• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Preventive Repair Maintenan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Implementasi Preventive Repair Maintenan (1)"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

fitria septiani

IMPLEMENTASI PREVENTIVE-REPAIR MAINTENANCE PADA SISTEM

CATU DAYA BANGUNAN DARURAT (EMERGENCY) OTOMATIS

Fitria Septiani (131364010)

Jurusan Teknik Elektro, Program Studi D4-Teknik Otomasi Industri, Politeknik Negeri Bandung

Jl. Gegerkalong Hilir, Ds. Ciwaruga, Parongpong 40012

fitriaseptiani@gmail.com

2015

1. Pengertian dan Fungsi Sistem Catu Daya Bangunan Darurat (Emergency) Otomatis

Kebutuhan akan sumber daya listrik menjadi suatu tuntutan demi menjalankan fungsi yang semestinya pada banyak industri dan bangunan. Beberapa fungsi bahkan berhubungan dengan keamanan dimana prosesnya harus tetap berlangsung dan berfungsi walaupun terjadi pemadaman pada sumber listrik utama. Oleh karena itu, sistem catu daya bangunan darurat (emergency) diperlukan untuk tetap memberikan pasokan sumber daya listrik yang cukup agar aktivitas pada bangunan tetap berjalan dengan normal.

1.1 Pengertian Sistem Catu Daya Bangunan Darurat (Emergency) Otomatis

Pengertian berdasarkan istilah per elemen dari sistem catu daya bangunan darurat (emergency) otomatis ialah sebagai berikut.

 Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Mujoko, 2009:5).

(2)

fitria septiani

 Bangunan adalah struktur buatan manusia yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa disebut dengan rumah dan gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kehidupan manusia membangun peradabannya.

 Darurat berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) berarti keadaan sukar (sulit), yang tidak tersangka-sangka, yang memerlukan penanggulangan segera.

 Otomatis berarti bekerja dengan sendirinya. Otomatis berkaitan erat dengan otomasi. Otomasi merupakan teknologi yang berkaitan dengan penggunaan operasi dan kontrol produksi secara mekanis, elektronis, dan sistem yang berbasis komputer. Menurut Grover P.M (2001) menyatakan bahwa otomasi merupakan teknologi yang proses maupun prosedurnya diselesaikan tanpa keterlibatan langsung manusia.

Sehingga dapat disimpulkan, sistem catu daya bangunan darurat

(emergency) otomatis ialah kumpulan elemen-elemen yang berinteraksi tanpa

atau sedikit keterlibatan langsung manusia sebagai sumber tenaga yang diperlukan beban elektrik pada bangunan ketika keadaan yang tidak tersangka-sangka sehingga memerlukan penanggulangan segera agar segala sarana, prasarana atau infrastruktur yang diperlukan tetap berfungsi sebagaimana mestinya.

1.2 Fungsi Sistem Catu Daya Bangunan Darurat (Emergency) Otomatis

Kebutuhan akan sistem catu daya bangunan darurat yang bekerja secara otomatis sebagai penyedia pasokan listrik untuk beban-beban pada bangunan yang sangat dihindari atau dilarang untuk berhenti berfungsi menjadi suatu kewajiban. Kejadian pemadaman atau adanya gangguan pada sumber listrik utama yang tidak terduga mengharuskan sistem catu daya bangunan darurat dapat bekerja otomatis. Sehingga, proses yang berjalan pada sistem sebisa mungkin tidak terinterupsi sama sekali dan tidak menimbulkan kerugian.

(3)

fitria septiani

 Sebagai black start (sistem yang mulai berjalan ketika mengalami pemadaman) pada bangunan.

 Sebagai pemasok sumber daya listrik ketika sumber listrik utama mengalami gangguan atau pemadaman.

 Menjaga fungsi dalam bangunan tetap berlangsung sesuai kebutuhan.  Sebagai sistem proteksi dari kegagalan daya dan kerusakan sistem

maupun perangkat keras seperti mesin-mesin, sistem keamanan pada gedung dan sebagainya.

 Sebagai penjamin keamanan bagi sistem-sistem darurat seperti penerangan jalur evakuasi, upaya penyelamatan dari gagalnya reaktor dalam suatu industri nuklir, keberlangsungan alat-alat medis dan lain sebagainya.

