1
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PELAKU MELAKUKAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DALAM MEDIA SOSIAL
(Jurnal)
Oleh Meri Febriyani
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
2
ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PELAKU MELAKUKAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DALAM MEDIA SOSIAL
Oleh
Meri Febriyani, Sunarto DM, Budi Rizki Husin (merifebriyani1997@gmail.com)
Perkembangan teknologi tidak hanya berupa memberikan dampak positif saja, namun juga memberikan dampak negatifyaitumunculnya berbagai jenis pelanggaran dan bahkan suatu kejahatan yaitu Ujaran Kebencian (Hate Speech). Kejahatan Ujaran Kebencian (Hate Speech) diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Eleketronik. Permasalahan:
apakah yang menjadi faktor penyebab pelaku melakukan Ujaran Kebencian (Hate
Speech) dalam media sosial dan bagaimanakah upaya untuk menanggulangi
pelaku yang melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam media sosial. Penelitian: Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris. Data: studi kepustakaan dan studi lapanga. Narasumber: Penyidik Ditreskrimsus Polda Lampung, Anggota LBH PAHAM cabang Lampung, Seorang Psikolog di Bandar Lampung, dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data: kualitatif. Hasil penelitian faktor penyebab pelaku melakukan ujaran kebencian terdiri dari faktor keadaan psikologis individu yaitu kejiwaan, faktor lingkungan, faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi, faktor kurangnya kontrol sosial, faktor ketidaktahuan masyarakat, dan faktor kepentingan masyarakat. Sedangkan untuk menanggulangi adalah Akan tetapi faktor yang lebih sering menjadi penyebab kejahatan adalah faktor internal yaitu keadaan psikologis individu dan faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi. Upaya penanggulangan kejahatan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam media sosial dapat dilakukan dengan cara, yakni upaya penal dan non-penal. Saran dalam
penelitian ini adalah Kepolisian harus lebih siap menghadapi perkembangan
teknologi informasi yang semakin canggih, Masyarakat diharapkan agar lebih berhati-hati dan lebih bijak dalam menggunakan media internet khususnya media sosial.
3
ABSTRACT
ANALYSIS OF FACTOR PERPETRATOR DO HATE SPEECH IN SOCIAL MEDIA
By
Meri Febriyani, Sunarto DM, Budi Rizki Husin (merifebriyani1997@gmail.com)
The development of technology is not only a positive impact, but also a negative impact that is the emergence of various types of violations and even a crime that is Hate Speech (Hate Speech). Hate Speech is set forth in Law Number 11 Year 2008 regarding Information and Electronic Transactions. The problem: what is the factor causing the perpetrator to do Hate Speech in social media and how efforts to overcome the perpetrators who do Hate Speech (Hate Speech) in social media. Research: Juridical Normative and Empirical Juridical. Data: literature study and lapanga study. Resource Persons: Investigators Ditreskrimsus Polda Lampung, Member LBH PAHAM Lampung branch, a psychologist in Bandar Lampung, and Lecturer of Criminal Law Faculty of Law University of Lampung. Data analysis: qualitative. The result of the research that causes the perpetrator to do hate speech consists of psychological factors of the individual that is psychological, environmental factor, facility factor, facility and technological progress, lack of social control factor, ignorance factor, and public interest factor. While to cope is But the more often the cause of crime is an internal factor that is the individual psychological state and facilities, facilities and technological advances. Hate Speech (Hate Speech) in social media can be done by means of penal and non-penal effort. Suggestions in this research is the Police should be better prepared to face the development of information technology increasingly sophisticated, the public is expected to be more careful and more wise in using internet media, especially social media.
4
I. PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi tidak hanya berupa memberikan dampak positif
saja, namun juga memberikan
dampak negatif yaitu munculnya berbagai jenis pelanggaran dan bahkan suatu kejahatan yaitu Ujaran Kebencian (Hate Speech).
