• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saksi Ahli EDISON MANURUNG, di bawah sumpah dalam persidangan memberikan keterangan pada pokoknya sebagai berikut :

 Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, kenal dengan terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga ;

 Bahwa ahli adalah pegawai pada Dinas Pekerjaan Umum Kab. Fakfak menduduki jabatan sebagai Kepala Bidang Bina Marga ;

 Bahwa kontrak tersebut yaitu sistem kontrak harga satuan yang disebut fais yaitu masih bersifat sementara ;

 Bahwa metode yang saksi gunakan dengan melihat kontrak seperti apa dan jangka waktu pelaksanaannya berapa lama ;

 Bahwa setelah menandatangani kontrak, rekanan bisa mencairkan dan mengambil uang muka dengan jaminan uang muka namun jaminan uang muka tergantung kelas proyeknya, kalau menengah kebawah (proyek kurang dari 1 milliar) jaminan uang muka 30% dan menengah keatas (proyek lebih dari 1 milliar) jaminan uang mukanya 20% ;

 Bahwa apabila tidak dilampirkan jaminan uang muka, menurut saksi uang muka yang diminta rekanan tidak bisa dicairkan ;

 Bahwa pencairan uang muka tidak ada hubungannya dengan pekerjaan fisik di lapangan karena uang muka 30% sebagai modal awal kontraktor untuk memulai pekerjaannya di lapangan dan juga dalam pencairan tidak disertai progresi volume pekerjaan / kemajuan fisik pekerjaan ;

 Bahwa apabila uang muka diambil diakhir tahun akibatnya anggarannya dialihkan ke tahun berikutnya karena penutupan anggaran ;

 Bahwa dengan uang muka 30% yang telah diterima oleh kontraktor seharusnya kontraktor telah mengerjakan item-item pekerjaan berupa mobilisasi alat, galian biasa, galian batu, penyiapan badan jalan, timbunan pilihan ;

 Bahwa apabila uang muka sudah dicairkan maka kontraktor mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan proyek tersebut kalau tidak Pejabat Pembuat Komitmen bisa mengklaim jaminan uang muka tersebut untuk dikembalikan ;

 Bahwa pertama kalau proyek yang dikerjakan rekanan tidak bisa selesai dalam waktu yang ditentukan masih memungkinkan kita lakukan addendum pekerjaan waktu dengan alasan yang dapat kita terima, kedua pihak PPK bisa lakukan pemutusan kontrak secara sepihak dengan terlebih dahulu memberikan surat teguran sebanyak 3 (tiga) kali dan mengenakan denda sebesar 5 % dari nilai kontrak ;

 Bahwa dalam kasus ini proyek yang dikerjakan tidak bisa diselesaikan rekanan, sebelum tenggang waktu proyek berakhir Pejabat Pembuat Komitmen harus melaporkan dan berkonsultasi dengan atasannya agar uang muka tersebut tidak dicairkan dan kalau sampai dicairkan yang bertanggungjawab adalah Pejabat Pembuat Komitmen ;

 Bahwa dari segi waktu tidak memungkinkan kontraktor tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya seharusnya uang muka tidak usah dicairkan ;

 Bahwa sifat pembayaran di proyek ini yaitu sesuai pekerjaan fisik di lapangan maksudnya rekanan hanya berhak menerima pembayaran sebesar volume yang dicapai pada saat batas akhir kontrak tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan bersama antara PPK, kontraktor dan konsultan ;

 Bahwa mobilisasi alat adalah bagaimana suatu alat bisa masuk ke tempat pekerjaan ;

 Bahwa apabila dalam RAB tidak ada dianggarkan untuk sewa alat berat maka anggaran tersebut tidak boleh dipergunakan untuk menyewa alat berat, kalaupun digunakan hal tersebut harus disampaikan ke Pejabat Pembuat Komitmen bahwa alat berat tersebut disewa supaya nanti dikontraknya disebutkan ;

 Bahwa kontraktor dalam mengajukan penawaran harus menyebutkan apakah alat berat yang akan digunakan miliknya sendiri atau disewa dan Panitia Lelang harus mengecek apakah benar ada alat berat atau tidak, tidak cukup dengan hanya melihat dokumen penawaran saja ;