 Meminimalisir adanya kerugian yang timbul akibat terinterupsinya pasokan daya ke beban dengan sistem otomatis yang berjalan. Hal ini dikarenakan sistem berjalan tanpa memerlukan operator atau manusia untuk menjalankan sistem catu daya bangunan darurat sehingga jeda waktu penanggulangan sangat dipersingkat.

2. Elemen Dasar

Pada prinsipnya, sistem kontrol otomatis harus berpedoman pada kehandalan, kontinuitas, serta kecepatan produktivitas. Secara umum prinsip dari rangkaian kontrol terdiri atas tiga bagian, yaitu masukan (input), proses dan keluaran (output). Blok diagramnya dapat dilihat sebagai berikut :

Gambar 1. Blok Diagram Dasar Sistem Kontrol

Dalam aplikasinya pada sistem kontrol otomatis gedung atau BAS (Building

Automation System) adalah sebagai berikut :

 peralatan input : tombol tekan, sensor-sensor,

(4)

fitria septiani

 peralatan proses : controller, relay,

 peralatan output : lampu, buzzer, motor, dan lain-lain.

Sistem otomatis catu daya bangunan darurat merupakan bagian dari BAS. Penerapannya tidak terlepas dari elemen-elemen otomasi gedung. Bagian-bagian utama pada sistem otomatis catu daya bangunan darurat (emergency) ialah sebagai berikut.

2.1 PLC (Programmable Logic Controller)

Intelligent Controller adalah sebuah controller digital untuk mengontrol

unit individual. Semenjak controller ini secara otomatis mengontrol operasi, operasi akan tetap terjaga bahkan jika bagian lain dari sistem berhenti. Controller

menyediakan komunikasi dengan Center Unit lewat UIC (Unit Integrated

Controller), menerima perubahan pada set point dari center unit dan

mengembalikan hasil kontrol dan data lain. Adapun IDC (Intelligent Digital

Controller) adalah bentuk kontroler digital dari Intelligent Controller.

Gambar 2. PLC (Programmable Logic Controller)

Sumber : http://i00.i.aliimg.com/wsphoto/v1/490266150/xLogic-latest-PLC-programmable-logic-controller-intelligent-controller-relay-Economy-ELC-18-alternative-of-Siemens-LOGO.jpg

(5)

fitria septiani

proses melalui modul-modul I/O digital maupun analog. Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :

 P r ogr a mma ble, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk

menyimpan program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau kegunaannya.

 Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara

aritmatik dan logik (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan, mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.

 Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan

mengatur proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.

PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay sekuensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan softwa r e yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan. Alat ini bekerja berdasarkan input-input yang ada dan tergantung dari keadaan pada suatu waktu tertentu yang kemudian akan mengaktifkan atau menon-aktifkan output-outputnya.

Fungsi dan kegunaan dari PLC dalam prakteknya dapat dibagi secara umum dan khusus. Secara umum fungsi dari PLC adalah sebagai berikut :

 Kontrol sekuensial

Memproses input sinyal biner menjadi output yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan (sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step/(langkah) dalam proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.

 Monitoring plant

(6)

fitria septiani

dengan proses yang dikontrol (misalnya nilai sudah melebihi batas) atau penampilan pesan dari proses yang dikontrol ke operator.

Secara khusus, PLC mempunyai fungsi sebagai pemberi masukan (input) ke CNC (Computer ized Numerica l Control) untuk kepentingan pemrosesan lebih lanjut. CNC mempunyai ketelitian yang lebih tinggi dan lebih mahal harganya jika dibandingkan dengan PLC. Perangkat ini, biasanya dipakai untuk proses finishing, membentuk benda kerja, moulding dan sebagainya.

2.2 Modul I/O

Modul I/O (Input/Output) merupakan penghubung antara yang akan dikontrol/dimonitoring pada bangunan dengan kontroler.

Gambar 3. Modul I/O untuk Ekspansi PLC

Sumber : http://i01.i.aliimg.com/wsphoto/v0/1332777095/Rtu-I-O-font-b-module-b-font-digital-HW-16EX-2EY-PLC-expansion-font-b.jpg

2.3 Hub

Hub berfungsi sebagai konektor komunikasi antara controller ke controller

dan komputer.