Perbuatan atau kejahatan yang perlu mendapatkan perhatian serius pada saat ini yaitu Ujaran Kebencian
(Hate Speech), Ujaran Kebencian
(Hate Speech) sendiri adalah
“Tindakan komunikasi yang
dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek seperti ras, warna kulit, gender, cacat, orientasi seksual kewarganegaraan, agama dan lain-lain”.1
Ujaran Kebencian (Hate Speech) dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain yaitu melalui orasi kegiatan kampanye, spanduk atau
banner, jejaring media sosial,
penyampaian pendapat dimuka
umum (demonstrasi), ceramah
keagamaan, media masa cetak
maupun elektronik, dan pamflet. Dalam arti hukum Ujaran Kebencian
(Hate Speech) adalah perkataan,
perilaku, tulisan, ataupun
pertunjukan yang dilarang karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku pernyataan tersebut
1
Di kutip dari
https://hatespeechgroup.wordpress.com/peng ertianhatespeech/ ,tgl 2 oktober 2017, pukul 19.18
ataupun korban dari tindakan
tersebut.
Hampir semua Negara diseluruh Dunia mempunyai undang-undang
yang mengatur tentang Ujaran
Kebencian (Hate Speech), di
Indonesia Pasal-Pasal yang mengatur tindakan tentang Ujaran Kebencian
(Hate Speech) terhadap seseorang,
kelompok ataupun lembaga terdapat di dalam Pasal 156, Pasal 157, Pasal 310, Pasal 311, kemudian Pasal 28
jis. Pasal 45 ayat (2) UU No 11 tahun
2008 tentang informasi & transaksi elektronik dan Pasal 16 UU No 40 Tahun 2008 tentang penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis.
Kasus ujaran kebencian (hate speech) yang terjadi adalah kasus penghinaan suku Lampung yang dilakukan oleh Deni Putra Kamidia yang merupakan
warga Kecamatan Panca Sari,
Bandung, Jawa Barat. Kasus tersebut
awalnya adalah karena Deni
mengaku sakit hati kepada
perempuan asal Lampung bernama Lilis, namun rasa sakit itu kemudian Deni luapkan dalam linimasa akun
Facebook palsu bernama Uyung
Mustofa yang merupakan namadari seorang kakek-kakek dan pelaku mengunggah ujaran kebencian di
Facebook menggunakan akun palsu
dengan mengambil foto orang lain
bernama Namin.2
Contoh kasus lainnya adalah
berkaitan dengan Ujaran Kebencian
ngan aktor 5
kepada Kapolri Jenderal Tito
Karnavian, dengan membuat status menghina Kapolri yang di sebarkan
di Facebook dan dilakukan oleh M
Ali Amin Said seorang guru honorer di salah satu Madrasah Tsanawiyah
(MTs) wilayah Penengahan
Lampung Selatan dan bekerja
sampingan sebagai agen travel
umroh, merupakan warga Dusun III, Desa Way Kalam, Penengahan, Lampung Selatan. Status tersebut terdapat di akun Facebook pribadi pelaku menggunakan nama Ali Faqih Alkalami.
Etika dalam dunia online sekarang
ini perlu di tegakkan untuk
mencegah terjadinya kejahatan dan pelanggaran yang lebih besar lagi, mengingat dunia online yang telah
menjadi bagian penting dari
infrastruktur komunikasi dan
informasi, terlebih semakin banyak pihak yang menyalahgunakan dunia
maya untuk menyebarluaskan
ketidaksenangan mereka akan suatu hal yang menyangkut suku bangsa, agama dan ras. Hal tersebut di
namakan Ujaran Kebencian (Hate
Speech).3
Berdasarkan fakta yang ada pada saat ini , penulis menganggap bahwa
banyak faktor-faktor yang
menyebabkan masyarakat Indonesia lebih senang mencurahkan segala macam pikiran, pendapat dan kreasi mereka di dalam media sosial daripada secara langsung, namun mereka sendiri tidak sadar hal yang mereka lakukan itu benar atau tidak,
melanggar norma atau tidak,
meresahkan atau tidak dan
melanggar hak asasi orang lain atau
tidak sehingga diperlukan analisis faktor penyebab terjadinya kejahatan tersebut. Oleh sebab itu penulis tertarik melakukan penelitian de
judul skripsi tentang “F
Penyebab Pelaku Melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Media Sosial”
Permasalahan dalam skripsi ini adalah:
a. Apakah faktor penyebab pelaku melakukan Ujaran Kebencian
(Hate Speech) dalam Media
Sosial ?
b. Bagaimanakah upaya untuk
menanggulangi pelaku yang
melakukan Ujaran Kebencian
(Hate Speech) dalam Media
Sosial ?
