• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan dalam Melakukan Pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan dalam Melakukan Pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang T1 BAB II"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Dalam bab ini merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang

digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah penelitian lebih dalam,

sehingga mengarah pada dalamnya pengkajian penelitian. Hal ini juga sebagai

pendukung landasan dalam rangka menjelaskan atau memahami makna dibalik

realitas yang ada.

A. KAJIAN TEORITIK

1. PERAN

Sebelum penulis membahas mengenai peran Dinas Perindustrian

dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan

Usaha Mikro, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang istilah “

peran “.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran ialah perangkat

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di

masyarakat. Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan

oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu

sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun

dari luar dan bersifat stabil. Peran sendiri ialah bentuk dari perilaku yang

diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.1

1

(2)

Peran menurut Biddle dan Thomas adalah konsep “peran ” selalu

dikaitkan dengan “posisi”. Dalam konsep-konsep peran sering dikaitkan

dengan pemilahan perilaku. Dengan demikian, secara umum bahwa peran

merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang

semestinya dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.2

Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis

kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu

peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk

kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan

karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. 3

Dari uraian pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan peran adalah

kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki

oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya

dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:

1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau

kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.

2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap

masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya

dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.

2. PEMBERDAYAAN

2

Soekanto, soerjono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 15

3

(3)

Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan

“ber-“ yang menjadi kata “berdaya” yang artinya memiliki atau

mempunyai daya. Daya mempunyai arti kekuatan, sehingga pemberdayaan

berarti membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.

Di era otonomi daerah saat ini, pemerintah dituntut untuk memiliki

suatu misi dan kepemimpinan terhadap seluruh pemangku kepentingan

yang berperan dalam upaya mencapai dan meningkatkan kesejahteraan

rakyat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya dari pemerintah yakni

pemberdayaan.4

Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 8

Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pemberdayaan adalah upaya

yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan

masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan

pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri.5

Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan

Daerah Kabupaten Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan

UMKM, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,

Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam

bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM,

4

Secara etimologis, Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata empowerment, yang berasal dari kata empower yang mengandung dua pengertian: (i) to give power to(memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada pihak lain). (ii) to give ability to, enable

(usaha untuk memberi kemampuan). 5

(4)

sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh

dan mandiri.6

Tujuan pemberdayaan menurut pasal 5 Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2008 tentang UMKM diatur mengenai :

1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,

berkembang, dan berkeadilan,

2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi

usaha yang tangguh dan mandiri,

3. Meningkatkan peran UMKM dalam membangun daerah, penciptaan

lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan

pengentasan rakyat dari kemiskinan.

Pemberdayaan mampu berjalan dengan baik dengan adanya

kesinambungan otoritas kekuasaan yang mungkin berkembangnya

partisisipasi dalam kehidupan bernegara. Pengertian pemberdayaan

menurut para ahli, yaitu :

1. Menurut Mubyarto, Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun

daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta

berupaya untuk mengembangkanya. 7

2. Dubois dan Miley mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan

meliputi, antara lain :

6

Pasal 1 angka 13, Peraturan Daerah Kab. Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM

7

(5)

a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.

b. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.

c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dan mempengaruhi.

d. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus, yang kuat daripada keadaan yang menyatakan yang dilakukan.

e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif

f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.

g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat.8

Dengan demikian pemberdayaan adalah proses menyeluruh, suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya alam dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan meliputi : 1) Menciptakan suasana kondusif (

enabling), 2) Penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat (

empowering), 3) Perlindungan dari ketidakadilan ( protecting ), 4) Bimbingan dan dukungan (supporting ) dan 5) Memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang ( supporting )9

Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Pranaka dan Priyono

dapat dilakukan dalam 3 (tiga) fase, yaitu

1. Fase Inisial, semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, oleh pemerintah dan diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini

masyarakat bersifat pasif, melaksanakan apa yang direncanakan

pemerintah dan tetap tergantung kepada pemerintah.

8

Sumodiningrat, Gunawan. Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h. 19.

9

(6)

2. Fase Partisipatoris, proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintahbersama masyarakat, dan

diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat sudah

dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju

kemandirian.

3. Fase Emansipatoris, proses pemberdayaan berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengandukungan oleh

pemerintah. Pada fase ini masyarakat sudah menemukan kekuatan

dirinya, sehingga dapat melakukan kekuatan dirinya, sehingga dapat

melakukan pembaharuan dalam mengaktualisasikan diri. 10

Selain defisini dan konsep pemberdayaan, terdapat juga 3 (tiga) strategi

pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, antara lain :

1. Strategi nasional, menyarankan untuk mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaaan. Pihak bebas

dalam hal ini menentukan kepentingan bagi kehidupanya sendiri dan tidak

ada gangguan kebebasan dari pihak lain.

2. Strategi aksi langsung, membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan

yang mungkin terjadi. Pada strategi ini, ada pihak yang sangat

berpengaruh dalam pengambilan keputusan.

10

(7)

3. Strategi transformatif, menunjukan bahwa pendidikan dalam jangka waktu lama dibutuhkan sebelum mengindentifikasikan kepentingan sendiri. 11

Dalam melakukan upaya pemberdayan, Zubaedi menyatakan 3 hal yang

harus dilakukan, yaitu :

1. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang yaitu dengan mendorong dan membangkitkan kesadaran akan

pentingnya pengembangan potensi-potensi yang di miliki

2. Memperkuat potensi yaitu upaya yang dilakukan dalam langkah

pemberdayaan melalui tindakan nyata seperti pendidikan, pelatihan,

peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan pekerjaan,

pasar serta sarana-sarana lain.

3. Melindungi masyarakat dengan langkah-langkah dalam pemberdayaan

masyarakat untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan juga

praktek ekploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui adanya

kesepakatan yang jelas untuk melindungi golongan yang lemah. 12

Dalam hal pencapaian tujuan pemberdayaan dapat diterapkan melalui 5

(lima) pendekatan menurut Suharto, yaitu :

1. Pemungkin, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat mampu berkembang secara optimal

11

Hikmat, R. Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Humaniora Utama Press, Bandung, 2001, h. 89.

12

(8)

2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan serta menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat agar bisa menunjang

kemandirian.

3. Perlindungan, melindungi masyarakat yang lemah, dari persaingan yang tidak sehat dan kelompok kuat yang berupaya mengeksploitasi

4. Penyokongan, memberi bimbingan dan dukungan kepada masyarakat agar mampu menjalankan peranan tugas-tugas dalam kehidupanya dan

menyokong agar tidak terjatuh dalam keadaan yang merugikan.

5. Pemeliharaan, menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan untuk menjamin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. 13

Dalam hal pemberdayaan ekonomi rakyat sejumlah pakar ekonomi

merumuskan strategi pemberdayaan melalui :

1. Pengembangan ekonomi rakyat berlandaskan Sistem Ekonomi Pancasila

2. Melakukan pendekatan institusional dalam hal ini pemerintah dam

parlemen menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian hukum, akses

permodalan, teknologi dan akses pasar.

3. Membangun sinergi yang saling menguntungkan antara ekonomi rakyat

dengan swasta nasional (korporasi-korporasi besar dan maju) dalam hal

permodalan, teknologi, pemasaran, dan pengembangan sumber daya

manusia (SDM). 14

13

Edi, Suhato. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 67-68.

14

(9)

Sedangkan pemberdayaan Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah upaya yang dilakukan pemerintah,

pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk

penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro sehingga

mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang mandiri.