Gambar 4. Hub

Sumber : http://www.directsystems.com/support/diff_hubanim.gif

(7)

fitria septiani

UPS (Uinterruptible Power Supply) adalah suatu alat yang berfungsi sebagai buffer antara catu daya dengan peralatan elektronik yang kita gunakan seperti komputer, printer, modem dan sebagainya. UPS merupakan sistem penyedia daya listrik yang sangat penting dan diperlukan sekaligus dijadikan sebagai proteksi dari kegagalan daya serta kerusakan sistem dan hardware.

Gambar 5. UPS (Uniterruptable Power Supply)

Sumber : http://img.diytrade.com/smimg/66711/652372-856231-0/UNINTERRUPTIBLE_POWER_SUPPLY_UPS300_UPS500/9b50.jpg

Untuk meningkatkan keandalan sistem catu daya, biasanya dikenal dua tingkat cadangan yang menjamin kontinuitas sistem yaitu UPS dan genset. Cadangan pertama yang harus bekerja cepat adalah UPS atau catu daya tak terputuskan. UPS harus bekerja cepat dan mampu memasok beban begitu sumber listrik utama mengalami gangguan atau pemadaman.

Banyak jenis UPS telah dikembangkan dan digunakan seperti UPS jenis

off-line, line interactive. Tetapi, jenis yang paling banyak digunakan adalah

(8)

fitria septiani

Gambar 6. Skema UPS

Sumber : https://konversi.wordpress.com/2014/01/06/sistem-catu-daya-cadangan/

Dalam memenuhi kebutuhan daya beban saat sumbernya mengalami pemadaman, digunakan penyimpan energi yang biasanya berupa baterai (skema ditunjukkan pada gambar 6). Selain menjamin kontinuitas pelayanan saat terjadi pemadaman, UPS juga berfungsi untuk memperbaiki kualitas tegangan yang dirasakan beban. Kriteria pemilihan UPS semacam ini biasanya meliputi kapasitas daya, keandalan, dan lamanya waktu back-up yang diperlukan. Besarnya daya dan waktu back-up akan langsung menentukan ukuran baterai yang diperlukan. Jika waktu back-up yang dipersyaratkan sangat panjang, baterainya akan sangat besar dan mahal. Masalah ukuran terutama sangat penting jika kita mengaplikasikannya pada offshore.

Komponen utama penyusun suatu UPS, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 6 yaitu :

 Baterai

Merupakan penyimpan energi listrik dalam bentuk energi kimia. Batere bekerja pada tegangan searah (DC).

 Penyearah atau charger

(9)

fitria septiani

 Inverter

Inverter adalah alat untuk mengonversikan daya listrik dari bentuk searah (DC) menjadi bolak-balik (AC). Komponen utama inverter adalah IGBT. Inverter dikendalikan dengan teknik modulasi lebar pulsa atau PWM

(Pulse Width Modulation) agar dihasilkan gelombang tegangan keluaran

yang bentuknya mendekati sinusoidal. Setiap saat, kebutuhan daya beban dipasok melalui inverter.

 Saklar bypass statik

Saklat bypass statik adalah saklar semikonduktor yang akan melindungi UPS saat terjadi gangguan atau saat terjadi pembebanan lebih.

2.5 ATS (Automatic Transfer Switch)

Untuk mengontrol peralihan dari sumber utama ke sumber cadangan diperlukan suatu peralatnn yang disebut dengan ATS (Automatic Transfer

Switch). Menurut Ginting dan Sinuraya (2014) ATS lebih menguntungkan

dibanding dengan menggunakan jasa operator. Karena dapat menghindari kesalahan dalam pengoperasian dan dapat menghindari adanya kejutan listrik terhadap operator.

Gambar 7. ATS (Automatic Transfer Switch)

Sumber : http://www.kutai.com.tw/en/automatic-transfer-switch/ats2pc0125.html

2.6 Generator

(10)

fitria septiani

sebagai alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Tenaga mekanik bisa berasal dari panas, air, uap, dll. Energi listrik yang dihasilkan oleh generator bisa berupa Listrik AC

(bolak-balik) maupun DC (searah). Hal tersebut tegantung dari konstruksi generator

yang dipakai oleh pembangkit tenaga listrik. Generator listrik pertama kali ditemukan oleh Faraday pada tahun 1831.

2.6.1 Komponen Utama Generator

Generator listrik mempunyai dua komponen utama yang menentukan jenis dan karakteristik generator, yang terdiri dari stator dan rotor. Stator adalah bagian yang diam sedangkan rotor adalah bagian yang bergerak.