Penelitian ini menggunakan
pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data dilakukan dengan prosedur studi kepustakaan dan studi lapangan. Narasumber
penelitian ini adalah Penyidik
Kriminal Khusus Polda Lampung, Anggota LBH PAHAM cabang
Lampung, seorang Psikolog di
Bandar Lampung dan Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Analisis data dilakukan secara kualitatif.
II. PEMBAHASAN
A. Faktor Penyebab Pelaku
Melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Media Sosial)
Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan Zainudin4 bahwa faktor
penyebab pelaku melakukan
kejahatan ujaran kebencian (hate
3
Surat Edaran Kapolri NOMOR
SE/06/X/2015 tentang (Hate Speech) Ujaran Kebencian
4
6
speech) khususnya penghinaan yang
dilakukan dalam media sosial antara lain:
1. Faktor individu itu sendiri
Faktor kejiwaan individu itu sendiri dapat menyebabkan kejahatan seperti daya emosional, rendahnya mental, sakit hati dengan korban, dendam.
2. Faktor ketidaktahuan masyarakat
Faktor ketidaktahuan masyarakat juga merupakan penyebab terjadinya tindak kejahatan ujaran kebencian
(hate speech) khususnya penghinaan
yang dilakukan dalam media sosial.
Kurangnya sosialisasi/penyuluhan
kepada masyarakat inilah yang
menyebabkan kejahatan ini terjadi di masyarakat yang tergolong tidak tahu
akan adanya aturan mengenai
kejehatan ujaran kebencian
khususnya penghinaan.
2. Faktor sarana dan fasilitas
Faktor sarana dan fasilitas juga
berpengaruh pada era
globalisasiseperti saat sekarang ini, dan itu juga berpengaruh pada tumbuh pesatnyamedia elektronik khususnya media internet sehingga
penyebaran informasi semakin
mudah, cepat dan efektif untuk
didapatkan. Sehingga seseorang
kurang bijaknya menggunakan
sarana media internet ataupun
komunikasi serta tidak ada batasan dalam penggunaan alat komunikasi.
Pendapat tersebut ditambahkan
sebagaimana menurut hasil
wawancara dari Wilson Buana 5 yang menyatakan bahwa faktor penyebab
5
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 februari 2018 di Polda Lampung.
pelaku melakukan kejahatan ujaran kebencian (hate speech) khususnya penghinaan yang dilakukan dalam media sosial antara lain:
1. Faktor Kurangnya Kontrol
Sosial
Faktor kurangnya kontrol sosial yaitu kurangnya kontrol internal yang wajar dari pihak atau lingkungan dalam keluarga yang seringkali tidak mau tahu akan kondisi anggota keluarganya tersebut, dan dari pihak eksternal yang mana masyarakat tidak memperdulikan akan kejadian- kejadian kejahatan yang terjadi di
sekitarnya, hilangnya kontrol
tersebut dan tidak adanya norma- norma sosial atau konflik norma- norma yang dimaksud.
2. Faktor Sarana, Fasilitas
Faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri juga membawa pengaruh yang besar
terjadinya kejahatan ujaran
kebencian (hate speech) khususnya penghinaan yang dilakukan dalam media sosial kemajuan teknologi membuat para pelaku semakin mudah melakukan kejahatan dengan memaksimalkan sarana dan fasilitas yang ada pada zaman modern seperti saat ini.
2. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah tempat utama
dalam mendukung terjadinya
polaprilaku kejahatan yang dilakukan oleh seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain adalah :
a. Lingkungan yang memberi
kesempatan untuk
melakukankejahatan;
b. Lingkungan pergaulan yang
7
c. Lingkungan ekonomi,
kemiskinan dan kesengsaraan;
Berdasarkan wawancara penulis
dengan Sri Wulan 6 bahwa faktor
yang mendorong pelaku melakukan kejahatan yaitu:
1. Faktor dari dalam diri individu
Faktor yang menjadi penyebab
pelaku melakukan kejahatan adalah faktor internal yang utama yaitu faktor kejiwaan dikarenakan sakit hati sehingga daya emosional yang
tinggi dalam diri pelaku dan
rendahnya mental pelaku yang
menyebabkan pelaku melakukan
kejahatan ujaran kebencian
khususnya penghinaan yang
dilakukan dalam media sosial.
2. Faktor Faktor Kurangnya
Kontrol Sosial
Faktor kurangnya kontrol sosial yaitu kurangnya kontrol internal yang wajar dari pihak atau lingkungan dalam keluarga yang seringkali tidak mau tahu akan kondisi anggota keluarganya tersebut, dan dari pihak eksternal yang mana masyarakat tidak memeperdulikan akan
kejadian-kejadian kriminal yang terjadi
disekitarnya, hilangnya kontrol
tersebut dan tidak adanya norma sosial atau konflik norma-norma yang dimaksud.
Sebagaimana halnya dikemukakan oleh Prof. Sanusi Husin 7 selain
faktor diatas masih ada beberapa
faktor-faktor penyebab lainnya
pelaku melakukan ujaran kebencian
(hate speech) khususnya penghinaan
6
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 19 maret 2018 di kantor psikolog Sri Wulan
7
Berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 13 maret 2018 di Fakultas Hukum UNILA.
yang dilakukan dalam media sosial, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor lingkungan ekonomi
Faktor lingkungan ekonomi sangat
mempengaruhi pula terjadinya
kejahatan ujaran kebencian (hate
speech) dalam media sosial. Faktor
ekonomi yang dapat memicu
terjadinya kejahatan biasanya
bermula dari keadaan ekonomi
pelaku yang tergolong rendah,
pengangguran, tidak berpenghasilan dan terdesak akan suatu kebutuhan-
kebutuhan yang tinggi serta
mendesak sehingga mendorong
pelaku melakukan kejahatan ujaran kebencian (hate speech) dalam media sosial.
2. Faktor kepentingan masyarakat
Masyarakat cenderung tidak
memikirkan dampak apa yang akan terjadi dikemudian hari dengan
melakukan kejahatan uajaran
keencian (hate speech) dalam media sosial. Banyak masyarakat yang melakukan ujaran kebencian karena memiliki tujuan tertentu diantaranya mengenai hal pribadi, Politik, SARA maupun hanya sekedar ingin dikenal banyak orang.
3. Faktor sarana, fasilitas dan
kemajuan teknologi
Faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi tidak dapat dipungkiri juga membawa pengaruh yang besar
terjadinya kejahatan ujaran
kebencian (hate speech) dalam media
sosial . Dengan perkembangan
informasi teknologi orang mudah melakuka komunikasi secara tidak
langsung.sehingga mudah untuk
8
sangat cepat dapat diakses setiap orang.
Berdasarkan pendapat para
narasumber mengenai beberapa
faktor penyebab pelaku melakukan
kejahatan, masih banyak sekali
faktor-faktor lain yang menjadi penyebab kejahatan, yang mana
daktor-faktor tersebut muncul
berbeda-beda setiap individunya dan
berdasarkan pada kondisi yang
dialami para pelaku kejahatan
tersebut. Penulis akan menganalisis hasil pendapat narasumber mengenai
faktor-faktor penyebeb pelaku
melakukan kejahatan diantaranya:
Pertama, faktor yang menyebabkan pelaku melakukan kejahatan adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yaitu faktor internal yang terdiri dari keadaan psikologis diri pelaku yaitu gangguan kejiwaan, daya emosional, dan rendahnya mental seseorang. Faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap pelaku yang melakukan kejahatan terutama keadaan psikologis individu yaitu tidak terkontrolnya daya emosi yang berlebihan, mudah terprovokasi terhadap hal yang menyinggung pribadi individu terutama yang berkaitan dengan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA), seperti dalam kasus penghinaan yang diangkat dalam penelitian ini adalah seorang warga desa Way Kalam kecamatan Penengahan kabupaten Lampung Selatan yang melakukan kejahatan ujaran kebencian berupa
penghinaan yang dilakukannya
melalui media sosial, dalam kasus tersebut pelaku menghina seorang Kapolri.