Menimbang, bahwa dipersidangan Penasehat Hukum terdakwa telah mengajukan 1 (satu) orang saksi ade charge yang dibawah sumpah menerangkan sebagai berikut :

8. Saksi MOHAMMAD ALI SENIN :

 Bahwa saksi dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, kenal dengan terdakwa namun tidak ada hubungan keluarga ;

 Bahwa terdakwa melalui karyawannya yang bernama Melky Hukuboy pernah meminta saksi untuk mengerjakan pemindahan instalasi pipa air yang terdapat pada proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Kokas yaitu intalasi pipa air 2 inchi dengan panjang sekitar 200 meter dan pipa air ¼ inchi ;

 Bahwa maksud dari relokasi pipa air tersebut karena pipa-pipa tersebut menghambat kelancaran pekerjaan proyek peningkatan jalan Gewerpe – jalan Kokas karena pipa-pipa tersebut melintasi pekerjaan jalan ;

 Bahwa untuk pekerjaan pemindahan pipa, penggalian dan perubahan aksesoris saksi meminta bayaran Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), dimana untuk uang muka saksi minta Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah) dan setelah pekerjaan tersebut selesai terdakwa membayar kekurangan dari perjanjian pekerjaan sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) ;  Bahwa pekerjaan tersebut diluar pekerjaan dinas saksi sebagai pegawai

PDAM dan saksi tidak pernah menyampaikan kepada atasan saksi tentang pekerjaan tersebut namun atasan saksi sudah mengetahuinya ;

 Bahwa tanggapan dari Kepala PDAM Kab. Fakfak bahwa pekerjaan tersebut bisa dikerjakan selama tidak mengganggu kelancaran pasokan air minum kepada masyarakat ;

 Bahwa saksi mengerjakan relokasi tersebut pada awal Desember 2007 selama 10 (sepuluh) hari, dikerjakan setelah pulang jam dinas sekitar pukul 12.00 wit dan fokus pada hari libur, dikerjakan oleh 3 (tiga) orang termasuk saksi namun 2 (dua) orang yang lainnya bukan pegawai PDAM ;

 Bahwa pipa yang saksi pindahkan tidak masuk aset PDAM Kab. Fakfak karena retribusi dari air PDAM tersebut tidak pernah masuk ke kas PDAM Kab. Fakfak dan letak pipa-pipa tersebut di tanah hak ulayat, dimana pipa tersebut dikelola oleh Kampung sendiri dan hanya didanai oleh Pemerintah pada saat pemasangan awal ;

 Bahwa pekerjaan relokasi pipa-pipa air tersebut mengganggu distribusi air minum kepada masyarakat setempat namun sebelumnya saksi sudah melapor kepada Kepala Kampung setempat dan Kepala Kampung menyetujuinya ;

 Bahwa pekerjaan pemindahan pipa air tersebut diluar RAB proyek peningkatan jalan Gewerpe – Kokas ;

 Bahwa tidak ada kontrak kerja dalam relokasi pipa-pipa air tersebut ;

Menimbang, bahwa di persidangan telah pula didengar keterangan terdakwa DONNY STEVEN SONNY yang pada pokoknya sebagai berikut :

 Bahwa terdakwa diperiksa sehubungan dengan masalah proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas ;

 Bahwa proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas dengan panjang 800 meter dan lebar 6 meter, yang terdakwa kerjakan memakan waktu 3 (bulan) dari tanggal 04 September 2007 sampai dengan tanggal 20 Desember 2007 namun proyek baru dikerjakan pada bulan Desember 2007 dikarenakan Surat Perintah Kerja terlambat keluar ;

 Bahwa yang menandatangani kontrak peningkatan Jalan Gewerpe –Kokas adalah Direktris CV. Tuasi Jaya Ny. Rufina Mairuma dan terdakwa merupakan Kuasa Usaha CV. Tuasi Jaya ;

 Bahwa nilai kontrak peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas sebesar Rp. 955.500.000,- (sembilan ratus lima puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) ;  Bahwa secara administrasi proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas

tersebut dilakukan lelang dan tender tetapi kenyataannya tidak ada ;

 Bahwa terdakwa hanya 1 (satu) kali permintaan pembayaran yaitu permintaan pembayaran uang muka sebesar 30% dari uang muka sebesar Rp. 286.650.000,- (dua ratus delapan puluh enam juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) pada bulan Desember 2007 ;

