BAB II
KAJIAN TEORI, HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam bab ini merupakan uraian tentang teori-teori dan konsep yang
digunakan dalam penelitian untuk menjelaskan masalah penelitian lebih dalam,
sehingga mengarah pada dalamnya pengkajian penelitian. Hal ini juga sebagai
pendukung landasan dalam rangka menjelaskan atau memahami makna dibalik
realitas yang ada.
A. KAJIAN TEORITIK
1. PERAN
Sebelum penulis membahas mengenai peran Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten Semarang dalam melakukan pemberdayaan
Usaha Mikro, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan tentang istilah “
peran “.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, peran ialah perangkat
tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di
masyarakat. Peran merupakan seperangkat tingkah laku yang diharapkan
oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukanya dalam suatu
sistem. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari dalam maupun
dari luar dan bersifat stabil. Peran sendiri ialah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi sosial tertentu.1
1
Peran menurut Biddle dan Thomas adalah konsep “peran ” selalu
dikaitkan dengan “posisi”. Dalam konsep-konsep peran sering dikaitkan
dengan pemilahan perilaku. Dengan demikian, secara umum bahwa peran
merupakan seperangkat patokan yang membatasi perilaku yang
semestinya dilakukan oleh seseorang yang menduduki suatu posisi.2
Peran menurut Soerjono Soekanto adalah proses dinamis
kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan suatu
peranan. Perbedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk
kepentingan ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan
karena yang satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya. 3
Dari uraian pendapat para ahli di atas, dapat dikatakan peran adalah
kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki
oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya
dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu:
1. Harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau
kewajiban-kewajiban dari pemegang peran.
2. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap
masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya
dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
2. PEMBERDAYAAN
2
Soekanto, soerjono, Teori Peran (Konsep, Derivasi dan Implikasinya), Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, 1994, h. 15
3
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan
“ber-“ yang menjadi kata “berdaya” yang artinya memiliki atau
mempunyai daya. Daya mempunyai arti kekuatan, sehingga pemberdayaan
berarti membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai kekuatan.
Di era otonomi daerah saat ini, pemerintah dituntut untuk memiliki
suatu misi dan kepemimpinan terhadap seluruh pemangku kepentingan
yang berperan dalam upaya mencapai dan meningkatkan kesejahteraan
rakyat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui upaya dari pemerintah yakni
pemberdayaan.4
Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 8
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pemberdayaan adalah upaya
yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan
masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri.5
Pengertian pemberdayaan menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan
Daerah Kabupaten Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan
UMKM, pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam
bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap UMKM,
4
Secara etimologis, Pemberdayaan adalah terjemahan dari kata empowerment, yang berasal dari kata empower yang mengandung dua pengertian: (i) to give power to(memberi kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas pada pihak lain). (ii) to give ability to, enable
(usaha untuk memberi kemampuan). 5
sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh
dan mandiri.6
Tujuan pemberdayaan menurut pasal 5 Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2008 tentang UMKM diatur mengenai :
1. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan,
2. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi
usaha yang tangguh dan mandiri,
3. Meningkatkan peran UMKM dalam membangun daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan
pengentasan rakyat dari kemiskinan.
Pemberdayaan mampu berjalan dengan baik dengan adanya
kesinambungan otoritas kekuasaan yang mungkin berkembangnya
partisisipasi dalam kehidupan bernegara. Pengertian pemberdayaan
menurut para ahli, yaitu :
1. Menurut Mubyarto, Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun
daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkanya. 7
2. Dubois dan Miley mengemukakan bahwa dasar-dasar pemberdayaan
meliputi, antara lain :
6
Pasal 1 angka 13, Peraturan Daerah Kab. Semarang No. 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM
7
a. Pemberdayaan adalah proses kerja sama antara klien dan pelaksana kerja secara bersama-sama yang bersifat mutual benefit.
b. Proses pemberdayaan memandang sistem klien sebagai komponen dan kemampuan yang memberikan jalan ke sumber penghasilan dan memberikan kesempatan.
c. Klien harus merasa dirinya sebagai agen bebas yang dan mempengaruhi.
d. Kompetensi diperoleh atau diperbaiki melalui pengalaman hidup, pengalaman khusus, yang kuat daripada keadaan yang menyatakan yang dilakukan.
e. Pemberdayaan meliputi jalan ke sumber penghasilan dan kapasitas untuk menggunakan sumber-sumber pendapatan tersebut dengan cara efektif
f. Proses pemberdayaan adalah masalah yang dinamis, sinergis, pernah berubah, dan evolusioner yang selalu memiliki banyak solusi.
g. Pemberdayaan adalah pencapaian melalui struktur-struktur paralel dari perseorangan dan perkembangan masyarakat.8
Dengan demikian pemberdayaan adalah proses menyeluruh, suatu proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan melalui peningkatan pengetahuan, keterampilan, pemberian berbagai kemudahan serta peluang untuk mencapai akses sistem sumber daya alam dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Proses pemberdayaan meliputi : 1) Menciptakan suasana kondusif (
enabling), 2) Penguatan kapasitas dan kapabilitas masyarakat (
empowering), 3) Perlindungan dari ketidakadilan ( protecting ), 4) Bimbingan dan dukungan (supporting ) dan 5) Memelihara kondisi yang kondusif tetap seimbang ( supporting )9
Konsep pemberdayaan masyarakat menurut Pranaka dan Priyono
dapat dilakukan dalam 3 (tiga) fase, yaitu
1. Fase Inisial, semua proses pemberdayaan berasal dari pemerintah, oleh pemerintah dan diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini
masyarakat bersifat pasif, melaksanakan apa yang direncanakan
pemerintah dan tetap tergantung kepada pemerintah.
8
Sumodiningrat, Gunawan. Menuju Ekonomi Berdikari : Pemberdayaan UMKM dengan Konsep OPOP-OVOP-OVOC, Penerbit Media Pressindo, Yogyakarta, 2015, h. 19.
9
2. Fase Partisipatoris, proses pemberdayaan berasal dari pemerintah bersama masyarakat, oleh pemerintahbersama masyarakat, dan
diperuntukan bagi masyarakat. Pada fase ini masyarakat sudah
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembangunan untuk menuju
kemandirian.
3. Fase Emansipatoris, proses pemberdayaan berasal dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengandukungan oleh
pemerintah. Pada fase ini masyarakat sudah menemukan kekuatan
dirinya, sehingga dapat melakukan kekuatan dirinya, sehingga dapat
melakukan pembaharuan dalam mengaktualisasikan diri. 10
Selain defisini dan konsep pemberdayaan, terdapat juga 3 (tiga) strategi
pemberdayaan dalam praktek perubahan sosial, antara lain :
1. Strategi nasional, menyarankan untuk mengetahui dan memilih kepentingan terbaik secara bebas dalam berbagai keadaaan. Pihak bebas
dalam hal ini menentukan kepentingan bagi kehidupanya sendiri dan tidak
ada gangguan kebebasan dari pihak lain.
2. Strategi aksi langsung, membutuhkan dominasi kepentingan yang dihormati oleh semua pihak yang terlibat, dipandang dari sudut perubahan
yang mungkin terjadi. Pada strategi ini, ada pihak yang sangat
berpengaruh dalam pengambilan keputusan.
10
3. Strategi transformatif, menunjukan bahwa pendidikan dalam jangka waktu lama dibutuhkan sebelum mengindentifikasikan kepentingan sendiri. 11
Dalam melakukan upaya pemberdayan, Zubaedi menyatakan 3 hal yang
harus dilakukan, yaitu :
1. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang yaitu dengan mendorong dan membangkitkan kesadaran akan
pentingnya pengembangan potensi-potensi yang di miliki
2. Memperkuat potensi yaitu upaya yang dilakukan dalam langkah
pemberdayaan melalui tindakan nyata seperti pendidikan, pelatihan,
peningkatan kesehatan, pemberian modal, informasi, lapangan pekerjaan,
pasar serta sarana-sarana lain.