Faktor yang menyebabkan pelaku melakukan kejahatan dikarenakan pelaku merasa sakit hati terhadap
tindakan Kapolri yang
mengkriminalisasikan Habib Rizieq,
dikarenakan pelaku merupakan
seorang simpatisan FPI (Forum
Pembela Islam) yang sekaligus
sangat mengagumi Habib Rizieq. Dikarenakan rasa sakit hati dan daya
emosional pelaku meluapkan
emosinya kepada Kapolri dengan melakukan penghinaan tanpa berfikir panjang mengenai dampak dari perbuatan yang dilakukan pelaku tersebut.
Kedua, faktor yang menyebabkan pelaku melakukan kejahatan adalah faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi. Sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi yang ada sangat
berpengaruh dalam menunjang
perbuatan jahat tersebut,
perkembangan teknologi yang
dimaksud adalah inernet, dimana pelaku dengan mudah melakukan kejahatan melalui media internet diantaranya media sosial.
Dalam kasus tersebut faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi sangat berpengaruh. Pelaku tersebut
melakukan penghinaan kepada
kapolri melalui jejaring media sosial yaitu facebook. Pelaku meluapkan emosi dan rasa sakit hatinya dengan menghina kapolri melalui aplikasi facebook dengan membuat status
yang berisi “Tito, jika kau berani
penjarakan ulama kami (Habib
Rizieq) maka Demi Allah berarti kau sedang menggali liang kubur kau dewek, jangan lari kau mang tito, tunggu bae kagek ado cerito pempek
palembang raso Tito.
#PenggalTito#SaveHabibRizieq”.
Di zaman globalisasi seperti
sekarang ini kemajuan teknologi
memang sangat berpengaruh
9
orang mengetahui apa media
internet. Media internet sebagai media komunikasi dijadikan alat untuk mempermudah menyebarkan
dan melakukan kejahatan
dikarenakan kurang bijaknya
masyarakat dalam menggunakan
media internet terutama media sosial. Melalui media sosial ini setiap orang mudah mendapatkan segala jenis informasi secara mendunia dan tidak terbatas, mudah diakes oleh setiap masyarakat kapanpun dimanapun, serta tidak ada batasan untuk setiap pengguna akun media sosial.
Ketiga, faktor yang juga merupakan
penyebab pelaku melakukan
kejahatan yaitu faktor kurangnya kontrol sosial dari keluarga yang juga termasuk dalam fakto eksternal individu. Kontrol dari pihak keluarga
danmasyarakat menjadi suatu
komponen yang seharusnya berjalan dengan baik. Kontrol yang dilakukan
oleh keluarga dan masyarakat
tersebut seharusnya menjadi faktor
utama dalam melakukan upaya
penanggulangan yang bersifat non- penal.
Aparat penegak hukum juga harus bertindak lebih konsisten dalam
melakukan sosialisasi maupun
penyuluhan mengenai kejahatan dan dampak yang ditimbulkan setelah terjadi kejahatan, sehingga dapat meghilangkan atau meminimalisir terjadinya kejahatan khususnya yang dilakukan melalui media sosial.
Keempat, faktor lingkungan
merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh besar dalam terjadinya kejahatan yamg juga termasuk dalam faktor eksternal individu, faktor yang mempengaruhi yaitu:
a. Lingkungan yang memberi
kesempatan untuk melakukan kejahatan;
b. Lingkungan pergaulan yang
memberi contoh dan teladan;
c. Lingkungan ekonomi.
