A. Latar belakang masalah
Ontologi merupakan salah satu kajian filsafat. Studi tersebut membahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Ontologi membahas realitas atau suatu entitas dengan apa adanya. Pembahasan mengenai ontologi berarti membahas kebenaran suatu fakta. Untuk mendapatkan kebenaran itu, ontologi memerlukan proses bagaimana realitas tersebut dapat diakui kebenarannya. Untuk itu proses tersebut memerlukan dasar pola berfikir, dan pola berfikir didasarkan pada bagaimana ilmu pengetahuan digunakan sebagai dasar pembahasan realitas.
Ilmu merupakan kegiatan untuk mencari suatu pengetahuan dengan jalan melakukan pengamatan atau pun penelitian, kemudian peneliti atau pengamat tersebut berusaha membuat penjelasan mengenai hasil pengamatan atau penelitiannya tersebut. Dengan demikian, ilmu merupakan suatu kegiatan yang sifatnya operasional. Jadi terdapat runtut yang jelas dari mana suatu ilmu pengetahuan berasal. Karena sifat yang operasional tersebut, ilmu pengetahuan tidak dapat menempatkan diri dengan mengambil bagian dalam pengkajiannya.
B. Rumusan Masalah
a. Apakah pengertian onotologi b. Apakah pengertian ilmu pendidikan
a. Untuk mengetahui pengertian ontologi b. Untuk mengetahui ilmu pendidikan
BAB II Pembahasan A. ONTOLOGI
1. Pengertian ontologi
Ontologi dalam bahasa Inggris “ontology”, Tokoh
pertama yang membuat istilah ontologi adalah Christian
Wolff (1679-i17914).i Istilah itu berakar dari bahasa Yunani,
yang terdiri dari dua kata, yaitu ontos berarti “yang berada
atau keberadaan”, dan logos berarti ilmu pengetahuan
atau ajaran atau juga pemikran (Lorens Bagus:2000.i Maka
ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori tentang
wujud hakikat yang ada pada ilmui Menyoal tentang wujud
hakiki objek ilmu dan keilmuan (setiap bidang ilmu dalam
jurusan dan program studi. itu apa ?
Dan juga dapat diartikan bahwa ontologi adalah
pemikiran mengenai yang ada dan keberadaannyai
Sedangkan menurut Jujun S iSuriasumantri dalam
Pengantar Ilmu dalam Perspektif mengatakan, ontologi
membahas apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita
ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian
mengenai teori tentang “ada”, Menurut Pandangan The
Liang Gie Ontologi adalah bagian dari flsafat dasar yang mengungkap makna dari sebuah eksistensi yang
0bjek ilmu atau keilmuan itu empirik, dunia yang
dapat dijangkau dengan panca indrai Jadi objek ilmu
adalah pengalaman indrawii Dengan kata lain ontology
adalah ilmu yang mempelajari hakikat sesuatu yang
berwujud (yang ada. dengan berdasarkan pada penalaran
logisi Bidang pembicaraan teori tentang ontologi (hakikat.
ini luas sekali, segala yang ada dan yang mungkin ada,
yang boleh juga mencakup pengetahuan dan nilaii Nama
lain untuk teori tentang hakikat ialah teori tentang keadaan
(Langeveld.i
Apa itu hakikat ? hakikat ialah realitas; realitas
adalah keirealian; real artinya kenyataan yang
sebenarnyai Jadi, hakikat adalah kenyataan yang
sebenarnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan
sementara atau menipu, bukan keadaan yang berubahi1[1]
Dari teori hakikat (ontologi. ini kemudian munculah
beberapa aliran dalam flsafat, antara lain: Filsafat
Materialisme, Filsafat Idealisme, Filsafat Monoisme, Filsafat
Dualisme, Filsafat Skeptisisme, dan Filsafat Agnostisisme
Argumen ontologis ini pertama kali dilontarkan oleh
Plato (4)28i34)8 SM. dengan teori ideanyai Idea yang
dimaksud oleh Plato adalah defnisi atau konsep universal
dari setiap sesuatui Plato mencontohkan pada seekor kuda,
bahwa kuda mempunyai idea atau konsep universal yang
berlaku untuk tiapitiap kuda yang ada di alam nyata ini,
baik itu kuda yang berwarna hitam, putih ataupun belang,
baik yang hidup ataupun yang sudah matii Idea itu adalah
paham, gambaran atau konsep universal yang berlaku
untuk seluruh kuda yabg berada di Benua manapun di
Dunia inii 2[3]
Demikan pula manusia juga punya ideai Idea
manusia menurut Plato adalah “badan hidup” yang kita
kenal dan dapat berfkir, dengan kata lain, idea manusia
adalah “binatang yang berfkir”i Konsep binatang ini
bersifat universal, berlaku untuk semua manusia baik itu