 Bahwa uang muka sebesar 30% tersebut terdakwa tidak ingat secara pasti gunakan untuk apa saja karena banyaknya item yang harus dibayarkan namun yang saksi ingat mobilisasi alat seperti ekscavator, bomak, gleder dan dump truk, galian biasa, galian batu, menggaji karyawan, untuk pembelian bahan bakar, pembersihan lokasi, jaminan pekerjaan, pengurusan dokumen dan lain-lain ;

 Bahwa terdakwa sudah tidak ingat berapa banyak uang terdakwa yang terdakwa gunakan untuk pengurusan dokumen namun dalam RAB tidak ada item untuk pengurusan dokumen;

 Bahwa alat berat yang terdakwa gunakan untuk peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas adalah alat yang terdakwa sewa sebesar Rp. 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah) ;

 Bahwa sewa alat berat, pekerjaan yang tidak termasuk dalam RAB namun terdakwa kerjakan adalah relokasi pipa air karena pipa air tersebut melintas di jalan yang dibongkar ;

 Bahwa sewa alat berat, relokasi pipa air, jaminan uang muka dan jaminan pelaksanaan pekerjaan terdakwa bayar menggunakan uang pribadi terdakwa tetapi setelah uang muka 30% cair baru terdakwa ganti ;

 Bahwa uang jaminan pekerjaan terdakwa bayar namun tidak dari pencairan uang muka ;

 Bahwa pekerjaan yang ada dalam RAB yang sudah dikerjakan antara lain mobilisasi alat, galian biasa, galian batu, timbunan jalan dan penyiapan badan jalan ;

 Bahwa sampai batas akhir proyek pada tanggal 20 Desember 2007, proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas tersebut belum selesai ;

 Bahwa terdakwa tidak tahu apakah proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas tersebut sudah diaudit atau belum karena terdakwa tidak di lokasi proyek ;

 Bahwa di lapangan terjadi perubahan pekerjaan dimana di dalam RAB tidak ada gunung dan ternyata di lapangan ada gunung, jadi gunung tersebut harus dicukur ;

 Bahwa menurut perhitungan terdakwa volume pekerjaan proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas lebih dari 30% bukan 15,88% sebagaimana perhitungan konsultan;

 Bahwa terdakwa tidak dilibatkan dalam pengukuran pekerjaan yang terdakwa kerjakan ;

 Bahwa terdakwa tidak pernah menerima surat teguran dari Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum Kab.Fakfak ;

 Bahwa saat pemutusan kontrak oleh Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum Kab. Fakfak terdakwa masih mengerjakan proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas karena terdakwa bekerja sampai akhir Januari 2008 ;

 Bahwa terdakwa tidak tahu mengapa Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Pekerjaan Umum Kab. Fakfak memutuskan kontrak kerja proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas ;

 Bahwa terdakwa tidak mengajukan perpanjangan waktu pekerjaan / adendum karena terdakwa menganggap bisa menyelesaikan tepat waktu ;

 Bahwa terdakwa dijanjikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kab. Fakfak bahwa proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas akan dilanjutkan pada tahun 2008 ;

 Bahwa terdakwa mempunyai keinginan untuk menyelesaikan proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas tersebut ;

Menimbang, bahwa dipersidangan telah diajukan barang-barang bukti sebagaimana yang terlampir dalam berkas perkara dan barang-barang bukti tersebut telah dikenal oleh saksi-saksi dan terdakwa ;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian, maka segala sesuatu yang terjadi di persidangan sebagaimana termuat dalam Berita Acara Persidangan dianggap telah termasuk dan dipertimbangkan pula dalam putusan ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan dihubungkan dengan barang bukti yang diajukan di persidangan, maka ditemukan adanya fakta hukum sebagai berikut :

 Bahwa terdakwa diperiksa sehubungan dengan masalah proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas ;

- Bahwa proyek peningkatan jalan Gewerpe – Kokas tersebut ada 3 (tiga) rekanan yang mendaftar pada saat pengumuman yaitu CV. Tuasi Jaya, CV. Nurma Jaya dan CV. Serui Jaya dan yang keluar sebagai pemenangnya adalah CV. Tuasi Jaya ;