Gambar 8. Stator dan Rotor pada Generator

Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/-05HMm3pRkRQ/VJwibugGrnI/AAAAAAAACIg/Im__iQaU1OU/s1600/rotor%2Bgenera tor.gif

 Stator

(11)

fitria septiani

 Rotor

Rotor merupakan elemen yang berputar, pada rotor terdapat kutub-kutub magnet dengan lilitan-lilitan kawatnya dialiri oleh arus searah. Kutub magnet rotor terdiri dua jenis yaitu, rotor kutub menonjol (salient), adalah tipe yang dipakai untuk generator-generator kecepatan rendah dan menengah; dan rotor kutub tidak menonjol atau rotor silinder digunakan untuk generator-generator turbo atau generator kecepatan tinggi.

2.6.2Prinsip Kerja Generator

Prinsip kerja generator listrik dapat dipelajari dengan teori medan elektronik, yaitu :

1. Poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen.

2. Disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop.

3. Ketika poros generator mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang terjadi karena perubahan tegangan dan arus listrik tertentu.

4. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui kabel jaringan listrik.

Gambar 9. Ilustrasi Cara Kerja Generator Sederhana

(12)

fitria septiani

Belitan searah pada struktur medan yang berputar dihubungkan ke sebuah sumber luar melalui slipring atau brush. Slipring ini berputar bersama-sama dengan poros dan rotor. Banyaknya slipring ada dua buah, pada tiap-tiap slipring dapat menggeser brostel (sikat arang) yang masing-masing merupakan kutub positif dan negatif guna penguatan ke lilitan medan pada rotor. Slipring terbuat dari besi baja, kuningan atau tembaga yang dipasang pada poros dengan memakai bahan isolasi. Untuk membangkitkan arus searah dibutuhkan sebuah ssstem penguat atau exciter, sumber diperoleh dari pembangkit itu sendiri kemudian disearahkan, kemudian dikembalikan ke rotor melalui slipring.

2.7 HMI (Human Machine Interface)

HMI merupakan perangkat lunak antar muka berupa GUI berbasis komputer yang menjadi penghubung antara operator dengan mesin atau peralatan yang dikendalikan serta bertindak pada supervisory (GlobalSpec, 2010).

Human Machine Interface (HMI) dapat berupa pengendali dan visualisasi status baik dengan manual maupun melalui visualisasi komputer yang bersifat real time. Sistem HMI biasanya bekerja secara online dan real time dengan membaca data yang dikirimkan melalui I/O port yang digunakan oleh sistem

controller-nya. A. Irawan (2010) menyebutkan bahwa secara umum HMI

mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut:

 Memonitori dan memberikan informasi kondisi plant kepada operator melalui GUI secara real time. Tampilan kondisi plant adalah berdasarkan hasil pembacaan input dan output dari proses yang sedang berlangsung pada plant.

 Menentukan kondisi output (aktuator) berdasarkan nilai input yang diperoleh dari pembacaan sensor.

(13)

fitria septiani

 Menyimpan kondisi alarm, sehingga dapat diketahui alasan terjadinya penyimpangan dalam sistem.

 Menampilan grafik dari sebuah proses yang ada di plant, misalkan grafik penampilan proses kenaikan dan penurunan beban utama yang terhubung ke genarator baik secara real time maupun historikal. Trending

dapat dilihat secara online real time atau historis.

Gambar 10. HMI (Human Machine Interface) dengan Software SoMachine

Sumber : http://www.hmi-project.com/images/hmi-project-news-interpack2014-01.jpg Perangkat lunak yang memfasilitasi HMI beraneka ragam macamnya. Salah satu contohnya ialah software SoMachine Basic keluaran Schneider Electric yang berfitur otomatisasi lengkap dengan diagram ladder.

3. Diagram dan Mekanisme Operasi

Setelah penjelasan umum mengenai sistem catu daya bangunan darurat

(emergency) otomatis beserta elemen-elemen dasarnya, terdapat gambaran umum

mekanisme operasi dari sistem tersebut bekerja, yakni erat kaitannya dengan catu daya (UPS dan generator/genset), sistem pengalih dan kontroler berupa PLC.