besar atau kecil, tua atau muda, lelakiiperempuan,
manusia Eropa, India, Asia, China, dan sebagainyai Tiapi
tiap sesuatu di alam ini mempunyai ideai Idea inilah yang
merupakan hakikat sesuatu dan menjadi dasar wujud
sesuatu itui Ideaiidea itu berada di balik yang nyata dan
idea itulah yang abadii
Bendaibenda yang kita lihat atau yang dapat ditangkap
oleh pancaiindra senantiasa berubahi Karena itu, ia
“bukanlah hakikat”, tetapi hanya “bayangan”, “kopi” atau
“gambaran” dari ideaiideainyai Dengan kata lain, bendai
benda yang dapat ditangkap dengan pancaiindra ini
hanyalah khayal dan ilusi belakai
Ontologi menyelidiki sifat dasar dari apa yang nyata
secara fundamental dan cara yang berbeda dimana entitas
(wujud. dari kategoriikategori yang logis yang berlainan
(objekiobjek fsik, hal universal, abstraksi. dapat dikatakan
ada dalam rangka tradisionali ontologi dianggap sebagai
teori mengenai prinsipiprinsip umum dari hal ada,
sedangkan dalam hal pemakaianya akhiriakhir ini ontologi
dipandang sebagai teori mengenai apa yang adai
Para ahli memberikan pendapatnya tentang realita
itu sendiri, diantaranya Brameli Ia mengatakan bahwa
ontologi ialah interpretasi tentang suatu realita dapat
bervariasi, misalnya apakah bentuk dari suatu meja, pasti
setiap orang berbedaibeda pendapat mengenai bentuknya,
tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi
dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari setiap
orang bahwa suatu meja itu suatu realita yang kongkriti
Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang kita lihat
dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya
cukup nyata atau reali
Dengan demikian, metafsika umum atau ontologi
adalah cabang flsafat yang membicarakan prinsip paling
Sedang metafsika khusus masih dibagi lagi menjadi
kosmologi, psikologi, dan teologii
Kosmologi adalah cabang flsafat yang secara khusus
membicarakan tentang alam semestai Psikologi adalah
cabang flsafat yang secara khusus membicarakn tentang
jiwa manusiai Teologi adalah cabang flsafat yang secara
khusus membicarakan Tuhani
2. Objek Ontologi A. Objek Materi
Secara antologis, artinya metafsis umum, objek
materi yang dipelajari dalam plural ilmu pengetahuan,
bersifat monistik pada tingkat yang paling abstraki
Seluruh objek materi pluralitas ilmu pengetahuan,
seperti manusia, binatang, tumbuhitumbuhan dan zat
kebendaan berada pada tingkat abstrak tertinggi, yaitu
dalam kesatuan dan kesamaannya sebagai makhluki
Kenyataan itu mendasari dan menentukan kesatuan
pluralitas ilmu pengetahuani Dengan kata lain, prulalitas
ilmu pengetahuan berhakikat satu, yaitu dalam
kesatuan objek materinyai
Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi
semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh
objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara
sistematis berhubungan dengan proses kausalistiki
Keberadaan manusia didahului dengan keberadaan
binatang; keberadaan binatang didahului keberadaan
tumbuhitumbuhan; dan keberadaan tumbuhitumbuhan
didahului oleh zat kebendaani Secara sistematis,
masingimasing berada dalam sistem saling bergantung
( interdependence ), dan zat kebendaan terkecil ( atom .
secara eksistensial berfungsi sebagai sumber
ketergantungan makhlukimakhluk lain sesudahnyai
Tetapi secara substansial, keberadaan atom sebagai zat
kebendaan terkecil itu bukanlah dalam tingkat
kesempurnaan (berdiri sendiri., melainkan berada pada
tingkat aksidental, artinya berada dengan cara
ditentukani
Keberadaan zat kebendaan demikian ditentukan
oleh penyebab terdahulu, sekaligus sebagai penyebab
pertama dan terakhir, yang disebut ‘causa prima’. Oleh
karena itu, pada tingkat substansi tertinggi, seluruh
pluralitas ilmu pengetahuan, sebagai akibat prulalitas
objeknya, berada dalam satu kesatuan di dalam diri
B. Obek Forma
Objek ontologi adalah yang ada, yaitu ada individu, ada umum, ada terbatas, ada tidak terbatas, ada universal, ada mutlak, termasuk metafisika dan ada sesudah kematian maupun segala sumber yang ada yaitu tuhan yang maha esa. Objek forma ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme.