3. Melindungi masyarakat dengan langkah-langkah dalam pemberdayaan
masyarakat untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang dan juga
praktek ekploitasi yang kuat terhadap yang lemah melalui adanya
kesepakatan yang jelas untuk melindungi golongan yang lemah. 12
Dalam hal pencapaian tujuan pemberdayaan dapat diterapkan melalui 5
(lima) pendekatan menurut Suharto, yaitu :
1. Pemungkin, menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat mampu berkembang secara optimal
11
Hikmat, R. Harry, Strategi Pemberdayaan Masyarakat, Penerbit Humaniora Utama Press, Bandung, 2001, h. 89.
12
2. Penguatan, memperkuat pengetahuan dan kemampuan serta menumbuhkan kepercayaan diri masyarakat agar bisa menunjang
kemandirian.
3. Perlindungan, melindungi masyarakat yang lemah, dari persaingan yang tidak sehat dan kelompok kuat yang berupaya mengeksploitasi
4. Penyokongan, memberi bimbingan dan dukungan kepada masyarakat agar mampu menjalankan peranan tugas-tugas dalam kehidupanya dan
menyokong agar tidak terjatuh dalam keadaan yang merugikan.
5. Pemeliharaan, menjaga keseimbangan distribusi kekuasaan untuk menjamin setiap orang memperoleh kesempatan berusaha. 13
Dalam hal pemberdayaan ekonomi rakyat sejumlah pakar ekonomi
merumuskan strategi pemberdayaan melalui :
1. Pengembangan ekonomi rakyat berlandaskan Sistem Ekonomi Pancasila
2. Melakukan pendekatan institusional dalam hal ini pemerintah dam
parlemen menciptakan iklim usaha yang kondusif, kepastian hukum, akses
permodalan, teknologi dan akses pasar.
3. Membangun sinergi yang saling menguntungkan antara ekonomi rakyat
dengan swasta nasional (korporasi-korporasi besar dan maju) dalam hal
permodalan, teknologi, pemasaran, dan pengembangan sumber daya
manusia (SDM). 14
13
Edi, Suhato. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung, 2010, h. 67-68.
14
Sedangkan pemberdayaan Usaha Mikro menurut Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2008 tentang UMKM adalah upaya yang dilakukan pemerintah,
pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk
penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro sehingga
mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang mandiri.
Pemerintah Daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang- undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat. Maka dalam pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro
Pemerintah Daerah menetapkanPeraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 7
Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan
merupakan upaya untuk mendorong individu ataupun kelompok untuk mandiri
dalam memenuhi kebutuhan hidup ataupun dalam pemecahan suatu
permasalahan. Selain itu, upaya-upaya pemberdayaan yang dilakukan secara
langsung akan menciptakan individu yang mempunyai keterampilan baik serta
mampu menjadi sumber daya yang berkualitas.
3. USAHA MIKRO
Dalam kaitanya dengan penulisan ini penulis mengkaji mengenai UMKM
dalam kriteria Usaha Mikro. Berdasarkan Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah Bidang Perindustrian dan Perdagangan merupakan urusan
pemerintahan pilihan bidang koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah, sesuai
Daerah dilakukan untuk menentukan kemajuan daerah berdasarkan potensi,
proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan.
Kewenangan Pemerintah Kabupaten Semarang dalam melakukan
pemberdayaan UMKM kriteria Usaha mikro yang berwenang pada tingkat Daerah
Kabupaten/Kota, dengan intansi yang berwenang yakni Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Semarang, dengan melalui proses pendataan, kemitraan,
kemudahan perijinan, penguatan kelembagaan dan koordinasi dengan para
pemangku kepentingan.
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.
Bank Indonesia juga mendefinisikan batasan mengenai Usaha Mikro yaitu
usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Usaha tersebut
dimiliki oleh keluarga dengan sumber daya lokal milik keluarga tersebut, belum
diperoleh dari lembaga keuangan tertentu dan teknologi sederhana. Lapangan
usaha mudah exit dan entry.
Usaha mikro tergolong jenis usaha marginal, ditandai dengan penggunaan
teknologi yang relatif sederhana, tingkat modal dan akses terhadap kredit yang
rendah, serta cenderung berorientasi pada pasar lokal. Namun demikian sejumlah
kajian di beberapa negara menunjukkan bahwa usaha mikro berperanan cukup
besar bagi pertumbuhan ekonomi, menyerap tenaga kerja melalui penciptaan
lapangan pekerjaan, menyediakan barang dan jasa dengan harga murah, serta
Selanjutnya, dalam pasal 6 kriteria Usaha Mikro memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha. Memiliki hasil penjualan tahunan paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) merupakan aset dan omset dari
Usaha Mikro.
Pengembangan Usaha Mikro akan menjadi sangat relevan dilakukan di
Indonesia. Setidaknya relevansi tersebut bisa dijelaskan melalui pertimbangan
yang dikemukakan oleh Yustika, yaitu :
1. Struktur usaha di Indonesia selama ini sebenarnya bertumpu pada
keberadaan industri kecil/rumah tangga/ menengah, tetapi dengan kondisi
yang memprihatikan baik dari segi nilai tambah maupun keberuntungan
yang dapat diraih. Dengan memajukan kelas usaha secara otomatis
membangun kesejahteraan sebagian besar masyarakat.
2. Tanpa disadari cukup banyak industri kecil/rumah tangga/ menengah yang
selama ini berorientasi ekspor sehingga membantu pemerintah dalam
mendapat devisa. Ini tentunya berkebalikan dengan industri besar yang
justru mengeksploitasi pasar domestik untuk penjualanya.
3. Sektor industri kecil/rumah tangga/menengah telah terbukti lebih fleksibel
dalam berbagai kondisi perekonomian yang tidak menguntungkan, seperti
saat ini dialami Indonesia. Pada saat industri besar telah gulung tikar,
sebagian industri kecil masih bertahan, bahkan memperoleh keuntungan
berlipat bagi yang berorientasi ekspor.
4. Industri kecil/rumah tangga/ menengah tersebut lebih banyak memakai
sehingga tidak membebani nilai impor seperti yang selama ini terjadi oleh
usaha besar/industri besar.15
Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa Usaha Mikro merupakan jenis
usaha yang mampu menopang perekonomian masyarakat secara individu dan
kelompok. Selain dapat memenuhi kebutuhan hidup pribadi pelaku usaha, Usaha
Mikro juga dapat memberi kontribusi yang besar bagi pendapatan Negara dan
kesejahteraan rakyat dengan memperbanyak peluang lapangan kerja.
B. HASIL PENELITIAN
a. DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG
Keberadaan Dinas Perindustriran dan Perdagangan di Kabupaten
Semarang di tengah masyarakat terutama pelaku Usaha Mikro menjadi
tempat untuk menampung segala aspirasinya. Kabupaten Semarang
terletak di Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 19 kecamatan, yakni
Getasan, Tengaran, Susukan, Kaliwungu, Suruh, Pabelan, Tuntang,
Banyubiru, Jambu, Sumowono, Ambarawa, Bandungan, Bawen, Bringin,
Bancak, Pringapus, Bergas, Ungaran Barat, Ungaran Timur. Di
Kabupaten Semarang terdapat 63. 724 Unit Usaha Mikro yang terbagi
dalam berbagai bidang.
Sebagaimana tercantum pada Pasal 15 Peraturan Bupati
Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan Perincian Tugas
15
Perangkat Daerah Kabupaten Semarang merumuskan kebijakan bidang
ekonomi disektor industri dan perdagangan.
1. Struktur Organisasi Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian
Dan Perdagangan Adalah Sebagai Berikut :
a. Kepala Dinas : Moh Natsir
b. Sekretariat : Sunarto, SH,MM
1) Subbagian Perencanaan : Supriyadi, SE
2) Subbagian Keuangan : Agus Santoso
3) Subbagian Umum dan Kepegawaian : Dian Tri Navialin
c. Bidang Koperasi : Budidoyo, SH., Msi.
1) Seksi Kelembagaan dan Usaha Koperasi : Slamet Suharto, SE
2) Seksi Pembinaan, Pengawasan, dan Pengendalian : Iwan Satrijo Raharjo
d. Bidang Usaha Mikro dan Perindustrian : Miftahul Bariroh, Spt.