Pemerintah Daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali

urusan pemerintahan yang oleh undang- undang ditentukan sebagai urusan

Pemerintah Pusat. Maka dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro

Pemerintah Daerah menetapkanPeraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7

Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan

merupakan upaya untuk mendorong individu ataupun kelompok untuk mandiri

dalam memenuhi kebutuhan hidup ataupun dalam pemecahan suatu

permasalahan. Selain itu, upaya-upaya pemberdayaan yang dilakukan secara

langsung akan menciptakan individu yang mempunyai keterampilan baik serta

mampu menjadi sumber daya yang berkualitas.

3. USAHA MIKRO

Dalam kaitanya dengan penulisan ini penulis mengkaji mengenai UMKM

dalam kriteria Usaha Mikro. Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintah Daerah Bidang Perindustrian dan Perdagangan merupakan urusan

pemerintahan pilihan bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, sesuai

(10)

Daerah dilakukan untuk menentukan kemajuan daerah berdasarkan potensi,

proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan.

Kewenangan Pemerintah Kabupaten Semarang dalam melakukan

pemberdayaan UMKM kriteria Usaha mikro yang berwenang pada tingkat Daerah

Kabupaten/Kota, dengan intansi yang berwenang yakni Dinas Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Semarang, dengan melalui proses pendataan, kemitraan,

kemudahan perijinan, penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para

pemangku kepentingan.

Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM

pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau

badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.

Bank Indonesia juga mendefinisikan batasan mengenai Usaha Mikro yaitu

usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Usaha tersebut

dimiliki oleh keluarga dengan sumber daya lokal milik keluarga tersebut, belum

diperoleh dari lembaga keuangan tertentu dan teknologi sederhana. Lapangan

usaha mudah exit dan entry.

Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai dengan penggunaan

teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang

rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian sejumlah

kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro berperanan cukup

besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan

lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta

(11)

Selanjutnya, dalam pasal 6 kriteria Usaha Mikro memiliki kekayaan

bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling

banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) merupakan aset dan omset dari

Usaha Mikro.

Pengembangan Usaha Mikro akan menjadi sangat relevan dilakukan di

Indonesia. Setidaknya relevansi tersebut bisa dijelaskan melalui pertimbangan

yang dikemukakan oleh Yustika, yaitu :

1. Struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu pada

keberadaan industri kecil/rumah tangga/ menengah, tetapi dengan kondisi

yang memprihatikan baik dari segi nilai tambah maupun keberuntungan

yang dapat diraih. Dengan memajukan kelas usaha secara otomatis

membangun kesejahteraan sebagian besar masyarakat.

2. Tanpa disadari cukup banyak industri kecil/rumah tangga/ menengah yang

selama ini berorientasi ekspor sehingga membantu pemerintah dalam

mendapat devisa. Ini tentunya berkebalikan dengan industri besar yang

justru mengeksploitasi pasar domestik untuk penjualanya.

3. Sektor industri kecil/rumah tangga/menengah telah terbukti lebih fleksibel

dalam berbagai kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan, seperti

saat ini dialami Indonesia. Pada saat industri besar telah gulung tikar,

sebagian industri kecil masih bertahan, bahkan memperoleh keuntungan

berlipat bagi yang berorientasi ekspor.

4. Industri kecil/rumah tangga/ menengah tersebut lebih banyak memakai

(12)

sehingga tidak membebani nilai impor seperti yang selama ini terjadi oleh

usaha besar/industri besar.15

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa Usaha Mikro merupakan jenis

usaha yang mampu menopang perekonomian masyarakat secara individu dan

kelompok. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi pelaku usaha, Usaha

Mikro juga dapat memberi kontribusi yang besar bagi pendapatan Negara dan

kesejahteraan rakyat dengan memperbanyak peluang lapangan kerja.

B. HASIL PENELITIAN

a. DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG

Keberadaan Dinas Perindustriran dan Perdagangan di Kabupaten

Semarang di tengah masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro menjadi

tempat untuk menampung segala aspirasinya. Kabupaten Semarang

terletak di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 19 kecamatan, yakni

Getasan, Tengaran, Susukan, Kaliwungu, Suruh, Pabelan, Tuntang,

Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bawen, Bringin,

Bancak, Pringapus, Bergas, Ungaran Barat, Ungaran Timur. Di

Kabupaten Semarang terdapat 63. 724 Unit Usaha Mikro yang terbagi

dalam berbagai bidang.

Sebagaimana tercantum pada Pasal 15 Peraturan Bupati

Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan

Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas

15

(13)

Perangkat Daerah Kabupaten Semarang merumuskan kebijakan bidang

ekonomi disektor industri dan perdagangan.

1. Struktur Organisasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian

Dan Perdagangan Adalah Sebagai Berikut :

a. Kepala Dinas : Moh Natsir

b. Sekretariat : Sunarto, SH,MM

1) Subbagian Perencanaan : Supriyadi, SE

2) Subbagian Keuangan : Agus Santoso

3) Subbagian Umum dan Kepegawaian : Dian Tri Navialin

c. Bidang Koperasi : Budidoyo, SH., Msi.

1) Seksi Kelembagaan dan Usaha Koperasi : Slamet Suharto, SE

2) Seksi Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian : Iwan Satrijo Raharjo

d. Bidang Usaha Mikro dan Perindustrian : Miftahul Bariroh, Spt.

1) Seksi Kelembagaan Usaha Mikro : Enny Dwi Sudarwati SH, MM, Moh. Abdur Rozaq, SE., Sukeng Saldiyaati

2) Seksi Produksi : Drs. Budi Rahardjo, 2) Seksi Pengawasan Perdagangan : Witri Relawati, SH

f. Bidang Pasar dan Pedagang Kaki Lima : Rini Sulistiyawati, S.Sos.MM

1) Seksi Sarana dan Prasarana Pasar : Drs. Prasetyo Giri Nugroho, MM.

2) Seksi Pembinaan Pasar : Muh. Sugiharto, S.Sos

3) Seksi Pembinaan Pedagang Kaki Lima : Haryanto Dimulyo, SH16

2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi, Usaha Mikro,

Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Semarang

16

(14)

Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor

52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi,

Tata Kerja, Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang,

Tugas Pokok dan Fungsi Dinas adalah sebagai berikut:

Tugas : Melaksanakan urusan pemerintahan Daerah di bidang Koperasi,

Usaha Mikro, perindustrian dan perdagangan .

Fungsi : a. perumusan kebijakan bidang koperasi, usaha mikro,

perindustrian, dan perdagangan; b. pelaksanaan kebijakan bidang koperasi,

usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan; c. pelaksanaan evaluasi dan

pelaporan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang koperasi dan

usaha mikro, bidang perindustrian, dan bidang perdagangan; d.

pelaksanaan administrasi Dinas; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang

diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.

Dalam pelaksanaan Tugas Pokok Fungsi di atas diperlukan suatu

prosedur dan pelayanan minimal pada suatu intansi pemerintahan dan

dalam pendirian suatu perusahaan. Namun, dalam hal ini Dinas Koperasi,

Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan belum menetapkan SOP

maupun SPM karena kewenangan pelaksanaan kegiatanya hanya membina

dan memberi fasilitas kecuali perizinan. Perizinan terhadap Usaha Mikro

berada pada tingkat kecamatan. Oleh karena itu, yang memiliki SOP dan

SPM terhadap perizinan untuk Usaha Mikro berada pada kecamatan di

masing-masing Usaha Mikro berada.