 Bahwa proyek tersebut dari Dinas Pekerjaan Umum dan sumber dananya dari APBD Provinsi Papua Barat tahun 2007 sebesar Rp. 955.500.000,- (sembilan ratus lima puluh lima juta lima ratus ribu rupiah) ;

 Bahwa Direktris CV. Tuasi Jaya adalah Ny. Rufina Mairuma dan terdakwa merupakan Kuasa Usaha CV. Tuasi Jaya ;

 Bahwa yang menjadi Ketua Panitia Lelang adalah Ferdinand Pasambuna, ST, Sekretaris Musa Iba, A.Md.T, Pejabat Pembuat Komitmennya Wagiman, BE dan yang menjadi konsultan perencana dan pengawas adalah CV. Sarana Cipta ;

 Bahwa proyek peningkatan Jalan Gewerpe – Jalan Kokas dengan panjang 800 meter dan lebar 6 meter, harus diselesaikan dalam waktu 108 (seratus delapan) hari dari tanggal 04 September 2007 sampai dengan tanggal 20 Desember 2007 ;

 Bahwa CV. Tuasi Jaya sebagai pemenang lelang tidak mempunyai alat berat sendiri sehingga CV. Tuasi Jaya menyewa alat berat ;

 Bahwa dalam RAB proyek Jalan Gewerpe – Jalan Kokas tidak dianggarkan untuk sewa alat berat ;

 Bahwa berdasarkan Keppres No. 80 tahun 2003 pasal 33 uang muka 30% dari nilai proyek sudah berhak diterima rekanan walaupun rekanan belum mengerjakan proyek tersebut ;

 Bahwa terdakwa telah menerima pembayaran sebesar 30% dari uang muka setelah dipotong PPH dan PPN sebesar Rp. 286.650.000,- (dua ratus delapan puluh enam juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) pada tanggal 05 Desember 2007 ;

 Bahwa sampai dengan batas akhir proyek pada tanggal 20 Desember 2007 proyek Jalan Gewerpe – jalan Kokas tidak selesai dan baru dikerjakan 15,88% ;

 Bahwa selisih antara uang muka 30% yang diambil terdakwa dengan volume pekerjaan 15,88% belum dikembalikan terdakwa ;

 Bahwa proyek yang dikerjakan oleh terdakwa tersebut sampai sekarang belum diserah terimakan ke Dinas Pekerjaan Umum ;

 Bahwa proyek tersebut sekarang sudah dikerjakan oleh rekanan lain ;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum tersebut apakah terdakwa dapat dipersalahkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum kepadanya ;

Menimbang, bahwa seseorang dapat dinyatakan bersalah apabila apa yang dilakukan tersebut memenuhi semua unsur dari pasal-pasal yang dijadikan dasar oleh Penuntut Umum dalam membuat dakwaannya ;

Menimbang, bahwa terdakwa telah didakwa oleh Jaksa Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal yaitu 2 ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana ;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis hakim akan mempertimbangkan unsur pasal Pasal 2 ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (1), (2) dan (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana, yang unsur-unsurnya sebagai berikut :

1. Setiap orang ;

2. Secara melawan hukum ;

3. Melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi ;

4. Yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara ; 5. Sebagai orang yang melakukan atau turut serta melakukan ;

Ad. 1. Unsur setiap orang

Menimbang bahwa Yang dimaksud “setiap orang” sebagaimana dalam pasal 1 angka 3 Bab Ketentuan Umum Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 yang telah dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah orang perseorangan atau termasuk korporasi, yang meliputi pengertian siapa saja baik pegawai negeri atau bukan, yang mempunyai

kewenangan, jabatan / kedudukan atau tidak, yang telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini yang telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi adalah terdakwa Donny Steven Sonny, ST, hal mana sesuai dengan keterangan kesemua saksi dipersidangan yang menerangkan bahwa yang telah didakwa melakukan tindak pidana korupsi bukanlah orang lain selain terdakwa Donny Steven Sonny, ST selaku kuasa usaha dari CV. Tuasi Jaya sebagai pemenang tender proyek jalan Gewerpe – jalan Kokas, dan keterangan saksi-saksi tersebut menurut hemat Majelis Hakim sesuai dengan identitas terdakwa sebagaimana termuat dalam surat dakwaan Penuntut Umum, maka oleh karena itu menurut hukum unsur “Setiap orang” telah terpenuhi ;

