• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kopi Sirap Kelir 2103322010839-19 1996 Dsn. Sirap Rt4/Rw6, Kec. Jambu

Produksi dan Pengolahan Kopi

Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang dan telah mengikuti pemberdayaan berupa pelatihan-pelatihan. Dari kelima Usaha Mikro tersebut yang paling lama berdiri adalah Kopi Sirap Kelir, kemudian Alusan Handycraff, Flamboyan, dan Kripik Tegaron serta Fourdia. Dari kelima Usaha Mikro di atas yang telah memiliki izin usaha mikro hanya 2 (dua) yaitu Usaha Mikro Alusan HandyCraff dengan No. 11.17.5.47.10970 dan Usaha Mikro Kopi Sirap Kelir dengan No. 2103322010839-19 untuk Usaha Mikro Flamboyan, Fourdia dan Flamboyan sedang dalam proses pembuatan izin usaha mikro sedangkan Kripik Tegaron belum memiliki. Namun pada Usaha Mikro Kripik

Tegaron telah mendapat perhatian dari Dinas dan KKN yang berada di kecamatan banyubiru sehingga produknya dikatakan layak untuk dipasarkan.

Dari berbagai bidang usaha yang ditekuni para pelaku Usaha Mikro di atas, selanjutnya penulis akan membahas mengenai profil dan kegiatan dari kelima usaha mikro sebagai berikut :

Profil yang pertama adalah Usaha Mikro Flamboyan dengan pemilik bernama Koriatun. Bergerak dibidang usaha aneka kripik ikan. Pelaku usaha telah mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha. Pelaku usaha telah mendapat fasilitas permodalan yang dibelikanya alat berupa frezer box, sniper (tirisan minyak), alat kemasan (hand sealer manual), serta kompor. Namun, dalam prakteknya pelaku usaha mengalami permasalahan pada proses pengemasan produknya karena hand sealer manual tidak mengepres plastik dengan rapat, terkadang kemasan cepat robek dan akhirnya produk menjadi cepat basi. Maka dari itu pelaku usaha mengikuti pelatihan dan fasilitas kemasan berharap mendapat bantuan hand sealer automatic agar kemasan pada produknya semakin bagus dan tidak cepat basi. 23

23

Kedua, Usaha Mikro Alusan Handcraff dengan pemilik bernama Anatul Umroh. Bergerak dibidang usaha kerajinan kayu. Pelaku usaha telah mengikuti pemberdayaan pada 5-7 September 2016 bertempat di Green Villey Hotel and Resort Jalan Ampel Gading, RT 5/ RW 6, Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng, Kec. Bandungan, Jawa Tengah. Kegiatan yang diikuti pelaku usaha adalah kegitatan fasilitas bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Pelaku usaha menyatakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik. Namun, karena tingkat kemampuan pelaku usaha dari segi pendidikanya tidak mumpuni untuk menerapkan materi tersebut. Pelaku usaha mendapatkan fasilitas alat produksi berupa mesin sircle, mesin amplas dan kompersor yang diberikan Dinas secara sukarela. Pelaku usaha memiliki akses pemasaran sendiri dengan mengandalkan 5 orang pemasok kerajinanya, dan menolak mengikuti fasilitas pemasaran yang diberikan Dinas dengan alasan tenaga pembuatan kerajinan kayu tidak mencukupi. Untuk akses permodalan pelaku usaha mengalami permasalahan dalam peminjaman kepada Bank dengan alasan tidak memiliki jaminan untuk ditanggungkan. sehingga pelaksanaan usaha yang dilakukan hanya berjalan sesuai dengan kembalinya modal setelah pemasaran produk tersebut. 24

Ketiga, Usaha Mikro Fourdia dengan pemilik bernama Erna Hartati Masturoh. Bergerak dibidang usaha pembuatan krupuk dari bahan tepuk ketela. Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang

24

diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha. Pelaku usaha baru mendapat fasilitas berupa kardus, plastik dan label. Permasalahan usaha mikro ini sama dengan usaha mikro flamboyan dimana hand sealer automatic yang di tunggu dari Dinas, dengan alasan dengan adanya alat tersebut proses pengemasan menjadi lebih efisien waktu serta hasil mengepresanya lebih rapat dan rapi. Pelaku usaha ini belum mendapatkan fasilitas alat untuk produksi olahanya. Dari permodalan pelaku usaha juga mengalami permasalahan dalam hal jaminan untuk meminjam modal kepada Bank. Dari segi pemasaran pelaku usaha banyak mendapatkan fasilitas berupa mengikut sertaan bazar yang diadakan Dinas.25