1) Seksi Kelembagaan Usaha Mikro : Enny Dwi Sudarwati SH, MM, Moh. Abdur Rozaq, SE., Sukeng Saldiyaati
2) Seksi Produksi : Drs. Budi Rahardjo, 2) Seksi Pengawasan Perdagangan : Witri Relawati, SH
f. Bidang Pasar dan Pedagang Kaki Lima : Rini Sulistiyawati, S.Sos.MM
1) Seksi Sarana dan Prasarana Pasar : Drs. Prasetyo Giri Nugroho, MM.
2) Seksi Pembinaan Pasar : Muh. Sugiharto, S.Sos
3) Seksi Pembinaan Pedagang Kaki Lima : Haryanto Dimulyo, SH16
2. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi, Usaha Mikro,
Perindustrian Dan Perdagangan Kabupaten Semarang
16
Berdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor
52tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi,
Tata Kerja, Dan Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang,
Tugas Pokok dan Fungsi Dinas adalah sebagai berikut:
Tugas : Melaksanakan urusan pemerintahan Daerah di bidang Koperasi,
Usaha Mikro, perindustrian dan perdagangan .
Fungsi : a. perumusan kebijakan bidang koperasi, usaha mikro,
perindustrian, dan perdagangan; b. pelaksanaan kebijakan bidang koperasi,
usaha mikro, perindustrian, dan perdagangan; c. pelaksanaan evaluasi dan
pelaporan penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang koperasi dan
usaha mikro, bidang perindustrian, dan bidang perdagangan; d.
pelaksanaan administrasi Dinas; dan e. pelaksanaan fungsi lain yang
diberikan oleh bupati terkait dengan tugas dan fungsinya.
Dalam pelaksanaan Tugas Pokok Fungsi di atas diperlukan suatu
prosedur dan pelayanan minimal pada suatu intansi pemerintahan dan
dalam pendirian suatu perusahaan. Namun, dalam hal ini Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan belum menetapkan SOP
maupun SPM karena kewenangan pelaksanaan kegiatanya hanya membina
dan memberi fasilitas kecuali perizinan. Perizinan terhadap Usaha Mikro
berada pada tingkat kecamatan. Oleh karena itu, yang memiliki SOP dan
SPM terhadap perizinan untuk Usaha Mikro berada pada kecamatan di
masing-masing Usaha Mikro berada.
Jumlah pegawai Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Semarang yaitu 153 orang Pegawai Negeri Sipil/ Calon Pegawai Negeri
Sipil dan 31 orang Pegawai Tidak Tetap.
a. Jumlah Pegawai berdasarkan Jenis kelamin :
1) Pegawai Negeri Sipil :
c. Jumlah Pegawai berdasarkan Pangkat / Golongan
1) Pembina Utama Muda, IV/c = 1 Orang
4. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran
1. MISI 1 :
Menumbuhkan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan Koperasi dan UMKM
Tujuan :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM 2. Meningkatkan kemandirian koperasi dan UMKM
Sasaran :
1. Meningkatkan SDM pengelola Koperasi dan UMKM yang kompeten dan berdaya saing
2. Meningkatnya akuntabilitas dan pemberdayaan Koperasi dan UMKM
3. Meningkatkan sarana dan prasarana koperasi dan UMKM Program dan Kegiatan :
1. Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah yang
Kondusi
Kegiatan : Fasilitasi Pengembangan UMKM
2. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan
Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah Kegiatan :
a. Memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah
b. Fasilitasi pengembangan sarana promosi hasil produksi c. Pelatihan management pengelolaan koperasi /KUD
d. Sosialisasi HAKI kepada usaha mikro, kecil dan menengah
3. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi
UMKM Kegiatan :
1. Sosialisasi dukungan informasi penyediaan permodalan 2. Pengembangan Klaster bisnis
3. Koordinasi Penggunaan Dana Pemerintah Bagi UMKM
4. Pemantauan pengelolaan penggunaan dana pemerintah bagi UMKM
5. Pengembangan sarana pemasaran produk usaha mikro kecil menengah
6. Peningkatan jaringan kerjasama antar lembaga
7. Penyelenggaraan pembinaan industri rumah tangga, industri kecil dan industri menengah usaha mikro kecil menengah
8. Penyelenggaraan promosi produk usaha mikro kecil menengah 9. Pengembangan kebijakan dan program peningkatan ekonomi
lokal
10.Monitoring, evaluasi dan pelaporan
2. MISI 2 :
Memberdayakan potensi daerah untuk mendorong terciptanya industri kreatif, berdaya saing dan tangguh serta berwawasan lingkungan
Tujuan :
Sasaran :
1) Meningkatkan pertumbuhan jenis industry
2) Meningkatkan pemasaran hasil produk sentra UKM; Program dan Kegiatan :
1) Program Peningkatan Kapasitas IPTEK Sistem Produksi 2) Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah 3) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
3. MISI3 :
Menumbuhkembangkan perdagangan yang kreatif dan berdaya saing Tujuan :
Meningkatkan peran pelaku usaha dan partisipasi masyarakat dalam menggerakkan perekonomian rakyat;
Sasaran :
1) Meningkatkan jumlah IKM dan Industri Rumah Tangga 2) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja
3) Meningkatkan keterlibatan UKM dan masyarakat melalui even pameran, festival dan lomba.
Program dan Kegiatan :
Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Kegiatan :
1) Koordinasi dan sinkronisasi Kebijakan pengembangan industry 2) Pengembangan informasi peluang pasar perdagangan luar negeri 3) Pengembangan data base informasi potensi unggulan
4) Membangun jejaring dengan eksportir 5)
Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri Kegiatan :
1) Penyempurnaan perangkat peraturan, kebijakan dan pelaksanaan operasional
2) Fasilitasi kemudahan perijinan pengembangan usaha 3) Pengembangan pasar dan distribusi barang/produk 4) Pengembangan Pasar Lelang Daerah
5) Peningkatan system dan jaringan informasi perdagangan 6) Sosialisasi Peningkatan Penggunaan Produk dalam Negeri
4. MISI4 :
Membangun dan memperkuat struktur industri yang berbasis pada sumber daya lokal dan berdaya saing tinggi
Tujuan :
Meningkatkan peran IKM dalam struktur industri Sasaran :
1. Meningkatkan jumlah klaster-klaster industri
2. Meningkatkan jenis produk yang menerapkan standar SNI
Program dan Kegiatan :
1) Fasilitasi bagi industry kecil dan menengah dalam memperkuat jaringan klaster industry
2) Pembinaan industry kecil dan Menengah dalam memperkuat Jaringan Klaster Industri
3) Pemberian kemudahan izin usaha industry kecil dan menengah dan menengah
2. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri Kegiatan :
1) Perluasan penerapan SNI untuk mendorong daya saing industry manufaktur
2) Perluasan penerapan standar produk industry manufaktur 5. MISI 5 :
Meningkatkan perlindungan konsumen Tujuan :
Meningkatkan kesadaran masyarakat dan pelaku usaha dalam rangka perlindungan konsumen;
Sasaran :
1. Menurunkan pelanggaran perlindungan konsumen 2. Meningkatkan tertib ukur, takar dan timbang
3. Menjaga ketersediaan stock barang Program dan Kegiatan :
Program Perlindungan konsumen dan Pengamanan Perdagangan Kegiatan :
1) Fasilitasi penyelesaian permasalahan pengaduan konsumen 2) Peningkatan Pengawasan Peredaran Barang dan Jasa
3) Operasionalisasi dan Pengembangan UPT Kemetrologian Daerah17 Bentuk upaya pemberdayaan Usaha Mikro merupakan salah satu
strategi pemerintah untuk mensejahterakan masyarakat. Kebijakan
demikian jelas diatur dalam Undang-Undang 20 Tahun 2008 tentang
UMKM. Sebagai konsekuensi diundangkan peraturan ini, pemerintah
harus berupaya untuk mengembangkan Usaha Mikro dengan memberikan
bantuan baik berupa pelatihan, permodalan, pemasaran dan pendidikan.
Hal ini tidak lepas dengan campur tangan Pemerintah Daerah yang lebih
mengetahui kondisi di daerah.