Operasi sistem catu daya bangunan darurat (emergency) otomatis dalam karya tulis ini diambil dari karya TA (Tugas Akhir) tahun kelulusan 2015, D4-Teknik Otomasi Industri, Ido Gabe Hasudungan Tambunan.

(14)

fitria septiani

Gambar 10. Tampilan Simulator

Diagram alir operasi (pada gambar 11) dan mekanisme sistem catu daya bangunan darurat (emergency) otomatis dinyatakan sebagai berikut.

A. Kondisi 1

1. Saat PLN mati. Maka akan melepas CB1, CB4, CB5. Pada saat yang bersamaan Genset 1 starting dan beban prioritas satu akan di catu dayanya oleh UPS.

2. Jika genset 1 gagal starting maka kontroler akan mengulang proses restarting sebannyak 2 kali.

3. Jika genset 1 tetap tidak berhasil beroperasi maka kontroler akan melakukan starting pada genset 2.

(15)

fitria septiani

bersamaan beban prioritas 2 akan beroperasi. Setelah 10 sekon maka selanjutnya beban prioritas 3 yang akan beroperasi.

B. Kondisi 2

1. Jika catu PLN kembali datang, maka akan mengirimkan sinyal kepada kontroler

2. Setelah 10 sekon jika ternyata tegangan PLN masih tetap ada maka CB3 off, CB4 off, CB5 off. Kemudian beban prioritas 1 di ambil alih oleh UPS.

3. Setelah 10 sekon kemudian CB1 on, lalu CB4, CB5 on, maka pada saat yang bersamaan UPS akan dalam posisi charging. Dan beban prioritas 1, 2, 3 akan di catu oleh PLN.

4. Setelah 10 sekon PLN tidak hilang dayanya maka genset 2 akan shut

down.

C. Kondisi 3

1. Apabila pada saat awal genset 1 langsung beroperasi maka tacho generator genset 1 akan mengirimkan sinyal kepada kontroler bahwa genset 1 berhasil di starting.

2. Jika tacho generator 2 telah mendeteksi bahwa generator telah beroperasi pada putaran dan tegangan penuh, maka kontroler akan mengoperasikan CB2 sehingga pada saat itu beban prioritas 1 akan diambil alih oleh genset dan UPS kembali dalam posisi charging, pada saat yang bersamaan juga beban prioritas 2 akan beroperasi. Setelah 10 sekon, maka selanjutnya beban prioritas 3 yang akan beroperasi. Dan selanjutnya akan sama seperti pada kondisi 2.

D. Kondisi 4

(16)

fitria septiani

Gambar 11. Diagram Alir Sistem

4. Pendekatan Pemeliharaan Preventif-Perbaikan

(17)

fitria septiani

Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, penggantian peralan yang rusak atau terindikasi rusak, sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan.

Preventive-repair maintenance sangat cocok untuk sistem catu daya bangunan

darurat (emergency) otomatis dikarenakan perawatannya yang berlandaskan pada kebijakan perawatan sebelum terjadinya gangguan dan/atau kerusakan sistem dengan jadwal berbasis interval waktu yang ditentukan. Sifatnya yang mencegah gangguan dan/atau kerusakan terjadi sangat cocok bagi sistem yang diharuskan memiliki keandalan tinggi seperti sistem otomatis catu daya bangunan darurat ini.

Berurusan dengan pasokan daya yang kebanyakan bertegangan tinggi membuat

Preventive-Repair Maintenance lebih menjamin keselamatan kerja dalam sistem.

Kebutuhan sistem catu daya bangunan darurat otomatis yang bersifat kritis pada waktunya (tidak memiliki cadangan apapun lagi) membutuhkan operasi sistem yang siap digunakan kapanpun tanpa down time sedikitpun. Sehingga, sistem memerlukan perbaikan kecil dan evaluasi secara berkala yang digunakan sebagai acuan dalam pemeriksaan berikutnya, yang menjaga kondisi sistem tetap mendekati kondisi awalnya.

5. Parameter Sistem yang Perlu Ditangani dalam Pemeliharaan

Dalam implementasi pemeliharan dengan pendekatan preventive-repair pada sistem otomatis catu daya bangunan darurat (emergency) ada dua aspek yaitu parameter fisik yang menyangkut hardware (perangkat keras) dari sistem dan parameter kinerja yang menyangkut keberlangsungan sistem dan software yang berjalan dalam sistem.