Faktor limgkungan ekonomi dapat
memicu terjadinya kejahatan
biasanya bermula dari keadaan
ekonomi pelaku yang tergolong
rendah, pengangguran, tidak
berpenghasilan dan terdesak akan kebutuhan-kebutuhan yang tinggi
dan kebiasaan meniru perilaku
oranglain sehingga mendorong
pelaku melakukan kejahatan ujaran kebencian (hate speech) dalam media sosial.
Kelima, faktor ketidaktahuan
masyarakat juga yang menjadi salah satu penyebab pelaku melakukan ujaran kebencian berupa penghinaan yang dilakukan dalam media sosial
karena kurangnya
sosialisasi/penyuluhan kepada
masyarakat inilah yang
menyebabkan kejahatan terus
menerus terjadi.
Kejahatan melalui media sosial
merupakan perbuatan melawan
hukum, banyak aturan yang
mengatur mengenai kejahatan ujaran kebencian berupa penghinaan di atur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE), Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis dan Surat Edaran
Kapolri Nomor: SE/06/X/2015
tentang Penanganan Ujaran
10
Hal tersebutlah yang terkadang
menjadi faktor ketidaktahuan
masyarakat dikarenakan kurangnya minat baca masyarakat, sehingga pemerintah maupun aparat penegak hukum perlu mengadakan sosialisasi agar masyarakat mengetahui bahwa adanya peraturan yang mengatur mengenai dampak jika melakukan
kejahatan yang terdapat dalam
Undang-Undang.
Keenam, faktor kepentingan
masyarakat yang merupakan faktor
ekternal. Faktor kepentingan
masyarakat itu sendiri merupakan
faktor yang cukup besar
mempengaruhi terjadinya kejahatan
ujaran kebencian (hate speech)
berupa penghinaan yang dilakukan melalui media sosial. Masyarakat cenderung tidak memikirkan dampak yang akan terjadi dikemudian hari, tanpa disadari akan semakin banyak pelaku yang melakukan kejahatan yang sama. Kebanyakan masyarakat
melakukan kejahatan ujaran
kebencian karena faktor kepentingan pribadi yang berkaitan dengan hal yang menyinggung Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), kepentingan politik, tersinggung dan sakit hati karena seseorang yang
dikagumi dan diidolakan
dikriminalisasi atau bahkan hanya bertujuan untuk menjadi terkenal.
Berdasarkan hasil uraian mengenai
faktor-faktor penyebab pelaku
melakukan kejahatan ujaran
kebencian (hate speech) berupa
penghinaan, bahwa pada dasarnya perlu diketahui terhadap perbuatan jahat yang dilakukan oleh seseorang seringkali dilakukan oleh seseorang dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan faktor- faktor yang mempengaruhi bagi tiap- tiap individu tersebut. Bahwa pada
artinya masih banyak terdapat faktor-
faktor penyebab lainnya yang
membuat seseorang melakukan
kejahatan ujaran kebencian (hate
speech) berupa penghinaan yang
dilakukan melalui media sosial.
B. Upaya Penanggulangan
kejahatan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam media sosial.
1. Upaya penal
Upaya penanggulangan kejahatan melalui penerapan hukum pidana ini adalah upaya dalam penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat pemberantasan sesudah kejahatan itu terjadi.
a. Tindakan Penyelidikan
Tindakan penyelidikan merupakan tahap awal yang harus dilakukan oleh penyelidik dalam melakukan penyelidikan tindak pidana dan juga merupakan tahap tersulit dalam proses penyelidikan, karena dalam tahap ini penyelidik harus dapat membuktikan tindak pidana yang terjadi faktor apasaja dari tindak pidana tersebut dan bagaimana upaya menanggulanginya.