(15)

Jumlah pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten

Semarang yaitu 153 orang Pegawai Negeri Sipil/ Calon Pegawai Negeri

Sipil dan 31 orang Pegawai Tidak Tetap.

a. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis kelamin :

1) Pegawai Negeri Sipil :

c. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat / Golongan

1) Pembina Utama Muda, IV/c = 1 Orang

4. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran

(16)

1. MISI 1 :

Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan Koperasi dan UMKM

Tujuan :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM 2. Meningkatkan kemandirian koperasi dan UMKM

Sasaran :

1. Meningkatkan SDM pengelola Koperasi dan UMKM yang kompeten dan berdaya saing

2. Meningkatnya akuntabilitas dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM

3. Meningkatkan sarana dan prasarana koperasi dan UMKM Program dan Kegiatan :

1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang

Kondusi

Kegiatan : Fasilitasi Pengembangan UMKM

2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan

Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah Kegiatan :

a. Memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah

b. Fasilitasi pengembangan sarana promosi hasil produksi c. Pelatihan management pengelolaan koperasi /KUD

d. Sosialisasi HAKI kepada usaha mikro, kecil dan menengah

3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi

UMKM Kegiatan :

1. Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan 2. Pengembangan Klaster bisnis

3. Koordinasi Penggunaan Dana Pemerintah Bagi UMKM

4. Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi UMKM

5. Pengembangan sarana pemasaran produk usaha mikro kecil menengah

6. Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga

7. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah usaha mikro kecil menengah

8. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro kecil menengah 9. Pengembangan kebijakan dan program peningkatan ekonomi

lokal

10.Monitoring, evaluasi dan pelaporan

2. MISI 2 :

Memberdayakan potensi daerah untuk mendorong terciptanya industri kreatif, berdaya saing dan tangguh serta berwawasan lingkungan

Tujuan :

(17)

Sasaran :

1) Meningkatkan pertumbuhan jenis industry

2) Meningkatkan pemasaran hasil produk sentra UKM; Program dan Kegiatan :

1) Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi 2) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 3) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

3. MISI3 :

Menumbuhkembangkan perdagangan yang kreatif dan berdaya saing Tujuan :

Meningkatkan peran pelaku usaha dan partisipasi masyarakat dalam menggerakkan perekonomian rakyat;

Sasaran :

1) Meningkatkan jumlah IKM dan Industri Rumah Tangga 2) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja

3) Meningkatkan keterlibatan UKM dan masyarakat melalui even pameran, festival dan lomba.

Program dan Kegiatan :

Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Kegiatan :

1) Koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan pengembangan industry 2) Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri 3) Pengembangan data base informasi potensi unggulan

4) Membangun jejaring dengan eksportir 5)

Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Kegiatan :

1) Penyempurnaan perangkat peraturan, kebijakan dan pelaksanaan operasional

2) Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha 3) Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk 4) Pengembangan Pasar Lelang Daerah

5) Peningkatan system dan jaringan informasi perdagangan 6) Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri

4. MISI4 :

Membangun dan memperkuat struktur industri yang berbasis pada sumber daya lokal dan berdaya saing tinggi

Tujuan :

Meningkatkan peran IKM dalam struktur industri Sasaran :

1. Meningkatkan jumlah klaster-klaster industri

2. Meningkatkan jenis produk yang menerapkan standar SNI

Program dan Kegiatan :

(18)

1) Fasilitasi bagi industry kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industry

2) Pembinaan industry kecil dan Menengah dalam memperkuat Jaringan Klaster Industri

3) Pemberian kemudahan izin usaha industry kecil dan menengah dan menengah

2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Kegiatan :

1) Perluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing industry manufaktur

2) Perluasan penerapan standar produk industry manufaktur 5. MISI 5 :

Meningkatkan perlindungan konsumen Tujuan :

Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dalam rangka perlindungan konsumen;

Sasaran :

1. Menurunkan pelanggaran perlindungan konsumen 2. Meningkatkan tertib ukur, takar dan timbang

3. Menjaga ketersediaan stock barang Program dan Kegiatan :

Program Perlindungan konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan :

1) Fasilitasi penyelesaian permasalahan pengaduan konsumen 2) Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa

3) Operasionalisasi dan Pengembangan UPT Kemetrologian Daerah17 Bentuk upaya pemberdayaan Usaha Mikro merupakan salah satu

strategi pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kebijakan

demikian jelas diatur dalam Undang-Undang 20 Tahun 2008 tentang

UMKM. Sebagai konsekuensi diundangkan peraturan ini, pemerintah

harus berupaya untuk mengembangkan Usaha Mikro dengan memberikan

bantuan baik berupa pelatihan, permodalan, pemasaran dan pendidikan.

Hal ini tidak lepas dengan campur tangan Pemerintah Daerah yang lebih

mengetahui kondisi di daerah.

17

(19)

Pemberdayaan Usaha Mikro disetiap daerah khususnya di

Kabupaten Semarang berpedoman pada Undang-Undang 20 Tahun 2008

tentang UMKM. Salah satu kebijakan yang telah diatur adalah pengaturan

mengenai pemberdayaan UMKM dengan dikeluarkanya Peraturan Daerah

Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM. Dalam peraturan

ini, disusun secara khusus dalam rangka memberikan perlindungan dan

kepastian hukum bagi UMKM, yang bertujuan agar UMKM memiliki

daya saing yang kuat sehingga mampu menopang laju pertumbuhan

ekonomi daerah. Dalam kebijakan lainya telah diatur mengenai perizinan

secara khusus membukan usaha yakni Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun

2016 tentang Izin Usaha Mikro.

Selain aturan diatas, pemerintah daerah yakni Dinas Koperasi,

Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

menjalankan tugas sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang UMKM yang dijabarkan melalui tugas fungsi berdasarkan

Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang

Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan

Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang.

Dengan adanya Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Semarang, maka peran pemerintah daerah dalam

mendukung pengembangan Usaha Mikro semakin nyata dan terlihat.

Peran tersebut tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan memberi

motivasi kepada pelaku Usaha Mikro agar semakin giat dalam

(20)

Tindakan tersebut tidak hanya dalam bentuk pelatihan dan bantuan

modal, teknis administrasi perizinan juga mudah untuk mengurusnya.

“Perizinan dipermudah untuk Usaha Mikro sepanjang tidak membahayakan lingkungan dan keamanan. Izin Usaha Mikro (IUM) diajukan di Kecamatan setempat. Syarat dan ketentuan diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2016 tentang IUM.”18

Dalam menumbuhkan iklim usaha Usaha Mikro dapat dilakukan

melalui dukungan pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha,

kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan

dukungan kelembagaan. Bentuk dukungan tersebut juga telah diatur dalam

Undang Undang 20 Tahun 2008.

Selain diatur dalam peraturan perundangan, upaya untuk

menumbuhkan iklim usaha juga dikemukan oleh Kepala Bidang Usaha

Mikro dengan cara mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat

akan pentingnya mengembangkan potensi yang telah ada di dalam

masyarakat. Berikut kegiatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan

dan Perindustrian yaitu :

a. Pendanaan

Pendanaan merupakan titik penting dalam kemajuan sebuah usaha

yang berada di sektor mikro. Keterbatasan modal usaha yang membuat

banyak pelaku usaha memutuskan untuk tidak meneruskan usahanya. Dari

APBD menganggarkan untuk dana operasional untuk Dinas Koperasi,

Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian. Berdasarkan Pasal 8

18

(21)

Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pendanaan yang

dimaksut yakni :

1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank

2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringanya sehingga dapat diakses oleh UMKM

3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, dan

4) Membantu para pelaku usaha UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.