Ad. 2. Unsur secara melawan hukum

Me i a g, ahwa ya g di aksud de ga “e ara Melawa Huku

berdasarkan penjelasan Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, mencakup perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materiil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan

terse ut dapat dipida a ;

Menimbang, bahwa oleh karena pengertian perbuatan melawan hukum dalam arti materiil oleh Putusan Mahkamah Konstitusi No. 003/PUU-IV/2006,

tanggal 25 Juli 2006 dinyatakan bahwa Melawan Hukum Materiil dalam penjelasan pasal 2 ayat (1) undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak mempunyai kekuatan mengikat, maka dalam hal ini Majelis hanya akan mempertimbangkan perbuatan melawan hukum dalam arti formil saja ;

Menimbang, bahwa dari keterangan saksi Farida Salim, saksi Hakim, ST, saksi Wagiman, BE, saksi Ferdinand Pasambuna, dan keterangan ahli Martinus Lengam, yang bersesuaian dengan keterangan Terdakwa, bukti surat serta barang bukti yang diajukan dipersidangan, ditemukan fakta-fakta hukum bahwa terdakwa sebagai Kuasa Usaha dari CV. Tuasi Jaya yang merupakan pemenang dari proyek jalan Gewerpe – Jalan Kokas dimana menurut saksi ahli Martinus Lengam rekanan pemenang tender jalan seharusnya mempunyai alat berat sendiri yang dibuktikan dengan kepemilikan alat-alat berat namun dalam kenyataannya CV. Tuasi Jaya ternyata tidak mempunyai alat berat sendiri dan untuk mengerjakan proyek tersebut CV. Tuasi Jaya telah menyewa alat berat sebesar Rp. 90.000.000,- (sembilan puluh juta rupiah) dan juga dari keterangan saksi a de charge yang dibenarkan terdakwa dipersidangan menerangkan bahwa terdakwa telah pula mengerjakan pekerjaan berupa pengalihan pipa PDAM yang menelan anggaran sebesar Rp. 20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), sedangkan sewa alat berat dan pengerjaan pengalihan pipa PDAM tidak dianggarkan dalam RAB maupun dalam perjanjian kontrak kerja, maka dengan demikian Majelis berpendapat bahwa biaya pekerjaan-pekerjaan di luar RAB maupun di luar yang diperjanjikan dalam kontrak kerja tidak dapat dibebankan pada anggaran proyek Jalan Gewerpe – Jalan Kokas tersebut ;

Menimbang, bahwa dari fakta yang diperoleh dipersidangan bahwa proyek pengerjaan jalan Gewerpe – jalan Kokas harus diselesaikan dalam waktu 108 (seratus delapan) hari kalender atau dimulai dari tanggal 04 September sampai dengan paling lambat tanggal 20 Desember 2007, akan tetapi menurut keterangan terdakwa maupun Penasehat Hukumnya yang disampaikan dalam pledoi maupun dupliknya, bahwa terdakwa baru mengerjakan proyek tersebut pada bulan Desember 2007, sehingga ditinjau dari segi waktu proyek tersebut tidak mungkin akan selesai pada tanggal yang telah disepakati dalam kontrak kerja yaitu paling lambat tanggal 20 Desember 2007 ;

Menimbang, bahwa meskipun terdakwa menyadari bahwa proyek tersebut tidak akan mungkin dapat diselesaikan pada tanggal 20 Desember 2007, akan tetapi terdakwa tidak menolak untuk tidak mengerjakan proyek tersebut dan juga tidak mengajukan adendum perpanjangan waktu, melainkan terdakwa justru mencairkan uang muka 30% sebesar Rp. 286.650.000,- (dua ratus delapan puluh enam juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) sesuai Surat Pencairan Dana Nomor : 897/SP2D/BL/LS/APBD2007, sedangkan dari keterangan saksi-saksi bahwa proyek yang dikerjakan terdakwa volumenya baru 15,88% atau sebesar Rp. 134.453.178,- (seratus tiga puluh empat juta empat ratus lima puluh tiga ribu seratus tujuh puluh delapan rupiah) dari 30% yang ditargetkan ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Farida Salim, saksi Hakim, ST, saksi Wagiman, BE, saksi Ferdinand Pasambuna bersesuaian dengan keterangan terdakwa ditemukan fakta-fakta di persidangan bahwa CV. Tuasi Jaya selaku rekanan pemenang proyek Jalan Gewerpe – Jalan Kokas baru mengerjakan proyek jalan tersebut pada bulan Desember 2007 dengan alasan