Aspek parameter fisik ialah :

 Geometris atau posisi dan kedudukan perangkat

(18)

gangguan-fitria septiani

gangguan pada tempat sistem berada seperti getaran sekitar (pada industri), pergerakan manusia dan sebagainya.

 Deposit debu pada perangkat

Deposit debu ditandai dengan adanya penebalan debu pada perangkat seperti PLC, sensor, UPS, generator.

 Timbulnya korosi

Korosi pada perangkat seperti generator, kabel (saluran) ditandai dengan perubahan warna pada logam dikarenakan reaksi kimia dari lingkungan sekitar.  Genangan air pada sistem

Diakibatkan kurang terawatnya tempat sistem yang merupakan sistem darurat (tidak digunakan setiap saat) memungkinkan tempat atau lokasi sistem terdapat genangan air yang akan mengakibatkan kegagalan fatal pada sistem. Sedangkan aspek parameter kinerja ialah :

 Nilai tegangan kerja

Nilai dari tegangan kerja PLC sebagai kontroler otomatis sistem harus pada nilai tegangan kerja acuan.

 Nilai arus saat beroperasi

Besar arus yang terdapat pada input (ke kontroler) dan output (ke beban) sistem harus dipastikan sesuai spesifikasi untuk menghindari kegagalan pasokan dan kinerja sistem, khususnya pada beban.

 Suhu pada saat beroperasi

Peralatan elektronik tidak tahan pada suhu yang tinggi seperti yang ada pada perangkat pengontrolan sehingga diperlukannya suhu sesuai yang stabil pada lokasi-lokasi tertentu.

 Start-uptime sistem

Start-up time ialah waktu yang dibutuhkan ketika sistem pertama

dijalankan. Sebagai sistem darurat, waktu yang dibutuhkan dijaga agar seminimal mungkin.

 Virus dan antivirus

(19)

fitria septiani

sangat perlu dijaga dari hacker melalu virus dengan antivirus untuk pendeteksian berkala terhadap virus-virus yang dapat merusak sistem.

 Suku cadang

Ketersediaan suku cadang untuk pengganti komponen-komponen yang rusak atau terindikasi rusak.

6. Metoda Monitoring

Penerapan pemeliharaan preventif-perbaikan dengan monitoring pada sistem dilakukan sebagai berikut.

Aspek fisik

 Monitoring sisi geometris perangkat dengan cara mengukur letak dan posisi dengan meteran sesuai dengan denah awal peletakan perangkat.

 Monitoring tingkat deposit debu, timbulnya korosi serta genangan dengan melakukan peninjauan rutin secara visual.

Aspek kinerja

 Monitoring tegangan dan arus dengan mengukur input dan output

menggunakan alat ukur untuk memastikan tetap bekerja sesuai acuan.

 Monitoring suhu dengan melakukan pengukuran suhu perangkat sistem pada lokasi sistem dengan menggunakan alat ukur maupun software agar tidak

over heating.

 Monitoring start-up time dengan melakukan scanning kecepatan sistem secara berkala.

 Monitoring virus dengan melakukan scanning dan update melalui antivirus

dan back-up data secara berkala.

7. Penjadwalan Pemeliharaan

Penjadwalan pemeliharaan sistem otomatis catu daya bangunan darurat

(emergency) direncanakan seperti berikut.

Parameter yang Diperhatikan Jangka Waktu

(20)

fitria septiani

Timbulnya genangan Seminggu sekali

Tegangan kerja Seminggu sekali

Arus kerja Seminggu sekali

Suhu Seminggu sekali

Start-up time Seminggu sekali

Virus Seminggu sekali

Timbulnya korosi Dua minggu sekali

Geometris (lokasi, posisi) Sebulan sekali

Suku cadang Sebulan sekali

8. Alat Bantu Ukur yang Diperlukan

Alat bantu ukur yang diperlukan terdiri dari meteran, multimeter digital, wattmeter (untuk memastikan daya terukur hasil dari parameter tegangan dan arus), osiloskop (tentantif) dan termometer ruangan yang sensitif (termometer infrared) dan termometer digital secara software (untuk perangkat seperti komputer) karena parameter yang diukur hanyalah posisi, tegangan, arus dan suhu pada sistem.