Keempat, Usaha Mikro Keripik Tegaron dengan pemilik bernama Komastun Khasanah. Bergerak dibidang usaha pembuatan kripik dari bahan sayuran.Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai

25

dengan kebutuhan pelaku usaha. Dari keterangan yang diberikan pelaku usaha kepada penulis. Pelaku usaha belum mendapat fasilitas dari Dinas, setelah mengikuti pelatihan Dinas baru memberi kardus untuk mengemas produknya, sedangkan kebutuhan pelaku usaha sangat membutuhkan label sesegera mungkin dan bantuan plastik untuk mengemas serta alat alat lain sehingga kemasaran produknya lebih bagus. Dengan alasan karena produk yang dimiliki usaha mikro ini dalam segi pemasaranya sudah sangat tinggi dan terkenal dibandingkan dengan usaha mikro yang di wilayah kecamatan Banyubiru. Akses permodalan juga belum mendapat koordinasi dari Dinas.26

Kelima, Usaha Mikro Kopi Sirap Kelir dengan pemilik usaha Kelompok Pertanian Desa Sirap. Bergerak dibidang usaha produksi dan pengolahan kopi. Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku usaha adalah kegitatan fasilitas bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Manfaat yang pelaku usaha dapatkan dari pelatihan adalah mengenal jatidiri lebih dalam, kekurangan dan kelebihan diri, serta lebih fokus menentukan tujuan. Pelaku usaha menyatakan materi pemberdayaan sesuai dengan kebutuhaya dengan alasan dapat menjadikan pribadi yang fokus menjadi wirausahawan yang berkualitas Pada usaha ini, Dinas telah memberikan berbagai fasilitas berupa alat seperti pulper, huller, dan mesin roating untuk memproduksi olahan kopi mentah sampai pada pengemasan. Dari akses permodalan usaha kopi sirap kelir mendapat fasilitas permodalan dari Csr Telkom. dari segi pemasaran produknya Dinas memberi fasilitas berupa event- event bazar dan menitipkan produknya kepada pelaku usaha besar yang bekerja

26

sama dengan Dinas. Namun, pelaku usaha memberikan keterangan bahwa pemasaran yang adakan Dinas tidak menguntungkan bagi pelaku usaha ini, dengan alasan event yang dibuat kurang menarik konsumen untuk mengunjungi event tersebut.27

C. ANALISIS

1. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Semarang dalam Melakukan pemberdayan terhadap Usaha Mikro

Setelah mengemukakan hasil penelitian pada Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang serta beberapa Usaha Mikro yang berada di Wilayah Kabupaten Semarang sebagai kroscek mengenai manfaat peran yang telah dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan. Penulis akan menganalisis mengenai bagaimana peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan kepada Usaha Mikro, serta faktor apa saja yang mempengaruhi pemberdayaan yang dilakukan. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan sebagai wujud pelaksanaan program pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di wilayah Kabupaten Semarang dapat dilihat dari hasil penelitian. Namun, waktu pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas dalam jangka waktu satu tahun tidak dibuat waktu periodik, karena pelaksanaan pemberdayaan berasal usalan dari bawah seperti Kecamtan, Kelurahan, Desa Dsb. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan

27

Perdagangan dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan yang berupa kegiatan- kegiatan selama Tahun 2016 sebagai berikut :

A. Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM Dalam

Kegiatan Sosialisasi Kemitraan Usaha

Manfaat : dari sosialisasi dan kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dengan pengusaha kecil menengah ini diikuti oleh 60 orang/ pelaku UMKM dua angkatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. dengan harapan mampu meningkatkan penjualan produknya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Semarang.