Dana yang berasal dari APBD pada Tahun Anggaran 2016 pada urusan

wajib yang dilaksanakan bidang UMKM, alokasi anggaran tersebut dipergunakan

untuk membiayai beberapa program yang terlaksana pada Tahun 2016 sebesar Rp.

606.885.000,00- pada akhir tahun anggaran teralisasi sebesar Rp. 592.561.539,-

atau 97.64% sehingga sisa anggaran sebesar Rp. 14.323.461,- atau 2,3%.19

b. Sarana-prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai suatu tujuan. Sedangkan prasarana adalah penunjung utama

terselenggaranya suatu proses dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Pada dasarnya, tujuan adanya perencanaan sarana dan prasarana

dimaksudkan untuk :

a. Menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak

diinginkan

b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaanya.

19

(22)

Rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam

menerapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang memandang ke

depan dan kurang cermat dalam menganalisis kebutuhan sesuai dengan

dana yang tersedia dan kepentinganya.

Dalam aspek sarana prasarana telah diatur dalam Pasal 9 Undang

Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dimana dengan adanya

prasarana umum dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan

UMKM, serta memberi keringanan tarif prasarana bagi UMKM.

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terus

berupaya menyediakan sarana dan prasarana usaha bagi Usaha Mikro agar

berkembang dengan baik. Hal ini dilihat dengan adanya fasilitas

penunjang berupa stand dan kios-kios di pasar dikhususkan untuk pelaku

Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.

Selain pasar yang disediakan untuk pelaku Usaha Mikro, Dinas

juga melakukan kegiatan rutin berupa workshop/pameran berkala

difungsikan untuk meningkatkan daya jual produksi barang/jasa dari

pelaku Usaha Mikro dan Dinas juga memberikan penyediaan pemasaran

melalui online di belanjasemarang.co.id, ini juga sekaligus langkah yang

mampu membuat persaingan usaha dalam pasar bebas.

Dalam hal pemasaran diatas, Dinas melatih para pelaku Usaha

Mikro untuk memasarkan produknya lewat media yang mereka miliki

seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Instagram dan lain lain. pelatihan oleh

(23)

b. PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO OLEH

DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN

PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG

Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan di

Kabupaten Semarang telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam

melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.

Yang bertujuan agar mampu meningkatkan kelasnya dari Usaha Mikro

menjadi Usaha Kecil. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan juga telah

terprogram. Periode waktu pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan

Dinas yakni secara formal setahun sekali untuk keseluruhan bidang yang

usaha mikro dan secara non-formal satu bulan sekali pada event seperti

pemeran, dll. Namun, jika Dinas mendapat usulan dari bawah di luar

program terencana maka Dinas akan melakukan pemberdayaan sesuai

dengan usulan. Mengenai tempat pelaksanaan di Kantor Dinas ataupun di

lokasi setempat Usaha Mikro. Berikut bentuk kegiatan pelatihan

pemberdayaannya :

1) Kelembagaan

Dalam pelatihan kelembagaan Dinas Koperasi, Usaha Mikro,

Perdagangan dan Perindustrian kabupaten Semarang membentuk suatu

forum UKM Center yang meliputi kegiatan pembentukan usaha mikro melalui langkah pertama pelaku usaha diwajibkan memiliki Izin Usaha

(24)

pelatihan dalam pembentukan kelompok usaha. Setelah pembentukan

usaha mikro menjadi kelompok ataupun mandiri selanjutnya kegiatan

pengelolaan manajemen yang meliputi pelatihan pembukuaan,

berorganisasi, dan membuat bussines plan.20 2) Produksi

Dalam hal permodalan untuk usaha mikro Dinas hanya memberi fasilitas

dukungan informasi, karena permodalan usaha mikro berasal dari lembaga

perbankan, BUMN, dan lembaga keuangan lainya yang dapat di akses

sendiri oleh pelaku usaha mikro. Kemudian Dinas akan memberi pelatihan

mengenai pengelolaan penggunaan dana tersebut. Dinas juga melakukan

pelatihan logam yakni pembuatan alat alat yang digunakan untuk produksi

barang usaha mikro, Dinas bekerjasama dengan teknisi UNDIP atau

tenaga ahli untuk membuat alat alat tersebut. Kemudian alat tersebut

diberikan secara secara bon pinjam kepada pelaku usaha mikro. Namun,

jika sudah tidak digunakan alat tersebut dikembalikan kembali kepada

Dinas dalam keadaan tidak rusak. Dalam mengemasan produk Dinas

memberi fasilitas berupa sertifikasi halal, cara pengemasan yang benar

dan di berikan HAKI pada produknya.21

3) Pengembangan

Dalam pengembangan Dinas memberi fasilitas sarana prasarana secara

langsung mengadakan pameran yang juga telah disediakan tempat untuk

pemasaran produknya. yang mana didalamnya terdapat Pelatihan

kewirausahaan berupa dorongan Dinas dalam mengembangkan usaha

20

Wawancara, Enny Dwi S., Seksi Kelembagaan Usaha Mikro, 11- April-2017 21

(25)

mikro menjadi semakin meningkat dan mampu meningkatkan

kelasnyadengan peningkatan pemasaran dan kerjasama dalam pemasaran

tersebut dengan pihak lain (kemitraan). Kemitraan atau patnership adalah kerjasama Usaha Mikro dengan badan - badan pemerintah,

organisasi-organisasi nasional/internasional dan berbagai lembaga swadaya

masyarakat untuk membangun dan mengembangkan usaha mikro dari

tingkat bawah ke nasional. Kegiatan penumbuhan usaha baru juga

didukung oleh penyediaan insentif melalui program kemitraan BUMN

dengan usaha kecil dengan memanfaatkan dana yang bersumber dari

penyisihan laba BUMN bagian pemerintah.22

Bentuk kemitraan lainya yakni kerjasama antara perusahaan di

Indonesia, dalam hal ini antara Usaha Mikro dan Usaha Besar, dikenal

dengan kemitraan. Secara khusus pengaturan mengenai kemitraan terdapat

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tetnang Kemitraan.

Kemitraan tersebut harus disertai prinsip saling memerlukan, memperkuat,

dan saling menguntungkan.

Pola kemitraan dalam kerjasama ini telah dibakukan dalam

Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP

Nomor 44 Tahun 1997, yang terdiri atas 5 (lima) pola, yakni : 1) Inti

Plasma, (2) subkontrak, (3) dagang umum, (4) keagenan, (5) warabala.

Menurut Pasal 11 Undang-Undang 20 Tahun 2008, kemitraan

ditujukan untuk :

a. Mewujudkan kemitraan antara UMKM

22

(26)

b. Mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, menengah, dan Usaha besar.

c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil dan menengah d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam

pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil, menengah, dan usaha besar

e. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar usaha mikro, kecil, dan menengah

f. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen

g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKM.