Menurut Willson Buana dalam
penyelidikan kasus ujaran kebencian
(hate speech) berupa penghinaan
yang dilakukan melalui media sosial, banyak mengalami kendala dan
kesulitan, dikarenakan pelaku
kejahatan tersebut bisa melakukan
aksinya kapan saja tanpa
sepengetahuan orang lain dan
menggunakan akun palsu. sebab kasus yang berhubungan dengan
kejahatan dunia maya
penanganannya berbeda dengan
11
b. Melakukan Penegakan Tuntas
Terhadap Pelaku
Dalam hal kasus ujaran kebencian yang dilakukan melalui media sosial ia melanggar Pasal 28 Ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik. Ketentuan
dalam Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik sebagai ketentuan khusus (lex specialis) dan
mendahulukan ketentuan umum
tentang tindak pidana pemerasan dalam KUHP (lexgenerali).Hal ini
sebagaimana ketentuan dalam
Ketentuan Umum KUHP pada Pasal 63 Ayat 2 yang menyebutkan bahwa
“Jika suatu perbuatan masuk dalam tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan
individu dan/atau kelompok
masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras dan antargolongan
(SARA). Pasal 45 Ayat (2)
menyebutkan setiap orang yang
memenuhi unsur sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan (2) dipidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau
denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00,- (satu miliar rupiah).
c. Tindakan Represif dengan Cara
Penal
Artinya tindakan yang dilakukan
oleh aparatur penegak hukum
sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana lain dengan cara menegakkan
hukum sesuai Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 atas perubahan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik untuk mengupayakan
pengendalian diri terhadap masing- masing individu serta melakukan
regulasi seperti undang-undang
ataupun peraturan pemerintah aturan yang mengenai dalam penggunaan
handphone aturan jam,tipe hand
phone yang digunakan, banyaknya
handphone yang harus dimiliki
danusia yang dapat atau dibolehkan
menggunakan handphone.
2. Upaya Non Penal
Penanggulangan perilaku kejahatan pemerasan dan pengancaman melalui media elektronik digunakan upaya Non Penal yang merupakan upaya
yang bersifat preventif, yaitu
pencegahan atau penangkalan
perilaku penyembuhan.Terdapat
upaya yang dilakukan dengan
langkah-langkah internal dan
eksternal.
a. Mengupayakan melakuka
pencegahan dengan memberikan
pendidikan mengenai cara
pemakaian alat komunikasi yang bijakdimana yang dimulai dari keluarga sampai masyarakat luas, pihak kepolisian mengedepankan fungsi teknis bagian Reskrimsus yang khusus menangani kasus
ujaran kebencian berupa
penghinaan yang dilakukan
melalui media sosial yaitu dengan
melaksanakan kegiatan
pengaturan, penjagaan, dan patroli khusus di lokasi yang diduga sering terjadi kasus tersebut.
Sosialisasi Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi
12
dilakukan oleh aparat kepolisian,
karena kurang pahamnya
masyarakat tentang isi dari UU ITE membuat penting kiranya pemerintah melakukan kampanye tentang aturan ini.
Sebagai contoh, perumusan Pasal 27 UU ITE dalam penerapannya dapat
menimbulkanmultitafsir dan
mengakibatkan hak asasi seseorang dilanggar, yaitu dalam hal terjadinya
kesalahpamahaman dari aparat
penegak hukum yang memandang bahwa tindak pidana dalam UU ITE sebagai lex specialis.Bahwa tindak pidana dalam UU ITE adalah tindak pidana khusus dan semua tindak pidana di luar KUHP adalah tindak pidana khusus.
b. Menyebarluaskan kasus ujaran
kebencian melalui media sosial di seluruh media sosial Polda Lampung agar masyarakat dapat waspada dan tidak melakukan hal tersebut.
c. Dari internal atau individu itu sendiri dengan cara meningkatkan pembinaan agama untuk menjadi
pencegah seseorang berbuat
menyimpang dari norma agama. Agama memiliki peran yang sangat besar dalam kehidupan manusia, Karena di dalamnya memiliki suatu sistem norma
tersendiri yang senantiasa
mengajarkan penganutnya untuk
melakukan kebajikan dan
menghindarkan diri dari
perbuatan-perbuatan terlarang
serta peran dari keluarga dan
lingkungan sangat berperan
penting untuk mengontrol
perilaku sosial yang ada dan
berkembang di masyarakat.
Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat
tetapi memiliki pengaruh yang
besar terhadap lingkungan.