17
Pemberdayaan Usaha Mikro disetiap daerah khususnya di
Kabupaten Semarang berpedoman pada Undang-Undang 20 Tahun 2008
tentang UMKM. Salah satu kebijakan yang telah diatur adalah pengaturan
mengenai pemberdayaan UMKM dengan dikeluarkanya Peraturan Daerah
Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pemberdayaan UMKM. Dalam peraturan
ini, disusun secara khusus dalam rangka memberikan perlindungan dan
kepastian hukum bagi UMKM, yang bertujuan agar UMKM memiliki
daya saing yang kuat sehingga mampu menopang laju pertumbuhan
ekonomi daerah. Dalam kebijakan lainya telah diatur mengenai perizinan
secara khusus membukan usaha yakni Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun
2016 tentang Izin Usaha Mikro.
Selain aturan diatas, pemerintah daerah yakni Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang
menjalankan tugas sesuai dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008
tentang UMKM yang dijabarkan melalui tugas fungsi berdasarkan
Peraturan Bupati Kabupaten Semarang Nomor 52tahun 2016 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Tata Kerja, Dan
Perincian Tugas Perangkat Daerah Kabupaten Semarang.
Dengan adanya Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Semarang, maka peran pemerintah daerah dalam
mendukung pengembangan Usaha Mikro semakin nyata dan terlihat.
Peran tersebut tidak hanya dalam bentuk fisik, melainkan memberi
motivasi kepada pelaku Usaha Mikro agar semakin giat dalam
Tindakan tersebut tidak hanya dalam bentuk pelatihan dan bantuan
modal, teknis administrasi perizinan juga mudah untuk mengurusnya.
“Perizinan dipermudah untuk Usaha Mikro sepanjang tidak membahayakan lingkungan dan keamanan. Izin Usaha Mikro (IUM) diajukan di Kecamatan setempat. Syarat dan ketentuan diatur dalam Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2016 tentang IUM.”18
Dalam menumbuhkan iklim usaha Usaha Mikro dapat dilakukan
melalui dukungan pendanaan, sarana dan prasarana, informasi usaha,
kemitraan, perizinan usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang dan
dukungan kelembagaan. Bentuk dukungan tersebut juga telah diatur dalam
Undang Undang 20 Tahun 2008.
Selain diatur dalam peraturan perundangan, upaya untuk
menumbuhkan iklim usaha juga dikemukan oleh Kepala Bidang Usaha
Mikro dengan cara mendorong dan membangkitkan kesadaran masyarakat
akan pentingnya mengembangkan potensi yang telah ada di dalam
masyarakat. Berikut kegiatan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan
dan Perindustrian yaitu :
a. Pendanaan
Pendanaan merupakan titik penting dalam kemajuan sebuah usaha
yang berada di sektor mikro. Keterbatasan modal usaha yang membuat
banyak pelaku usaha memutuskan untuk tidak meneruskan usahanya. Dari
APBD menganggarkan untuk dana operasional untuk Dinas Koperasi,
Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian. Berdasarkan Pasal 8
18
Undang Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, pendanaan yang
dimaksut yakni :
1) Memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi UMKM untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank
2) Memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringanya sehingga dapat diakses oleh UMKM
3) Memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan, dan
4) Membantu para pelaku usaha UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
Dana yang berasal dari APBD pada Tahun Anggaran 2016 pada urusan
wajib yang dilaksanakan bidang UMKM, alokasi anggaran tersebut dipergunakan
untuk membiayai beberapa program yang terlaksana pada Tahun 2016 sebesar Rp.
606.885.000,00- pada akhir tahun anggaran teralisasi sebesar Rp. 592.561.539,-
atau 97.64% sehingga sisa anggaran sebesar Rp. 14.323.461,- atau 2,3%.19
b. Sarana-prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam
mencapai suatu tujuan. Sedangkan prasarana adalah penunjung utama
terselenggaranya suatu proses dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Pada dasarnya, tujuan adanya perencanaan sarana dan prasarana
dimaksudkan untuk :
a. Menghindari terjadinya kesalahan dan kegagalan yang tidak
diinginkan
b. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaanya.
19
Rencana dan penentuan kebutuhan merupakan kekeliruan dalam
menerapkan kebutuhan sarana dan prasarana yang kurang memandang ke
depan dan kurang cermat dalam menganalisis kebutuhan sesuai dengan
dana yang tersedia dan kepentinganya.
Dalam aspek sarana prasarana telah diatur dalam Pasal 9 Undang
Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM, dimana dengan adanya
prasarana umum dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan
UMKM, serta memberi keringanan tarif prasarana bagi UMKM.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang terus
berupaya menyediakan sarana dan prasarana usaha bagi Usaha Mikro agar
berkembang dengan baik. Hal ini dilihat dengan adanya fasilitas
penunjang berupa stand dan kios-kios di pasar dikhususkan untuk pelaku
Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.
Selain pasar yang disediakan untuk pelaku Usaha Mikro, Dinas
juga melakukan kegiatan rutin berupa workshop/pameran berkala
difungsikan untuk meningkatkan daya jual produksi barang/jasa dari
pelaku Usaha Mikro dan Dinas juga memberikan penyediaan pemasaran
melalui online di belanjasemarang.co.id, ini juga sekaligus langkah yang
mampu membuat persaingan usaha dalam pasar bebas.
Dalam hal pemasaran diatas, Dinas melatih para pelaku Usaha
Mikro untuk memasarkan produknya lewat media yang mereka miliki
seperti Facebook, BBM, Whatsapp, Instagram dan lain lain. pelatihan oleh
b. PELAKSANAAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO OLEH
DINAS KOPERASI, USAHA MIKRO, PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN DI KABUPATEN SEMARANG
Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan di
Kabupaten Semarang telah melakukan tugas pokok dan fungsinya dalam
melakukan pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di Kabupaten Semarang.
Yang bertujuan agar mampu meningkatkan kelasnya dari Usaha Mikro
menjadi Usaha Kecil. Bentuk pemberdayaan yang dilakukan juga telah
terprogram. Periode waktu pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan
Dinas yakni secara formal setahun sekali untuk keseluruhan bidang yang
usaha mikro dan secara non-formal satu bulan sekali pada event seperti
pemeran, dll. Namun, jika Dinas mendapat usulan dari bawah di luar
program terencana maka Dinas akan melakukan pemberdayaan sesuai
dengan usulan. Mengenai tempat pelaksanaan di Kantor Dinas ataupun di
lokasi setempat Usaha Mikro. Berikut bentuk kegiatan pelatihan
pemberdayaannya :
1) Kelembagaan
Dalam pelatihan kelembagaan Dinas Koperasi, Usaha Mikro,
Perdagangan dan Perindustrian kabupaten Semarang membentuk suatu
forum UKM Center yang meliputi kegiatan pembentukan usaha mikro melalui langkah pertama pelaku usaha diwajibkan memiliki Izin Usaha
pelatihan dalam pembentukan kelompok usaha. Setelah pembentukan
usaha mikro menjadi kelompok ataupun mandiri selanjutnya kegiatan
pengelolaan manajemen yang meliputi pelatihan pembukuaan,
berorganisasi, dan membuat bussines plan.20 2) Produksi
Dalam hal permodalan untuk usaha mikro Dinas hanya memberi fasilitas
dukungan informasi, karena permodalan usaha mikro berasal dari lembaga
perbankan, BUMN, dan lembaga keuangan lainya yang dapat di akses
sendiri oleh pelaku usaha mikro. Kemudian Dinas akan memberi pelatihan
mengenai pengelolaan penggunaan dana tersebut. Dinas juga melakukan
pelatihan logam yakni pembuatan alat alat yang digunakan untuk produksi
barang usaha mikro, Dinas bekerjasama dengan teknisi UNDIP atau
tenaga ahli untuk membuat alat alat tersebut. Kemudian alat tersebut
diberikan secara secara bon pinjam kepada pelaku usaha mikro. Namun,
jika sudah tidak digunakan alat tersebut dikembalikan kembali kepada
Dinas dalam keadaan tidak rusak. Dalam mengemasan produk Dinas
memberi fasilitas berupa sertifikasi halal, cara pengemasan yang benar
dan di berikan HAKI pada produknya.21
3) Pengembangan
Dalam pengembangan Dinas memberi fasilitas sarana prasarana secara
langsung mengadakan pameran yang juga telah disediakan tempat untuk
pemasaran produknya. yang mana didalamnya terdapat Pelatihan
kewirausahaan berupa dorongan Dinas dalam mengembangkan usaha
20
Wawancara, Enny Dwi S., Seksi Kelembagaan Usaha Mikro, 11- April-2017 21
mikro menjadi semakin meningkat dan mampu meningkatkan
kelasnyadengan peningkatan pemasaran dan kerjasama dalam pemasaran
tersebut dengan pihak lain (kemitraan). Kemitraan atau patnership adalah kerjasama Usaha Mikro dengan badan - badan pemerintah,
organisasi-organisasi nasional/internasional dan berbagai lembaga swadaya
masyarakat untuk membangun dan mengembangkan usaha mikro dari
tingkat bawah ke nasional. Kegiatan penumbuhan usaha baru juga
didukung oleh penyediaan insentif melalui program kemitraan BUMN
dengan usaha kecil dengan memanfaatkan dana yang bersumber dari
penyisihan laba BUMN bagian pemerintah.22
Bentuk kemitraan lainya yakni kerjasama antara perusahaan di
Indonesia, dalam hal ini antara Usaha Mikro dan Usaha Besar, dikenal
dengan kemitraan. Secara khusus pengaturan mengenai kemitraan terdapat
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tetnang Kemitraan.