B. Pengembangan Sarana Pemasaran UKM Dengan Pengadaan Etalase

Serabi Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile

Manfaat : dari kegiatan ini Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan, CV. BINTANG KARYA Kab. Semarang, dan CV. MULYA SEJATI Kab. Semarang selaku rekan pelaksana kegiatan. Memberikan fasilitas berupa almari etalase berjumlah 70 unit dan diberikan kepada 70 pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa. Serta Tenda Kerucut Sarnavile sebanyak 10 unit dan dipergunakan untuk mendukung promosi dan pemasaran produk UMKM. Kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat dalam meningkatkan kebersihan, higeinitas makanan dan peningkatan penjualan Serabi Ngampin Ambarawa.

C. Fasilitas bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya dengan 5 (lima)

pelatihan yaitu :

Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 30 IKM pelaku usaha olahan makanan di wilayah 6 kecamatan. Pelatihan dan fasilitas kemasan ini diharapkan bermanfaat dalam peningkatan SDM dan Produk sehingga memperluas pemasaran dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha.

b) Pelatihan Meubel Kayu

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 peserta pelaku usaha, pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku usaha meubel kayu. Sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi meubel kepada peserta pelatihan.

c) Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)

Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 20 pelaku usaha, pelaksanaan pelatihan diharapkan mampu meningkatkan kualitas basic mentality dimana pelaku usaha diberi pemahaman untuk memahami potensi dan kelembahan pada dirinya. Serta memberi pelatihan menumbuhkan kesadaran akan manfaat lingkungan untuk tujuan prestatif dan mampu berfikir positif.

d) Pelatihan Pembuatan Makanan Olahan

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 orang pelaku usaha makanan olahan dari 6 kecamatan. Dalam materi pelatihan ini pelaku usaha diberikan dasar teori dan praktek pembuatan makanan olahan yang baik. Sehingga pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah secara ekonomis serta meningkatkan pengetahuan/keterampilan.

e) Pelatihan Diversifikasi Produk Konveksi/Bordir

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 orang pelaku usaha konveksi/bordir. Pelatihan ini diharapkan meningkatkan kualitas produk serta kemampuan produksi untuk memenuhi pasar dalam negeri. Serta mendorong sentra kerajinan konveksi/bordir agar memiliki kemampuan diversifikasi produk, meningkatkan daya saing serta efisiensi biaya pada sisi produksi.

D. Penyediaan Sarana Informasi Yang Dapat Di Akses Masyarakat Melalui

Pelatihan E-Commerce

Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 20 orang pelaku usaha, pelatihan ini diharapkan dapat membiasakan pelaku usaha dalam pemasaran online, memaksimalkan pengunaan smartphone dan produk perbankan untuk menunjang pemasaran online, serta memperkenallkan marketplace yang sedang populer untuk pemasaran online.

E. Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi Dengan Pelatihan

Penganekaragaman Produk IKM Logam Pembuat Mesin Mixer

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 pesert dari 7 kecamatan. Dengan materi yang diberikan berupa teknik membuat alat rekayasa yang nantinya akan menguntungkan bagi IKM makanan olahan dan dapat mengefisienkan tenaga kerja, biaya dan waktu. Disamping itu untuk mengembangkan Unit Pelayanan Logam sebagai tempat pengembangan mesin rekayasa.

Menurut pendapat penulis dari bentuk kegiatan yang Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan berikan kepada pelaku usaha telah terlaksana dengan semestinya sesuai dengan tugas pokok fungsinya. Dari data

wawancara penulis mengkroscek bagaimana pemberdayaan dimana terdapat beberapa kegiatan seperti yang telah dikemukanan di hasil penelitian, dari 5 usaha mikro yang berada di wilayah Kabupaten Semarang penulis menemukan berbagai permasalahan dan keluhan dari pelaku usaha. Pelaku usaha tersebut telah mengikuti kegiatan dan diberikan fasilitas dari Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan namun dalam praktiknya mereka masih mengalami permasalahan seperti sulitnya mencari akses permodalan dengan alasan kendala pada hubungan pinjam meminjam, fasilitas alat dan keperluan terkait produksi dan pemasaran yang dijanjikan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan tidak kunjung sampai pada tangan pelaku usaha, sehingga sedikit menghambat produktifitas pelaku usaha. Lalu dari segi fasilitas mengenai akses pasar yang diberikan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan seperti bazar atau pameran tidak begitu menguntungkan bagi pelaku usaha dengan alasan event atau pameran yang dilaksanakan tidak menuai respon pengunjung untuk datang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan yang

dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan kepada Usaha Mikro di Kabupaten Semarang