9. Teknik Penggunaan Alat Ukur

Gambar 12. Multimeter Digital

Sumber : https://ilmushoru.files.wordpress.com/2011/10/multimeter-digital.jpg

(21)

fitria septiani

1. Atur posisi saklar selektor ke AC/DC voltage (sesuai tegangan yang akan diukur. Jika DC, atur posisi selektor ke DC begitupun dengan AC, maka selektor diposisikan ke AC). Pilihlah skala sesuai dengan perkiraan tegangan yang akan diukur. Jika ingin mengukur 6 volt, putar saklar selektor ke 12 Volt (khusus analog multimeter). Jika tidak mengetahui tingginya tegangan yang diukur, maka disarankan untuk memilih skala tegangan yang lebih tinggi untuk menghindari terjadi kerusakan pada multimeter.

2. Hubungkan probe ke terminal tegangan yang akan diukur. Probe merah pada terminal positif (+) dan probe hitam ke terminal negatif (-). 3. Baca hasil pengukuran di display multimeter.

9.2 Mengukur Daya dengan Wattmeter

Wattmeter digunakan ketika sistem sedang bekerja, menjadi masukan untuk strategi proses pemeliharaan selanjutnya.

Gambar 13. Wattmeter Digital

Sumber : http://fadilmuslim.blogspot.com/2010/03/instruksi-kerja-penggunaan-alat-ukur.html

1. Masukan kabel power sumber (input) pada terminal WATT & 10 A, sesuai petunjuk pada wattmeter digital yang bertuliskan POWER SOURCE. 2. Masukan kabel beban (output) pada terminal COM & V, sesuai petunjuk pada wattmeter digital yang bertuliskan LOAD.

(22)

fitria septiani

4. Tekan tombol pilihan watt 1 (2000 W) atau watt 2 (6000 W-x10W) tergantung dari beban yang akan dikukur.

5. Apabila pada layar tidak tertulis nol maka perlu setting Watt Zero Adjust agar tampilan pada layar bernilai nol.

6. Masukan kabel power sumber (input) pada stop kontak agar beban dapat bekerja.

7. Lihat hasil tampilan pada layar, apabila menggunakan batas ukur yang wattI (2000 W), maka tampilan pada layar merupakan hasil pengukuran daya pada beban.

9.3 Mengecek Gelombang Tegangan atau Arus dengan Osiloskop

Osiloskop digital mencuplik bentuk gelombang yang diukur dan dengan menggunakan ADC (Analog to Digital Converter) untuk mengubah besaran tegangan yang dicuplik menjadi besaran digital.

Gambar 14. Osiloskop Digital

Sumber : http://www.kaskus.co.id/thread/53464db141cb17b9748b45e0/cara-mengukur-dengan-menggunakan-osiloskop

Sebelum memulai pengukuran, kalibrasi osiloskop digital. Untuk mengukur, cukup hubungkan probe dengan ouput perangkat yang sesuai (yang akan dicek) ke channel 1 atau 2 dan atur setting sumbu X dan Y untuk tampilan pada osiloskop sehingga tampilan dapat terlihat dan terukur dengan jelas.

9.4 Mengukur Suhu dengan Termometer Infrared

1. Tujukan lampu infrared ke target yang akan diukur.

(23)

fitria septiani

3. Agar mendapat pengukuran yang baik, jarak pengukuran harus sesuai dengan range jarak pada spesifikasi termometer.

Gambar 15. Termometer Infrared Digital

http://image2.cccme.org.cn/i_supply/2011-02-21/20110221051242000367920.jpg

9.5 Mengukur Suhu Hardware Komputer/Processor melalui Software Untuk mencegah terjadinya hang karena overheat pada prosesor (otak) komputer sebagai HMI ataupun kontroler, pengukuran suhu dapat dilakukan dengan software dengan UI (User Interface) yang sangat mudah yaitu Core Temp. Core Temp menggunakan pengukuran suhu langsung di prosesor dengan membaca informasi data DTS (Digital Thermal Sensor) yang disediakan oleh prosesor. Pada BIOS, pembacaan menggunakan sensor dari motherboard. Ketika kita membuka software Core Temp, otomatis informasi suhu prosesor dapat terbaca.