Kemitraan tersebut harus disertai prinsip saling memerlukan, memperkuat,
dan saling menguntungkan.
Pola kemitraan dalam kerjasama ini telah dibakukan dalam
Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan PP
Nomor 44 Tahun 1997, yang terdiri atas 5 (lima) pola, yakni : 1) Inti
Plasma, (2) subkontrak, (3) dagang umum, (4) keagenan, (5) warabala.
Menurut Pasal 11 Undang-Undang 20 Tahun 2008, kemitraan
ditujukan untuk :
a. Mewujudkan kemitraan antara UMKM
22
b. Mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, menengah, dan Usaha besar.
c. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil dan menengah d. Mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam
pelaksanaan transaksi usaha antar Usaha Mikro, kecil, menengah, dan usaha besar
e. Mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar usaha mikro, kecil, dan menengah
f. Mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen
g. Mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perseorangan atau kelompok tertentu yang merugikan UMKM.
Dari bentuk-bentuk pemberdayaan yang telah terprogram diatas, dalam
rangka peningkatan Usaha Mikro agar semakin berkembang dengan baik dengan
adanya pemberdayaan yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro,
Perindustrian dan Perdagangan di Kabupaten Semarang, sebagai bukti nyata
pelaksanaan penulis akan mengambil data tahun 2016 yang telah terevaluasi
dalam Laporan Pelaksanaan Kegiatan yang sumber dananya berasal dari Dana
Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau. Berikut kegitan selama 2016 yang
dilaksanakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan
meliputi 5 (lima) kegiatan untuk melakukan pemberdayaan Usaha Mikro, yaitu :
1) Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM dalam
Kegiatan Sosialiasasi Kemitraan Usaha
Dalam kegiatan pemberdayaan ini yang pertama adalah kegiatan sosialisasi
kemitraan usaha. Berikut laporan pelaksanaanya :
a. Waktu pelaksanaan
Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan 2(dua) kali / angkatan pada hari kerja
Hari : Selasa Dan Rabu
Tanggal : 22 dan 23 Maret 2016
b. Tempat
Gedung Dharma Satya Setda Kabupaten Semarang
c. Peserta
Sosialisasi dan kemitraan ini diikuti oleh 60 orang peserta/UMKM dua
angkatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang.
Tim pemateri / narasumber dalam sosialisasi kemitraan ini adalah :
a) Ir. Anang Dwinanta, MM (Asisten II Sekda Kabupaten Semarang)
b) A. Prabowo/Bobi (PT. Cimory Resto & Milk Factory)
c) Widodo (Hortimart Agro Center)
d) Dra. Agustin, Msi ( Dinas Pariwisata)
e) PHRI
f) Banaran Cafe
g) Hasim (Virgin )
Setelah sosialisasi kemitraan, dilakukan kunjungan kelapangan/lokasi
diantaranya : Cimory Resto, Hortimart Argo Center, Virgin.
d. Biaya
Biaya Penyelenggaraan Pelatihan Pengolahan Makanan Olahan ini berasal
dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang sebesar Rp.
29.230.000,- dan sisa anggarannya Rp. 1.715.000,-(efisiensi belanja
perjalanan)
Pelaksanaan kegiatan Fasilitas Peningkatan Kemitraan Usaha bagi UMKM
melalui sosialisasi kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dan pengusaha
kecil menengah ini diharapkan mampu bermanfaat dalam peningkatan
penjualan produk UMKM dan mampu meningkatkan kesejahteraan
perekonomian masyarakat di Kabupaten Semarang.
2) Pengembangan Sarana Pemasarann UKM dengan Pengadaan Etalase
Serabi Ngampin dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile
Dalam kegiatan tahun 2016 ini meliputi Kegiatan Pengadaan Etalase Serabi
Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile dengan :
a. Maksud dan Tujuan
a. Menambah daya tarik prodak UMKM serabi
b. Meningkatkan pemasaran serabi ngampin ambarawa
c. Menjaga produk serabi ngampin ambarawa
d. Memberikan kenyamanan terhadap kepercayaan konsumen
e. Terfasilitasinya sarana pemasaran produk UMKM
f. Menjaga kenyamanan tamu yang hadir dalam sebuah acara dari sengatan
sinar matahari dan guyuran air hujan.
g. Keamanan, keindahan,dan branding prodak-prodak UMKM
h. Pengadaan tenda untuk mendukung sarana promosi dan pemasaran produk
UMKM
i. Memberikan kenyamanan UMKM dalam memasarkan produk-produknya.
b. Waktu, Tempat dan Pelaksanaanya
Waktu pelaksanaan untuk Etalase Hari Jumat, 23 September 2016 bertempat
Semarang.Pelaksananya berupa Almari Etalase berjumlah 70 (tujuh puluh)
unit dan diberikan kepada 70 pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa.
Selaku rekanan pelaksana kegiatan adalah : CV. BINTANG KARYA, Jl.
Dersansari, Suruh, Kabupaten Semarang.
Waktu pelaksanaan untuk tenda kerucut dilaksanakan pada Jumat, 28
Oktober 2016, bertempat di Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Semarang.Pelaksananya berupa tenda kerucut
sarnavile sebanyak 10 (sepuluh) unit dan bisa dipergunakan untuk
mendukung promosi dan pemasaran produk UMKM. Selaku rekanan
pelaksana kegiatan adalah : CV. MULYA SEJATI, Jl. Prambanan, RT.
02/RW.02, Kel. Candisari, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang.
Biaya untuk penyelenggaraan pembuatan Etalase dan Tenda Krucut
Sarnavile berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten
Semarang dengan besaran Anggaran untuk pembuatan Etalase sejumlah Rp.
87.300.000,- (delapan puluh tujugh juta tiga ratus ribu rupiah). Dengan
anggaran APBD Rp. 88.700.000,- (delapan puluh delapan juta tujuh ratus ribu
rupiah), serta sisa anggaran yang terserap masih Rp. 200.000,- (dua ratus ribu
rupiah) setelah dikurangi honor pejabat pengadaan sebesar Rp.
1.200.000,-(satu juta dua ratus ribu rupiah). Anggaran untuk pembuatan Tenda Kerucut
Sarnavile sejumlah Rp. 82.060.000,- (delapan puluh dua juta enam puluh ribu
rupiah), ditambah dengan biaya honor pejabat pengadaan Rp. 1.200.000,-,
maka keseluruhan anggaran sejumlah Rp. 83.700.000,- (delapan puluh tiga
juta tujuh ratus ribu rupiah) bisa terserap dan sisa sejumlah Rp. 440.000,-
Manfaat dari kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat dalam
peningkatan kebersihan, higeintas makanan dan peningkatan penjualan
khususnya Serabi Ngampin Ambarawa sebagai aikon di Kabupaten
Semarang.