Pada proses penelitian, penulis melakukan wawancara dengan Kepala Bidang Usaha Mikro dan sekaligus sebagai penanggung jawab dari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang. Namun, penulis tidak menemukan keganjalan mengenai pelaksanaan yang dilakukan oleh Dinas. Menurutnya, dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro mengenai waktu pelaksanaan tidak dilakukan

secara periodik karena proses pemberdayaan yang dilakukan Dinas menunggu adanya laporan/usulan dari bawah. Seharusnya konsep pemberdayaan melalui 3 (fase) yaitu 1) fase inisial, dimana proses ini masyarakat dalam hal ini Usaha Mikro bersifat pasif, dengan melaksanakan rencana pemerintah dan tetap bergantung pada Dinas. 2) fase partisipatoris, proses kedua ini berasal dari pemerintah bersama masyarakat, dalam proses ini Usaha Mikro sudah terlibat secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju pada kemandirian. 3) fase emansipatoris, proses ini berasal dari Usaha Mikro untuk Usaha Mikro dengan dukungan oleh Dinas. Pada fase ini Usaha Mikro sudah menemukan kekuatan pada dirinya, sehingga dapat melakukan pembaharuan dalam mengaktualisasikan diri.

Dari konsep pemberdayaan di atas dari data wawancara penulis menyimpulkan bahwa dalam melakukan suatu kegiatan pemberdayaan kepada Usaha Mikro yang telah terbentuk dan memiliki kekuatan hukum dengan proses yang di bina dari Dinas, kegiatan pemberdayaan yang akan dilaksanakan itu tergantung pada keaktifan para pelaku Usaha Mikro yang telah melewati 3 (fase) diatas.

Setelah proses pengkonsepan pemberdayaan, selanjutnya dalam pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas, menurut data pada Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2016 yang meliputi beberapa kegiatan pelatihan. Namun, pada periode jangka waktu selama 1 tahun itu, belum mencakup semua Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang, sedangkan jumlah Usaha Mikro di Kabupaten Semarang jumlah sangat banyak.

Menurut penulis terdapat faktor-faktoryang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan kepada Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.Faktor tersebut merupakan factor internal dan eksternal antara Dinas dan Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.Factor internal yang dimaksud terdapat pada pihak Dinas sebagai intansi pemerintah mempunyai kewenangan memberikan pemberdayaan untuk Usaha Mikro, berikut faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan terhadap usaha mikro, sebagai berikut :

1. Faktor tenaga kerja/intansi kepegawaian, dimana kurangnya jumlah tenaga kerja tidak memungkinkan untuk melakukan pemberdayaan kepada seluruh usaha mikro yang berada di Kabupaten Semarang secara menyeluruh dalam jangka waktu yang cepat. Dilihat dari SOTK yang ada dalam susunan kepegawaian pada bidang yang melaksanakan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro berbanding 8 : 63.724. Sehingga Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan lebih mengutamakan pengadaan pemberdayaan ketika mendapat usulan dari bawah.

2. Biaya operasional untuk kegiatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya terhambat karena keterbatasan dana, seperti yang telah dinyatakan dalam data wawancara dengan Ketua Bidang Usaha Mikro. 3. Tingkat pendidikan para pelaku usaha dalam mengikuti pemberdayaan

yang rendah tidak memungkinkan untuk menyerap dan menerapkan materi yang diberikan oleh pemateri dalam pelaksanaan pemberdayaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian wawancara dengan usaha mikro. 4. Kurang koordinasi antara Dinas-Dinas yang membawahi bidang bidang usaha yang ada di Kabupaten Semarang, seperti yang telah dinyatakan Ketua Bidang Usaha Mikro dalam hasil penelitian.

5. Kurang aktifnya pelaku usaha dalam partisipasi terhadap pentingnya pemberdayaan.

Pemberdayaan dilaksanakan bertujuan dari peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan terlaksana dengan baik. Sehingga dibutuhkan sinkronisasi antara Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan sebagai pejabat pemerintahan yang memiliki tugas pokok dan fungsi dengan sasaran dari peran tersebut yakni Usaha Mikro.

Dokumen terkait