menunggu Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) dan sewaktu monitoring di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kab. Fakfak setelah teguran pertama tanggal 03 Oktober 2007 terdakwa Donny Steven Sonny, ST selaku Kuasa Usaha CV. Tuasi Jaya menjelaskan bahwa sanggup menyelesaikan pekerjaannya namun setelah dilakukan teguran kedua pada tanggal 07 Nopember 2007 sampai batas akhir pengerjaan proyek jalan Gewerpe – jalan Kokas pada tanggal 20 Desember 2007 CV. Tuasi Jaya tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya sehingga terlihat tidak adanya itikad baik dari terdakwa dimana tetap mengerjakan proyek tersebut sampai akhir Januari 2008 tanpa mengajukan adendum / perpanjangan waktu ke Pejabat Pembuat Komitmen, maka dengan demikian dapat dinilai bahwa perbuatan terdakwa tersebut merupakan perbuatan melawan hukum dan oleh karena itu Majelis berpendapat unsur secara melawan hukum ini telah pula terpenuhi ;

Ad. 3. Unsur melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

Me i a g, ahwa ya g di aksud de ga ele e Per uata e perkaya diri se diri atau ora g lai atau korporasi , adalah per uata

dengan sengaja untuk membuat dirinya sendiri atau orang lain atau suatu korporasi menjadi lebih kaya dari sebelumnya, atau dapat menambah harta kekayaannya ;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Farida Salim, saksi Hakim, ST, saksi Wagiman, BE, saksi Ferdinand Pasambuna, dan keterangan ahli Martinus Lengam, yang bersesuaian dengan keterangan Terdakwa, bukti surat serta barang bukti yang diajukan dipersidangan,

ditemukan fakta-fakta hukum bahwa terdakwa sebagai Kuasa Usaha dari CV. Tuasi Jaya yang merupakan pemenang dari proyek jalan Gewerpe – Jalan Kokas, dimana proyek tersebut harus diselesaikan oleh CV. Tuasi Jaya dalam 108 (seratus delapan) hari kalender sejak Surat Perintah Mulai Kerja Nomor : 05/600/138.XII/PPK/KPJ-DSPB/DPU.FF/IX/2007 tanggal 04 September 2007 atau paling lambat tanggal 20 Desember 2007 dan CV. Tuasi Jaya sudah mencairkan uang muka 30% sebesar Rp. 286.650.000,- (dua ratus delapan puluh enam juta enam ratus lima puluh ribu rupiah) sesuai dengan Surat Perintah Pencairan Dana Nomor : 897/SP2D/BL/LS/APBD/2007 tertanggal 13 Desember 2007 dan dana tersebut selanjutnya ditransfer ke rekening Bank Papua Cabang Fakfak atas nama Ny. Rufina Mairuma namun sampai batas akhir pengerjaan proyek tanggal 20 Desember 2007 CV. Tuasi Jaya baru menyelesaikan volume proyek jalan Gewerpe – jalan Kokas sebesar 15,88% atau sebesar Rp. 134.453.178,- (seratus tiga puluh empat juta empat ratus lima puluh tiga ribu seratus tujuh puluh delapan rupiah) dari 30% yang ditargetkan sehingga ada pekerjaan yang tidak selesai sekitar 14,12% atau sebesar Rp. 119.232.072,- (seratus sembilan belas juta dua ratus tiga puluh dua ribu tujuh puluh dua rupiah) tersebut tidak dikembalikan terdakwa kepada negara sehingga hal tersebut dapat memperkaya diri terdakwa atau CV. Tuasi Jaya ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur “melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi’ telah terpenuhi ;

Ad. 4. Unsur merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi Farida Salim, saksi Hakim, ST, saksi Wagiman, BE, saksi Ferdinand Pasambuna, dan keterangan ahli Martinus Lengam, yang bersesuaian dengan keterangan Terdakwa, bukti surat serta barang bukti yang diajukan dipersidangan, ditemukan fakta-fakta hukum bahwa terdakwa sebagai Kuasa Usaha dari

Dokumen terkait