3) Fasilitas bagi IKM Terhadap Pemanfaatan Sumber Daya
Dalam kegiatan pelaksanaan ini meliputi 5 (lima) pelatihan, yaitu :
a. Pelatihan dan fasilitas kemasan
Maksud Dan Tujuan : pelatihan ini adalah 1) meningkatkan
pemasaran dari produk pelaku IKM khususnya makanan olahan, 2)
meningkatkan daya saing produk dengan produk lain yang sejenis dari
daerah lain, 3) terwujudnya komoditi unggulan dengan kualitas yang
lebih modern, 4) memberikan fasilitas kemasan bagi IKM berupa
percontohan kemasan.
Waktu pelaksanaan : Rabu-Jumat, 1-3 Juni 2016, bertempat di
Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang, dengan peserta
pelatihan dari 30 IKM pelaku usaha makanan olahan di wilayah 6
Kecamatan Ungaran Barat, Banyubiru, Tenggaran, Ambarawa, Tuntang,
dan Susukan.
Dengan pemateri dalam pelatihan dan fasilitas kemasan sebagai
berikut :
1. Kristi Febiani
2. Noor Latif Suyanto
Biaya penyelenggaraan : pelatihan dan fasilitas kemasan ini
DPA SKPD 2.07.1.15.01.16.02.5.2 Bidang Industri.
1809/DPA/2016.Pelaksanaan kegiatan ini diharapkan bermanfaat dalam
peningkatan SDM dan Produk sehingga memperluas pemasaran dan
meningkatkan taraf hidup masyarakat pelaku IKM Makanan Olahan dan
masyarakat Kabupaten Semarang.
b. Pelatihan Meubel Kayu
Maksud dan tujuan :1) memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada pelaku usaha meubel di Kabupaten Semarang, 2)
mendorong diversifikasi produk meubel, 3) melakukan pendampingan
kepada pelaku usaha meubel. Sasaran/ objek pelatihan kegiatan ini
adalah 20 orang pelaku industry kecil dan menengah meubel dari
Kecamatan Pringapus, Bringin, Tuntang, Bergas, Bawen, dan Bancak.
Waktu pelaksanaan : pelatihan dilaksanakan pada Selasa- Kamis,
13-15 September 2016 bertempat di Kelurahan Pringapus Kecamatan
Pringapus. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari
pelaku usaha meubel dari Desa Penawangan Kecamatan Pringapus. Serta
dengan Tim Pemateri/Instruktur : Praktisi Meubel di Kabupaten
Semarang.
Hasil biaya yang dicapai adalah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan pelaku usaha Industri Kecil Menengah Meubel, Munculnya
diversifikasi produk meubel yang mempunyai niali jual lebih tinggai, dan
meningkatnya kuantitas dan kualitas produksi meubel pada peserta
pelatihan. Pelatihan ini dibiayai dari Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil
c. Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)
Sasaran : Dalam pelaksanaan pelatihan ini kunci keberhasilanya
terletak pada saat seleksi penentuan calon peserta (recrutmen). Sasaran
peserta pelatihan ini terdiri atas 20 pengusaha IKM di Kabupaten
Semarang pada tahun anggaran 2016 yang telah memenuhi syarat sebagai
berikut : 1 ) Pemilik/pemimpin usaha yang memiliki kewenangan untuk
pengambilan keputusan, 2) Berpengalaman dalam bidang usaha
masing-masing, 3) Pendidikan minimal SLTA (lebih diutamakan pengalaman),
4) Sehat jasmani dan rohani, 5) Sanggup mengikuti program Pelatihan
AMT secara tuntas tanpa terputus (menginap selama pelatihan), 6)
Belum pernah mengikuti pelatihan yang sejenis.
Waktu pelaksanaan : pelatihan AMT dilaksanakan pada
Senin-Rabu, 5-7 September 2016, bertempat di Green Valley Hotel and Resort
Jalan Ampel Gading, RT 05/RW 06, Dusun Ampel Gading, Desa
Kenteng, Kec. Bandungan, Jawa Tengah 50614. Dengan peserta
pelatihan sebanyak 20 Orang terdiri dari pelaku usaha di Wilayah
Kabupaten Semarang.
Hasil yang dicapai dari pelatihan ini adalah meningkatkan
pengetahuan pelaku usaha/pemilik industry terhadap potensi diri dan
bagaimana memaksimalkan potensi tersebut serta meningkatkan motivasi
pelaku usaha dalam pengembangan usaha.Untuk pembiayaan pelatihan
ini dari APBD Kabupaten Semarang Tahun 2016.
Maksud dan tujuan dari pelatihan ini adalah mengembangtingkatkan
sumberdaya manusia dengan sasaran para IKM dibidang Pmebuatan Makanan
Olahan menjadi makanan yang memiliki nilai tambah secara ekonomis serta
meningkatkan pengetahuan/keterampilan para IKM Makanan Olahan dalam
memanfaatkan teknologi dan diversifikasi produksi.
Waktu pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan pada Selasa- Kamis,
22-24 Maret 2016, bertempat di Balai Desa Klero Jl. Kyai Mawari (Jl. Raya
Salatiga-Solo KM. 9) Desa Klero Kecamatan Tenggaran Kebupaten Semarang. Dengan
peserta pelatihan sebanyak 20 orang dari 6 kecamatan di Kabupaten Semarang
yaitu : Kecamatan Pabelan, Suruh, Susukan, Tengaran, Kaliwungu, dan Getasan.
Dengan Tim pemateri/ instruktur adalah Bapak Suyanto dan Bapak Ahmad dari
KUB Bunga Mawar Kabupaten Magelang
Biaya penyelenggaraan pelatihan Pengolahan Makanan Olahan ini berasal dari
Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau Kabupaten Semarang.
e. Pelatihan Diversifikasi Produk Konveksi/Bordir
Maksud pelatihan ini adalah mengembangkan industry kecil kerajinan
konveksi/border di Kabupaten Semarang dengan meningkatkan kualitas produk
serta kemampuan produksi untuk memenuhi pasar dalam negeri.Sedangkan
tujuan dari pelatihan ini adalah mendorong sentra kerajinan konveksi/border
memiliki kemampuan diversifikasi produk yang bernilai tambah lebih tinggi,
menyerap lebih banyak peluang pasar dalam negeri, memacu sentra kerajinan
konveksi/border untuk meningkatkan daya saing, serta efisiensi biaya pada sisi
Waktu pelaksanaan pelatihan ini dilaksanakan pada Selasa- Kamis,
16-17 Februari 2016, bertempat di Kelompok Mekar Sejahtera Bordir (Bpk. Nur
Arifin) Lingkungan Wonorejo RT 02/ RW 10 Kelurahan Bawen Kecamatan
Bawen Kabupaten Semarang. Dengan peserta pelatihan 20 orang IKM
Konveksi/Bordir di Kabupaten Semarang.
4) Penyediaan Sarana Informasi Yang Dapat Di Akses Masyarakat melalui
Pelatihan E-Commerce
Dalam kegiatan Dinas telah melihat potensi besar bisnis online, dan sejak
tahun 2013 telah merintis marketplace BelanjaSemarang.co.id yang khususnya
menjadi MarketPlace UMKM se-Kabupaten Semarang.
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah 1) memaksimalkan
penggunaan marketplace BelanjaSemarang.co.id, 2) membiasakan pelaku IKM
dalam pemasaran online, 3) memaksimalkan pengunaan smartphone dan produk
perbankan untuk menunjang aktivitas pemasaran online, 4) memperkenalkan
marketplace popular dan media social untuk pemasaran online.Sasaran/ obyek
Pelatihan e-Commerce ini adalah para pengusaha/pemilik industri kecil dan
menengah yang berkeinginan memasarkan produknya melalui internet.
Waktu pelaksanaan pelatihan e-Commerce dilaksanakan pada Angkatan I
Senin-Rabu, 2-4 Mei 2016 bertempat di Ruang Pelatihan e-Commerce Dinas
Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang. Pada
Angkatan II dilaksanakan pada Selasa-Kamis, 18-20 Oktober 2016 bertempat di
Ruang Pelatihan e-Commerce Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Semarang. Dengan peserta pelatihan sebanyak 20 orang
dengan masing-masing angkatan sebanyak 10 orang. Tim pemateri/instruktur
dalam pelatihan e-Commerce adalah :
Praktisi internet professional dari Semarang (IKITAS Semarang)
Komunitas BUKALAPAK Semarang
Pelaku e-Commerce Kabupaten Semarang
Hasil yang dicapai dalam kegiatan pelatihan e-commerce ini adalah
meningkatkan pengetahuan pelaku usaha/pemilik industry dalam pemasaran
produk lewat e-Commerce, serta dimanfaatkanya marketplace
BelanjaSemarang.co.id untuk pemasaran IKM Kebupaten Semarang.Kegiatan ini
dibiayai dari APBD Kabupaten Semarang tahun 2016.