Menurut Lorens Bagus, metode dalam ontologi dibagi menjadi tiga tingkatan abstraksi yaitu : abstraksi fisik, abstraksi bentuk, dan abstraksi metafisik. Abstraksi fisik mendeskripsikan keseluruhan sifat khas suatu objek, sedangkan abstraksi bentuk mendeskripsikan sifat umum yang menjadi ciri semua sesuatu yang sejenis. Abstraksi metafisik mendeskripsikan tentang prinsip umum yang menjadi dasar dari semua realita. Untuk ontologi ini metode yang sering digunakan adalah abstraksi metafisik karena dalam ontologi menerangkan teori-teori tentang realitas.3
akibat realitas yang dinyatakan dalam kesimpulan hanya saja cara pembuktiannya disusun dengan tata silogistik, dimana term tengah dihubungkan dengan subjek sehingga term tengah menjadi akibat dari realitas kesimpulan.
Objek forma ini sering dipahami sebagai sudut
atau titik pandang, yang selanjutnya menenentukan
ruang lingkupi Berdasarkan ruang lingkup studi inilah
selanjutnya ilmu pengetahuan berkembang menjadi
prular, berbedaibeda dan cenderung saling terpisah
antara satu dengan yang laini
Dibandingkan dengan pengetahuan pada
umumnya atau flsafati Ilmu pengetahuan pada
umumnya atau flsafat, ilmu pengetahuan
mempersoalkan kebenaran secara khusus, konkret dan
objektif, yang selanjutnya desebut kebenaran objektif,
yang selanjutnya disebut kebenaran objektifi Kebenaran
demikian tingkat kepastiannya lebih kuat, karena
didukung oleh faktaifakta konkret dan empirik objektifi
Dalam hubunganya dengan perilaku, kebernaran
objektif memberikan landasan stabil dan es tabil
sehingga suatu perilaku dapat diukur nilai
kebenarannya, dan bisa dipakai sebagai pedoman bagi
semua pihaki Sedangkan objektiftas suatu objek materi,
tetapi pada bagianibagian kecil dari objek itui
Mengingat di dalam diri objek materi terdapat bagiani
bagian yang prular, dan mengingat keterbatasan
subjek, maka dalam kegiatan ilmiah, subjek prular
memilahimilah objek studi ke dalam bagianibagian, dan
kemudian memilih salah satu bagian sebagai lapangan
studii Lapangan studi inilah yang dimaksud dengan
objek formai
Jadi Menurut bahasa, ontologi ialah berasal dari bahasa Yunani yaitu, On/Ontos = ada, dan logos = ilmu. Jadi, ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Menurut istilah, Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada, yang merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak. Metafisika umum atau ontologi adalah cabang filsafat yang membicarakan prinsip paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu yang ada.
Objek ontologi terbagi menjadi dua, pertama, objek materi, Kesatuan ilmu pengetahuan tersebut menjadi semakin jelas jika ditinjau dari sumber asal seluruh perbedaan objek materi itu. Semua makhluk, sebagai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan, secara sistematis berhubungan dengan proses kausalistik.
pengetahuan berkembang menjadi prular, berbeda-beda dan cenderung saling terpisah antara satu dengan yang lain.
3. Ilmu Pendidikan
Perkembangan pemikiran manusia dalam memberikan batasan tentang makna dan pengertian pendidikan, setiap saat selalu menunjukkan adanya perubahan. Perubahan itu didasarkan atas berbagai temuan dan perubahan di lapangan yang berkaitan dengan semakin bertambahnya komponen sistem pendidikan yang ada. Berkembangnya pola pikir para ahli pendidikan, pengelola pendidikan dan pengamat pendidikan yang membuahkan teori-teori baru. Kemajuan alat teknologi turut andil dalam mewarnai perubahan makna dan pengertian pendidikan tersebut. Pada saat yang sama, proses pembelajaran dan pendidikan selalu eksis dan terus berlangsung. Karena itu, bisa jadi pandangan seseorang tentang makna atau pengertian pendidikan yang dianut oleh suatu negara tertentu, pada saat yang berbeda dan di tempat yang berbeda makna dan pengertian pendidikan itu justru tidak relevan. Namun demikian, selama belum ada teori dan temuan baru tentang makna dan pengertian pendidikan, maka teori dan temuan yang telah ada masih relevan untuk dimanfaatkan sebagai acauan4
Ilmu Pendidikan adalah dua kata yang dipadukan, yakni Ilmu dan Pendidikan yang masing-masing memiliki arti dan makna tersendiri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka disebutkan,
bahwa Ilmu adalah Pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu5
Senada dengan Nur Ubiyati6 yang mengemukakan, bahwa Ilmu ialah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu yang bersifat ilmiah. Ada lagi yang mengemukakan, bahwa Ilmu adalah suatu uraian yang tersusun dengan lengkap tentang salah satu dari keberadaan. Uraian tersebut adalah tentang segi-segi dari keberadaan tertentu. Segi-segi ini saling berkait, mempunyai hubungan sebab akibat, tersusun logis dan diperoleh melalui cara atau metode tertentu.