Dari bentuk-bentuk pemberdayaan yang telah terprogram diatas, dalam

rangka peningkatan Usaha Mikro agar semakin berkembang dengan baik dengan

adanya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro,

Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Semarang, sebagai bukti nyata

pelaksanaan penulis akan mengambil data tahun 2016 yang telah terevaluasi

dalam Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang sumber dananya berasal dari Dana

Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau. Berikut kegitan selama 2016 yang

dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan

meliputi 5 (lima) kegiatan untuk melakukan pemberdayaan Usaha Mikro, yaitu :

1) Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM dalam

Kegiatan Sosialiasasi Kemitraan Usaha

Dalam kegiatan pemberdayaan ini yang pertama adalah kegiatan sosialisasi

kemitraan usaha. Berikut laporan pelaksanaanya :

a. Waktu pelaksanaan

Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan 2(dua) kali / angkatan pada hari kerja

(27)

Hari : Selasa Dan Rabu

Tanggal : 22 dan 23 Maret 2016

b. Tempat

Gedung Dharma Satya Setda Kabupaten Semarang

c. Peserta

Sosialisasi dan kemitraan ini diikuti oleh 60 orang peserta/UMKM dua

angkatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang.

Tim pemateri / narasumber dalam sosialisasi kemitraan ini adalah :

a) Ir. Anang Dwinanta, MM (Asisten II Sekda Kabupaten Semarang)

b) A. Prabowo/Bobi (PT. Cimory Resto & Milk Factory)

c) Widodo (Hortimart Agro Center)

d) Dra. Agustin, Msi ( Dinas Pariwisata)

e) PHRI

f) Banaran Cafe

g) Hasim (Virgin )

Setelah sosialisasi kemitraan, dilakukan kunjungan kelapangan/lokasi

diantaranya : Cimory Resto, Hortimart Argo Center, Virgin.

d. Biaya

Biaya Penyelenggaraan Pelatihan Pengolahan Makanan Olahan ini berasal

dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang sebesar Rp.

29.230.000,- dan sisa anggarannya Rp. 1.715.000,-(efisiensi belanja

perjalanan)

(28)

Pelaksanaan kegiatan Fasilitas Peningkatan Kemitraan Usaha bagi UMKM

melalui sosialisasi kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dan pengusaha

kecil menengah ini diharapkan mampu bermanfaat dalam peningkatan

penjualan produk UMKM dan mampu meningkatkan kesejahteraan

perekonomian masyarakat di Kabupaten Semarang.

2) Pengembangan Sarana Pemasarann UKM dengan Pengadaan Etalase

Serabi Ngampin dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile

Dalam kegiatan tahun 2016 ini meliputi Kegiatan Pengadaan Etalase Serabi

Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile dengan :

a. Maksud dan Tujuan

a. Menambah daya tarik prodak UMKM serabi

b. Meningkatkan pemasaran serabi ngampin ambarawa

c. Menjaga produk serabi ngampin ambarawa

d. Memberikan kenyamanan terhadap kepercayaan konsumen

e. Terfasilitasinya sarana pemasaran produk UMKM

f. Menjaga kenyamanan tamu yang hadir dalam sebuah acara dari sengatan

sinar matahari dan guyuran air hujan.

g. Keamanan, keindahan,dan branding prodak-prodak UMKM

h. Pengadaan tenda untuk mendukung sarana promosi dan pemasaran produk

UMKM

i. Memberikan kenyamanan UMKM dalam memasarkan produk-produknya.

b. Waktu, Tempat dan Pelaksanaanya

Waktu pelaksanaan untuk Etalase Hari Jumat, 23 September 2016 bertempat

(29)

Semarang.Pelaksananya berupa Almari Etalase berjumlah 70 (tujuh puluh)

unit dan diberikan kepada 70 pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa.

Selaku rekanan pelaksana kegiatan adalah : CV. BINTANG KARYA, Jl.

Dersansari, Suruh, Kabupaten Semarang.

Waktu pelaksanaan untuk tenda kerucut dilaksanakan pada Jumat, 28

Oktober 2016, bertempat di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Semarang.Pelaksananya berupa tenda kerucut

sarnavile sebanyak 10 (sepuluh) unit dan bisa dipergunakan untuk

mendukung promosi dan pemasaran produk UMKM. Selaku rekanan

pelaksana kegiatan adalah : CV. MULYA SEJATI, Jl. Prambanan, RT.

02/RW.02, Kel. Candisari, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.

Biaya untuk penyelenggaraan pembuatan Etalase dan Tenda Krucut

Sarnavile berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten

Semarang dengan besaran Anggaran untuk pembuatan Etalase sejumlah Rp.

87.300.000,- (delapan puluh tujugh juta tiga ratus ribu rupiah). Dengan

anggaran APBD Rp. 88.700.000,- (delapan puluh delapan juta tujuh ratus ribu

rupiah), serta sisa anggaran yang terserap masih Rp. 200.000,- (dua ratus ribu

rupiah) setelah dikurangi honor pejabat pengadaan sebesar Rp.

1.200.000,-(satu juta dua ratus ribu rupiah). Anggaran untuk pembuatan Tenda Kerucut

Sarnavile sejumlah Rp. 82.060.000,- (delapan puluh dua juta enam puluh ribu

rupiah), ditambah dengan biaya honor pejabat pengadaan Rp. 1.200.000,-,

maka keseluruhan anggaran sejumlah Rp. 83.700.000,- (delapan puluh tiga

juta tujuh ratus ribu rupiah) bisa terserap dan sisa sejumlah Rp. 440.000,-

(30)

Manfaat dari kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat dalam

peningkatan kebersihan, higeintas makanan dan peningkatan penjualan

khususnya Serabi Ngampin Ambarawa sebagai aikon di Kabupaten

Semarang.

3) Fasilitas bagi IKM Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya

Dalam kegiatan pelaksanaan ini meliputi 5 (lima) pelatihan, yaitu :

a. Pelatihan dan fasilitas kemasan

Maksud Dan Tujuan : pelatihan ini adalah 1) meningkatkan

pemasaran dari produk pelaku IKM khususnya makanan olahan, 2)

meningkatkan daya saing produk dengan produk lain yang sejenis dari

daerah lain, 3) terwujudnya komoditi unggulan dengan kualitas yang

lebih modern, 4) memberikan fasilitas kemasan bagi IKM berupa

percontohan kemasan.

Waktu pelaksanaan : Rabu-Jumat, 1-3 Juni 2016, bertempat di

Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang, dengan peserta

pelatihan dari 30 IKM pelaku usaha makanan olahan di wilayah 6

Kecamatan Ungaran Barat, Banyubiru, Tenggaran, Ambarawa, Tuntang,

dan Susukan.

Dengan pemateri dalam pelatihan dan fasilitas kemasan sebagai

berikut :

1. Kristi Febiani

2. Noor Latif Suyanto

Biaya penyelenggaraan : pelatihan dan fasilitas kemasan ini

(31)

DPA SKPD 2.07.1.15.01.16.02.5.2 Bidang Industri.

1809/DPA/2016.Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan bermanfaat dalam

peningkatan SDM dan Produk sehingga memperluas pemasaran dan

meningkatkan taraf hidup masyarakat pelaku IKM Makanan Olahan dan

masyarakat Kabupaten Semarang.

b. Pelatihan Meubel Kayu

Maksud dan tujuan :1) memberikan pengetahuan dan

keterampilan kepada pelaku usaha meubel di Kabupaten Semarang, 2)

mendorong diversifikasi produk meubel, 3) melakukan pendampingan

kepada pelaku usaha meubel. Sasaran/ objek pelatihan kegiatan ini

adalah 20 orang pelaku industry kecil dan menengah meubel dari

Kecamatan Pringapus, Bringin, Tuntang, Bergas, Bawen, dan Bancak.