5) Penguatan Kemampuan Industri Berbasis Teknologi dengan Pelatihan
Penganekaragaman Produk IKM Logam Pembuat Mesin Mixer
Dalam kegiatan ini Dinas pada tahun anggaran 2016 mengadakan kegiatan
penguatan kemampuan industry berbasis teknologi dengan pelatihan
penganekarangaman produk IKM logam membuat Mesin Mixer.Keberadaan
mesin mixer ini menguntungkan bagi IKM makanan olahan karena dapat
mengefisienkan tenaga kerja, biaya dan waktu.Disamping itu untuk
mengembangkan Unit Pelayanan Logam sebagai tempat pengembangan
pembuatan mesin rekayasa di Kabupaten Semarang.
Jumlah peserta pelatihan ini sebanyak 20 orang yang berasal dari
Kecamatan Ungaran Timur, Ungaran Barat, Bergas, Pringapus, Ambarawa,
Tuntang dan Sumowono. Waktu pelaksanaan pelatihan dilaksanakan pada
Senin-Kamis, 25-28 April 2016 bertempat di Gedung Pertemuan Dinas Koperasi,
Pelayanan Logam Dinas Koperasi,UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Kab.
Semarang.Materi dan Jadwal kegitan sebagai berikut :
A. Hari I ( 25 April 2016 )
Teori :
- Teknik-teknik dalam usaha pembuatan alat rekayasa
- Teori pembacaan gambar dan alur pembuatan mesin alat rekayasa
mixer
Pengukuran Bahan Baku (Praktek) :
- Penyiapan bahan, Teknik pembacaan gambar, Teknik pengukuran
bahan dan Teknik pemotongan
B. Hari II ( 26 April 2016 )
Pembuatan rangka dan komponen pendukung (praktek)
- Teknik pengelasan
- Teknik roll plat
- Teknik welding
- Teknik pembubutan
- Teknik milling
C. Hari III ( 27 April 2016 )
Pembuatan komponen pendukung dan perakitan (praktek)
- Teknik pengelasan
- Teknik milling
- Teknik perakitan (pengesetan as, motor)
D. Hari IV ( 28 April 2016 )
- Uji coba mesin, Pengecatan dan finishing dan Evaluasi
Dari kegiatan pelatihan instruktur Pelatihan Pembuatan Mesin Mixer
berasal pelaku industry di bidang industry mesin peralatan pengolahan makanan
olahan di Kabupaten Semarang, yaitu :
- Bapak Marzuki
- Bapak Y.Kasmani
Pembiayaan pelaksanaan kegiatan pelatihan pembuatan mesin mixer dibiayai dari
APBD Kab. Semarang sesuai dengan DPA SKPD Nomor : 2.
07.1.15.01.15.06.5.2 Sub 1808.
c. Profil Usaha Mikro yang Diteliti
Setelah mengemukakan hasil penelitian pada Dinas Koperasi, Usaha
Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang sebagaimana telah
dikemukakan di atas, Penulis juga melakukan penelitian ke sejumlah Usaha Mikro
yang ada di Kabupaten Semarang untuk mengkrosek bagaimana peran Dinas
Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang
dalam melakukan pemberdayaan untuk Usaha Mikro, serta faktor apa saja yang
mempengaruhi pemberdayaan tersebut. Di bawah ini adalah data 5 (lima) Usaha
Mikro yang berada di Wilayah Kabupaten Semarang yang telah penulis teliti
dalam rangka penelitian. Berikut daftar responden Usaha Mikro yang telah diteliti
Tabel 4.1 Daftar Responden Usaha Mikro Di Kabupaten Semarang
11.17.5.47.10970 2000 Jl. Kartini No. 65
Bugisan
Kopi Sirap Kelir 2103322010839-19 1996 Dsn. Sirap
Rt4/Rw6, Kec.
Jambu
Produksi dan Pengolahan
Kopi
Usaha Mikro yang ada di Wilayah Kabupaten Semarang dan telah
mengikuti pemberdayaan berupa pelatihan-pelatihan. Dari kelima Usaha Mikro
tersebut yang paling lama berdiri adalah Kopi Sirap Kelir, kemudian Alusan
Handycraff, Flamboyan, dan Kripik Tegaron serta Fourdia. Dari kelima Usaha
Mikro di atas yang telah memiliki izin usaha mikro hanya 2 (dua) yaitu Usaha
Mikro Alusan HandyCraff dengan No. 11.17.5.47.10970 dan Usaha Mikro Kopi
Sirap Kelir dengan No. 2103322010839-19 untuk Usaha Mikro Flamboyan,
Fourdia dan Flamboyan sedang dalam proses pembuatan izin usaha mikro
Tegaron telah mendapat perhatian dari Dinas dan KKN yang berada di kecamatan
banyubiru sehingga produknya dikatakan layak untuk dipasarkan.
Dari berbagai bidang usaha yang ditekuni para pelaku Usaha Mikro di
atas, selanjutnya penulis akan membahas mengenai profil dan kegiatan dari
kelima usaha mikro sebagai berikut :
Profil yang pertama adalah Usaha Mikro Flamboyan dengan pemilik
bernama Koriatun. Bergerak dibidang usaha aneka kripik ikan. Pelaku usaha telah
mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang Pertemuan
PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku
usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya
melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha dapat adalah
mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan kemasan. Dari
wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan keterangan bahwa
pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha.
Pelaku usaha telah mendapat fasilitas permodalan yang dibelikanya alat berupa
frezer box, sniper (tirisan minyak), alat kemasan (hand sealer manual), serta
kompor. Namun, dalam prakteknya pelaku usaha mengalami permasalahan pada
proses pengemasan produknya karena hand sealer manual tidak mengepres plastik
dengan rapat, terkadang kemasan cepat robek dan akhirnya produk menjadi cepat
basi. Maka dari itu pelaku usaha mengikuti pelatihan dan fasilitas kemasan
berharap mendapat bantuan hand sealer automatic agar kemasan pada produknya
semakin bagus dan tidak cepat basi. 23
23
Kedua, Usaha Mikro Alusan Handcraff dengan pemilik bernama Anatul
Umroh. Bergerak dibidang usaha kerajinan kayu. Pelaku usaha telah mengikuti
pemberdayaan pada 5-7 September 2016 bertempat di Green Villey Hotel and
Resort Jalan Ampel Gading, RT 5/ RW 6, Dusun Ampel Gading, Desa Kenteng,
Kec. Bandungan, Jawa Tengah. Kegiatan yang diikuti pelaku usaha adalah
kegitatan fasilitas bagi industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber
daya melalui pelatihan Achievement Motivation Training (AMT). Pelaku usaha
menyatakan bahwa materi yang diberikan sangat menarik. Namun, karena tingkat
kemampuan pelaku usaha dari segi pendidikanya tidak mumpuni untuk
menerapkan materi tersebut. Pelaku usaha mendapatkan fasilitas alat produksi
berupa mesin sircle, mesin amplas dan kompersor yang diberikan Dinas secara
sukarela. Pelaku usaha memiliki akses pemasaran sendiri dengan mengandalkan 5
orang pemasok kerajinanya, dan menolak mengikuti fasilitas pemasaran yang
diberikan Dinas dengan alasan tenaga pembuatan kerajinan kayu tidak
mencukupi. Untuk akses permodalan pelaku usaha mengalami permasalahan
dalam peminjaman kepada Bank dengan alasan tidak memiliki jaminan untuk
ditanggungkan. sehingga pelaksanaan usaha yang dilakukan hanya berjalan sesuai
dengan kembalinya modal setelah pemasaran produk tersebut. 24
Ketiga, Usaha Mikro Fourdia dengan pemilik bernama Erna Hartati
Masturoh. Bergerak dibidang usaha pembuatan krupuk dari bahan tepuk ketela.
Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di Ruang
Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan yang
24
diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap pemanfaatan
sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang pelaku usaha
dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek pembuatan
kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha memberikan
keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai dengan
kebutuhan pelaku usaha. Pelaku usaha baru mendapat fasilitas berupa kardus,
plastik dan label. Permasalahan usaha mikro ini sama dengan usaha mikro
flamboyan dimana hand sealer automatic yang di tunggu dari Dinas, dengan
alasan dengan adanya alat tersebut proses pengemasan menjadi lebih efisien
waktu serta hasil mengepresanya lebih rapat dan rapi. Pelaku usaha ini belum
mendapatkan fasilitas alat untuk produksi olahanya. Dari permodalan pelaku
usaha juga mengalami permasalahan dalam hal jaminan untuk meminjam modal
kepada Bank. Dari segi pemasaran pelaku usaha banyak mendapatkan fasilitas
berupa mengikut sertaan bazar yang diadakan Dinas.25
Keempat, Usaha Mikro Keripik Tegaron dengan pemilik bernama
Komastun Khasanah. Bergerak dibidang usaha pembuatan kripik dari bahan
sayuran.Pelaku usaha mengikuti pemberdayaan pada 1-3 Juni 2016 bertempat di
Ruang Pertemuan PIKK, Lopait Kecamatan Tuntang. Kegiatan pemberdayaan
yang diikuti pelaku usaha adalah kegiatan fasilitasi bagi IKM terhadap
pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan dan fasilitas kemasan. Manfaat yang
pelaku usaha dapat adalah mendapat fasilitas teori, konsultasi, desain dan praktek
pembuatan kemasan. Dari wawancara yang penulis lakukan pelaku usaha
memberikan keterangan bahwa pemberdayaan yang dilaksanakan Dinas sesuai
25
dengan kebutuhan pelaku usaha. Dari keterangan yang diberikan pelaku usaha
kepada penulis. Pelaku usaha belum mendapat fasilitas dari Dinas, setelah
mengikuti pelatihan Dinas baru memberi kardus untuk mengemas produknya,
sedangkan kebutuhan pelaku usaha sangat membutuhkan label sesegera mungkin
dan bantuan plastik untuk mengemas serta alat alat lain sehingga kemasaran
produknya lebih bagus. Dengan alasan karena produk yang dimiliki usaha mikro
ini dalam segi pemasaranya sudah sangat tinggi dan terkenal dibandingkan dengan
usaha mikro yang di wilayah kecamatan Banyubiru. Akses permodalan juga
belum mendapat koordinasi dari Dinas.26
Kelima, Usaha Mikro Kopi Sirap Kelir dengan pemilik usaha Kelompok
Pertanian Desa Sirap. Bergerak dibidang usaha produksi dan pengolahan kopi.
Kegiatan pemberdayaan yang diikuti pelaku usaha adalah kegitatan fasilitas bagi
industri kecil dan menengah terhadap pemanfaatan sumber daya melalui pelatihan
Achievement Motivation Training (AMT). Manfaat yang pelaku usaha dapatkan
dari pelatihan adalah mengenal jatidiri lebih dalam, kekurangan dan kelebihan
diri, serta lebih fokus menentukan tujuan. Pelaku usaha menyatakan materi
pemberdayaan sesuai dengan kebutuhaya dengan alasan dapat menjadikan pribadi
yang fokus menjadi wirausahawan yang berkualitas Pada usaha ini, Dinas telah
memberikan berbagai fasilitas berupa alat seperti pulper, huller, dan mesin roating
untuk memproduksi olahan kopi mentah sampai pada pengemasan. Dari akses
permodalan usaha kopi sirap kelir mendapat fasilitas permodalan dari Csr
Telkom. dari segi pemasaran produknya Dinas memberi fasilitas berupa
event-event bazar dan menitipkan produknya kepada pelaku usaha besar yang bekerja
26
sama dengan Dinas. Namun, pelaku usaha memberikan keterangan bahwa
pemasaran yang adakan Dinas tidak menguntungkan bagi pelaku usaha ini,
dengan alasan event yang dibuat kurang menarik konsumen untuk mengunjungi
event tersebut.27
C. ANALISIS
1. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Semarang dalam Melakukan pemberdayan terhadap Usaha
Mikro
Setelah mengemukakan hasil penelitian pada Dinas Koperasi, Usaha
Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang serta beberapa Usaha
Mikro yang berada di Wilayah Kabupaten Semarang sebagai kroscek mengenai
manfaat peran yang telah dilakukan Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian
dan Perdagangan. Penulis akan menganalisis mengenai bagaimana peran Dinas
Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Semarang
dalam melakukan pemberdayaan kepada Usaha Mikro, serta faktor apa saja yang
mempengaruhi pemberdayaan yang dilakukan. Peran Dinas Koperasi, Usaha
Mikro, Perindustrian dan Perdagangan sebagai wujud pelaksanaan program
pemberdayaan terhadap Usaha Mikro di wilayah Kabupaten Semarang dapat
dilihat dari hasil penelitian. Namun, waktu pelaksanaan pemberdayaan yang
dilakukan oleh Dinas dalam jangka waktu satu tahun tidak dibuat waktu periodik,
karena pelaksanaan pemberdayaan berasal usalan dari bawah seperti Kecamtan,
Kelurahan, Desa Dsb. Peran Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan
27
Perdagangan dilaksanakan dalam bentuk pemberdayaan yang berupa
kegiatan-kegiatan selama Tahun 2016 sebagai berikut :
A. Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha Bagi UMKM Dalam
Kegiatan Sosialisasi Kemitraan Usaha
Manfaat : dari sosialisasi dan kemitraan usaha oleh pengusaha mikro dengan
pengusaha kecil menengah ini diikuti oleh 60 orang/ pelaku UMKM dua
angkatan dari 19 Kecamatan di Kabupaten Semarang. dengan harapan
mampu meningkatkan penjualan produknya dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten Semarang.
B. Pengembangan Sarana Pemasaran UKM Dengan Pengadaan Etalase
Serabi Ngampin Dan Pengadaan Tenda Kerucut Sarnavile
Manfaat : dari kegiatan ini Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan
Perdagangan, CV. BINTANG KARYA Kab. Semarang, dan CV. MULYA
SEJATI Kab. Semarang selaku rekan pelaksana kegiatan. Memberikan
fasilitas berupa almari etalase berjumlah 70 unit dan diberikan kepada 70
pelaku usaha Serabi Ngampin Ambarawa. Serta Tenda Kerucut Sarnavile
sebanyak 10 unit dan dipergunakan untuk mendukung promosi dan
pemasaran produk UMKM. Kegiatan ini diharapkan mampu bermanfaat
dalam meningkatkan kebersihan, higeinitas makanan dan peningkatan
penjualan Serabi Ngampin Ambarawa.
C. Fasilitas bagi IKM terhadap pemanfaatan sumber daya dengan 5 (lima)
pelatihan yaitu :
Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 30 IKM pelaku usaha olahan
makanan di wilayah 6 kecamatan. Pelatihan dan fasilitas kemasan ini
diharapkan bermanfaat dalam peningkatan SDM dan Produk sehingga
memperluas pemasaran dan meningkatkan taraf hidup pelaku usaha.
b) Pelatihan Meubel Kayu
Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 peserta pelaku usaha, pelatihan ini
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaku
usaha meubel kayu. Sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi meubel kepada peserta pelatihan.
c) Pelatihan Achievement Motivation Training (AMT)
Manfaat : pelatihan ini diikuti oleh 20 pelaku usaha, pelaksanaan
pelatihan diharapkan mampu meningkatkan kualitas basic mentality
dimana pelaku usaha diberi pemahaman untuk memahami potensi dan
kelembahan pada dirinya. Serta memberi pelatihan menumbuhkan
kesadaran akan manfaat lingkungan untuk tujuan prestatif dan mampu
berfikir positif.
d) Pelatihan Pembuatan Makanan Olahan
Manfaat : pelatihan ini diikuti 20 orang pelaku usaha makanan olahan
dari 6 kecamatan. Dalam materi pelatihan ini pelaku usaha diberikan
dasar teori dan praktek pembuatan makanan olahan yang baik. Sehingga
pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah secara