Endang Saifuddin Anshari7, mengatakan bahwa Ilmu berasal dari kata bahasa Arab “‘Alima” yang memiliki pengertian “Tahu”. Dan dalam bahasa Inggris dan Perancis disebut dengan “Science”, dalam bahasa Jerman “Wissenscaft” dan dalam bahasa Belanda “Wetenschap”. Yang kesemuanya sama memiliki arti “tahu”. “Science” berasal “scio, scire (bahasa Latin) yang berarti “tahu”. Jadi, baik “ilmu” maupun “science” secara etimologis berarti “pengetahuan”. Namun, secara terminologis “ilmu” dan “science” itu semacan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri, tanda-tanda dan syarat-syarat yang khas. Jadi, ilmu adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda dan syarat tertentu, yaitu
5 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga , Jakarta, Balai Pustaka, 2003. hal. 423.
6 Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI), Untuk IAIN, STAIN, PTAIS. Bandung, CV. Pustaka Setia, 2005. Hal. 12.
sistematik, rasional, empiris, umum dan kumulatif, lukisan dan keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal-hal yang distudinya dalam ruang dan waktu sejauh jangkauan pemikiran dan penginderaan manusia.
Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag8 mengemukakan bahwa “Science is empirical, rational, general end cumulative; and it is all four at once” (Ilmu ialah yang empiris, rasional, umum dan terkumpul/tersusun; dan kesemuanya saling berkaitan).
Mohammad Hatta9menjelaskan, bahwa tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurutnya bangunnya dari dalam.
Prof. Drs. Harsoyo menjelaskan, bahwa ilmu itu merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan, juga merupakan pendekatan atau suatu metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh panca indera manusia. Dan merupakan suatu cara menganalisa yang mengizinkan kepada ahli-ahlinya untuk menyatakan sesuatu proposisi dalam bentuk “jika …., Maka … “.
Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu kesimpulan bahwa ilmu adalah usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistema mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan
8 Mohammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta, Hal 12 9 Prof. Drs. Harsojo, Apakah Ilmu Itu dan Ilmu Gabungan Tentang Tingkah Laku
hukum-hukum tentang hal-ihwal yang diselidiki (alam, manusia dan agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran yang dibantu penginderaan manusia itu, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan eksperimental
Sedangkan arti Pendidikan, adalah merupakan proses upaya meningkatkan nilai peradaban individu atau masyarakat dari suatu keadaan tertentu menjadi suatu keadaan yang lebih baik. Serta dalam Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 1 dikemukakan, bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terrencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik10
Menurut Redja Mudyahardjo[10], bahwa Ilmu Pendidikan merupakan sebuah sistem pengetahuan tentang pendidikan yang diperoleh melalui riset. Oleh karena pengetahuan yang dihasilkan riset tersebut disajikan dalam bentuk konsep-konsep pendidikan, maka Ilmu Pendidikan dapat pula dibataskan sebagai sebuah sistem konsep pendidikan yang dihasilkan melalui riset. Dengan mengutip May Brodbeck dalam Ligic and scientific Method in research, yang dimuat dalam Handbook of Research on teaching, yang menjelaskan bahwa setiap ilmu berisi sejumlah besar istilah yang disebut konsep, yang tidak lain merupakan apa yang kita pikirkan berdasarkan pengalaman. Sehingga unsur yang menjadi isi setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan adalah konsep. Keseluruhan konsep yang menjadi isi sebuah ilmu ditata secara sistematis menjadi suatu kesatuan. Sekelompok konsep yang berkenaan dengan sekelompok hal, yang merupakan satu kesatuan disebut skema konseptual. Dan setiap ilmu termasuk Ilmu Pendidikan, terbentuk dari beberapa skema konseptual yang merupakan bagian-bagian atau komponen-komponen isi ilmu. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa organisasi isi Ilmu Pendidikan, sebagai sebuah sistem konsep, terbentuk dari unsur-unsur yang berupa konsep-konsep tentang variabel-variabel pendidikan, dan bagian-bagian yang berupa skema-skema konseptual tentang komponen-komponen pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto11, bahwa ada dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu Paedagogie dan Paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan sedangkan Paedagogiek adalah ilmu pendidikan. Paedagogiek atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Paedagogiek berasal dari bahasa Yunani, yakni Paedagogia yang berarti ‘pergaulan dengan anak-anak’. Sedangkan Paedagogos ialah ‘orang yang menjadi pelayan atau bujang pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah’. Selain itu juga, di rumah anak-anak tersebut paedagogos selalu mengawasi dan menjaga mereka. Jadi, pendidikan pada zaman Yunani Kuno diserahkan pada paedagogos. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan paedagogos yang mulanya berarti ‘rendah’ (pelayan, bujang), sekarang dipakai untuk pekerjaan mulia. Paedagoog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhanya agar dapat berdiri sendiri.
