2008: 143) harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal.

Pada pasar yang efisien, harga saham berubah berdasarkan informasi yang ada. Dalam persaingan pasar seperti di Bursa Efek Indonesia interaksi yang terjadi antara pembeli dan penjual menghasilkan harga pada tingkat keseimbangan (equilibrium price) atau yang biasa disebut juga dengan istilah market value. Harga pasar saham yang aktif diperdagangkan dapat dilihat di surat kabar. Harga penutupan (closing price) menunjukkan harga pasar saham (market value) pada akhir hari diperdagangkan. Menurut teori Miller dan Modigliani perubahan harga saham dapat dilihat di sekitar tanggal ex-dividend, yang menyatakan

harga saham suatu perusahaan akan turun sebesar dividen yang dibagikan. Tapi para spekulan akan membeli saham sehari sebelum tanggal ex-dividend dan menjual pada tanggal ex-dividend dengan harapan harga saham setelah tanggal ex-dividend tidak turun, sehingga spekulan tersebut akan menerima dividend dan capital gain (Jullie dan Meily, 2011).

4. Analisis Harga Saham

Para analis investasi biasanya menggunakan dua metode analisis yaitu analisis fundamental dan analisis eteknikal. Kedua metode ini digunakan secara terpisah maupun sekaligus dalam menilai atau menganalisis saham.

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:149) analisis fundamental merupakan:

“Analisis fundamental merupakan salah satu cara untuk melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator yang terkait dengan kondisi makro ekonomi dan kondisi mikro ekonomi suatu perusahaan hingga berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”.

Dan menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:160) analisis teknikal adalah :

“Analisis teknikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk penilaian saham, di mana dengan metode ini para analis melakukan evaluasi saham berbasis pada data-data statistik yang dihasilkan dari

aktivitas perdagangan saham, seperti harga saham dan volume transakasi.”

5. Keuntungan pembelian saham

Ekspetasi atau motivasi setiap investor adalah mendapatkan keuntungan dari transaksi investasi yang mereka lakukan. Bermain saham memiliki potensi keuntungan dalam 2 (dua) yaitu, pembagian dividend dan

kenaikan harga saham (capital gain).

Dividen merupakan keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada semua pemegang saham.Biasanya dilakukan satu tahun sekali. Bentuk dari deviden itu sendiri, bisa berupa uang tunai ataupun bentuk

penambahan saham. Sedangkan capital gain, didapat berdasarkan selisih

harga jual saham dengan harga beli.Dimana keuntungan didapat bila harga jual saham lebih tinggi dari harga beli saham.

6. Resiko Pembelian Saham

Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:10), ada beberapa risiko yang dihadapi pemodal dengan kepemilikan sahamnya, yaitu tidak mendapat dividen dan mengalami capital loss.

1) Tidak mendapat dividen

Perusahaan akan membagikan dividen jika operasinya

menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu, perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika mengalami kerugian.Dengan demikian, potensi ditentukan oleh kinerja perusahaan tersebut.

2) Capital Loss

Dalam aktivitas perdagangan saham, investor tidak selalu mendapatkan capital gain atau keuntungan atas saham yang dijualnya.Ada kalanya investor harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah dari harga beli.Dengan demikian, seorang investor

mengalami capital loss.Dalam jual beli saham, terkadang untuk

menghindari potensi kerugian yang semakin besar seiring terus menurunnya harga saham, maka seorang investor rela menjual sahamnya dengan harga rendah. Istilah ini dikenal dengan istilah

penghentian kerugian (cut loss).

Disamping risiko diatas, seorang pemegang saham juga masih dihadapkan dengan potensi risiko lainnya, yaitu :

a. Perusahaan bangkrut atau dilikuidasi,

Sesuai dengan peraturan pencatatan saham di bursa efek, jika sebuah perusahaan bangkrut atau di likuidasi, maka secara otomatis saham perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari bursa atau di delist. Dalam kondisi perusahaan dilikuidasi, maka pemegang saham akan menempati posisi lebih rendah dibanding kreditor atau pemegang obligasi dalam pelunasan kewajiban perusahaan. Artinya, setelah semua asset perusahaan tersebut dijual, terlebih dahulu akan dibagikan kepada para kreditor atau pemegang obligasi, dan jika masih terdapat sisa, baru dibagikan kepada para pemegang saham.

Risiko lain yang dihadapi oleh para pemodal adalah jika saham perusahaan di-delist dari bursa umumnya adalah karena kinerja yang buruk misalnya dalam kurun waktu tertentu tidak pernah diperdagangkan, mengalami kerugian beberapa tahun, tidak membagikan dividen secara berturut-turut selama beberapa tahun, dan berbagai kondisi lainnya sesuai dengan peraturan pencatatan efek di bursa.

c. Saham dihentikan sementara (suspensi)

Disamping dua risiko diatas, risiko lain yang juga “menggangu” para

investor untuk melakukan aktivitasnya adalah jika suatu saham di –

suspend atau dihentikan perdagangannya oleh otoritas Bursa Efek, yang menyebabkan investor tidak dapat menjual sahamnya hingga suspensi tersebut dicabut. Suspensi biasanya berlangsung dalam waktu singkat, misalnya satu sesi perdagangan, dua sesi perdagangan, namun dapat pula berlangsung dalam kurun waktu beberapa hari perdagangan.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga saham

Harga saham selalu mengalami perubahan setiap harinya. Bahkan setiap detikpun harga saham dapat berubah.Oleh karena itu, investor harus mampu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dapat berasal dari internal maupun eksternal. Adapun faktor internal antara lain adalah :

a) Laba Perusahaan.

b) Pertumbuhan aktiva tahunan. c) Likuiditas.

d) Nilai Kekayaan Total. e) Penjualan.

Sementara itu, faktor eksternalnya adalah : a) Kebijakan Pemerintah dan dampaknya. b) Pergerakan suku bunga.

c) Fluktuasi Nilai Tukar Mata Uang. d) Rumor dan Sentimen Pasar.

e) Penggabungan Usaha (business combination).

Dalam dokumen PENGARUH EARNINGS PER SHARE DAN DIVIDEND (Halaman 31-38)

Dokumen terkait