Keluarga yang menanamkan
nilai-nilai moral kepada setiap
anggotanya membuat perilaku mereka terhindar dari pengaruh negatif pergaulan di luar rumah.
Upaya penanggulangan terjadinya kejahtan ujaran kebencian (hate speech) dalam media sosial yaitu terdiri dari upaya penal dan non penal. Dimana upaya penal terdiri dari pemberian sanksi kepada pelaku
dengan memberikan hukuman
penjara sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam UU ITE untuk memberikan efek jera. Sedangkan upaya non penal yaitu dengan
memberikan penyuluhan ataupun
sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai informasi dampak media elektronik jika tidak digunakan dengan bijak, etika menggunakan media sosial dengan memberikan pengetahuan hukum mengenai UU ITE.
III. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan skripsi ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menjadi
penyebab pelaku melakukan
ujaran kebencian (hate speech)
dalam media sosial yaitu, faktor
dari dalam diri individu
(internal) diantaranya yaitu
13
faktor kepentingan masyarakat,
faktor ketidaktahuan
masyarakat, serta faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi. Akantetapi faktor yang paling sering menjadi penyebab pelaku
melakukan kejahatan adalah
faktor internal yaitu psikologis atau kejiwaan pelaku yaitu daya emosional yang tinggi, selain itu faktor sarana, fasilitas dan kemajuan teknologi juga sangat berpengaruh karena tersedianya sarana dan fasilitas yang mudah didapat dan kemajuan teknologi yang semakin canggih sehingga memudahkan setiap pengguna media sosial mengakses seluruh informasi tanpa batas.
2. Upaya penanggulangan
terjadinya kejahtan ujaran
kebencian (hate speech) dalam media sosial yaitu terdiri dari upaya penal dan non penal. Dimana upaya penal terdiri dari pemberian sanksi kepada pelaku dengan memberikan hukuman penjara sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dalam UU ITE untuk memberikan efek jera. Sedangkan upaya non penal
yaitu dengan memberikan
penyuluhan ataupun sosialisasi
kepada masyarakat luas
mengenai informasi dampak
media elektronik jika tidak digunakan dengan bijak, etika
menggunakan media sosial
dengan memberikan
pengetahuan hukum mengenai UU ITE.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis menyarankan:
a. Perlunya kerjasama lebih antara aparat penegak hukum,
organisasi masyarakat dan
masyarakat untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan
ke setiap daerah yang
masyarakatnya masih belum
paham dan mengetahui apa itu Ujaran Kebencian (Hate Speech)
dan Undang-Undang yang
mengatur mengenai Ujaran
Kebencian (Hate Speech) serta dampak yang ditimbulkan dari pelaku yang melakukan Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam media sosial.
b. Kepolisian harus lebih siap
menghadapi perkembangan
teknologi informasi yang
semakin canggih, serta harus bisa memaksimalkan jaringan
kerjasama kepada seluruh
instansi pemerintah, terutama di bidang komunikasi yaitu Dinas Komunikasi dan Informasi yang berwenang untuk memblokir dan
mengawasi internet yang
mengandung ujaran kebencian
(hate speech) sehingga
menimbulkan permasalahan
yang mengakibatkan konflik di masyarakat.
c. Masyarakat diharapkan agar
lebih berhati-hati dan lebih bijak
dalam menggunakan media
internet khususnya media sosial sehingga tidak sembarang untuk menyebarluaskan informasi yang mengandung kebencian maupun informasi lain yang belum jelas kebenarannya.
Daftar Pustaka
Abdulsyani, Sosiologi Kriminologi, Bandung, Remadja Karya, 1987
Barda Nawawi Arif, Beberapa Aspek
/peng ukul
14
Di kutip dari
https://hatespeechgroup.wordpress.com ertianhatespeech/ ,tgl 2 oktober 2017, p 19.18
dan Pengembangan dan
Pengembangan Hukum
Pidana, Jakarta, 1998
M. Choirul Anam dan Muhammad
Hafiz, SE Kapolri
tentang Penanganan
Ujaran Kebencian (Hate Speech) dalam Kerangka