Waktu pelaksanaan : pelatihan dilaksanakan pada Selasa- Kamis,

13-15 September 2016 bertempat di Kelurahan Pringapus Kecamatan

Pringapus. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari

pelaku usaha meubel dari Desa Penawangan Kecamatan Pringapus. Serta

dengan Tim Pemateri/Instruktur : Praktisi Meubel di Kabupaten

Semarang.

Hasil biaya yang dicapai adalah meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan pelaku usaha Industri Kecil Menengah Meubel, Munculnya

diversifikasi produk meubel yang mempunyai niali jual lebih tinggai, dan

meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi meubel pada peserta

pelatihan. Pelatihan ini dibiayai dari Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil

(32)

c. Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)

Sasaran : Dalam pelaksanaan pelatihan ini kunci keberhasilanya

terletak pada saat seleksi penentuan calon peserta (recrutmen). Sasaran

peserta pelatihan ini terdiri atas 20 pengusaha IKM di Kabupaten

Semarang pada tahun anggaran 2016 yang telah memenuhi syarat sebagai

berikut : 1 ) Pemilik/pemimpin usaha yang memiliki kewenangan untuk

pengambilan keputusan, 2) Berpengalaman dalam bidang usaha

masing-masing, 3) Pendidikan minimal SLTA (lebih diutamakan pengalaman),

4) Sehat jasmani dan rohani, 5) Sanggup mengikuti program Pelatihan

AMT secara tuntas tanpa terputus (menginap selama pelatihan), 6)

Belum pernah mengikuti pelatihan yang sejenis.

Waktu pelaksanaan : pelatihan AMT dilaksanakan pada

Senin-Rabu, 5-7 September 2016, bertempat di Green Valley Hotel and Resort

Jalan Ampel Gading, RT 05/RW 06, Dusun Ampel Gading, Desa

Kenteng, Kec. Bandungan, Jawa Tengah 50614. Dengan peserta

pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari pelaku usaha di Wilayah

Kabupaten Semarang.

Hasil yang dicapai dari pelatihan ini adalah meningkatkan

pengetahuan pelaku usaha/pemilik industry terhadap potensi diri dan

bagaimana memaksimalkan potensi tersebut serta meningkatkan motivasi

pelaku usaha dalam pengembangan usaha.Untuk pembiayaan pelatihan

ini dari APBD Kabupaten Semarang Tahun 2016.

(33)

Maksud dan tujuan dari pelatihan ini adalah mengembangtingkatkan

sumberdaya manusia dengan sasaran para IKM dibidang Pmebuatan Makanan

Olahan menjadi makanan yang memiliki nilai tambah secara ekonomis serta

meningkatkan pengetahuan/keterampilan para IKM Makanan Olahan dalam

memanfaatkan teknologi dan diversifikasi produksi.

Waktu pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan pada Selasa- Kamis,

22-24 Maret 2016, bertempat di Balai Desa Klero Jl. Kyai Mawari (Jl. Raya

Salatiga-Solo KM. 9) Desa Klero Kecamatan Tenggaran Kebupaten Semarang. Dengan

peserta pelatihan sebanyak 20 orang dari 6 kecamatan di Kabupaten Semarang

yaitu : Kecamatan Pabelan, Suruh, Susukan, Tengaran, Kaliwungu, dan Getasan.

Dengan Tim pemateri/ instruktur adalah Bapak Suyanto dan Bapak Ahmad dari

KUB Bunga Mawar Kabupaten Magelang

Biaya penyelenggaraan pelatihan Pengolahan Makanan Olahan ini berasal dari

Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang.

e. Pelatihan Diversifikasi Produk Konveksi/Bordir

Maksud pelatihan ini adalah mengembangkan industry kecil kerajinan

konveksi/border di Kabupaten Semarang dengan meningkatkan kualitas produk

serta kemampuan produksi untuk memenuhi pasar dalam negeri.Sedangkan

tujuan dari pelatihan ini adalah mendorong sentra kerajinan konveksi/border

memiliki kemampuan diversifikasi produk yang bernilai tambah lebih tinggi,

menyerap lebih banyak peluang pasar dalam negeri, memacu sentra kerajinan

konveksi/border untuk meningkatkan daya saing, serta efisiensi biaya pada sisi

(34)

Waktu pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan pada Selasa- Kamis,

16-17 Februari 2016, bertempat di Kelompok Mekar Sejahtera Bordir (Bpk. Nur

Arifin) Lingkungan Wonorejo RT 02/ RW 10 Kelurahan Bawen Kecamatan

Bawen Kabupaten Semarang. Dengan peserta pelatihan 20 orang IKM

Konveksi/Bordir di Kabupaten Semarang.

4) Penyediaan Sarana Informasi Yang Dapat Di Akses Masyarakat melalui

Pelatihan E-Commerce

Dalam kegiatan Dinas telah melihat potensi besar bisnis online, dan sejak

tahun 2013 telah merintis marketplace BelanjaSemarang.co.id yang khususnya

menjadi MarketPlace UMKM se-Kabupaten Semarang.

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah 1) memaksimalkan

penggunaan marketplace BelanjaSemarang.co.id, 2) membiasakan pelaku IKM

dalam pemasaran online, 3) memaksimalkan pengunaan smartphone dan produk

perbankan untuk menunjang aktivitas pemasaran online, 4) memperkenalkan

marketplace popular dan media social untuk pemasaran online.Sasaran/ obyek

Pelatihan e-Commerce ini adalah para pengusaha/pemilik industri kecil dan

menengah yang berkeinginan memasarkan produknya melalui internet.

Waktu pelaksanaan pelatihan e-Commerce dilaksanakan pada Angkatan I

Senin-Rabu, 2-4 Mei 2016 bertempat di Ruang Pelatihan e-Commerce Dinas

Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang. Pada

Angkatan II dilaksanakan pada Selasa-Kamis, 18-20 Oktober 2016 bertempat di

Ruang Pelatihan e-Commerce Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan

Perdagangan Kabupaten Semarang. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 orang

(35)

dengan masing-masing angkatan sebanyak 10 orang. Tim pemateri/instruktur

dalam pelatihan e-Commerce adalah :

 Praktisi internet professional dari Semarang (IKITAS Semarang)

 Komunitas BUKALAPAK Semarang

 Pelaku e-Commerce Kabupaten Semarang

Hasil yang dicapai dalam kegiatan pelatihan e-commerce ini adalah

meningkatkan pengetahuan pelaku usaha/pemilik industry dalam pemasaran

produk lewat e-Commerce, serta dimanfaatkanya marketplace

BelanjaSemarang.co.id untuk pemasaran IKM Kebupaten Semarang.Kegiatan ini

dibiayai dari APBD Kabupaten Semarang tahun 2016.

5) Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi dengan Pelatihan

Penganekaragaman Produk IKM Logam Pembuat Mesin Mixer

Dalam kegiatan ini Dinas pada tahun anggaran 2016 mengadakan kegiatan

penguatan kemampuan industry berbasis teknologi dengan pelatihan

penganekarangaman produk IKM logam membuat Mesin Mixer.Keberadaan

mesin mixer ini menguntungkan bagi IKM makanan olahan karena dapat

mengefisienkan tenaga kerja, biaya dan waktu.Disamping itu untuk

mengembangkan Unit Pelayanan Logam sebagai tempat pengembangan

pembuatan mesin rekayasa di Kabupaten Semarang.

Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 20 orang yang berasal dari

Kecamatan Ungaran Timur, Ungaran Barat, Bergas, Pringapus, Ambarawa,

Tuntang dan Sumowono. Waktu pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada

Senin-Kamis, 25-28 April 2016 bertempat di Gedung Pertemuan Dinas Koperasi,

(36)

Pelayanan Logam Dinas Koperasi,UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab.

Semarang.Materi dan Jadwal kegitan sebagai berikut :

A. Hari I ( 25 April 2016 )

Teori :

- Teknik-teknik dalam usaha pembuatan alat rekayasa

- Teori pembacaan gambar dan alur pembuatan mesin alat rekayasa

mixer

Pengukuran Bahan Baku (Praktek) :

- Penyiapan bahan, Teknik pembacaan gambar, Teknik pengukuran

bahan dan Teknik pemotongan

B. Hari II ( 26 April 2016 )

Pembuatan rangka dan komponen pendukung (praktek)

- Teknik pengelasan

- Teknik roll plat

- Teknik welding

- Teknik pembubutan

- Teknik milling

C. Hari III ( 27 April 2016 )

Pembuatan komponen pendukung dan perakitan (praktek)

- Teknik pengelasan

- Teknik milling

- Teknik perakitan (pengesetan as, motor)

D. Hari IV ( 28 April 2016 )

(37)

- Uji coba mesin, Pengecatan dan finishing dan Evaluasi

Dari kegiatan pelatihan instruktur Pelatihan Pembuatan Mesin Mixer

berasal pelaku industry di bidang industry mesin peralatan pengolahan makanan

olahan di Kabupaten Semarang, yaitu :

- Bapak Marzuki

- Bapak Y.Kasmani

Pembiayaan pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan mesin mixer dibiayai dari

APBD Kab. Semarang sesuai dengan DPA SKPD Nomor : 2.

07.1.15.01.15.06.5.2 Sub 1808.

c. Profil Usaha Mikro yang Diteliti

Setelah mengemukakan hasil penelitian pada Dinas Koperasi, Usaha

Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang sebagaimana telah

dikemukakan di atas, Penulis juga melakukan penelitian ke sejumlah Usaha Mikro

yang ada di Kabupaten Semarang untuk mengkrosek bagaimana peran Dinas

Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

dalam melakukan pemberdayaan untuk Usaha Mikro, serta faktor apa saja yang

mempengaruhi pemberdayaan tersebut. Di bawah ini adalah data 5 (lima) Usaha

Mikro yang berada di Wilayah Kabupaten Semarang yang telah penulis teliti

dalam rangka penelitian. Berikut daftar responden Usaha Mikro yang telah diteliti

(38)

Tabel 4.1 Daftar Responden Usaha Mikro Di Kabupaten Semarang

11.17.5.47.10970 2000 Jl. Kartini No. 65

Bugisan

Kopi Sirap Kelir 2103322010839-19 1996 Dsn. Sirap

Rt4/Rw6, Kec.

Jambu

Produksi dan Pengolahan

Kopi

Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang dan telah

mengikuti pemberdayaan berupa pelatihan-pelatihan. Dari kelima Usaha Mikro

tersebut yang paling lama berdiri adalah Kopi Sirap Kelir, kemudian Alusan

Handycraff, Flamboyan, dan Kripik Tegaron serta Fourdia. Dari kelima Usaha

Mikro di atas yang telah memiliki izin usaha mikro hanya 2 (dua) yaitu Usaha

Mikro Alusan HandyCraff dengan No. 11.17.5.47.10970 dan Usaha Mikro Kopi

Sirap Kelir dengan No. 2103322010839-19 untuk Usaha Mikro Flamboyan,

Fourdia dan Flamboyan sedang dalam proses pembuatan izin usaha mikro

(39)

Tegaron telah mendapat perhatian dari Dinas dan KKN yang berada di kecamatan

banyubiru sehingga produknya dikatakan layak untuk dipasarkan.

Dari berbagai bidang usaha yang ditekuni para pelaku Usaha Mikro di

atas, selanjutnya penulis akan membahas mengenai profil dan kegiatan dari

kelima usaha mikro sebagai berikut :

Profil yang pertama adalah Usaha Mikro Flamboyan dengan pemilik

bernama Koriatun. Bergerak dibidang usaha aneka kripik ikan. Pelaku usaha telah

mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang Pertemuan

PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku

usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya

melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha dapat adalah

mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan kemasan. Dari

wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan keterangan bahwa

pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha.

Pelaku usaha telah mendapat fasilitas permodalan yang dibelikanya alat berupa

frezer box, sniper (tirisan minyak), alat kemasan (hand sealer manual), serta

kompor. Namun, dalam prakteknya pelaku usaha mengalami permasalahan pada

proses pengemasan produknya karena hand sealer manual tidak mengepres plastik

dengan rapat, terkadang kemasan cepat robek dan akhirnya produk menjadi cepat

basi. Maka dari itu pelaku usaha mengikuti pelatihan dan fasilitas kemasan

berharap mendapat bantuan hand sealer automatic agar kemasan pada produknya

semakin bagus dan tidak cepat basi. 23

23

(40)

Kedua, Usaha Mikro Alusan Handcraff dengan pemilik bernama Anatul

Umroh. Bergerak dibidang usaha kerajinan kayu. Pelaku usaha telah mengikuti

pemberdayaan pada 5-7 September 2016 bertempat di Green Villey Hotel and

Resort Jalan Ampel Gading, RT 5/ RW 6, Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng,

Kec. Bandungan, Jawa Tengah. Kegiatan yang diikuti pelaku usaha adalah

kegitatan fasilitas bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber

daya melalui pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Pelaku usaha

menyatakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik. Namun, karena tingkat

kemampuan pelaku usaha dari segi pendidikanya tidak mumpuni untuk

menerapkan materi tersebut. Pelaku usaha mendapatkan fasilitas alat produksi

berupa mesin sircle, mesin amplas dan kompersor yang diberikan Dinas secara

sukarela. Pelaku usaha memiliki akses pemasaran sendiri dengan mengandalkan 5

orang pemasok kerajinanya, dan menolak mengikuti fasilitas pemasaran yang

diberikan Dinas dengan alasan tenaga pembuatan kerajinan kayu tidak

mencukupi. Untuk akses permodalan pelaku usaha mengalami permasalahan

dalam peminjaman kepada Bank dengan alasan tidak memiliki jaminan untuk

ditanggungkan. sehingga pelaksanaan usaha yang dilakukan hanya berjalan sesuai

dengan kembalinya modal setelah pemasaran produk tersebut. 24

Ketiga, Usaha Mikro Fourdia dengan pemilik bernama Erna Hartati

Masturoh. Bergerak dibidang usaha pembuatan krupuk dari bahan tepuk ketela.

Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang

Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang

24

(41)

diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan

sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha

dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan

kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan

keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan

kebutuhan pelaku usaha. Pelaku usaha baru mendapat fasilitas berupa kardus,

plastik dan label. Permasalahan usaha mikro ini sama dengan usaha mikro

flamboyan dimana hand sealer automatic yang di tunggu dari Dinas, dengan

alasan dengan adanya alat tersebut proses pengemasan menjadi lebih efisien

waktu serta hasil mengepresanya lebih rapat dan rapi. Pelaku usaha ini belum

mendapatkan fasilitas alat untuk produksi olahanya. Dari permodalan pelaku

usaha juga mengalami permasalahan dalam hal jaminan untuk meminjam modal

kepada Bank. Dari segi pemasaran pelaku usaha banyak mendapatkan fasilitas

berupa mengikut sertaan bazar yang diadakan Dinas.25

Keempat, Usaha Mikro Keripik Tegaron dengan pemilik bernama

Komastun Khasanah. Bergerak dibidang usaha pembuatan kripik dari bahan

sayuran.Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di

Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan

yang diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap

pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang

pelaku usaha dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek

pembuatan kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha

memberikan keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai

25

(42)

dengan kebutuhan pelaku usaha. Dari keterangan yang diberikan pelaku usaha

kepada penulis. Pelaku usaha belum mendapat fasilitas dari Dinas, setelah

mengikuti pelatihan Dinas baru memberi kardus untuk mengemas produknya,

sedangkan kebutuhan pelaku usaha sangat membutuhkan label sesegera mungkin

dan bantuan plastik untuk mengemas serta alat alat lain sehingga kemasaran

produknya lebih bagus. Dengan alasan karena produk yang dimiliki usaha mikro

ini dalam segi pemasaranya sudah sangat tinggi dan terkenal dibandingkan dengan

usaha mikro yang di wilayah kecamatan Banyubiru. Akses permodalan juga

belum mendapat koordinasi dari Dinas.26

Kelima, Usaha Mikro Kopi Sirap Kelir dengan pemilik usaha Kelompok

Pertanian Desa Sirap. Bergerak dibidang usaha produksi dan pengolahan kopi.

Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku usaha adalah kegitatan fasilitas bagi

industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan

Achievement Motivation Training (AMT). Manfaat yang pelaku usaha dapatkan

dari pelatihan adalah mengenal jatidiri lebih dalam, kekurangan dan kelebihan

diri, serta lebih fokus menentukan tujuan. Pelaku usaha menyatakan materi

pemberdayaan sesuai dengan kebutuhaya dengan alasan dapat menjadikan pribadi

yang fokus menjadi wirausahawan yang berkualitas Pada usaha ini, Dinas telah

memberikan berbagai fasilitas berupa alat seperti pulper, huller, dan mesin roating

untuk memproduksi olahan kopi mentah sampai pada pengemasan. Dari akses

permodalan usaha kopi sirap kelir mendapat fasilitas permodalan dari Csr

Telkom. dari segi pemasaran produknya Dinas memberi fasilitas berupa

event-event bazar dan menitipkan produknya kepada pelaku usaha besar yang bekerja

26

(43)

sama dengan Dinas. Namun, pelaku usaha memberikan keterangan bahwa

pemasaran yang adakan Dinas tidak menguntungkan bagi pelaku usaha ini,

dengan alasan event yang dibuat kurang menarik konsumen untuk mengunjungi

event tersebut.27

C. ANALISIS

1. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Semarang dalam Melakukan pemberdayan terhadap Usaha

Mikro

Setelah mengemukakan hasil penelitian pada Dinas Koperasi, Usaha

Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang serta beberapa Usaha

Mikro yang berada di Wilayah Kabupaten Semarang sebagai kroscek mengenai

manfaat peran yang telah dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian

dan Perdagangan. Penulis akan menganalisis mengenai bagaimana peran Dinas

Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang

dalam melakukan pemberdayaan kepada Usaha Mikro, serta faktor apa saja yang

mempengaruhi pemberdayaan yang dilakukan. Peran Dinas Koperasi, Usaha

Mikro, Perindustrian dan Perdagangan sebagai wujud pelaksanaan program

pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di wilayah Kabupaten Semarang dapat

dilihat dari hasil penelitian. Namun, waktu pelaksanaan pemberdayaan yang

dilakukan oleh Dinas dalam jangka waktu satu tahun tidak dibuat waktu periodik,

karena pelaksanaan pemberdayaan berasal usalan dari bawah seperti Kecamtan,

Kelurahan, Desa Dsb. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan

27

(44)

Perdagangan dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan yang berupa

kegiatan-kegiatan selama Tahun 2016 sebagai berikut :

A. Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM Dalam

Kegiatan Sosialisasi Kemitraan Usaha

Manfaat : dari sosialisasi dan kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dengan

pengusaha kecil menengah ini diikuti oleh 60 orang/ pelaku UMKM dua

angkatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. dengan harapan

mampu meningkatkan penjualan produknya dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat di Kabupaten Semarang.

B. Pengembangan Sarana Pemasaran UKM Dengan Pengadaan Etalase

Serabi Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile

Manfaat : dari kegiatan ini Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan

Perdagangan, CV. BINTANG KARYA Kab. Semarang, dan CV. MULYA

SEJATI Kab. Semarang selaku rekan pelaksana kegiatan. Memberikan

fasilitas berupa almari etalase berjumlah 70 unit dan diberikan kepada 70

pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa. Serta Tenda Kerucut Sarnavile

sebanyak 10 unit dan dipergunakan untuk mendukung promosi dan

pemasaran produk UMKM. Kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat

dalam meningkatkan kebersihan, higeinitas makanan dan peningkatan

penjualan Serabi Ngampin Ambarawa.

C. Fasilitas bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya dengan 5 (lima)

pelatihan yaitu :

(45)

Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 30 IKM pelaku usaha olahan

makanan di wilayah 6 kecamatan. Pelatihan dan fasilitas kemasan ini

diharapkan bermanfaat dalam peningkatan SDM dan Produk sehingga

memperluas pemasaran dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha.

b) Pelatihan Meubel Kayu

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 peserta pelaku usaha, pelatihan ini

diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku

usaha meubel kayu. Sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas

produksi meubel kepada peserta pelatihan.

c) Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)

Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 20 pelaku usaha, pelaksanaan

pelatihan diharapkan mampu meningkatkan kualitas basic mentality

dimana pelaku usaha diberi pemahaman untuk memahami potensi dan

kelembahan pada dirinya. Serta memberi pelatihan menumbuhkan

kesadaran akan manfaat lingkungan untuk tujuan prestatif dan mampu

berfikir positif.

d) Pelatihan Pembuatan Makanan Olahan

Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 orang pelaku usaha makanan olahan

dari 6 kecamatan. Dalam materi pelatihan ini pelaku usaha diberikan

dasar teori dan praktek pembuatan makanan olahan yang baik. Sehingga

pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah secara

Gambar

Tabel 4.1 Daftar Responden Usaha Mikro Di Kabupaten Semarang

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan fisik berupa peningkatan berat badan yang menyebabkan berkurangnya kepercayaan diri membuat wanita tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang lain, karena

Hubungan antara Asertivitas dengan Kontrol Diri terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Putri ... Metode Penelitian

kebencian (hate speech) khususnya penghinaan yang dilakukan dalam media sosial kemajuan teknologi membuat para pelaku semakin mudah melakukan kejahatan dengan

Setelah hasil analisis data penelitian, selanjutnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tabel yang menggambarkan pendekatan

Kegiatan belajar mengajar ini dilaksanakan pada dua kelas yang menjadi sampel penelitian, yaitu kelas VII C sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan pendekatan

Dari penjelasan berikut dapat dilihat bahwa responden yang paling tinggi menjawab “selalu” tidak pernah mengeluh tentang tugas dan kebijakan lembaga dengan

bentuk membangun hubungan dengan Tuhan kabhanti (5) direpresentasikan ungkapan dadihanomo aitu dasenea-neatiha ‘jadi sekarang kita berniat’ sedangkan tujuan doa disampaikan

Berdasarkan penelitian di atas didapatkan kesimpulan bahwa kadar kandungan residu pestisida golongan organofosfat masih berada di bawah ambang batas BMR yang