(24)

fitria septiani

Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/-sJ-REufZraw/Us_kGX8PTFI/AAAAAAAAAxU/np7qCO984N4/s1600/pengatur+suhu+processor.j pg

10.Rancangan Kartu Pemeliharaan

Berikut pada gambar 17 merupakan rancangan kartu pemeliharan dari implementasi metode preventive-repair maintenance pada sistem otomatis catu daya bangunan darurat (emergency).

Gambar 17. Rancangan Kartu Pemeliharaan Sistem Otomatis Catu Daya Bangunan Darurat

(25)

fitria septiani

11.Diagram Alir Pemeliharaan

Berikut gambar 18 merupakan diagram alir (flowchart) dari pemeliharaan sistem.

(26)

fitria septiani

12.Hasil Monitoring dan Catatan Pemeliharaan Sistem

Data hasil monitoring dan catatan pemeliharaan sistem tidak tersedia dikarenakan proses monitoring tidak dapat dijalankan. Proses monitoring tidak dapat dijalankan karena belum adanya sistem dan plant riil dari sistem catu daya bangunan darurat

(emergency) otomatis yang dapat diteliti secara langsung oleh penulis. Adapun

simulator (konsul) masih dalam tahap pembuatan sehingga data tidak dapat diambil.

13. Analisis Data

(27)

fitria septiani

14. Daftar Pustaka

A. Irawan, Juni. 2010. “Human Machine Interface” dalam artikel Vol. 4 No. 5.

Jakarta: Universitasi Indonesia.

Ardian, Aan. 2009. Handout Perawatan dan Perbaikan Mesin. Yogyakarta: UNY. Ginting dan Sinuraya. 2014. “Perancangan Automatic Transfer Switch (ATS)

Parameter Transisi Berupa Tegangan dan Frekuensi dengan Mikrokontroler ATmega 16” dalam jurnal Vol. 16 No. 3. Semarang: Universitas Diponegoro.

H. Lubis, Shalikhul. 2013. Penerapan Sistem Preventive Maintenance pada UPS.

Bandung: Politeknik Negeri Bandung.

Hendrawan, dkk. Tahun tidak diketahui. “Analisis Back-Up System sebagai

Penyuplai Daya Listrik di Gedung Bertingkat Bogor Trade Mall (BTM)”.

Pakuan: Universitas Pakuan.

Mujoko, Sapto. 2009. Perancangan Sistem Antrian Digital Berbasis Mikrokontroler

AT89S51. Jakarta: STI & K.

Risdiyanto, Agus. 2006. “Sistem Kontrol Catu Daya Darurat Otomatis” dalam berita

yang diterbitkan. Kota tidak diketahui: LIPI.

Santosa, dkk. 2012. “Pembuatan Sistem Catu Daya dengan Automatic Main Failure

untuk Ruang Pertemuan Gedung-71” dalam jurnal Vol. 9 No. 2. Serpong: Prima.

Sunarlik, Wahyu. 2008. “Prinsip Kerja Generator Sinkron”.

http://updkediri.ac.id/home/attachments/article/69/Prinsip%20Kerja%20Gene ator%20Sinkron-.pdf [26 Mei 2015].

Suyanto, Muhammad. 2006. “Penyedia Catu Daya Cadangan untuk Beban Listrik

Rumah Tangga Secara Automatis” dalam jurnal Vol. 11 No. 1. Yogyakarta:

Gambar

Gambar 5. UPS (fitria septianiUniterruptable Power Supply)
gambar 6 yaitu :
Gambar 8. Stator dan Rotor pada Generatorfitria septiani
Gambar 10. HMI (fitria septianiHuman Machine Interface) dengan Software SoMachine

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data pada penelitian ini menggunakan pengujian hipotesis yang menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan program komputer SPSS 15.0

Hasil dari pengujian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan kematangan karir pada mahasiswa tingkat akhir.. Terakhir

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar disajikan sebagai (beban)/penghasilan lain-lain di laporan laba rugi komprehensif konsolidasian dalam

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa pengontrolan, ketersediaan alat, dan pengeluaran rata-rata pertransaksi berpengaruh secara signifikan

Dari permasalahan tersebut yang terjadi pada ruang laboratorium komputer lama, maka sekolah berinisiatif lebih memanfaatkan pencahayaan buatan dan mengurangi intensitas dari

Berdasarkan hasil yang diteliti yang dilakukan dan didapatkan sebuah hasil berupa Aplikasi Perangkat Ajar Dunia Hewan Berbasis Multimedia menggunakan sistem