Hal ini senada dengan Taqiyudin M.[12] Yang menjelaskan, bahwa di lingkungan Yunani Kuno, terdapat dua kata yang memiliki fungsi yang berbeda, yakni Paedagogie dan Andragogi. Kata Paedagogie pada awalnya berarti “Pergaulan bersama anak-anak”. Arti ini bermula dari cerita yang berkembang bahwa konon, di lingkungan masyarakat Yunani Kuno terdapat seseorang atau sekelompok orang yang pekerjaan utamanya 11 M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis.. Bandung, PT Remaja
adalah mengantar dan menjemput anak-anak sekolah. Karena setiap hari mereka bertemu dan bergaul dengan anak majikannya itu, sehingga mereka makin tahu dan memahami sifat, sikap dan karakter anak yang diantar jemputnya itu. Bahkan pergaulan mereka tidak hanya pada saat-saat antar jemput saja, melainkan ketika mereka di rumah majikannya pun ditugasi untuk membimbing dan mengawasi anak-anak majikannya. Hasil dari pengetahuan dan pemahaman terhadap sikap, sifat dan karakter anak majikannya itu, lama kelamaan mereka jadi dekat dan cenderung menjadi orang tua kedua (second parent) baik di sekolah maupun di rumah. Sehingga mereka lebih tahu tentang kemampuan, kemauan dan bakat ‘anaknya’ itu. Bekal inilah kemudian menjadikan tugas mereka semakin banyak, yaitu antar jemput, mengawasi, membimbing dan membelajari apa yang belum diketahui oleh anak majikannya. Sehingga sebutan bagi mereka yang dekat dengan anak-anak dan mengetahui banyak tentang dunia anak dalam bahasa Yunani kuno disebut agogos.
Lebih lanjut Taqiyudin M.12menjelaskan, bahwa kata Paedagogos terdiri dari dua kata, yakni ‘paedos’ yang berarti ‘anak’ dan ‘agoge’ yang berarti ‘saya membimbing’. Karena itulah sehingga sistem pendidikan bagi anak-anak pada jaman Yunani Kuno ditangani oleh para paedagog. Perkembangan berikutnya, pekerjaan para paedagog ini tidak hanya bermanfaat bagi anak-anak, tetapi bermanfaat juga bagi orang dewasa yang telah lanjut usia (adult). Dalam bahasa Yunani Kuno, orang lanjut usia (lansia) disebut andra. Dan bagi lansia yang mendapat bimbingan dari 12 Taqiyudin M., M.Pd. Sejarah Pendidikan, Melacak GeneologiPendidikan Islam di
paedagog disebut andragogos yang berarti “pembimbingan yang diberikan kepad orang dewasa”. Baik kata paedagogos maupun andragogos, keduanya semakna dengan kata education dalam bahasa Inggris yang berarti memberi peningkatan (to give rise to) dan mengembangkan (to develop). Kata education dalam arti sempit adalah ‘suatu bentuk proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan’.
Berdasarkan uraian di atas, maka bisa diambil suatu pemahaman, bahwa Pendidikan itu adalah suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya, dan sebagai usaha manusia untuk menyiapkan dirinya untuk kehidupan yang bermakna. Atau juga bisa diartikan suatu usaha yang dilakukan orang dewasa dalam situasi pergaulan dengan anak-anak melalui proses perubahan yang dialami anak-anak dalam bentuk pembelajaran atau pelatihan dan perubahan itu meliputi pemikiran (kognitif), perasaan (afektif) dan keterampilan (psikomotorik).